Re: [Ida-Krisna Show] MENYAKSIKAN KEBESARAN MUSEUM VATIKAN

2005-11-23 Terurut Topik Legal Department





Ya mbak Yati, anda termasuk yg beruntung bisa 
menyaksikan secara langsung keindahan musium Vatikan :-}...seandainya musium2 
kita juga dirawat alangkah bagusnya.pernah seorg rekan expat saya bilang : 
"Wah apa cukup mendanai biaya pemeliharaan kalau biaya masuknya cuma Rp 1.000,-" 
Ini waktu kita singgah di Museum Fatahillah kota..Apalagi daerah kota tua 
(Taman Fatahillah) kalau digarap bagus seperti di Clark Quay S'pore pasti lbh 
nyaman ya kan mbak ?
Thanks,
Salam,
**Surya**Pluit**

  - Original Message - 
  From: 
  Noerhayati Erwin 
  To: idakrisnashow@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, November 23, 2005 8:30 
  AM
  Subject: Re: [Ida-Krisna Show] 
  MENYAKSIKAN KEBESARAN MUSEUM VATIKAN
  
  Benar mas Surya, biaya jalan2nya pasti lebih 
  mahal, tapi mungkin fee masuk musium nggak terlalu berubah, karena pada 24 
  des.2003, saya alhamdulillah berkesempatan kesana , tiketnya 7.5 Euro, jadi 
  sekitar 75.000,- rupiah juga. Mengenai musiumnya sendiri, wah, meski saya 
  seorang muslim, saya sangat kaum pada keagungan dan kebesaran musium plus 
  isinya tentu saja, baik dari sudut religi, apa lagi dari segi 
  art-nya.
  
  yati.
  
- Original Message - 
From: 
Legal 
Department 
To: idakrisnashow@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, November 20, 2005 4:06 
PM
    Subject: Re: [Ida-Krisna Show] 
MENYAKSIKAN KEBESARAN MUSEUM VATIKAN

Mbak Ida sekarang Pausnya adalah Benediktus XVI 
dan uangnya sdh jadi Euro jadi lbh mahal deh kalau jalan2 ke Eropa 
:-}
Salam,
**Surya**Pluit**

  - Original Message - 
  From: 
  Ida 
  arimurti 
  To: idakrisnashow@yahoogroups.com 
  
  Cc: [EMAIL PROTECTED] 
  ; [EMAIL PROTECTED] 
  
  Sent: Sunday, November 20, 2005 1:37 
  PM
  Subject: [Ida-Krisna Show] 
  MENYAKSIKAN KEBESARAN MUSEUM VATIKAN
  
  
  Menyaksikan 
  Kebesaran Museum Vatikan 
  Museum 
  Vatikan kerap disebut sebagai museum terbesar di dunia. 
  
  Museum 
  yang terdiri atas 22 museum kecil itu panjang keseluruhannya mencapai 1,8 
  km! 
  Keistimewaan 
  lain, di tempat ini pula dilakukan pemilihan Paus. 
  
  Tiga 
  kali mengunjungi Roma, tahun 1995, 1997, dan terakhir Oktober 2000. Tapi 
  baru pada kesempatan ketiga saya bisa masuk Museum Vatikan. Tepatnya 26 
  Oktober lalu dan itu pun perlu waktu sekitar empat jam, dari pukul 12.00 - 
  16.00 untuk merenungi kebesaran museum, yang konon panjangnya mencapai 1,8 
  km itu. 
  Sesuai 
  namanya, Museum Vatikan terletak di Vatican City, yang sejak 1929 resmi 
  menjadi negara berdaulat. Vatikan sendiri bisa disebut sebagai satu dari 
  lima kawasan di Roma, yang membuatnya populer sebagai salah satu kota yang 
  sanggup mempertahankan warisan pusat peradaban tertua dunia. 
  
  Empat 
  kawasan lainnya adalah pusat kota (yang memiliki tradisi sebagai pusat 
  pemerintahan Roma sejak zaman monarki), ancient Roma (kota tua, lokasi 
  gedung-gedung bersejarah peninggalan Imperium Romawi), kawasan monumental 
  (tempat banyak berdiri bangunan bercita rasa seni tinggi, di luar gedung 
  pemerintahan) serta kawasan basilica (lokasi sejumlah basilika 
  terkenal, seperti Santa Maria Maggiore, San Pietro, San Giovanni). 
  
  Dengan 
  ongkos masuk 18.000 lira (sekitar Rp 75.000,-) per orang, bersama dua 
  teman, saya ikut berjubel di tengah ribuan pengunjung lainnya. Menelusuri 
  22 museum kecil dan koleksi yang tergabung dalam nama besar Museum 
  Vatikan. Museum-museum itu dari luar berbentuk bangunan memanjang, seperti 
  terlihat dari Lapangan St. Petrus, di depan Basilika yang bernama serupa. 
  
