Re: Ida Arimurti Lumpur Akan Menyembur 31 Tahun

2007-02-23 Terurut Topik gus-bah
Busyet 31 thn waktu yg lam sekali..
hmmm..kalo gitu pasang pipanisasi aja ya..ke selat madura
biar daratannya nyambung (reklamasi pantai). Jadikan gak usah
ada jembatan suramaduhe..he.. ato sekalian ke selat bali biar penyebrangan 
ketapang (banyuwangi) daratannya nyambung dgn 
dermaga gilimanuk (bali)...h oke kah...

Gusbah


- Original Message - 
  From: Harry soetjahjanto 
  To: idakrisnashow@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, February 22, 2007 1:37 PM
  Subject: Re: Ida Arimurti Lumpur Akan Menyembur 31 Tahun


  .Waduh kalau lumpurnya : 156.000 m3/menit, menyembur selama 31 tahun, 
surabaya bisa tenggelam jadi lautan lumpur..malangnya nasib kotaku.

  Ida arimurti [EMAIL PROTECTED] wrote: Lumpur Akan Menyembur 31 Tahun
  Tak Ada Teknologi yang Mampu Menghentikan 

  JAKARTA, (PR).-
  Lumpur Lapindo diperkirakan akan terus mengalir sampai 31 tahun mendatang
  karena hingga kini tidak ada teknologi yang mampu menghentikan luapan lumpur
  yang menyengsarakan itu. Satu-satunya penanganan yang bisa dilakukan hanya
  membuang lumpur ke tempat tertentu agar tidak membanjiri kawasan sekitarnya.

  Demikian disampaikan James J. Mori, Professor Disaster Presentation Research
  Institute Kyoto University, dan Kepala BPPT Said D. Jenio, di kantor BPPT,
  Jln. M.H. Thamrin, Jakarta, Selasa (20/2). Sulit untuk menghentikan. Tak
  ada teknologi yang mampu, kecuali kalau ada beberapa orang pintar Indonesia
  yang punya ide brilian, ujar Mori. Seperti halnya gunung meletus,
  bagaimana kita menghentikannya, ujar Said menambahkan.

  Menurutnya, lumpur sebagai bagian dari fenomena alam menyembur karena dipicu
  oleh pengeboran. Volume semburan terus meningkat dari 5.000 m3 per hari
  menjadi 156.000 m3 per hari, sehingga permukaan tanah beberapa daerah turun
  hingga 15 cm dalam radius 2 km. Ini akibat keluarnya lumpur dari dalam tanah
  sehingga terjadi kekosongan di lapisan tertentu.

  Baik Said maupun Mori memperkirakan, semburan akan berlangsung hingga 31
  tahun ke depan. Biasanya semburan lumpur yang sudah pernah terjadi bisa
  berhenti dalam 10 tahun. Keduanya menilai, lumpur Lapindo lebih besar
  sehingga akan lebih lama. 

  Tanggul kritis

  Sementara itu, kondisi tanggul tempat penampungan lumpur (pond) Lapindo
  Brantas Inc. di Desa Jatirejo, Kec. Porong, Sidoarjo, Selasa pagi kritis,
  karena ketinggian genangan lumpur mulai sejajar dengan ketinggian tanggul.
  Selain akibat peningkatan volume semburan, juga tidak mengalirnya lumpur ke
  arah selatan menuju Kali Porong.

  Akibatnya, kondisi rel kereta api (KA) dan Jln. Raya Porong yang terletak
  tepat di bawah tanggul, kembali terancam. Meski begitu, aparat kepolisian
  setempat belum mengambil tindakan terkait keselamatan pemakai jalan raya.

  Jika nanti tanggul ini sampai jebol, siapa yang bisa menolong warga sini
  (Jatirejo), termasuk pengguna Jalan Raya Porong. Situasi cukup
  mengkhawatirkan, apalagi sering turun hujan di malam hari, kata Parma,
  salah seorang warga Desa Jatirejo. 

  Secara terpisah, juru bicara Timnas Penanggulangan Semburan Lumpur di
  Sidoarjo (PSLS), Rudi Novrianto mengatakan, kondisi tanggul di Jatirejo
  memang kritis, tapi masih terkontrol dan lumpur di pond mulai bisa dialirkan
  ke Kali Porong, melalui spillway (saluran pelimpah). 

  Menjelang akhir masa tugasnya 8 Maret, Timnas PSLS dibingungkan oleh kondisi
  tanggul di sekitar lokasi bencana luapan lumpur. Setelah berhasil menutup
  tanggul utama dan tanggul bekas jalan Tol Porong-Gempol, Timnas kembali
  disibukkan oleh pengerjaan projek penguatan tanggul di Desa Jatirejo, Kec.
  Porong. 

  Relokasi warga

  Direktur Pusat, Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf
  Surachman mengatakan, satu-satunya cara menghindari bahaya semburan lumpur,
  merelokasi penduduk dari desa di sekitar sumur Banjar Panji. Tak ada lagi
  cara atau teknologi untuk mengatasi semburan lumpur ini, termasuk teknik
  bola beton yang baru-baru ini disarankan, kata Yusuf. 

