[keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH.......

2007-04-20 Terurut Topik al.fatih
Benar, biasanya yang terjadi ya seperti itu kalau kita kurang bisa 
menjaga salah satu metode dakwah yaitu bilhikmah.

Seperti yang ana bilang seorang yang resisten dengan sesuatu yang 
dianggapnya asing sebenarnya bukan ia menolak namun ia terburu-buru 
dengan pemikirannya, kebiasaannya atau pemikiran gurunya saja tanpa 
mau merujuk kepada al-Qur'an dan sunnah. ini kenyataan yang banyak 
terjadi sekarang.

Tugas kita hanya menasihati dalam kebenaran dan bersabar atas segala 
rintangan sekalipun orang tua kita sendiri. Bukan mendiamkan hanya 
dengan tujuan ukhuwah atau birul walidain. Lihat Nabi Ibrahim thd 
bapaknya, kisah Luqman thd anaknya, Nabi Muhammad SAW terhadap 
keluarga paman dan bibinya. Sama seperti kita dalam menasihati ortu 
kita yang masih merokok misal, katakan kepadanya merokok itu haram 
dan telah jelas kerusakan pada tubuh. Bukan malah kita berpendapat 
bahwa fiqh tentang rokok masih khilaf di antara ulama agar yang 
didakwahi senang dan tidak timbul percekcokan. Namun tentu dengan 
cara yang baik. ini dituntut keberanian dan hujjah yang mantap tanpa 
mengurangi rasa hormat kita kepadanya. Kalau mereka menolak dan 
hujjah sudah sampai ke mereka. Kita telah lepas dari kewajiban 
tinggal semua terserah kepada Allah ta'ala. 

Sebelum kita melanjutkan kepada argumen maka kita lihat apakah yang 
didakwahi cenderung bertahan dengan argumennya. Jika benar maka 
silahkan berargumen dalam batas-batas yang wajar bukan debat kusir. 
Yang perlu diperhatikan adalah karena hal ini menyangkut dinul 
Islam. Maka ulama sepakat tidak boleh menggunakan argumen kecuali 
dengan ilmu. Dahulukan perkataan Kitabullah kemudian sunnah 
Nabawiyah dan kesepakatan ataupun khilaf di antara para sahabat. 
Kenapa kita merujuk kepada pemahaman tersebut? ini karena pada kurun 
waktu tersebut Islam belum terpecah-pecah menjadi firqoh-firqoh yang 
banyak. Di masa Imam madzhab islam sudah berfirqoh-firqoh, maka dari 
itu setiap imam berwasiat kepada muridnya untuk meninggalkan 
pendapatnya jika ternyata menyelisihi pendapat al-qur'an dan sunnah 
serta ijma sahabat. Salah satu imam tersebut pernah mengatakan bahwa 
kembalinya islam tegak tidak dengan cara lain kecuali dengan apa 
yang dahulu Islam tegak dengannya.