  Para 
  peziarah sering salah kaprah, mengira itulah ruang kerja sekaligus tempat 
  tinggal Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, sekaligus penguasa Negara 
  Vatikan. Uniknya, untuk masuk ke dalam museum, keleluasaan buat pengunjung 
  sangat terasa. Tak ada keharusan meninggalkan barang di tempat penitipan. 
  Juga tidak ada larangan memotret, kecuali di tempat tertentu. Pengamanan 
  pun tidak terkesan mencolok. Tetapi bisa dipastikan, bangunan dan barang 
  di sana mendapat pengamanan amat canggih. Meski tak kasat mata. 
  
  Dibangun 
  di abad XVI, dengan mengumpulkan karya-karya klasik dan dikategorisasikan 
  ke dalam 22 museum kecil, konon Museum Vatikan adalah museum terbesar di 
  dunia. Baik dalam jumlah maupun mutu koleksi. Apalagi saat menelusuri 
  lorongnya, pengunjung ibarat memutar balik kisah sejarah kebesaran masa 
  lalu dalam bentuk miniatur maupun asli. Rentang usia koleksi mulai abad XV 
  hingga abad XX, dari Museum Perpustakaan Apostolik Vatikan tahun 1475 
  sampai Museum Kesenian Kristen Modern tahun 1973. 
  
  Urutan 
  usia buk

Re: [Ida-Krisna Show] MENYAKSIKAN KEBESARAN MUSEUM VATIKAN

2005-11-22 Terurut Topik Legal Department





Mbak Ida sekarang Pausnya adalah Benediktus XVI dan 
uangnya sdh jadi Euro jadi lbh mahal deh kalau jalan2 ke Eropa :-}
Salam,
**Surya**Pluit**

  - Original Message - 
  From: 
  Ida 
  arimurti 
  To: idakrisnashow@yahoogroups.com 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
  
  Sent: Sunday, November 20, 2005 1:37 
  PM
  Subject: [Ida-Krisna Show] MENYAKSIKAN 
  KEBESARAN MUSEUM VATIKAN
  
  
  Menyaksikan 
  Kebesaran Museum Vatikan 
  Museum 
  Vatikan kerap disebut sebagai museum terbesar di dunia. 
  
  Museum 
  yang terdiri atas 22 museum kecil itu panjang keseluruhannya mencapai 1,8 km! 
  
  Keistimewaan 
  lain, di tempat ini pula dilakukan pemilihan Paus. 
  
  Tiga kali 
  mengunjungi Roma, tahun 1995, 1997, dan terakhir Oktober 2000. Tapi baru pada 
  kesempatan ketiga saya bisa masuk Museum Vatikan. Tepatnya 26 Oktober lalu dan 
  itu pun perlu waktu sekitar empat jam, dari pukul 12.00 - 16.00 untuk 
  merenungi kebesaran museum, yang konon panjangnya mencapai 1,8 km itu. 
  
  Sesuai 
  namanya, Museum Vatikan terletak di Vatican City, yang sejak 1929 resmi 
  menjadi negara berdaulat. Vatikan sendiri bisa disebut sebagai satu dari lima 
  kawasan di Roma, yang membuatnya populer sebagai salah satu kota yang sanggup 
  mempertahankan warisan pusat peradaban tertua dunia. 
  
  Empat 
  kawasan lainnya adalah pusat kota (yang memiliki tradisi sebagai pusat 
  pemerintahan Roma sejak zaman monarki), ancient Roma (kota tua, lokasi 
  gedung-gedung bersejarah peninggalan Imperium Romawi), kawasan monumental 
  (tempat banyak berdiri bangunan bercita rasa seni tinggi, di luar gedung 
  pemerintahan) serta kawasan basilica (lokasi sejumlah basilika 
  terkenal, seperti Santa Maria Maggiore, San Pietro, San Giovanni). 
  
  Dengan 
  ongkos masuk 18.000 lira (sekitar Rp 75.000,-) per orang, bersama dua teman, 
  saya ikut berjubel di tengah ribuan pengunjung lainnya. Menelusuri 22 museum 
  kecil dan koleksi yang tergabung dalam nama besar Museum Vatikan. 
  Museum-museum itu dari luar berbentuk bangunan memanjang, seperti terlihat 
  dari Lapangan St. Petrus, di depan Basilika yang bernama serupa. 
  