  Menurutnya, metode rangkaian bola beton (methode of chains ball) hanya untuk
  mengurangi volume semburan lumpur, tidak mengurangi potensi lumpur yang
  keluar. 

  Teknologi relief well (pengeboran miring sebagai skenario ketiga-akhir),
  telah dianggap gagal. Dari hasil pengamatan satelit, areal di radius 2-3 km
  dari sumber semburan sudah turun 15 cm (0,8 cm per bulan). Namun, areal di
  bagian utara-timur mengalami kenaikan. (dtc)***

  [Non-text portions of this message have been removed]

  Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Ida Arimurti Lumpur Akan Menyembur 31 Tahun

2007-02-22 Terurut Topik Harry soetjahjanto
.Waduh kalau lumpurnya : 156.000 m3/menit, menyembur selama 31 tahun, 
surabaya bisa tenggelam jadi lautan lumpur..malangnya nasib kotaku.

Ida arimurti [EMAIL PROTECTED] wrote:  Lumpur Akan Menyembur 31 Tahun
Tak Ada Teknologi yang Mampu Menghentikan 

JAKARTA, (PR).-
Lumpur Lapindo diperkirakan akan terus mengalir sampai 31 tahun mendatang
karena hingga kini tidak ada teknologi yang mampu menghentikan luapan lumpur
yang menyengsarakan itu. Satu-satunya penanganan yang bisa dilakukan hanya
membuang lumpur ke tempat tertentu agar tidak membanjiri kawasan sekitarnya.

Demikian disampaikan James J. Mori, Professor Disaster Presentation Research
Institute Kyoto University, dan Kepala BPPT Said D. Jenio, di kantor BPPT,
Jln. M.H. Thamrin, Jakarta, Selasa (20/2). Sulit untuk menghentikan. Tak
ada teknologi yang mampu, kecuali kalau ada beberapa orang pintar Indonesia
yang punya ide brilian, ujar Mori. Seperti halnya gunung meletus,
bagaimana kita menghentikannya, ujar Said menambahkan.

Menurutnya, lumpur sebagai bagian dari fenomena alam menyembur karena dipicu
oleh pengeboran. Volume semburan terus meningkat dari 5.000 m3 per hari
menjadi 156.000 m3 per hari, sehingga permukaan tanah beberapa daerah turun
hingga 15 cm dalam radius 2 km. Ini akibat keluarnya lumpur dari dalam tanah
sehingga terjadi kekosongan di lapisan tertentu.

Baik Said maupun Mori memperkirakan, semburan akan berlangsung hingga 31
tahun ke depan. Biasanya semburan lumpur yang sudah pernah terjadi bisa
berhenti dalam 10 tahun. Keduanya menilai, lumpur Lapindo lebih besar
sehingga akan lebih lama. 

Tanggul kritis

Sementara itu, kondisi tanggul tempat penampungan lumpur (pond) Lapindo
Brantas Inc. di Desa Jatirejo, Kec. Porong, Sidoarjo, Selasa pagi kritis,
karena ketinggian genangan lumpur mulai sejajar dengan ketinggian tanggul.
Selain akibat peningkatan volume semburan, juga tidak mengalirnya lumpur ke
arah selatan menuju Kali Porong.

Akibatnya, kondisi rel kereta api (KA) dan Jln. Raya Porong yang terletak
tepat di bawah tanggul, kembali terancam. Meski begitu, aparat kepolisian
setempat belum mengambil tindakan terkait keselamatan pemakai jalan raya.

Jika nanti tanggul ini sampai jebol, siapa yang bisa menolong warga sini
(Jatirejo), termasuk pengguna Jalan Raya Porong. Situasi cukup
mengkhawatirkan, apalagi sering turun hujan di malam hari, kata Parma,
salah seorang warga Desa Jatirejo. 

Secara terpisah, juru bicara Timnas Penanggulangan Semburan Lumpur di
Sidoarjo (PSLS), Rudi Novrianto mengatakan, kondisi tanggul di Jatirejo
memang kritis, tapi masih terkontrol dan lumpur di pond mulai bisa dialirkan
ke Kali Porong, melalui spillway (saluran pelimpah). 

Menjelang akhir masa tugasnya 8 Maret, Timnas PSLS dibingungkan oleh kondisi
tanggul di sekitar lokasi bencana luapan lumpur. Setelah berhasil menutup
tanggul utama dan tanggul bekas jalan Tol Porong-Gempol, Timnas kembali
disibukkan oleh pengerjaan projek penguatan tanggul di Desa Jatirejo, Kec.
Porong. 

Relokasi warga

Direktur Pusat, Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf
Surachman mengatakan, satu-satunya cara menghindari bahaya semburan lumpur,
merelokasi penduduk dari desa di sekitar sumur Banjar Panji. Tak ada lagi
cara atau teknologi untuk mengatasi semburan lumpur ini, termasuk teknik
bola beton yang baru-baru ini disarankan, kata Yusuf. 

Menurutnya, metode rangkaian bola beton (methode of chains ball) hanya untuk
mengurangi volume semburan lumpur, tidak mengurangi potensi lumpur yang
keluar. 

