JNM - Kasih Karunia Keselamatan
KASIH KARUNIA KESELAMATAN " [8] Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, [9] itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. [10] Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:8-10) Baru-baru ini dalam ceramah tentang sekte, seorang yang hadir yang Majelis Jemaat bertanya: "Mengapa pengikut sekte itu biasanya menunjukkan perilaku perbuatan yang lebih baik dibandingkan umat kristen pada umumnya?" Pertanyaan ini menggelitik para hadirin, soalnya kalau kita melihat penampilan lahiriah kita memang melihat adanya perbandingan yang kasat mata. Biasanya sekte-sekte yang bersifat eksklusif dan elitis mempraktekkan beberapa perilaku 'kesalehan lahiriah'. Ada yang melarang jemaatnya merokok dan minum minuman keras, dan ada pula yang memberlakukan 'taurat baru' seperti tidak makan makanan haram, perilaku-perilaku yang sering dipandang sebagai syarat keselamatan. Kebaikan Buatan Memang keselamatan seseorang tidak disebabkan merokok atau tidak namun kalau dunia menganggap 'merokok merugikan kesehatan' bukankah sepatutnya umat kristen (lebih-lebih pendeta) menunjukkan teladan hidup yang baik? Namun apakah semua perilaku kesalehan buatan dan taurat baru itu diperkenan Allah atau hanya diperkenan manusia? Dan apakah peran kehidupan saleh dalam hidup seseorang yang percaya? Seorang ahli yang mendalami masalah 'sekte' mengatakan bahwa 'sekte-sekte adalah hutang yang harus dibayar gereja.' Bukankah umat kristen yang percaya masih sering hidup dengan etika yang sama dengan orang duniawi? Di negara-negara Barat yang secara tradisional disebut 'kristen' bahkan masakini kita melihat angka persentasi perceraian tinggi dan dosa-dosa seksual seperti perselingkuhan dan praktek homoseksual di kalangan beragama kristen tidak beda dengan persentasi di kalangan masyarakat umum. Memang penampilan lahiriah tidak menjamin sifat sama didalamnya, namun orang pada umumnya terpukau melihat apa yang kelihatan dan kurang melihat hakekat kebaikan hati sebenarnya dan ibarat membeli buku yang dilihat pertama kalinya adalah covernya sekalipun isi buku tidak sehebat itu, demikianlah dengan perilaku manusia. Benarkah kesalehan atau taurat-baru itu mencerminkan apa yang ada di dalamnya? Seharusnya, namun kenyataan sebenarnya tidak seindah itu dan sering berbeda dengan itu, soalnya sesuatu yang bersifat 'buatan' (artificial) belum tentu sesuai dengan kwalitas apa yang ada didalamnya. Ini menimbulkan pertanyaan kalau begitu 'Bagaimanakah perilaku seharusnya seorang kristen yang telah diselamatkan itu?' Apakah berperilaku sama dengan orang duniawi ataukah ada ciri-ciri lahiriah yang kelihatan? Buah Kasih Karunia Perjanjian Baru memberikan petunjuk yang tepat mengenai bagaimana sepatutnya kehidupan lahirian seorang pengikut Tuhan Yesus Kristus yang yakin dirinya telah diselamatkan itu. Ayat-ayat pada awal artikel ini memberikan rangkuman perihal bagaimana sebaiknya etika kristen itu. (1) Pertama, keselamatan itu adalah kasih karunia [ayat-8], sesuatu yang kita terima dari Allah, namun ini menimbulkan pertanyaan lain sebegitu mudahkan keselamatan itu kita terima dan semua orang menerimanya? Apakah tidak ada peran manusia di dalamnya? Karunia keselamatan adalah bukti Allah bahwa Ia 'mengasihi isi dunia'; (2) Kedua, tidak semua orang akan menerimanya melainkan hanya yang 'menerimanya oleh iman.' Memang Tuhan berkuasa memberikan kasih karunia keselamatan kepada semua orang yang diperkenankannya namun Tuhan sebagai pribadi Ilahi yang berkuasa tidak begitu gampangan dengan karunianya melainkan 'Allah menuntut adanya iman.' Dalam Yohanes 3:16 disebutkan 'barangsiapa percaya' akan memperoleh hidup yang kekal (band. Kisah 16:31); (3) Ketiga, keselamatan bukanlah hasil usaha atau pekerjaan manusia, melainkan 'pemberian Allah' karena itu tidak patut seorang memegahkan diri seakan-akan ia menganggap telah mempraktekkan kesalehan dan menjalankan taurat baru seperti menjalankan sabat atau tidak makan ini-itu sebagai kredit masuk sorga. Kalau begitu, apakah kita bisa bebas hidup dengan perilaku kita? (4) Keempat, tentu tidak, sebab sekalipun Allah memilih manusia yang dikasihinya, firman-Nya menyebutkan bahwa karena kita adalah 'buatan Allah' dan diciptakan 'dalam Kristus,' maka karena kita telah disiapkan Allah sebelumnya, tentulah kita patut menunjukkan perilaku hidup sesuai firman Allah dalam pertobatan dan ketaatan. Perumpamaan Penabur (Matius 13) menunjukkan bahwa pohon yang hidup baik dan subur itu ditunjukkan dengan buah-buah lebat yang dihasilkannya, dan firman Tuhan menyebutkan bahwa "Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Akhirnya . . . Dari ayat-ayat yang dirangkum dalam empat butir diatas, kita melihat bahwa 'Keselamatan bukanlah karena usaha/amal baik manusia' misalnya dengan hidup saleh atau
