[keluarga-islam] Re: Tanpa madzhab, tanpa tharekat, tanpa jama'ah; masih Islam juga koq ?

2006-05-20 Terurut Topik banganut





Adanya jamaah-jamaah sebagai
bentuk bentuk respon dari ummat Islam terhadap etika hidup yang bersumber dari
manusia.




Perbedaan nama, cara serta visi dan missinya hampir tidak
dapat dijadikan indikator bahwa jamaah jamaah yang berbeda keislamannya.










Sikap "kekanak-kanakan"  para anggota jamaah yang masih perlu belajar tentang idealisme jamaahnya
sendiri.
Seringkali para jamaahnya sering lupa bahwa jamiyyah
adalah  alat sehingga malah dijadikan
tujuan.




Sabar saja nanti juga dewasa ... 






wassalam




anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, gotho loco <[EMAIL PROTECTED]> wrote:>> Masihkah?>   >   Ada suatu tarekat,  lalu dibaiat...>   Hanya mau berdiskusi dengan seikhwan, diluar itu tertutup untuk diskusi, harus apa kata guru mursid. >   >   Mengapa yah?>   >   Contoh :>   Gunung itu jangan kau kira diam, ia bergerak.>   >   Secara fisikal bisa dijelaskan bahwa gunung emang bergerak,>   namun secara hakekat gunung yang dimaksud di qur'an bukan>   gunung itu. >   Ketika ditanyakan "gunung" itu ada didalam diri kita, lalu saya tanya apa itu? >   >   itu rahasia. >   >   Adilkah ? Mengapa ada rahasia-rahasiahan semodel begini; banyak lagi yang lainnya.>   >   Salam >   >   > banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:Kebanyakan ummat Islam saat ini mempertanyakan sejumlah kemestian >   terikat (taken for granted) terhadap banyak hal, termasuk terhadap >   mazhab-mazhab atau tharekat ataupun jamaah.>   Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang yang >   Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang >   mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Q.S. 16/al->   Nahal:43).>   > > 		> -> Blab-away for as little as 1¢/min. Make  PC-to-Phone Calls using Yahoo! Messenger with Voice.>







Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "keluarga-islam" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[keluarga-islam] Re: Ibadah ritual .,,,

2006-05-20 Terurut Topik banganut



Shalat adalah salah satu rukun Islam. Bahkan Muhammad SAW menjelaskan bahwa shalat adalah tiang agama. 
Bila seseorang mengerjakannya berarti ia telah menegakkan agama. Sebaliknya bila ia meninggalkannya berarti ia telah meruntuhkan agamanya. (al-Hadis) 
Paling tidak ada lima alasan mengapa kita harus shalat: 