  Para 
  peziarah sering salah kaprah, mengira itulah ruang kerja sekaligus tempat 
  tinggal Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, sekaligus penguasa Negara 
  Vatikan. Uniknya, untuk masuk ke dalam museum, keleluasaan buat pengunjung 
  sangat terasa. Tak ada keharusan meninggalkan barang di tempat penitipan. Juga 
  tidak ada larangan memotret, kecuali di tempat tertentu. Pengamanan pun tidak 
  terkesan mencolok. Tetapi bisa dipastikan, bangunan dan barang di sana 
  mendapat pengamanan amat canggih. Meski tak kasat mata. 
  
  Dibangun di 
  abad XVI, dengan mengumpulkan karya-karya klasik dan dikategorisasikan ke 
  dalam 22 museum kecil, konon Museum Vatikan adalah museum terbesar di dunia. 
  Baik dalam jumlah maupun mutu koleksi. Apalagi saat menelusuri lorongnya, 
  pengunjung ibarat memutar balik kisah sejarah kebesaran masa lalu dalam bentuk 
  miniatur maupun asli. Rentang usia koleksi mulai abad XV hingga abad XX, dari 
  Museum Perpustakaan Apostolik Vatikan tahun 1475 sampai Museum Kesenian 
  Kristen Modern tahun 1973. 
  Urutan usia 
  bukan patokan. Museum Gregorius, 
  museum pertama, yang menyimpan karya-karya seni Mesir Kuno menyambut 
  pengunjung, sedangkan Kapel Sistina menjadi museum terakhir. Di tengah 
  bangunan-bangunan panjang itu ada lapangan terbuka, tempat pengunjung melepas 
  lelah. Sedangkan di pinggir lapangan ada papan-papan yang menjelaskan 
  bagaimana museum dibangun dan direstorasi. 
  Lapangan 
  itu terasa melegakan, karena ada hamparan rumput hijau, benda mewah di Roma 
  yang penuh gedung tua dan lalu lintas semrawut. 
  "Anda orang 
  Indonesia, ternyata bisa juga mengagumi masa lalu," komentar sepasang keluarga 
  muda yang sedang sama-sama melepas lelah di pinggir lapangan. Mereka yang 
  datang dari Firenze bersama bayi yang belum genap enam bulan mengaku, sudah 
  empat kali masuk ke Museum Vatikan, dan akan selalu masuk setiap kali datang 
  di Roma. 
  Dalam suasana 
  jauh dari Tanah Air, pertanyaan itu tentu saja terasa sinis. "Pernahkah Anda ke 
  Indonesia?" kami 
  balik bertanya. 
  
  "Belum," 
  jawab si bapak muda. "Kami hanya 
  dengar dan baca, negara dan bangsa Anda suka merusak masa lalu. Sebaliknya, 
  kami memperlakukan masa lalu sebagai bagian dari kebanggaan kami." 
  
  Oh, 
  tragisnya. 
  Kapel 
  Sistina 
  
  Puncak dari 
  Museum Vatikan adalah Kapel Sistina yang diresmikan tahun 1482. 
  Kapel itu 
  dibangun pada masa pemerintahan Paus Sixtus IV di abad XV, Baccio Pontelli. Konsepnya adalah "kapel dari segala kapel". Memang, dari segi arsitektur, inilah kapel terindah dengan plafon melengkung. Kapel ini 
  dikerjakan oleh arsitek Mino de Fiesole, Giovanni il Dalmata, dan Andra 
  Bregno. Namun keindahan, kebesaran, dan ketenaran Kapel Sistina tidak terletak 
  pada plafon melengkung. 
  Daya 
  

Re: [Ida-Krisna Show] MENYAKSIKAN KEBESARAN MUSEUM VATIKAN

2005-11-22 Terurut Topik Noerhayati Erwin





Benar mas Surya, biaya jalan2nya pasti lebih mahal, 
tapi mungkin fee masuk musium nggak terlalu berubah, karena pada 24 des.2003, 
saya alhamdulillah berkesempatan kesana , tiketnya 7.5 Euro, jadi sekitar 
75.000,- rupiah juga. Mengenai musiumnya sendiri, wah, meski saya seorang 
muslim, saya sangat kaum pada keagungan dan kebesaran musium plus isinya tentu 
saja, baik dari sudut religi, apa lagi dari segi art-nya.

yati.

  - Original Message - 
  From: 
  Legal 
  Department 
  To: idakrisnashow@yahoogroups.com 
  
  Sent: Sunday, November 20, 2005 4:06 
  PM
  Subject: Re: [Ida-Krisna Show] 
  MENYAKSIKAN KEBESARAN MUSEUM VATIKAN
  
  Mbak Ida sekarang Pausnya adalah Benediktus XVI 
  dan uangnya sdh jadi Euro jadi lbh mahal deh kalau jalan2 ke Eropa 
  :-}
  Salam,
  **Surya**Pluit**
  
- Original Message - 
From: 
Ida 
arimurti 
To: idakrisnashow@yahoogroups.com 

Cc: [EMAIL PROTECTED] 
; [EMAIL PROTECTED] 

Sent: Sunday, November 20, 2005 1:37 
PM
Subject: [Ida-Krisna Show] MENYAKSIKAN 
KEBESARAN MUSEUM VATIKAN


Menyaksikan 
Kebesaran Museum Vatikan 
Museum 
Vatikan kerap disebut sebagai museum terbesar di dunia. 