JNM - Kasih Karunia Keselamatan
KASIH KARUNIA PASKAH "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Ayat diatas menunjukkan dengan jelas kehadiran Yesus, Anak Allah, untuk mempertegas kehadiran kasih karunia Allah secara nyata dalam dunia ini dimana keselamatan menuju hidup yang kekal dikaruniakan oleh Allah bukan hanya untuk orang Yahudi saja melainkan kepada semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Ayat ini sekaligus mengubah perseppsi agama yang secara turun temurun diikuti orang Yahudi dengan menjalankan Taurat dengan segala ritual agamani yang seakan-akan menyenangkan hati manusia yang melakukannya namun ternyata tidak menyenangkan Allah. Jalan Keselamatan Agama Setidaknya ada tiga aliran besar jalan keselamatan yang bisa ditemui dalam agama-agama, yaitu: (1) yang pertama yang paling umum adalah agama amal-baik, yaitu bahwa keselamatan diperoleh karena perbuatan baik manusia, apakah itu dengan mempersembahkan korban, bertarak (askese) atau menjalankan kehidupan tidak makan daging (vegetarian), atau dalam agama Yahudi seperti yang tercatat dalam Perjanjian Lama dengan menjalankan taurat seperti memelihara Sabat, Hari-hari Raya Yahudi, dan Makan makanan halal; (2) yang kedua yaitu keselamatan melalui pemikiran, apakah itu pemikiran akan gnosis (pengetahuan tertinggi) yang diyakini kelompok gnostik atau dengan kehendak bebas memilih menuju keberhasilan; dan (3) yang ketiga diperkenalkannya kabar baik kasih-karunia yang menyatakan kemahakuasaan Allah dalam menyelamatkan manusia melalui penebusan dosa dan penebusan darah Kristus yang adalah Anak Allah, pengajaran ini bisa dilihat dalam Perjanjian Baru. Sekalipun dalam kitab Injil kasih karunia keselamatan belum banyak ditegaskan berhubung kitab Injil mewartakan misi Yesus dalam inkarnasinya di bumi, dan baru dibagian belakang kitab Injil kita melihat penebusan Yesus yang menunjukkan bahwa 'Ialah Tuhan' yang menuntaskan keselamatan manusia melalui pengorbanan diri-Nya, dalam Kisah Rasul-rasul dan lebih jelas dalam tulisan para rasul pengajaran ini makin jelas. Sekalipun Kitab Injil tidak banyak berbicara mengenai kasih karunia Allah selain ayat pembuka artikel ini, dalam kitab Injil banyak ditemui berita transisi ke arah itu, misalnya soal Sabat dimana Yesus berkali-kali disalahkan oleh orang Farisi, soal makanan halal dan haram yang ditiadakan oleh Yesus, maupun ritual korban yang sudah digenapi oleh pengorbanan diri-Nya dikayu salib. Tuhan Yesus dimusuhi oleh orang Farisi karena Ia dituduh ingin merombak hukum Taurat yang selama ini dengan ketat dijalankan dalam agama amal-baik Yahudi yang didasarkan pesan Perjanjian Lama. Tuhan Yesus berfirman dengan tegas kepada pengikut Taurat: "Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Mrk.7:8) Mengapa perbuatan/amal baik tidak menyelamatkan? Ini dikarenakan manusia semakin jahat dan dalam dirinya dosa telah membelenggunya sehingga sekalipun sudah dicoba selama ribuan tahun dengan memberikan hukum taurat, ternyata umat Yahudi juga tidak mampu melepaskan diri dari dosa-dosa mereka, dan hukum Taurat telah merosot sekedar menjadi adat-istiadat manusia, itulah sebabnya Allah mengutus Anaknya yang Tunggal ke dalam dunia ini agar barang siapa yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri karena itu Allah perlu turun (melalui Anak Allah) untuk memungkinkan keselamatan itu terjadi. Paskah Sebagai Realisasi Kasih Karunia Allah Paskah yang mencakup kemenangan dan kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian merupakan kenangan akan Kasih Karunia Keselamatan yang datang dari Allah sendiri. Yohanes dalam Injilnya dengan jelas menyebutkannya (Yoh.3:16), dalam Suratnya juga rasul Yohanes mengatakan bahwa: "Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal." (1Yoh.5:20). Disini kembali ditekankan 'kepada Yesus sebagai Tuhan' adalah jalan yang telah disediakan Allah agar manusia dapat menerima pengampunan dosa melalui penebusan darah Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia itu. Dengan demikian, jalan amal baik Perjanjian Lama telah digantikan oleh jalan Kasih Karunia Perjanjian Baru. Ketika beberapa orang Yahudi dari Yudea datang ke Anthiokia mengajarkan bahwa umat kristen harus disunat dan menjalankan adat-istiadat Musa (Taurat) yang turun-temurun diikuti oleh bangsa Yahudi (Kis.15), mereka ditentang oleh rasul Paulus dan Barnabas. Dalam suratnya kepada orang Galatia, rasul Paulus menulis: "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Gal.5:4-6) Kasus menjalankan T