Teknologi relief well (pengeboran miring sebagai skenario ketiga-akhir),
telah dianggap gagal. Dari hasil pengamatan satelit, areal di radius 2-3 km
dari sumber semburan sudah turun 15 cm (0,8 cm per bulan). Namun, areal di
bagian utara-timur mengalami kenaikan. (dtc)***

[Non-text portions of this message have been removed]



 

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Ida Arimurti Lumpur Akan Menyembur 31 Tahun

2007-02-21 Terurut Topik Ida arimurti
Lumpur Akan Menyembur 31 Tahun
Tak Ada Teknologi yang Mampu Menghentikan 

JAKARTA, (PR).-
Lumpur Lapindo diperkirakan akan terus mengalir sampai 31 tahun mendatang
karena hingga kini tidak ada teknologi yang mampu menghentikan luapan lumpur
yang menyengsarakan itu. Satu-satunya penanganan yang bisa dilakukan hanya
membuang lumpur ke tempat tertentu agar tidak membanjiri kawasan sekitarnya.

Demikian disampaikan James J. Mori, Professor Disaster Presentation Research
Institute Kyoto University, dan Kepala BPPT Said D. Jenio, di kantor BPPT,
Jln. M.H. Thamrin, Jakarta, Selasa (20/2). Sulit untuk menghentikan. Tak
ada teknologi yang mampu, kecuali kalau ada beberapa orang pintar Indonesia
yang punya ide brilian, ujar Mori. Seperti halnya gunung meletus,
bagaimana kita menghentikannya, ujar Said menambahkan.

Menurutnya, lumpur sebagai bagian dari fenomena alam menyembur karena dipicu
oleh pengeboran. Volume semburan terus meningkat dari 5.000 m3 per hari
menjadi 156.000 m3 per hari, sehingga permukaan tanah beberapa daerah turun
hingga 15 cm dalam radius 2 km. Ini akibat keluarnya lumpur dari dalam tanah
sehingga terjadi kekosongan di lapisan tertentu.

Baik Said maupun Mori memperkirakan, semburan akan berlangsung hingga 31
tahun ke depan. Biasanya semburan lumpur yang sudah pernah terjadi bisa
berhenti dalam 10 tahun. Keduanya menilai, lumpur Lapindo lebih besar
sehingga akan lebih lama. 

Tanggul kritis

Sementara itu, kondisi tanggul tempat penampungan lumpur (pond) Lapindo
Brantas Inc. di Desa Jatirejo, Kec. Porong, Sidoarjo, Selasa pagi kritis,
karena ketinggian genangan lumpur mulai sejajar dengan ketinggian tanggul.
Selain akibat peningkatan volume semburan, juga tidak mengalirnya lumpur ke
arah selatan menuju Kali Porong.

Akibatnya, kondisi rel kereta api (KA) dan Jln. Raya Porong yang terletak
tepat di bawah tanggul, kembali terancam. Meski begitu, aparat kepolisian
setempat belum mengambil tindakan terkait keselamatan pemakai jalan raya.

Jika nanti tanggul ini sampai jebol, siapa yang bisa menolong warga sini
(Jatirejo), termasuk pengguna Jalan Raya Porong. Situasi cukup
mengkhawatirkan, apalagi sering turun hujan di malam hari, kata Parma,
salah seorang warga Desa Jatirejo. 

Secara terpisah, juru bicara Timnas Penanggulangan Semburan Lumpur di
Sidoarjo (PSLS), Rudi Novrianto mengatakan, kondisi tanggul di Jatirejo
memang kritis, tapi masih terkontrol dan lumpur di pond mulai bisa dialirkan
ke Kali Porong, melalui spillway (saluran pelimpah). 

Menjelang akhir masa tugasnya 8 Maret, Timnas PSLS dibingungkan oleh kondisi
tanggul di sekitar lokasi bencana luapan lumpur. Setelah berhasil menutup
tanggul utama dan tanggul bekas jalan Tol Porong-Gempol, Timnas kembali
disibukkan oleh pengerjaan projek penguatan tanggul di Desa Jatirejo, Kec.
Porong. 

Relokasi warga

Direktur Pusat, Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf
Surachman mengatakan, satu-satunya cara menghindari bahaya semburan lumpur,
merelokasi penduduk dari desa di sekitar sumur Banjar Panji. Tak ada lagi
cara atau teknologi untuk mengatasi semburan lumpur ini, termasuk teknik
bola beton yang baru-baru ini disarankan, kata Yusuf. 

Menurutnya, metode rangkaian bola beton (methode of chains ball) hanya untuk
mengurangi volume semburan lumpur, tidak mengurangi potensi lumpur yang
keluar. 

Teknologi relief well (pengeboran miring sebagai skenario ketiga-akhir),
telah dianggap gagal. Dari hasil pengamatan satelit, areal di radius 2-3 km
dari sumber semburan sudah turun 15 cm (0,8 cm per bulan). Namun, areal di
bagian utara-timur mengalami kenaikan. (dtc)***

 



[Non-text portions of this message have been removed]