JNM - Kasih Karunia Keselamatan

2011-02-15 Thread Redaksi
KASIH KARUNIA  KESELAMATAN

" [8] Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, [9] itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri. [10] Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."
(Efesus 2:8-10)

Baru-baru ini dalam ceramah tentang sekte, seorang yang hadir yang Majelis
Jemaat bertanya: "Mengapa pengikut sekte itu biasanya menunjukkan perilaku
perbuatan yang lebih baik dibandingkan umat kristen pada umumnya?"
Pertanyaan ini menggelitik para hadirin, soalnya kalau kita melihat
penampilan lahiriah kita memang melihat adanya perbandingan yang kasat mata.
Biasanya sekte-sekte yang bersifat eksklusif dan elitis mempraktekkan
beberapa perilaku 'kesalehan lahiriah'. Ada yang melarang jemaatnya merokok
dan minum minuman keras, dan ada pula yang memberlakukan 'taurat baru'
seperti tidak makan makanan haram, perilaku-perilaku yang sering dipandang
sebagai syarat keselamatan. 

Kebaikan Buatan 

Memang keselamatan seseorang tidak disebabkan merokok atau tidak namun kalau
dunia menganggap 'merokok merugikan kesehatan' bukankah sepatutnya umat
kristen (lebih-lebih pendeta) menunjukkan teladan hidup yang baik? Namun
apakah semua perilaku kesalehan buatan dan taurat baru itu diperkenan Allah
atau hanya diperkenan manusia? Dan apakah peran kehidupan saleh dalam hidup
seseorang yang percaya?

Seorang ahli yang mendalami masalah 'sekte' mengatakan bahwa
'sekte-sekte adalah hutang yang harus dibayar gereja.' Bukankah umat kristen
yang percaya masih sering hidup dengan etika yang sama dengan orang duniawi?
Di negara-negara Barat yang secara tradisional disebut 'kristen' bahkan
masakini kita melihat angka persentasi perceraian tinggi dan dosa-dosa
seksual seperti perselingkuhan dan praktek homoseksual di kalangan beragama
kristen tidak beda dengan persentasi di kalangan masyarakat umum. 

Memang penampilan lahiriah tidak menjamin sifat sama didalamnya, namun orang
pada umumnya terpukau melihat apa yang kelihatan dan kurang melihat hakekat
kebaikan hati sebenarnya dan ibarat membeli buku yang dilihat pertama
kalinya adalah covernya sekalipun isi buku tidak sehebat itu, demikianlah
dengan perilaku manusia.

Benarkah kesalehan atau taurat-baru itu mencerminkan apa yang ada di
dalamnya? Seharusnya, namun kenyataan sebenarnya tidak seindah itu dan
sering berbeda dengan itu, soalnya sesuatu yang bersifat 'buatan'
(artificial) belum tentu sesuai dengan kwalitas apa yang ada didalamnya. Ini
menimbulkan pertanyaan kalau begitu 'Bagaimanakah perilaku seharusnya
seorang kristen yang telah diselamatkan itu?' Apakah berperilaku sama dengan
orang duniawi ataukah ada ciri-ciri lahiriah yang kelihatan?

Buah Kasih Karunia 

Perjanjian Baru memberikan petunjuk yang tepat mengenai bagaimana sepatutnya
kehidupan lahirian seorang pengikut Tuhan Yesus Kristus yang yakin dirinya
telah diselamatkan itu. Ayat-ayat pada awal artikel ini memberikan rangkuman
perihal bagaimana sebaiknya etika kristen itu.

(1)  Pertama, keselamatan itu adalah kasih karunia [ayat-8], sesuatu yang
kita terima dari Allah, namun ini menimbulkan pertanyaan lain sebegitu
mudahkan keselamatan itu kita terima dan semua orang menerimanya? Apakah
tidak ada peran manusia di dalamnya? Karunia keselamatan adalah bukti Allah
bahwa Ia 'mengasihi isi dunia';

(2)  Kedua, tidak semua orang akan menerimanya melainkan hanya yang
'menerimanya oleh iman.' Memang Tuhan berkuasa memberikan kasih karunia
keselamatan kepada semua orang yang diperkenankannya namun Tuhan sebagai
pribadi Ilahi yang berkuasa tidak begitu gampangan dengan karunianya
melainkan 'Allah menuntut adanya iman.' Dalam Yohanes 3:16 disebutkan
'barangsiapa percaya' akan memperoleh hidup yang kekal (band. Kisah 16:31);

(3)  Ketiga, keselamatan bukanlah hasil usaha atau pekerjaan manusia,
melainkan 'pemberian Allah' karena itu tidak patut seorang memegahkan diri
seakan-akan ia menganggap telah mempraktekkan kesalehan dan menjalankan
taurat baru seperti menjalankan sabat atau tidak makan ini-itu sebagai
kredit masuk sorga. Kalau begitu, apakah kita bisa bebas hidup dengan
perilaku kita?

(4)  Keempat, tentu tidak, sebab sekalipun Allah memilih manusia yang
dikasihinya, firman-Nya menyebutkan bahwa karena kita adalah 'buatan Allah'
dan diciptakan 'dalam Kristus,' maka karena kita telah disiapkan Allah
sebelumnya, tentulah kita patut menunjukkan perilaku hidup sesuai firman
Allah dalam pertobatan dan ketaatan. Perumpamaan Penabur (Matius 13)
menunjukkan bahwa pohon yang hidup baik dan subur itu ditunjukkan dengan
buah-buah lebat yang dihasilkannya, dan firman Tuhan menyebutkan bahwa
"Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33).

Akhirnya . . . 