Sebagai konsekuensi dari keimanan kita kepada Allah SWT, maka kita harus mengabdi kepada-Nya. Shalat adalah cara paling sempurna dan paling lengkap dalam mengabdi kepada Allah. 
Dalam kehidupan, kita selalu membutuhkan pertolongan dari Tuhan, apalagi kalau kita sedang menghadapi kesulitan. Komunikasi yang paling efektif dengan-Nya untuk meminta pertolongan adalah shalat. 
Shalat adalah identitas pembeda antara orang yang beriman dengan yang tidak. 
Shalat dapat menjadi perisai bagi seseorang dari keterjerumusannya pada hal-hal dan prilaku negatif. Jika seseorang terlanjur terjerumus, dengan shalat selalu ada "jendela" baginya untuk taubat dan keluar dari keterjerumusannya. 
Dengan shalat hati seseorang akan menjadi lapang serta kerumitan pikiran pun akan menjadi longgar.
wassalam
anut
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "wandysulastra" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:>> Punten, bade ngiringan ah..> > Memang, kebanyakan dari kita sewaktu kecil dipaksa untuk > melaksanakan kewajiban shalat tanpa diberi pemahaman mengapa kita > harus melaksanakan kewajiban tersebut, yang pada akhirnya terbawa > hingga dewasa. Karena tidak memahami maksud dan tujuannya itulah > sehingga yang kita lakukan hanyalah sekedar melakukan ibadah > seremonial tanpa kesadaran, dan tanpa mengetahui dan merasakan nilai > spiritual yang ada di dalamnya. Tidak heran jika kemudian > melaksanakan shalat ataupun tidak, ya tidak ada bedanya, tidak ada > pengaruh apa-apa terhadap diri kita. Keadaan seperti inilah yang > terkadang menyebabkan seringnya kita mengalami kepenatan dan > kejenuhan dalam melaksanakan kewajiban tersebut. > > Benar bahwa shalat adalah suatu kewajiban yang harus kita tegakkan. > Allah berfirman:> > "Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit> dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan> sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari." (13:15)> > "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (53:62)> > ""Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al > Qur'an) dan dirikanlah shalat…" (29:45)> > Shalat diwajibkan kepada kita sebagai wujud penghambaan yang nyata > dari seorang mahluk kepada sang khalik. Aktivitas shalat merupakan > bukti keseriusan kita sebagai hamba Allah. Shalat bukan hanya > sekedar aktivitas jasmani, tetapi juga ruhani yang dalam > pelaksanaannya seharusnya didasari oleh rasa ihsan. Jika shalat > dilakukan dengan baik, maka pekerjaan lainnya pun akan dikerjakan > dengan serius dan tidak main2. Seperti yang disebutkan dalam sebuah > hadits:> > "Amal yang pertama-tama ditanya Allah pada hamba di hari kiamat > nanti ialah amalan shalat. Bila shalatnya dapat diterima, maka > seluruh amalnya, dan bila shalatnya ditolak akan tertolak pula > seluruh amalnya." (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)> > Jadi shalat merupakan barometer diterima atau tidaknya amalan2 kita > yang lainnya.> > Disamping sebagai suatu kewajiban, jika kita perhatikan dari dalil2 > alQuran dan Hadits, sebenarnya shalat adalah suatu kebutuhan. Allah > mewajibkan kita shalat, karena sesungguhnya Allah mengetahui bahwa > kita membutuhkan shalat. Shalat merupakan karunia yang sangat besar > yang Allah sediakan untuk kita selaku hamba-Nya. Dan hanya orang2 > yang khusyuk dalam shalatnya yang akan dapat merasakan kebutuhan > akan shalat.> > Keterangan2 berikut mudah2an dapat menunjukan bahwa shalat adalah > suatu kebutuhan dan bukan sekedar kewajiban:> > Allah berfirman:> > "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) > selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat > Aku." (Thaahaa: 14).> > Tujuan utama shalat kata Allah adalah untuk mengingat-Nya > (Dzikrullah). Shalat adalah sarana komunikasi antara seorang hamba > dengan Tuhannya secara langsung tanpa perantara, seperti yang > disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra bahwa > Rasulullah saw bersabda : Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.> > "Artinya : Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua > bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia > membaca : "Segala puji bagi Allah". Maka Allah menjawab : "Hamba-Ku > telah memuji-Ku". Apabila ia membaca : "Yang Maha Pengasih lagi Maha > Penyayang". Maka Allah menjawab: "Hamba-Ku telah menyanjung-Ku". > Apabila ia membaca : "Penguasa hari pembalasan". Maka Allah > menjawab : "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku". Apabila ia membaca : " > Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami > memohon pertolongan". Maka Allah menjawab : "Ini separoh untuk-Ku > dan separoh untuk hamba-Ku". Apabila ia membaca : "Tunjukilah kami > kepada jalan yang lurus". Maka Allah menjawab : "Ini untuk ham

[keluarga-islam] Re: Perspektif tentang pemerintahan darul islam

2006-05-20 Terurut Topik banganut



Sistem perundang-undangan Islam dalam konsep kenegaraan dan 
pemerintahan dalam politik dalam negeri ataupun luar negeri 
sebenarnya sudah banyak tertulis dalam konsep. Hanya sayang belum 
ada uji coba secara matang. Selalu setiap proklamir negara 
menjalankan syariat Islam selalu disibukkan dengan gonjang-ganjing 
yang menjegal tegaknya syariat tersebut. 

