---------------------------------------------------------- Visit Indonesia Daily News Online HomePage: http://www.indo-news.com/ Please Visit Our Sponsor http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1 ---------------------------------------------------------- Precedence: bulk LAPORAN HARIAN TIMOR LOROSAE 31 Agustus 1999 Sejak dini hari masyarakat kota Dili dicekam ketakutan karena mendengar suara tembakan beruntun di sekitar kantor DPRD Tk I dan pemakaman Santa Cruz. Kedua tempat itu dikenal sebagai basis milisi Aitarak. Malam hari tanggal 30/8/99 penduduk mengaku melihat belasan truk militer malang-melintang di kota Dili. Pagi harinya anggota Kodim (dari Timor Lorosae) mengaku bahwa kemarin malam Komandan Korem mengeluarkan perintah Siaga Satu. Di kampung-kampung pos militer yang biasanya terlihat terang dan ramai orang berkerumun, sejak kemarin malam nampak sepi. Di dalam pos-pos itu terlihat para penjaga pos menggunakan seragam memegang senjata otomatis yang diarahkan ke jalan. Sampai pukul 8.00 pagi situasi di kota Dili masih sepi. Penduduk di bagian timur enggan keluar rumah karena sudah mendengar ancaman bahwa milisi Aitarak akan membalas dendam. Malam sebelumnya sekitar 200 orang mengungsi ke daerah pegunungan untuk menghindari ancaman milisi yang mengatakan akan membunuh setiap pendukung kemerdekaan segera setelah pemungutan suara. Mulai pagi itu, milisi Aitarak mulai membangun pos-pos penjagaan di setiap daerah perbatasan. Jalan ke arah barat, timur dan selatan dijaga ketat, begitu pula dengan Bandara Comoro dan pelabuhan laut Dili. Memang, pada saat memberikan suara kemarin siang, komandan Aitarak Eurico Guterres sudah mengumumkan bahwa ia melarang semua elit politik Timor Lorosae untuk meninggalkan wilayah itu. "Kami tidak segan membunuh orang yang nekat pergi. Saya yang bertanggungjawab," katanya. Menurut keterangan, ada beberapa pejabat yang dihalangi di Bandara Comoro tadi pagi. Pada pukul 08.50 milisi Aitarak menangkap sejumlah orang yang mereka duga pendukung kemerdekaan, saat mereka hendak naik ke kapal ke Pulau Atauro. Di daerah perbatasan, tepatnya kota Balibo, kelompok milisi yang lain juga menghalangi orang untuk berpergian. Serangan terhadap penduduk makin meningkat menjelang siang. Di Ermera, sekitar pukul 10.30, sebuah helikopter UNAMET gagal mendarat karena milisi Darah Integrasi melepaskan tembakan. Sejumlah pemantau dari IFET-OP pagi harinya diancam akan ditembak, sehingga mereka memutuskan untuk mengungsi ke kantor UNAMET. Sampai pukul 14.00 staf UNAMET beserta sejumlah orang yang mengungsi ke sana belum bisa keluar, sementara rumah-rumah yang jaraknya sekitar 500 meter dari tempat mereka sudah mulai terlihat dibakar oleh milisi. Malam sebelumnya anggota milisi Darah Integrasi membunuh seorang staf lokal UNAMET di Atsabe. Di Dili, para pengurus dan aktivis CNRT mulai menjadi sasaran pengejaran oleh milisi aitarak. Polri tidak terlihat mengambil tindakan apa pun, dan sepertinya membiarkan milisi Aitarak menjadi 'penjaga keamanan' di seluruh kota Dili. Pengaduan dari warga tentang tindakan sewenang-wenang oleh milisi juga tidak digubris. "Ah, biar saja mereka saling membunuh, itu bukan urusan kita," ujar seorang perwira Polri di Colmera. Akibatnya, sekitar pukul 14.00 seseorang yang diduga pengurus CNRT dibunuh oleh milisi Aitarak, tapi Polri tetap belum mengambil tindakan apa pun. Di media massa, Polri dan TNI terus berkoar bahwa mereka netral, tapi di lapangan mereka bukan hanya mendukung tapi terlibat langsung dalam operasi-operasi yang dilakukan oleh milisi pro-integrasi menggunakan pakaian preman. Semua itu membuktikan bahwa masalahnya bukanlah antara pendukung integrasi dan pendukung kemerdekaan, tapi antara rakyat Timor Lorosae dengan rezim militer Orde Baru. (bersambung) ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Didistribusikan tgl. 2 Sep 1999 jam 08:02:25 GMT+1 oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]> http://www.Indo-News.com/ ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++