Museum 
yang terdiri atas 22 museum kecil itu panjang keseluruhannya mencapai 1,8 
km! 
Keistimewaan 
lain, di tempat ini pula dilakukan pemilihan Paus. 

Tiga kali 
mengunjungi Roma, tahun 1995, 1997, dan terakhir Oktober 2000. Tapi baru 
pada kesempatan ketiga saya bisa masuk Museum Vatikan. Tepatnya 26 Oktober 
lalu dan itu pun perlu waktu sekitar empat jam, dari pukul 12.00 - 16.00 
untuk merenungi kebesaran museum, yang konon panjangnya mencapai 1,8 km itu. 

Sesuai 
namanya, Museum Vatikan terletak di Vatican City, yang sejak 1929 resmi 
menjadi negara berdaulat. Vatikan sendiri bisa disebut sebagai satu dari 
lima kawasan di Roma, yang membuatnya populer sebagai salah satu kota yang 
sanggup mempertahankan warisan pusat peradaban tertua dunia. 

Empat 
kawasan lainnya adalah pusat kota (yang memiliki tradisi sebagai pusat 
pemerintahan Roma sejak zaman monarki), ancient Roma (kota tua, lokasi 
gedung-gedung bersejarah peninggalan Imperium Romawi), kawasan monumental 
(tempat banyak berdiri bangunan bercita rasa seni tinggi, di luar gedung 
pemerintahan) serta kawasan basilica (lokasi sejumlah basilika 
terkenal, seperti Santa Maria Maggiore, San Pietro, San Giovanni). 

Dengan 
ongkos masuk 18.000 lira (sekitar Rp 75.000,-) per orang, bersama dua teman, 
saya ikut berjubel di tengah ribuan pengunjung lainnya. Menelusuri 22 museum 
kecil dan koleksi yang tergabung dalam nama besar Museum Vatikan. 
Museum-museum itu dari luar berbentuk bangunan memanjang, seperti terlihat 
dari Lapangan St. Petrus, di depan Basilika yang bernama serupa. 

Para 
peziarah sering salah kaprah, mengira itulah ruang kerja sekaligus tempat 
tinggal Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, sekaligus penguasa Negara 
Vatikan. Uniknya, untuk masuk ke dalam museum, keleluasaan buat pengunjung 
sangat terasa. Tak ada keharusan meninggalkan barang di tempat penitipan. 
Juga tidak ada larangan memotret, kecuali di tempat tertentu. Pengamanan pun 
tidak terkesan mencolok. Tetapi bisa dipastikan, bangunan dan barang di sana 
mendapat pengamanan amat canggih. Meski tak kasat mata. 

Dibangun 
di abad XVI, dengan mengumpulkan karya-karya klasik dan dikategorisasikan ke 
dalam 22 museum kecil, konon Museum Vatikan adalah museum terbesar di dunia. 
Baik dalam jumlah maupun mutu koleksi. Apalagi saat menelusuri lorongnya, 
pengunjung ibarat memutar balik kisah sejarah kebesaran masa lalu dalam 
bentuk miniatur maupun asli. Rentang usia koleksi mulai abad XV hingga abad 
XX, dari Museum Perpustakaan Apostolik Vatikan tahun 1475 sampai Museum 
Kesenian Kristen Modern tahun 1973. 
Urutan 
usia bukan patokan. Museum Gregorius, 
museum pertama, yang menyimpan karya-karya seni Mesir Kuno menyambut 
pengunjung, sedangkan Kapel Sistina menjadi museum terakhir. Di tengah 
bangunan-bangunan panjang itu ada lapangan terbuka, tempat pengunjung 
melepas lelah. Sedangkan di pinggir lapangan ada papan-papan yang 
menjelaskan bagaimana museum dibangun dan direstorasi. 

Lapangan 
itu terasa melegakan, karena ada hamparan rumput hijau, benda mewah di Roma 
yang penuh gedung tua dan lalu lintas semrawut. 

"Anda 
orang Indonesia, ternyata bisa juga mengagumi masa lalu," komentar sepasang 
keluarga muda yang sedang sama-sama melepas lelah di pinggir lapangan. 
Mereka yang datang dari Firenze bersama bayi yang belum genap enam bulan 
mengaku, sudah empat kali masuk ke Museum Vatikan, dan akan selalu masuk 
setiap kali datang di Roma. 
Dalam suasana jauh dari