Pak Pras, sewaktu saya sering naik bis Lorena merasakan betul betapa service
yang diberikan oleh bis ini sangat tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan
sebagai Bus Executive. Mulai dari kondisi bus yang menurut saya sngat jorok,
tidak nyaman sampai service makan yang diberikan. kalo kita perhatikan servive
makan yg diberikan kaya makanannya orang tahanan. Makanya saya tidak pernah
lagi memakai jasa Bus ini. Pilihannya kalo saya ke Madiun naik bus Kramat Jati,
Harapan Jaya atau naik pesawat.
Salam,
Huda
Pras <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Setelah pensiun, aku jadi sering bolak-balik ke kampung untuk urusan
keluarga. Kondisi transportasi akhir-akhir ini memang agak sulit bikin
pilihan. Mau naik pesawat terbang takut ..., naik KA takut ...,
jadi pilihan yang paling kecil resikonya adalah jasa transportasi Bus
Malam. Tapi ternyata pake jasa Bus Malam-pun ada pahitnya juga.
Pada bulan Januari yang lalu, saya bermaksud pulang dari Caruban ke Jakarta
dengan menggunakan jasa bus malam LORENA. Kebetulan ada Agen LORENA yang
relatif masih baru di kota Caruban, jadi tidak perlu ke terminal Madiun. Saya
beli tiket tanggal 24 untuk perjalanan pada hari Jumat tanggal 26 Januari
2007, jadi ada tenggang waktu 2 hari.
Menurut keterangan petugas, bus yang akan saya naiki berangkat dari Kediri.
Pada hari H, saya menunggu kedatangan bus LORENA sejak 20 menit sebelum
waktu yang ditentukan. Ternyata bus tersebut tidak berhenti di Agen
Caruban, dan setengah jam kemudian saya baru menyadari kalo bus yang
seharusnya membawa saya sudah sampai di kota Ngawi.
Sempat terjadi pembicaraan via HP, antara awak bis bus yang sudah sampai di
Ngawi dengan petugas Agen Caruban. Awak bus diminta putar kembali menjemput
saya tetapi mereka menolak bahkan minta saya disusulkan ke Ngawi dengan
dibonceng naik motor. Permintaan tersebut saya tolak, karena nggak kebayang
dalam usia yang tidak muda lagi, disusulkan dengan dibonceng sepeda motor
sejauh kurang lebih 30 km.
Terpaksa saya minta kembali uang tiket-nya dan melanjutkan perjalanan dengan
kendaraan seadanya. Karena hari sudah terlalu sore, baik di terminal Madiun
maupun di Solo, sudah tidak ada lagi bus malam. Akhirnya malam itu saya
melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan bus biasa secara estafet. Tidak
perlu diceritakan bagaimana "sengsaranya" perjalanan. Apalagi jika harapan
semula ingin menikmati kenyamanan perjalanan dengan bus malam LORENA yang
sudah punya nama BESAR itu.
Hari Sabtu tanggal 27 Januari 2007, saya kirim surat komplain kepada
Pimpinan LORENA via fax, saya jelaskan apa yang terjadi dan saya minta
penjelasan mengapa hal itu bisa terjadi, Hari Senin tanggal 27 Januari
2007, saya ditelepon oleh petugas Customer Service yang intinya minta waktu
untuk memberikan penjelasan secara lengkap kepada saya.
Namun demikian, tunggu punya tunggu sampai hari ini, boro-boro
bertanggungjawab, bahkan penjelasan seperti yang dijanjikan tidak pernah
ada, baik via telepon maupun email. Itu artinya, manajemen LORENA memang
tidak terlalu peduli dengan pelanggannya, atau bisa jadi memang tidak mampu
mengendalikan SDM (awak bus dan agen) dan cakupan layanan yang luas.
Konon LORENA akan bermain juga di bidang airline. Wah, kalau mengelola bus
aja kayak gini, jangan-jangan nantinya hanya akan memperpanjang daftar hitam
dunia airline seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Nampaknya manajemen LORENA telah terlena dengan keBESARannya, sehingga
mengabaikan keluhan pelanggannya. Kenyataan, tidak seindah kalimat-kalimat
bergincu seperti yang tercetak dalam setiap lembar tiketnya.
Kepada para pelanggan dan calon penumpang LORENA, mudah-mudahan di masa yang
akan datang tidak ada yang terdzolimi seperti yang saya alami.
Wassalam,
PRASETYA [HP : 0811-106452]
[Non-text portions of this message have been removed]
-
Expecting? Get great news right away with email Auto-Check.
Try the Yahoo! Mail Beta.
[Non-text portions of this message have been removed]