Re: [ITCENTER] Di Telematika - Estafetnya Para Calon Teknisi

2005-12-25 Terurut Topik Mpu Gondrong
Jumat, 23/12/2005 09:51:26, Jeni menulis:

JS Di Telematika - Estafetnya para Calon Teknisi
JS   Belajar itu bekerja dan bekerja harus militan!
   
Betul, bekerja itu harus ulet tanpa perlu banyak keluh kesah, jgn
kebanyakan baca novel dan buku psikologi, nanti jadi sentimentil
sendiri. :-)

Pernah saya dapat email dari anggota ACT (Aksi Cepat Tanggap) yg
membahas pertanyaan (kurang lebih) 'mengapa kita harus menolong?'.
Jawabannya cukup jitu, yaitu 'tidak usah banyak bertanya, lakukan
saja'.

Bicara tokoh2 teknis, apa yg kurang sebenarnya? Ada Edison, Bell,
Hertz, George Boole, Alan Turing, hingga Bill Gates (anggaplah dia
orang teknik mantan prgmer Basic). Kalo soal ilmu murni dan terapan,
mana yg lebih baik ? Yaitu ilmu yg bermanfaat dan diamalkan.

Di suatu kaset lawak pernah ada pertanyaan, siapa yg membangun candi
Borobudur ? Dijawab rombongan (maksudnya tukang2, red). Saya rasa itu
jawaban yg jujur. Bukan Syailendra atau Smaratungga. Para tukang itu
tidak banyak bertanya, membaca novel Umar Kayam atau bukunya William
James, tapi lakukan saja.

Tertanda,
Oguds [36856104]


-- 
www.itcenter.or.id - Komunitas Teknologi Informasi Indonesia 
Info, Gabung, Keluar, Mode Kirim : [EMAIL PROTECTED] 
:: Hapus bagian yang tidak perlu (footer, dst) saat reply! :: 
## Jobs: itcenter.or.id/jobs ## Bursa: itcenter.or.id/bursa ##
$$ Iklan/promosi : www.itcenter.or.id/sponsorship $$

[@@] Jaket ITCENTER tersedia di http://shop.itcenter.or.id 

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ITCENTER/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ITCENTER] Di Telematika - Estafetnya Para Calon Teknisi

2005-12-25 Terurut Topik totok
Dear Jeni Sudarwati,

Saya kurang ngerti apa yg anda bahas di sini,  tulung di perjelas,  Apakah
hanya membuat pernyataan atau pengaduan, atau hasutan ?, Tread ini hanya
membahas mengenai Ilmu Komputer,.


sip


totok

On 12/23/05, Jeni Sudarwati [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Jeni Sudarwati:


 Di Telematika - Estafetnya para Calon Teknisi


 Kalau di rubrik Teknologi dalam koran-koran masih suka menyebut istilah
 teknologi informasi, perlu anda ketahui bahwa hal itu sebenarnya sudah
 usang. Di dalam informatika sendiri istilah TI telah berkembang menjadi
 Telematika ( cat: 2005 )- yang kurang lebih artinya informasi yang mampu
 dikomunikasikan - ya, begitulah istilah, yang kadang-kadang selalu
 berubah-ubah dan oleh sebagian orang dianggap tidak penting.


   Melihat para mahasiswa teknik ini - mayoritas jelas ditujukan untuk
 menjadi calon teknisi - calon tukang - tukang program, tukang utak-atik, dan
 hal-hal yang bersifat teknis lainnya - yang kelak ilmunya tidak awet dan
 cepat kadaluarsa. Maka mereka ini seperti membawa lari sebuah tongkat untuk
 diberikan pada orang berikutnya - seperti lari estafet.


   Bagaimana tidak? sebagai contoh misalnya visul basic 6.0 yang susah
 payah dipelajari maka keesokan harinya bisa dengan mudah berubah menjadi
 visual basic.net, visual basic.net mencerap dari visual basic 6.0 maka
 sudah ketinggalan zaman-lah yang kemarin-kemarin itu tak peduli sampai
 jungkir balik kau mempelajarinya - kalau sudah tak laku ya tak laku!
 Begitu itu sudah hukum alam. Dan itu masih satu contoh hal yang bisa
 dianggap kecil, belum mencakup ilmu teknologi yang lebih global.


   Ah, nasibmu para calon teknisi kalaupun nanti menerbitkan buku teknologi
 maka tak akan bisa abadi seperti karya sastra atau ilmu-ilmu murni dan
 filsafat. Tak bisa bertahan berlama-lama, bertahun-tahun, bahkan terlalu
 mustahil kalau sampai se-abad!
 Mungkin dan kalau tega hati buku ilmu komputer dalam waktu 20 tahun
 setelah diterbitkannya bisa jadi bungkus kacang saja.


