Re: [islah-net] Re: Re: Jawapan dari Dr Mashitah
assalamu3alaikum; Baik sekali penerangan tentang kelemahan manusia sehingga kita melihat bagaimana Umar telah 'terabai' rakyatnya sendiri. Tetapi perlu saudara Hizamri perhatikan analog dan jalan cerita yang saudara terangkan ini tidak sama kedudukan isu darurat dan pelacuran ini. Orang kata perbuatan darurat & kemudian mengulas kepada isu bahasa dll. Semuanya terang benderang bagi umat yang memerhatikan tulisan itu dengan jelas, iaitu orang yang melakukan fatwa yang silap kemudian ingin melakukan 'pembetulan' dengan versi bahasa. Cuba lihat cerita Umar, dia sebenarnya mencari - penduduk yang tak makan yang tidak mendapat basic need, yang bertolak dari asas yang benar. Bukan bertolak dari asas yang berbelit-belit. Contoh ini sepatutnya ditujukankepada pemimipin yang bergaji RM20,000 lebih sebulan dan raja yang sedang beradu di katil empuk, sedangkan rakyatnya makan siput babi. Pokoknya kita tidak ada masalah dengan Dr Mashitah, samada dia nak bertaubat kalau buat salah atau tidak itu urusan dia. Tapi kebenaran yang kita yakini perlu kita jelaskan. Apa kata kita sama-sama pergi jumpa Dr Masyithah??? dan sampaikan tulisan ini kepada dia.Kenalan saya Ustz Ridhwan telah menghantar memorandum tu. sekian wasalam On 8/4/05, Hizamri Johari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau Dr Masitah menipu/menghalalkan yang haram, maka itu antara dia dan Allah SWT. Tugas kita hanya menegur/menasihatkan, dan dia sudah pun ditegur dan dinasihatkan, hidayahnya terserah pada Allah SWT. Namun, kalau ada lagi selepas ini jiran kita yang terpaksa melacur atau makan bangkai/benda2 haram DEMI sesuap nasi untuk meneruskan sisa kehidupan keluarganya, disebabkan kemiskinan, sedangkan jiran2nya yang lain, ahli2 qariahnya yang lain senang lenang, tak ambil peduli, tak ambil berat, maka satu kampunglah yang akan dipertanggunjawabkan/dihisab Allah SWT diakhirat nanti dan para pemimpinlah ( samada diperingkat masyarakat, negeri dan negara ) akan berada dibarisan hadapan sekali, diikuti jiran tetangganya. Maka banyaklah diantara kita yang akan menyesal pada hari itu. Berikut adalah dia kisah untuk dijadikan tauladan dan iktibar :- == Mungkin contoh Umar dapat menjadi tauladan bagi kita, bahwa suatu ketika beliau sedang melakukan inspeksi di saat beliau menjabat sebagai khalifah, menemukan seorang ibu yang seolah sedang memasak dengan kobaran api yang besar. Sementara anak-anaknya di sekelilingnya pada menangis. Beliau mendekat dan menanyakan, apa gerangan yang terjadi. Maka serta merta, sang perempuan yang tidak sadar kalau yang hadir disampingnya adalah Khalifah, mencaci dan mengutuk Khalifah Umar. Khalifah, menurut perempuan itu, tidak bertanggung jawab, tidak punya perhatian sehingga kami kelaparan. Kami tidak memiliki apa-apa untuk di masak. Umar bertanya: "Lalu masak apakah kamu?" Perempuan itu menjawab: "Saya merebus batu-batu dengan api ini agar anak-anak saya terhibur". Mendengar jawaban itu, segera Umar kembali ke "baitul maal" mengambil sekarung gandum dan beberapa lauk pauk. Karung itu digendong sendiri, sehingga beberapa sahabat yang menemuinya di jalan berkeinginan agar karung itu diambil dari sang Kahlifah. Namun dengan tegas Umar menjawab: "Tidak, di hari kiamat nanti, anda