Sehingga sampai saat ini belum bisa membuat studi banding yang 
layak. karena persoalan yang ada masih dalam bentuk fatwa-fatwa.

Secara kenegaraan, perundang-undangan sampai pidana, Karto 
Soewiryo sudah meletakkan dasar tersebut sesuai dengan zamannya. 
Walau pun belum bisa terwujudkan karena tersibukkan dengan perang.

Secara konsep Khilafah, Hukum bahkan madzhab mana yang akan 
digulirkan dalam suatu tatanan negara Abul a'la maududi sudah bisa 
mewakili.

Sudah begitu banyak fatwa-fatwa berbagai bidang persoalan oleh 
ulama-ulama dari berbagai kalangan tinggal yang mana yang layak 
didayagunakan.

Sebenarnya Negara Islam seperti Iran bisa jadi proyek percontohan dan 
studi banding kelayakan sekalipun Iran mayoritas syiah tidak seperti di 
Indonesia tinggal di kemas sedemikian rupa dengan alam Indonesia 
sendiri yang mayoritas sunni.


wassalam

anut
 
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Kang-Nceps <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Kalau berbicara pemerintahan, maka saat ini tidak akan ditemukan 
satupun
> sisitim pemerintahan yang paling pas untuk suatu daerah dan bisa
> diimplementasikan secara menyeluruh di seluruh belahan dunia,
> 
> sisitim pemerintahan darul islam pada tatanan dasar akan kembali 
kepada
> sunnah rasul dan Al qur'an , akan tetapi setiap negara membutuhkan 
suatu
> undang-undang dasar yang mengatur segala aspek kehidupan, nah 
reposisi
> Qur'an dan Sunnah rasul bisa menempati posisi dasar dari suatu 
pemerintahan
> sebagai undang-undang yang menjadi pokok acuan, akan tetapi pada 
level yang
> lebih tinggi maka sistim pemerintahan akan mengikuti kebutuhan dan
> karakteristik suatu bangsa,baik dari struktur politik, 
budaya,perekonomian,
> pertahanan dan keamanan, dsb,,dsb
> 
> bukan berarti saya mengatakan bahwa menolak khilafah islamiyah, 
akan tetapi
> sistim khilafah islamiyah bisa dijadikan bentuk dasarnya saja, dengan
> panduan Qur'an dan Sunnah sebagai UUD dan pada level yang lebih 
tinggi maka
> perlu modifikasi besar-besaran agar bisa bertahan menghadapi 
globalisasi dan
> pereknomoian moderan, dan perkembangan teknologi,
> 
> sisitim khilafah lama sudah tidak akan bisa bertahan terhadap 
perkembangan
> jaman maka perlu dirumuskan sistim baru yang tetap mengacu 
kepada UUD islam
> tadi, dengan berbagai unsur tambahan, kalau dikilas balik maka 
semua sama
> saja:
> 
> - Demokrasi/ musyawarah dimana pemerintahan manapun akan 
kembali kepada
> musyawarah untuk memutuskan suatu keputusan dan kebijakan 
pemerintahan
> ,hanya terletak pada perbedaan bahwa yang lain didominasi kepada 
unsur
> logika dan akal /nalar berikut budaya suatu bangsa, sedangkan 
khilafah islam
> dibatasi dengan aturan sunnah dan Qur'an
> 
> - Pemimpin atau khalifah, maka setiap negara manapun di saat ini 
akan selalu
> menggunakan sistim pemilihan dan kesepkatan, entah dalam skala 
kecil atau
> besar pasti akan menggunakan sistim pemilihan langsung oleh rakyat 
dan
> terbukti bahwa yang tidak bisa menerapkan maka akan  terbalik 
dengan
> sendirinya karena resistensi yang timbul
> 
> - Lembaga hukum, karena kehidupan yang multi religi dan multi 
kultural saat
> ini terlebih di awal abad 19 ini makin luas maka penerapan syariah 
islam
> dalam suatu negara, harus benar - benar dicermati dan ada terobosan
> besar-besaran, dikarenakan hal yang multi tadi maka lembaga 
hukum / mahkamah
> agung dipandang sebagai alat utama dalam penyelesaian hukum 
berdasarkan tata
> norma logika dan nalar yang paling manusiawi, dan ukuran manusia 
bisa jadi
> berbeda bila diukur dengan kacamata agama
> 
> - Kelemahan dalam pemahaman proses penentuan akhir suatu 
keputusan melalui
> jalur mazhab yang paling dominan , karena hal ini bahkan tidak bisa
> dijadikan landasan apabila 4 atau 5  mazhab berada dalam suatu 
area yang
> sama dan sampai kepada keputusan yang memerlukan jalur berfikir 
yang berbeda
> dan menghasilkan keputusan yang berbeda maka akan timbul silang 
sengketa,
> sehingga pada akhirnya akan sama bahwa mazhab yang paling 
mendominasi
> lembaga hukum tersebut akan menjadi final keputusan,
> 
> - Perkembangan perekonomian dan sistim perekonomian yang saat 
ini ada di
> dunia, perlu di serap sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu 
sistim
> pereknomian islami yang juga bisa diterima oleh banyak pihak, 
misalnya
> pembayaran upah buruh yang dalam sistim islam tidak mengenal 
bulanan, atau
> sistim bantuan pinjaman luar negeri yang menimbulkan bunga dan 
hutang, atau
> antisipasi pekembangan sistim perbedaan nilai tukar antar negara, 
bagaimana
> suatu deflasi dan inflasi diterjemahkan,
> dll,,dll
> 
> sekian dulu,
> 
> wassalam
> knC
>