barakallahu fik

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Firli Purnandi" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Apa bedanya antara menasehati dan berargumen...
> 
> Biasanya pembicaraan dimulai dengan "saya hanya menasehati"..
> 
> tapi berkembang dengan berargumen..truss berkembang perselisihan 
pendapat..truss berkembang dengan pembenaran...truss 
berkembang..apalagi kira2 ya?.mudah2an ujungnya saling 
menasehati saja ya.
> 
>  
> 
>   _  
> 
> From: al.fatih [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Friday, April 20, 2007 3:52 PM
> To: keluarga-islam@yahoogroups.com
> Subject: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH...
> 
>  
> 
> ana menghargai pendapat anta, namun ana sayangkan jika kaidah / 
> patokan 'bagi kami amalan kami, dan kalian amalan kalian' membuat 
> umat islam tercerai berai karena tidak ada tali pengikat yang 
sudah 
> diwasiatkan oleh Rasulullah SAW yg katanya beliau suri tauladan 
> kita. Kaidah itu menurut ana lebih tepat untuk diarahkan kepada 
non 
> muslim (kafir) bukan sesama muslim akh..bagaimana kita bicara 
ukuwah 
> namun kita menjauhkan masing-masing dari saling menasihati di 
dalam 
> kebenaran dan kesabaran. Dakwah itu gak akan ada yang mudah..akh, 
> namun nasihat menasihati gak boleh berhenti dengan alasan takut 
> memecah belah umat. 
> 
> Qolallah:
> Kuntum khoyro ummatin ukhrijat linnasi tamuruuna bialma'ruufi 
> watanhawna 'anil munkari
> (Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 
> menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar..)
> 
> Waltakun minkum ummatun yad'uuna ila alkhoyri waya'muruuna 
> bialma'ruufi wayanhawna 'ani almunkari waulaika humu almuflihuuna 
> (Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru 
> kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari 
yang 
> munkar..)
> 
> Qolarasulullah:
> Uusiikum bitaqwallahi Azza wa jalla, was samâEUR(tm)i wattaaâEUR
(tm)ati wa in ta 
> ammara âEUR~alaikum âEUR~abdun habasiy, fa innahu mayyais minkum 
baâEUR(tm)di fa 
> sayara ikhtilaafan kasiira, fa âEUR~alaikum bi sunnati wa sunnatil 
> khulafaa irraasyidiinal mahdiyyiin, tama saku bihaa 
> wa âEUR~addu âEUR~alaihaa bin nawaa jiz wa iyyaakum wa mukhdatsaa 
til 
> umuuri, fa inna kulla mukhdatsaatim bidâEUR(tm)ah, wa inna kulla 
bidâEUR(tm)atin 
> dhalalahâEUR. Rawahu Abi Dawud wa At Tirmidzi
> 
> (Aku wasiatkan kepada kamu semua untuk selalu bertaqwa kepada 
Allah 
> Azza Wa Jalla dan tunduk kepada pemimpin meskipun kalian dipimpin 
> oleh budak Habsyi. Karena sesungguhnya barangsiapa yang hidup 
> setelahku nanti akan melihat begitu banyak perselisihan, maka 
> peganglah sunnahku dan sunnah khulafaurasyidin yang mendapat 
> petunjuk, pegang sunnah itu dengan gigi geraham kalian, dan 
> waspadalah terhadap pe

[keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH.......

2007-04-20 Terurut Topik latiefaljawi

Ya...amat gampang sekali bagi kita sering pada penghujung kata akan
mengujarkan;

" Terserah saja mau menerima atau tidak, maka kewajiban saya
menyampaikan sesuai yang benar."

Sdr ma'ruf,perilaku kamu menunjukkan ketidak kesesuaian dengan "prebadi
rasulullah" yang mesti diteladani.Banyak yang mesti kita pelajari akan
kehendak ilmu yang terkandung didalam  hadiths2 Rasulullah, sahabat2
,tabiin dan ulama'2 terdahulu.

Rujuklah kembali akan hal ini, moga2 kita insaf semua.


