From: "MundhiSabda Lesminingtyas" <[EMAIL PROTECTED]> Miskin Tidak Harus Mengemis Bagian 9 (Oleh : Lesminingtyas)
Walaupun sudah mengakui dosa karena telah membohongi saya, Pak Aloy tetap saja tidak mau membuka kebohongan tersebut kepada saya. Esok paginya Pak Edy yang menjabat sebagai pimpro mengajak saya berbicara empat mata "Bu, Pak Aloy sudah mengakui dosanya. Sekarang apakah Ibu mau mengampuni kesalahan kami ?" tanya Pak Edy. "Dalam hal apa ? Kalau masalah Pak Aloy yang ngerjain saya kemarin, sudah saya lupakan" jawab saya bersahabat. "Lalu soal data kami yang tidak benar ?" tanya Pak Edy sambil memohon saya untuk maklum. "Ya, saya tetap akan mengampuni setelah teman-teman di sini bertobat" jawab saya datar. "Maksudnya bertobat apa, Bu ?" tanya pimpro "Buat koreksinya sekarang juga dan jangan sekali-sekali membuat data yang tidak benar lagi!" jawab saya tak bisa ditawar "Jadi, untuk kasus Matius dan Magda bagaimana, Bu ?" tanya pimpro masih saja ingin mendapatkan kebijaksanaan. "Sesuai kebijakan, kedua nomor tersebut harus dinonaktifkan dan diganti dengan anak-anak lain yang lebih membutuhkan. Terserah dari mana proyek akan mendapatkan dana, yang jelas hak Sumini dan teman-temannya harus dikembalikan. Mengalihkan bantuan tanpa persetujuan yang bersangkutan untuk diberikan orang lain yang tidak berhak, sama saja dengan mencuri" jawab saya tegas. "Wah, kalau seperti itu, Ibu tidak bijaksana" kata pimpro agak tegang "Sekarang terserah kalian ! Kalau mau jujur, patuh pada kebijakan dan aturan main seperti dalam perjanjian kerja sama, kalian bisa dengan suka rela menonaktifkan anak-anak yang tidak berhak. Kalau keputusan itu diambil, saya akan membuat laporan sebijaksana mungkin. Tetapi kalau kalian tetap mempertahankan kebohongan-kebohongan yang selama ini dilakukan, maka saya tidak punya pilihan lain. Saya akan membuat laporan apa adanya dan terserah direktur saya yang akan memutuskan apakah proyek ini dilanjutkan atau tidak" saya memberikan opsi "Apakah tidak ada pilihan lain, Bu ?" Pak Edy berusaha menawar "Tidak ada lagi. Memang cuma ada 2 pilihan. Kalau teman-teman di sini jujur dan kooperatif, percayalah bahwa saya akan memperjuangkan keberlangsungan kerja sama proyek ini. Tetapi kalau teman-teman masih saja hidup dalam kebohongan, apalagi mengambil hak orang lain, asal tahu saja ya, sayalah orang pertama yang akan mengusulkan proyek ini ditutup sesegera mungkin" "Kami mengerti Bu ! Tapi kami tidak berani mengosongkan nomor anak-anak dari keluarga pengurus yayasan. Mereka itu khan atasan kami. Mereka sangat menentukan nasib kami, Bu" kata pimpro memohon pengertian saya. "Tapi akuntabilitas proyek juga sangat menentukan nasib kalian di sini lho ! Kalau masalahnya hanya karena kalian nggak berani ngomong, itu sih gampang ! Yang penting kalian sepakat bahwa tindakan proyek itu merupakan pelanggaran dan mulai sekarang tidak boleh terjadi lagi. Masalah dengan Pak Anton, saya akan mencoba menyelesaikannya" saya berjanji. Sebelum mengakhiri tugas audit, biasanya kami melalukan exit conference dengan pengurus yayasan, staf pelaksana proyek dan badan perwakilan penerima bantuan yang idealnya berfungsi mirip dengan DPR. Dalam pertemuan tersebut biasanya saya akan menyampikan temuan-temuan audit dan bersama-sama dengan mereka mencari solusi pemecahan untuk diusulkan kepada direktur saya di Jakarta. Namun untuk tidak mempermalukan pengurus yayasan di depan para penerima bantuan, terlebih dahulu saya mengajak Pak Anton untuk berbicara empat mata. "Pak Anton, saya senang sekali bisa bersahabat dengan Pak Anton sekeluarga. Saya berharap sebagai anak-anak Tuhan, kita terus bersaudara dan saling mendukung" saya memulai pembicaraan. "Karena umur saya jauh lebih muda dari Pak Anton, saya berharap Pak Anton bisa menjadi saudara tua saya. Kalau sekiranya Pak Anton tahu saya punya kesalahan, saya ingin Pak Anton memberikan koreksi dan masukan demi kebaikan saya. Sebaliknya kalau ada sesuatu yang sekiranya kurang pas dengan Pak Anton, saya berharap Pak Anton mau menerima koreksi dari saya; saudara seiman Pak Anton" lanjut saya. "Tentu saja ! Saya senang kalau Bu Ning mau menjadi saudara kami" kata Pak Anton "Saya akan senang kalau Bu Ning mau memberikan koreksi demi kebaikan dan keberlanjutan kerja sama proyek kita" lanjutnya. "Sebenarnya operasional proyek dan dampak pelayanan di sini sudah cukup bagus. Dan saya akan melaporkan kepada direktur saya tentang hal-hal positif yang saya temukan di sini. Tetapi supaya saya tidak berbohong dan membuat laporan palsu, saya mohon bantuan Pak Anton untuk melakukan koreksi-koreksi sebelum pertemuan dengan para penerima bantuan dilakukan. Yang pertama : sebagaimana kita tahu bahwa falsafah saluran air, dimana ketika menyalurkan air menjadi basah tidak berlaku dalam kerja sama lembaga kita. Beberapa pasal dalam perjanjian kerja sama