Ilmu me

Re: [keluarga-islam] Tanpa madzhab, tanpa tharekat, tanpa jama'ah; masih Islam juga koq ?

2006-05-20 Terurut Topik gotho loco



Masihkah?Ada suatu tarekat,  lalu dibaiat...  Hanya mau berdiskusi dengan seikhwan, diluar itu tertutup untuk diskusi, harus apa kata guru mursid. Mengapa yah?Contoh :  Gunung itu jangan kau kira diam, ia bergerak.Secara fisikal bisa dijelaskan bahwa gunung emang bergerak,  namun secara hakekat gunung yang dimaksud di qur'an bukan  gunung itu.   Ketika ditanyakan "gunung" itu ada didalam diri kita, lalu saya tanya apa itu? itu rahasia. Adilkah ? Mengapa ada rahasia-rahasiahan semodel begini; banyak lagi yang lainnya.Salam banganut <[EMAIL PROTECTED]> wrote:Kebanyakan ummat Islam saat ini mempertanyakan sejumlah kemestian   terikat (taken for granted) terhadap banyak hal, termasuk terhadap  
 mazhab-mazhab atau tharekat ataupun jamaah.  Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang yang   Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang   mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Q.S. 16/al-  Nahal:43).  
		Blab-away for as little as 1¢/min. Make  PC-to-Phone Calls using Yahoo! Messenger with Voice.





Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "keluarga-islam" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









RE: [keluarga-islam] Re: Muhasabah fil Manhaj (Ittiba')

2006-05-20 Terurut Topik Firli Purnandi










Ass,

 

Saya Cuma heran
kenapa sih dalam berbagai pendapat …yang jadi acuan hanya orang2 dari jauh sana
(timur tengah) yang jauh dari pandangan kita..dan hanya mereka terus yang jadi
bahan…ia kalau kita benar..kalau salah?..kasiankan mereka…, kenapa ulama2 besar
kita juga tidak dimasukkan dalam melakukan pendekatan2, kasian juga beliau2 itu…biar
begimanapun beliau2 itu lah yang memperkenalkan kita kepada agama islam…….

 

Apa bener nih,
kalau pemahaman2 yang diberikan hanya untuk mencari pengaruh dan kekuasaan2
saja…kenapa juga sih kita gak menyerahkannya pada yang maha berkehendak Yaitu
ALLAH S.W.T. 

 

Truss ada
yang bilang nanti akan ada imam mahdi A.S yang akan turun ke bumi untuk
memberikan kebenaran2 apa betul nih..kalau bener kenapa sekarang kita harus
saling merasa ajarankita benar….