tidak mungkin mengambil dariku dan memikul tanggung jawab ini". Umar membawa gandum tersebut ke perempuan, lalu dimasakkannya, dan kemudian disuapinya anak-anaknya. Setelah semua itu dilakukan, segera perempuan itu dengan rasa malu bertanya: "Siapa gerangan engkau?". Umar menjawab: "Saya adalah orang yang engkau katakan tidak bertanggung jawab tadi. Saya melakukan ini karena mungkin apa yang engkau katakan tadi adalah betul. Untuk itu, mohon maaf dan semoga Allah mengampuniku karena kelalaianku". Itulah kiranya prilaku seorang pemimpin yang punya "sense of Muraqabatullah". Dia akan merasa bertanggung jawab, tidak saja kepada rakyatnya tapi lebih penting adalah kepada Allah SWT diakhirat nanti. Bahkan sejak itu, Umar mengeluarkan pernyataan yang dicatat oleh sejarah: "Seandainya ada seekor keledai mati karena kelaparan di daerah Palesitina, maka aku akan bertanggung jawab di akherat nanti". == Satu kisah abadi dalam lipatan sejarah yang menunjukkan betapa tingginya nilai kasih sayang dalam membentuk masyarakat yang sejahtera ialah kisah yang berlaku di zaman pemerintahan Khalifah Islam, Khalifah Umar ibn al-Khatab. Khalifah Umar terkenal sebagai pemimpin yang sangat mencintai rakyatnya. Kepekaan hubungannya terhadap rakyat jelata khususnya fakir miskin sangat luar biasa. Pada suatu malam beliau seperti biasa meronda di sekitar Madinah. Beliau melakukan rondaan malam bagi mengetahui keadaan rakyatnya.Tiba-tiba pandangannya tertumpu ke sebuah pondok di pinggir kota Madinah. Dari dalam pondok itu terdengar rintihan seorang wanita. Segera Umar menghampiri tempat itu. Di pintu pondok ada seorang lelaki yang sedang duduk termenung. Tern
[islah-net] Re: Re: Jawapan dari Dr Mashitah
 Kalau Dr Masitah menipu/menghalalkan yang haram, maka itu antara dia dan Allah SWT. Tugas kita hanya menegur/menasihatkan, dan dia sudah pun ditegur dan dinasihatkan, hidayahnya terserah pada Allah SWT. Namun, kalau ada lagi selepas ini jiran kita yang terpaksa melacur atau makan bangkai/benda2 haram DEMI sesuap nasi untuk meneruskan sisa kehidupan keluarganya, disebabkan kemiskinan, sedangkan jiran2nya yang lain, ahli2 qariahnya yang lain senang lenang, tak ambil peduli, tak ambil berat, maka satu kampunglah yang akan dipertanggunjawabkan/dihisab Allah SWT diakhirat nanti dan para pemimpinlah ( samada diperingkat masyarakat, negeri dan negara ) akan berada dibarisan hadapan sekali, diikuti jiran tetangganya. Maka banyaklah diantara kita yang akan menyesal pada hari itu. Berikut adalah dia kisah untuk dijadikan tauladan dan iktibar :- == Mungkin contoh Umar dapat menjadi tauladan bagi kita, bahwa suatu ketika beliau sedang melakukan inspeksi di saat beliau menjabat sebagai khalifah, menemukan seorang ibu yang seolah sedang memasak dengan kobaran api yang besar. Sementara anak-anaknya di sekelilingnya pada menangis. Beliau mendekat dan menanyakan, apa gerangan yang terjadi. Maka serta merta, sang perempuan yang tidak sadar kalau yang hadir disampingnya adalah Khalifah, mencaci dan mengutuk Khalifah Umar. Khalifah, menurut perempuan itu, tidak bertanggung jawab, tidak punya perhatian sehingga kami kelaparan. Kami tidak memiliki apa-apa untuk di masak. Umar bertanya: "Lalu masak apakah kamu?" Perempuan itu menjawab: "Saya merebus batu-batu