Dari ayat-ayat yang dirangkum dalam empat butir diatas, kita melihat bahwa
'Keselamatan bukanlah karena usaha/amal baik manusia' misalnya dengan hidup
saleh atau 

JNM - Kasih Karunia Keselamatan

2011-04-19 Thread Redaksi
KASIH KARUNIA PASKAH

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

 

Ayat diatas menunjukkan dengan jelas kehadiran Yesus, Anak Allah, untuk
mempertegas kehadiran kasih karunia Allah secara nyata dalam dunia ini
dimana keselamatan menuju hidup yang kekal dikaruniakan oleh Allah bukan
hanya untuk orang Yahudi saja melainkan kepada semua orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus. Ayat ini sekaligus mengubah perseppsi agama yang secara
turun temurun diikuti orang Yahudi dengan menjalankan Taurat dengan segala
ritual agamani yang seakan-akan menyenangkan hati manusia yang melakukannya
namun ternyata tidak menyenangkan Allah.

Jalan Keselamatan Agama

Setidaknya ada tiga aliran besar jalan keselamatan yang bisa ditemui dalam
agama-agama, yaitu: (1) yang pertama yang paling umum adalah agama
amal-baik, yaitu bahwa keselamatan diperoleh karena perbuatan baik manusia,
apakah itu dengan mempersembahkan korban, bertarak (askese) atau menjalankan
kehidupan tidak makan daging (vegetarian), atau dalam agama Yahudi seperti
yang tercatat dalam Perjanjian Lama dengan menjalankan taurat seperti
memelihara Sabat, Hari-hari Raya Yahudi, dan Makan makanan halal; (2) yang
kedua yaitu keselamatan melalui pemikiran, apakah itu pemikiran akan gnosis
(pengetahuan tertinggi) yang diyakini kelompok gnostik atau dengan kehendak
bebas memilih menuju keberhasilan; dan (3) yang ketiga diperkenalkannya
kabar baik kasih-karunia yang menyatakan kemahakuasaan Allah dalam
menyelamatkan manusia melalui penebusan dosa dan penebusan darah Kristus
yang adalah Anak Allah, pengajaran ini bisa dilihat dalam Perjanjian Baru.

Sekalipun dalam kitab Injil kasih karunia keselamatan belum banyak
ditegaskan berhubung kitab Injil mewartakan misi Yesus dalam inkarnasinya di
bumi, dan baru dibagian belakang kitab Injil kita melihat penebusan Yesus
yang menunjukkan bahwa 'Ialah Tuhan' yang menuntaskan keselamatan manusia
melalui pengorbanan diri-Nya, dalam Kisah Rasul-rasul dan lebih jelas dalam
tulisan para rasul pengajaran ini makin jelas. Sekalipun Kitab Injil tidak
banyak berbicara mengenai kasih karunia Allah selain ayat pembuka artikel
ini, dalam kitab Injil banyak ditemui berita transisi ke arah itu, misalnya
soal Sabat dimana Yesus berkali-kali disalahkan oleh orang Farisi, soal
makanan halal dan haram yang ditiadakan oleh Yesus, maupun ritual korban
yang sudah digenapi oleh pengorbanan diri-Nya dikayu salib. Tuhan Yesus
dimusuhi oleh orang Farisi karena Ia dituduh ingin merombak hukum Taurat
yang selama ini dengan ketat dijalankan dalam agama amal-baik Yahudi yang
didasarkan pesan Perjanjian Lama. Tuhan Yesus berfirman dengan tegas kepada
pengikut Taurat: "Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat
istiadat manusia." (Mrk.7:8)

Mengapa perbuatan/amal baik tidak menyelamatkan? Ini dikarenakan manusia
semakin jahat dan dalam dirinya dosa telah membelenggunya sehingga sekalipun
sudah dicoba selama ribuan tahun dengan memberikan hukum taurat, ternyata
umat Yahudi juga tidak mampu melepaskan diri dari dosa-dosa mereka, dan
hukum Taurat telah merosot sekedar menjadi adat-istiadat manusia, itulah
sebabnya Allah mengutus Anaknya yang Tunggal ke dalam dunia ini agar barang
siapa yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.
Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri karena itu Allah perlu
turun (melalui Anak Allah) untuk memungkinkan keselamatan itu terjadi.

Paskah Sebagai Realisasi Kasih Karunia Allah

Paskah yang mencakup kemenangan dan kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian
merupakan kenangan akan Kasih Karunia Keselamatan yang datang dari Allah
sendiri. Yohanes dalam Injilnya dengan jelas menyebutkannya (Yoh.3:16),
dalam Suratnya juga rasul Yohanes mengatakan bahwa: "Anak-Nya Yesus Kristus.
Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal." (1Yoh.5:20).  Disini
kembali ditekankan 'kepada Yesus sebagai Tuhan' adalah jalan yang telah
disediakan Allah agar manusia dapat menerima pengampunan dosa melalui
penebusan darah Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia itu. Dengan
demikian, jalan amal baik Perjanjian Lama telah digantikan oleh jalan Kasih
Karunia Perjanjian Baru.

Ketika beberapa orang Yahudi dari Yudea datang ke Anthiokia mengajarkan
bahwa umat kristen harus disunat dan menjalankan adat-istiadat Musa (Taurat)
yang turun-temurun diikuti oleh bangsa Yahudi (Kis.15), mereka ditentang
oleh rasul Paulus dan Barnabas. Dalam suratnya kepada orang Galatia, rasul
Paulus menulis:

"Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum
Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman,
kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang
ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai
sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Gal.5:4-6)

Kasus menjalankan T