 Kalau ilmu murni seperti psikologi bisa semakin relevan dari abad ke abad
 seperti yang ditulis William James si bapak Psikologi aliran pragmatisme itu
 sehingga terus di cetak ulang,sedangkan yang terjadi pada sebagian buku
 komputer justru sebaliknya - lain ladang, lain ilalang!.


   Padahal kerja nya tiap-tiap hari tak bisa dianggap enteng - kalau harus
 menyelesaikan program - dahi bisa jadi berkerut, mata menjadi sayu dan wajah
 yang sudah tidak fresh tambah tampak buram karena terlalu banyak tersedot
 efek elektomagnetiknya komputer. Ilmunya terus berkembang dan berlari secara
 estafet tapi nama di belakangnya jarang-jarang tercatat, tetap saja teknisi
 - si para tukang. Kalau katanya Umar Kayam, sumber daya manusia dengan
 pengertiannya yang ekonomis - materialistis - teknokratis (Dialog, Siap
 Pakai dan Terampil - Kompas,4 Februari 1997).


 Bahkan Umar Kayam sempat mengulas tentang pikiran C.P. Snow -novelis dan
 ahli fisika- yang dikhawatirkannya hanya sekedar menjadi obrolan yang Utopia
 bahwa manusia manusia seperti kita terlalu mengkotak-kotakkan antara eksakta
 dan Non-eksakta sehingga tidak mampu menyeberangi berbagai bentuk cabang
 ilmu.


   Sejauh mata memandang di teknik sangat jarang yang tahu karya sastra,
 tulisan pramoedya ananta toer, Budi Darma atau lain-lainnya bahkan yang
 se-kontroversial Ayu Utami pun bisa menjadi pembicaraan yang cukup membuat
 roaming telinga apalagi sejarah khususnya Indonesia di tahun 1965 yang
 masih menjadi pembicaraan cukup sengit sampai sekarang, yang gencar justru
 komik-komik dari jepang yang dioper dari satu tangan ke tangan berikutnya
 dan sesekali foto-foto aktor aktris mandarin yang banyak menghias serial
 cinta di televisi - setidaknya itu pendapat pribadi dari saya, dari yang
 saya amati, dari tempat dimana saya kuliah.


   Kalau membuat program memang canggih dan hebatnya bukan main bahkan
 kalau misal ada VCD dan DVD-nya bisa mendapat label two thumb's up! .
 Sedang untuk urusan sastra hanya dianggap isapan jempol belaka,-


   Lalu salah siapa ini? warisan abad pertengahan yang terlalu
 menspesialisasikan universitas ke dalam fakultas-fakultas? salahnya orang
 eksakta? orang non-eksakta? atau salahmu sendiri?


   Memang pengertian-pengertian tentang hal ini akan lebih membawa ke arah
 pesimisme lebih-lebih ilmu murni yang selalu dianggap lebih tinggi dari
 ilmu-ilmu tukang tersebut - ilmu-ilmu teknik, sehingga kita jadi cenderung
 tidak mau bergerak dan stagnant. Alasannya, Buat apa? mau apa? toh akhirnya
 sudah kita tahu!


 Putus asa terlebih dahulu karena sudah menyadari jalan akhirnya nanti,
 seharusnya ini bisa menjadi kasus yang cukup unik. Saya sendiri pernah
 mengalami keputus-asaan semacam ini Buat apa? mau apa? toh akhirnya saya
 sudah tahu! - kesia-sian tersebut saya bawa terus sampai ke jenjang
 semester dua.


   Menyadari saya ada di dalamnya, di dalam sebuah sistem besar yang
 mengklasifikasikan diri kedalam fakultas yang cukup menekan. Bahkan
 kesadaran 

Re: [ITCENTER] Di Telematika - Estafetnya Para Calon Teknisi

2005-12-25 Terurut Topik totok
Dear Jeni Sudarwati,

Saya kurang ngerti apa yg anda bahas di sini,  tulung di perjelas,  Apakah
hanya membuat pernyataan atau pengaduan, atau hasutan ?, Tread ini hanya
membahas mengenai Ilmu Komputer,.


sip


totok

On 12/23/05, Jeni Sudarwati [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Jeni Sudarwati:


 Di Telematika - Estafetnya para Calon Teknisi


 Kalau di rubrik Teknologi dalam koran-koran masih suka menyebut istilah
 teknologi informasi, perlu anda ketahui bahwa hal itu sebenarnya sudah
 usang. Di dalam informatika sendiri istilah TI telah berkembang menjadi
 Telematika ( cat: 2005 )- yang kurang lebih artinya informasi yang mampu
 dikomunikasikan - ya, begitulah istilah, yang kadang-kadang selalu
 berubah-ubah dan oleh sebagian orang dianggap tidak penting.


   Melihat para mahasiswa teknik ini - mayoritas jelas ditujukan untuk
 menjadi calon teknisi - calon tukang - tukang program, tukang utak-atik, dan
 hal-hal yang bersifat teknis lainnya - yang kelak ilmunya tidak awet dan
 cepat kadaluarsa. Maka mereka ini seperti membawa lari sebuah tongkat untuk
 diberikan pada orang berikutnya - seperti lari estafet.