--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wong ma'ruf <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Mengenai masalah keliru atau benarnya orang melakukan sholawat itu
harus dikembalikan ukurannya kepada Al Quran, yang jelas kita harus
faham cinta kepada Allah adalah mengikuti nabi (QS.3/21-22), mengikuti
Nabi adalah melaksanakan hukum Allah, sebab mengaku beriman tidak
berniat mengikuti hukum Allah adalah orang yang munafik (QS.6/40-41).
>
> Masalah perbedaan pandang kebanyakan manusia terhadap peran itu
terjadi karena persepsi pribadi, bagi manusia yang menganggap Muhammad
pemimpin rohani, maka pemujaannya dengan bersholawat. Tetapi bagi mereka
yang menginginkan ibadah yang haq sesuai tuntunan Muhammad adalah
mengembalikan manusia untuk taat kepada diin/hukum Allah, untuk itu
diperlukan upaya an-aqiimuddiin yang telah disyariatkan kepada para Nabi
dan Rasul (QS.42/13) dan mereka berperan sebagai Muhammad-Muhammad.
>
> Saya tidak berniat menselisihi mereka yang bershalawat, tetapi
memberitahukan cara yang benar didalam bershalawat. Terserah saja mau
menerima atau tidak, maka kewajiban saya menyampaikan sesuai yang benar.
>
>
> "Hidayat, Akhmad" [EMAIL PROTECTED] wrote:
> Jadi, apakah orang yang bersholawat kepada Rasulullah karena cinta dan
rindunya tidak diperbolehkan? Apakah kita mengimani hadits Nabi tentang
sholawat kepadanya?
>
> Memang tidak hanya degan sholawat, namun janganlah kita cenderung
`menyelisihi' orang-orang yang bersholawat karena kecintaannya
kepada Kanjeng Nabi sebagai suri tauladan.
> Dunia ini memang aneh, orang bersholawat, berdzikir, malah
`diselisihi' … padahal ia sendiri tidak tahu, apakah orang
yang bersholawat atau berdzikir itu juga melakukan amalan lain yang
lebih besar atau tidak.
>
> Salam sayang,
> Hidayat
>
>
> -
>
> From: keluarga-islam@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of wong ma'ruf
> Sent: Friday, April 20, 2007 1:58 AM
> To: keluarga-islam@yahoogroups.com
> Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
keluarga-islam@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; myQuran;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
> Subject: Re: [keluarga-islam] PRIBADI RASULULLAH...
>
>
> Rindu kepada Rasul adalah bukan dengan bersahalawat, tetapi
memperjuangkan system kehidupan model Rasululullah yang sudah
menegakkannya, yaitu menjadikan Islam sebagai satu-satunya diin yang ada
pada sisi Allah.
>
>
>
> Rindu pada Rasul akan lebih sempurna bila kita berjuang sesuai dengan
sunnah Rasul, melalui proses amanu, hajaru dan jahadu (QS.9/20) untuk
mewujudkan masyarakat manusia yang taat kepada diin Allah, ketimbang
sekedar memendam kerinduan dengan bershalawat dan berangan-angan kosong
ketemu Rasulullah diakhirat.
>
>
>
>
>
>
>
> This message and any attached files may contain information that is
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by
the intended recipient. If you are not the intended recipient or the
person responsible for delivering the message to the intended recipient,
be advised that you have received this message in error and that any
dissemination, copying or use of this message or attachment is strictly
forbidden, as is the disclosure of the information therein. If you have
received this message in error please notify the sender immediately and
delete the message.
>
>
>
>
>
> -
> Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
> Check outnew cars at Yahoo! Autos.
>




RE: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH.......

2007-04-20 Terurut Topik Firli Purnandi
Apa bedanya antara menasehati dan berargumen...

Biasanya pembicaraan dimulai dengan "saya hanya menasehati"..

tapi berkembang dengan berargumen..truss berkembang perselisihan 
pendapat..truss berkembang dengan pembenaran...truss berkembang..apalagi kira2 
ya?.mudah2an ujungnya saling menasehati saja ya.

 

  _  

From: al.fatih [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 20, 2007 3:52 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH...

 

ana menghargai pendapat anta, namun ana sayangkan jika kaidah / 
patokan 'bagi kami amalan kami, dan kalian amalan kalian' membuat 
umat islam tercerai berai karena tidak ada tali pengikat yang sudah 
diwasiatkan oleh Rasulullah SAW yg katanya beliau suri tauladan 
kita. Kaidah itu menurut ana lebih tepat untuk diarahkan kepada non 
muslim (kafir) bukan sesama muslim akh..bagaimana kita bicara ukuwah 
namun kita menjauhkan masing-masing dari saling menasihati di dalam 
kebenaran dan kesabaran. Dakwah itu gak akan ada yang mudah..akh, 
namun nasihat menasihati gak boleh berhenti dengan alasan takut 
memecah belah umat. 