dengan api ini agar anak-anak saya terhibur". Mendengar jawaban itu, segera Umar kembali ke "baitul maal" mengambil sekarung gandum dan beberapa lauk pauk. Karung itu digendong sendiri, sehingga beberapa sahabat yang menemuinya di jalan berkeinginan agar karung itu diambil dari sang Kahlifah. Namun dengan tegas Umar menjawab: "Tidak, di hari kiamat nanti, anda tidak mungkin mengambil dariku dan memikul tanggung jawab ini". Umar membawa gandum tersebut ke perempuan, lalu dimasakkannya, dan kemudian disuapinya anak-anaknya. Setelah semua itu dilakukan, segera perempuan itu dengan rasa malu bertanya: "Siapa gerangan engkau?". Umar menjawab: "Saya adalah orang yang engkau katakan tidak bertanggung jawab tadi. Saya melakukan ini karena mungkin apa yang engkau katakan tadi adalah betul. Untuk itu, mohon maaf dan semoga Allah mengampuniku karena kelalaianku". Itulah kiranya prilaku seorang pemimpin yang punya "sense of Muraqabatullah". Dia akan merasa bertanggung jawab, tidak saja kepada rakyatnya tapi lebih penting adalah kepada Allah SWT diakhirat nanti. Bahkan sejak itu, Umar mengeluarkan pernyataan yang dicatat oleh sejarah: "Seandainya ada seekor keledai mati karena kelaparan di daerah Palesitina, maka aku akan bertanggung jawab di akherat nanti". == Satu kisah abadi dalam lipatan sejarah yang menunjukkan betapa tingginya nilai kasih sayang dalam membentuk masyarakat yang sejahtera ialah kisah yang berlaku di zaman pemerintahan Khalifah Islam, Khalifah Umar ibn al-Khatab. Khalifah Umar terkenal sebagai pemimpin yang sangat mencintai rakyatnya. Kepekaan hubungannya terhadap rakyat jelata khususnya fakir miskin sangat luar biasa. Pada suatu malam beliau seperti biasa meronda di sekitar Madinah. Beliau melakukan rondaan malam bagi mengetahui keadaan rakyatnya.Tiba-tiba pandangannya tertumpu ke sebuah pondok di pinggir kota Madinah. Dari dalam pondok itu terdengar rintihan seorang wanita. Segera Umar menghampiri tempat itu. Di pintu pondok ada seorang lelaki yang sedang duduk termenung. Ternyata beliau adalah suami kepada wanita yang sedang mengerang kesakitan kerana hendak melahirkan. Wanita ini sedang bertarung nyawa sementara suaminya berada dalam kebingungan kerana tidak tahu apa yang hendak dilakukan untuk menolong isterinya. Rupa-rupanya pasangan suami isteri ini bukanlah penduduk asal kota Madinah tetapi orang asing yang sedang merantau tanpa sanak saudara. Melihat situasi ini, Khalifah Umar segera pulang menemui isterinya, Ummu Kalthum lalu berkata: "Mahukah engkau mendapat pahala yang dibukakan kesempatannya oleh Allah SWT bagi kita? Mahu, jawab isterinya. Seorang wanita musafir sedang sarat mengandung dan sedang menanti saat melahirkan tetapi tiada orang yang datang menolongnya, kata Umar. Jika anda mahu, saya pasti akan menolongnya," sahut isteri Umar. Umar segera menyiapkan perbekalan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti tepung gandum, minyak samin, lembaran kain untuk membalut bayi dan sebagainya. Sambil mengajak isterinya, Umar memikul sendiri periuk dan tepung gandum di bahunya. Bersama isterinya beliau menuju pondok pasangan suami isteri tadi. Ummu Kalthum terus masuk ke dalam pondok untuk membantu wanita yang akan melahirkan itu. Manakala Saidina Umar pula segera memasang tungku, kemudia