   Bagaimana tidak? sebagai contoh misalnya visul basic 6.0 yang susah
 payah dipelajari maka keesokan harinya bisa dengan mudah berubah menjadi
 visual basic.net, visual basic.net mencerap dari visual basic 6.0 maka
 sudah ketinggalan zaman-lah yang kemarin-kemarin itu tak peduli sampai
 jungkir balik kau mempelajarinya - kalau sudah tak laku ya tak laku!
 Begitu itu sudah hukum alam. Dan itu masih satu contoh hal yang bisa
 dianggap kecil, belum mencakup ilmu teknologi yang lebih global.


   Ah, nasibmu para calon teknisi kalaupun nanti menerbitkan buku teknologi
 maka tak akan bisa abadi seperti karya sastra atau ilmu-ilmu murni dan
 filsafat. Tak bisa bertahan berlama-lama, bertahun-tahun, bahkan terlalu
 mustahil kalau sampai se-abad!
 Mungkin dan kalau tega hati buku ilmu komputer dalam waktu 20 tahun
 setelah diterbitkannya bisa jadi bungkus kacang saja.


 Kalau ilmu murni seperti psikologi bisa semakin relevan dari abad ke abad
 seperti yang ditulis William James si bapak Psikologi aliran pragmatisme itu
 sehingga terus di cetak ulang,sedangkan yang terjadi pada sebagian buku
 komputer justru sebaliknya - lain ladang, lain ilalang!.


   Padahal kerja nya tiap-tiap hari tak bisa dianggap enteng - kalau harus
 menyelesaikan program - dahi bisa jadi berkerut, mata menjadi sayu dan wajah
 yang sudah tidak fresh tambah tampak buram karena terlalu banyak tersedot
 efek elektomagnetiknya komputer. Ilmunya terus berkembang dan berlari secara
 estafet tapi nama di belakangnya jarang-jarang tercatat, tetap saja teknisi
 - si para tukang. Kalau katanya Umar Kayam, sumber daya manusia dengan
 pengertiannya yang ekonomis - materialistis - teknokratis (Dialog, Siap
 Pakai dan Terampil - Kompas,4 Februari 1997).


 Bahkan Umar Kayam sempat mengulas tentang pikiran C.P. Snow -novelis dan
 ahli fisika- yang dikhawatirkannya hanya sekedar menjadi obrolan yang Utopia
 bahwa manusia manusia seperti kita terlalu mengkotak-kotakkan antara eksakta
 dan Non-eksakta sehingga tidak mampu menyeberangi berbagai bentuk cabang
 ilmu.


   Sejauh mata memandang di teknik sangat jarang yang tahu karya sastra,
 tulisan pramoedya ananta toer, Budi Darma atau lain-lainnya bahkan yang
 se-kontroversial Ayu Utami pun bisa menjadi pembicaraan yang cukup membuat
 roaming telinga apalagi sejarah khususnya Indonesia di tahun 1965 yang
 masih menjadi pembicaraan cukup sengit sampai sekarang, yang gencar justru
 komik-komik dari jepang yang dioper dari satu tangan ke tangan berikutnya
 dan sesekali foto-foto aktor aktris mandarin yang banyak menghias serial
 cinta di televisi - setidaknya itu pendapat pribadi dari saya, dari yang
 saya amati, dari tempat dimana saya kuliah.


   Kalau membuat program memang canggih dan hebatnya bukan main bahkan
 kalau misal ada VCD dan DVD-nya bisa mendapat label two thumb's up! .
 Sedang untuk urusan sastra hanya dianggap isapan jempol belaka,-


   Lalu salah siapa ini? warisan abad pertengahan yang terlalu
 menspesialisasikan universitas ke dalam fakultas-fakultas? salahnya orang
 eksakta? orang non-eksakta? atau salahmu sendiri?


   Memang pengertian-pengertian tentang hal ini akan lebih membawa ke arah
 pesimisme lebih-lebih ilmu murni yang selalu dianggap lebih tinggi dari
 ilmu-ilmu tukang tersebut - ilmu-ilmu teknik, sehingga kita jadi cenderung
 tidak mau bergerak dan stagnant. Alasannya, Buat apa? mau apa? toh akhirnya
 sudah kita tahu!


 Putus asa terlebih dahulu karena sudah menyadari jalan akhirnya nanti,
 seharusnya ini bisa menjadi kasus yang cukup unik. Saya sendiri pernah
 mengalami keputus-asaan semacam ini Buat apa? mau apa? toh akhirnya saya
 sudah tahu! - kesia-sian tersebut saya bawa terus sampai ke jenjang
 semester dua.


   Menyadari saya ada di dalamnya, di dalam sebuah sistem besar yang
 mengklasifikasikan diri kedalam fakultas yang cukup menekan. Bahkan
 kesadaran