menyebutkan bahwa keluarga pengurus dan staf pelaksana proyek tidak diperbolehkan menerima bantuan. Oleh sebab itu, demi nama baik Pak Anton secara pribadi dan juga nama yayasan, kalau Pak Anton tidak keberatan saya mengusulkan nomor 234 dan 240 dikosongkan supaya bisa diisi oleh anak-anak lain yang lebih membutuhkan. Menurut Pak Anton, bagaimana ?" saya berusaha mengambil keputusan secara partisipatif. "Kalau sekiranya itu akan membawa kebaikan dan kelanjutan kerja sama kita, saya tidak keberatan" kata Pak Anton penuh kerelaan "Yang kedua : soal bantuan atas nama Sumini dan beberapa anak lain yang ada dalam daftar ini, sebaiknya segera dikembalikan sesuai haknya. Sebagai anak Tuhan, kita tidak boleh menahan hak orang lain, apa lagi hak orang miskin" kata saya pelan sambil menyodorkan selembar kertas berisi daftar anak-anak asuh yang tidak menerima bantuan dengan semestinya. "Tapi dana itu sudah terpakai, Bu" kata Pak Anton. "Pak Anton masih punya kesempatan sampai besok untuk menyelesaikannya. Saya berharap sebelum pertemuan dengan para penerima bantuan, dana pengganti itu sudah ada. Saya tidak ingin membahas masalah penyimpangan proyek ini di depan para penerima bantuan supaya kepercayaan mereka terhadap yayasan tidak hilang. Saya juga tidak ingin melaporkan penyelewengan itu kepada direktur saya, kalau saja Pak Anton bisa menyelesaikan masalah tersebut sebelum pertemuan besok" kata saya "Apakah Ibu tidak bisa lebih bijaksana sedikit dengan tidak mempermasalahkan kejadian yang sudah berlalu dan kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama" Pak Anton meminta kelonggaran. "Saya hanya bisa bersikap bijaksana sebatas tidak mempermasalahkannya di depan para penerima bantuan maupun melaporkannya kepada direktur saya. Tetapi hak orang tetap harus kita kembalikan. Sekali lagi saya mohon pengertian Pak Anton. Bayangkan saja seandainya Sumini dan teman-temannya itu adalah anak-anak kandung kita" saya terus mendesak. "Bagaimana kalau kami tidak bisa menyelesakannya ?" Pak Anton masih mengharapkan kelonggaran dari saya. "Mau tidak mau kita akan membahas masalah ini bersama perwakilan penerima bantuan dan melaporkan apa adanya kepada direktur saya. Terus terang saya tidak tega kalau Pak Anton harus membuat pernyataan di atas kertas segel kapan Pak Anton akan menyelesaikan masalah itu. Oleh sebab itu saya mohon kerja sama Pak Anton" kata saya tanpa emosi. Setelah berbicara cukup lama, akhirnya Pak Anton menyanggupi "OK, saya akan menyelesaikannya, asalkan Bu Ning bisa membuat laporan secara bijaksana" Pak Anton berbanji. "Saya akan berusaha Pak !" saya berjanji. Saya sedikit lega karena permasalahan dengan Pak Anton sudah selesai, tinggal bagaimana saya menyusun laporan supaya tidak menjatuhkan yayasan tetapi juga tidak berbohong. Saat exit conference digelar, saya berusaha berbicara dengan hati-hati. Pertama kali saya menyampaikan hal-hal positif yang saya temukan. Kemudian saya mengatakan bahwa ada beberapa anak yang tidak bisa saya temui karena pindah tempat atau karena alasan lain sehingga terpaksa nomornya dikosongkan supaya bisa diisi oleh anak-anak lain yang membutuhkan. Sebaliknya ada anak-anak yang beberapa waktu lalu tertunda bantuannya, akan segera menerima haknya. Sayapun segera membagikan daftar anak lengkap dengan angka-angka bantuan yang akan segera dikembalikan oleh Pak Anton. Selanjutnya saya memberikan catatan supaya para pengurus badan perwakilan penerima bantuan semakin meningkatkan peran dan fungsinya. Saya tegaskan bahwa berfungsi tidaknya badan perwakilan tersebut dalam menyampaikan aspirasi penerima bantuan serta partisipasi aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan serta dalam mengontrol pengelolaan keuangan proyek sangat menentukan keberlanjutan proyek. Tanpa harus membeberkan penyimpangan yang telah terjadi, saya berharap dengan semakin berfungsinya badan perwakilan penerima bantuan, bisa mengurangi kemungkinan penyalahgunaan dana di proyek. Setelah saya kembali ke Jakarta, saya hanya melaporan hal-hal positif yang saya temukan termasuk usaha pengurus yayasan dalam penyelesaian masalah proyek. Beberapa nomor anak saya usulkan untuk dikosongkan karena anak-anak tersebut tidak ada lagi di desa dampingan yang telah disepakati. Selain membuat laporan resmi kepada direktur, saya membuat catatan singkat untuk konsumsi program officer yang akan bertugas melakukan supervise, evaluasi dan internal audit selanjutnya. Kepada program officer di department saya, saya menyerahkan daftar anak-anak yang perlu mendapat prioritas dikunjungi, yaitu anak-anak yang bantuannya tertahan dan sejumlah dana yang seharusnya diterimanya untuk verifikasi selanjutnya. [Non-text portions of this message have been removed] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: jesus-net@yahoogroups.com Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/