 

Truss
kalau seandainya para ulama yang dulu beraliran tasawuf sampai akhir hayatnya
tetap beraliran tasawuf..berarti dia masuk neraka donk?..

Truss
kalau seandainya para ulama yang dulu tidak beraliran tasawuf masuk surga ya?..

Truss
kalau  seandainya …

Truss
kalau seandainya…..

 

Sadarilah setelah
wafatnya Rosullah dan Para sahabatnya, kita (khususnya orang Indonesia) ini
hanya mengikuti orang2 yang kita ANGGAP BENAR….sekali lagi kita hanya mengikuti
orang2 yang kita ANGGAP BENAR. Bukan berarti orang yang telah BENAR. 

 

Maaf ilmu
saya hanya sedikit, jadi tulisannya ya hanya sedikit…jangan mendahului kehendak
ALLAH dengan mengatakan sesat pada suatu ajaran ataupun suatu aliran. Kita
serahkan aja semuanya pada ALLAH. Dan jadi manusia jangan sombong…dengan
mengatakan sayalah yang benar atau dengan memaksakan argumen2 yang kita sendiri
gak pernah ngalami atau melihatnya..hehhe lucu ya..

 

Salah satu
Yang penting, salah satu loh ya..:

 

(yaitu)
mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, 

dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.

Mereka
itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.

 

wassalam

 

-Original
Message-
From: banganut
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, May 20, 2006 12:58
PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Re:
Muhasabah fil Manhaj (Ittiba')

 

Bagaimana dengan keterangan yang dibuat
oleh Ibn Taymiyyah, demikian: "...'Ali adalah imam, dan ia benar dalam
perangnya melawan orang-orang yang memeranginya; begitu pula mereka yang
memerangi 'Ali, yang terdiri dari para sahabat seperti Thalhah dan al-Zubayr,
semuanya adalah orang-orang yang melakukan ijtihad dan benar. Inilah pendapat
mereka yang berpandangan bahwa setiap orang yang berijtihad itu benar, yaitu
pendapat para tokoh Mu'tazilah dari kota Basrah yang terdiri dari Abu
al-Hudzayl, Abu 'Ali, dan Abu Hasyim, serta tokoh-tokoh lain yang sepakat
dengan mereka dari kalangan para pengikut Asy'ari seperti al-Qadli Abu Bakr
(al-Baqillani) dan Abu Hamid (al-Ghazali), dan itu pula pendapat yang terkenal
dari Abu al-Hasan al-Asy'ari. Mereka (para 'ulama) itu juga memandang Mu'awiyah
sebagai seorang yang berijtihad dan benar dalam perangnya (melawan 'Ali),
sebagaimana 'Ali pun benar. Ini juga menjadi pendapat para fuqaha' dari
kalangan para pengikut Ahmad (ibn Hanbal) dan lain-lain ..." (Minhaj, jil.
1, hh. 192-3).

Interpretasi atas berbagai peristiwa
pertengkaran para sahabat itu, seperti dilakukan oleh Ibn Taymiyyah, ialah
dengan melihat bahwa semua mereka yang terlibat dalam pertengkaran itu
sebenarnya bertindak berdasarkan ijtihad mereka masing-masing dalam menghadapi
masalah yang timbul. Maka sebagai ijtihad, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah
hadits yang terkenal, (Yaitu sabda Nabi yang sering dikutip orang, "Jika
seorang hakim berijtihad dan tepat, maka baginya dua pahala; dan jika ia
berijtihad dan keliru, maka baginya satu pahala.") tindakan para sahabat
yang bertengkar --bahkan saling membunuh itu-- tetap mendapatkan pahala,
biarpun jika ternyata ijtihad mereka itu salah.

Apakah ini juga layak menjadi manhaj untuk
di ittiba' ?

 

wassalam

anut


--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "TM-Kuala Tanjung"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> 
> Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan
> dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan
> jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi
> petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan
> barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi
petunjuk
> kepadanya.
> 
> Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk
disembah
> kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa
> Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.
> 
> Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik
> petunjuk adalah petu