Qolallah:
Kuntum khoyro ummatin ukhrijat linnasi tamuruuna bialma'ruufi 
watanhawna 'anil munkari
(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar..)

Waltakun minkum ummatun yad'uuna ila alkhoyri waya'muruuna 
bialma'ruufi wayanhawna 'ani almunkari waulaika humu almuflihuuna 
(Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru 
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang 
munkar..)

Qolarasulullah:
Uusiikum bitaqwallahi Azza wa jalla, was samâEUR(tm)i wattaaâEUR(tm)ati wa in 
ta 
ammara âEUR~alaikum âEUR~abdun habasiy, fa innahu mayyais minkum baâEUR(tm)di 
fa 
sayara ikhtilaafan kasiira, fa âEUR~alaikum bi sunnati wa sunnatil 
khulafaa irraasyidiinal mahdiyyiin, tama saku bihaa 
wa âEUR~addu âEUR~alaihaa bin nawaa jiz wa iyyaakum wa mukhdatsaa til 
umuuri, fa inna kulla mukhdatsaatim bidâEUR(tm)ah, wa inna kulla 
bidâEUR(tm)atin 
dhalalahâEUR. Rawahu Abi Dawud wa At Tirmidzi

(Aku wasiatkan kepada kamu semua untuk selalu bertaqwa kepada Allah 
Azza Wa Jalla dan tunduk kepada pemimpin meskipun kalian dipimpin 
oleh budak Habsyi. Karena sesungguhnya barangsiapa yang hidup 
setelahku nanti akan melihat begitu banyak perselisihan, maka 
peganglah sunnahku dan sunnah khulafaurasyidin yang mendapat 
petunjuk, pegang sunnah itu dengan gigi geraham kalian, dan 
waspadalah terhadap perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam 
agama, karena setiap yang diada-adakan adalah bidâEUR(tm)ah dan setiap 
bidâEUR(tm)ah adalah sesat). (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)

barakallahu fik

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com  
, "Hidayat, Akhmad" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Setahu saya, mereka tidak merasa tersinggung atau terusik, Akhi ...
> hanya menyayangkan, mengapa sesama muslim tidak bisa 'toleran' 
dalam
> beribaha/beramal, sementara juga ada dasar hukumnya.
> 
> 
> 
> Mengapa tidak berpatokan, lanaa a'maalunaa walakum a'maalukum 
saja? Dan
> masing2 bisa berjamaah dalam ikatan tali Allah yang kokoh?
> 
> 
> 
> Ketimbang 'menyalahkan' (kata apa yang tepat, jika ada yang menuduh
> sesat sesama saudara?), sedangkan amalan diri belum tentu benar. 
Dan
> akhirnya yang terjadi adalah saling 'bermusuhan' antar sesama 
saudara.
> Meskipun antum tidak merasakan itu, tetapi saudara2 kita yang lain 
yang
> di luar sana, yang baru mengenal Islam namun punya ghiroh tinggi 
dalam
> beragama, cukup merasakannya ...
> 
> 
> 
> Al'afwu minkum.
> 
> 
> 
> Salam sayang,
> 
> Hidayat
> 
> 
> 
> 
> 
> From: keluarga-islam@yahoogroups.com 
>  
> [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com 
>  ] On Behalf Of al.fatih
> Sent: Friday, April 20, 2007 2:28 PM
> To: keluarga-islam@yahoogroups.com  
> Subject: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH...
> 
> 
> 
> akh..yang namanya amar ma'ruf wajib bagi seorang muslim dan ana 
> malah heran ada pihak yang menuduhnya dengan 
istilah 'menyalahkan'. 
> Jika seorang muslim mengetahui saudaranya keliru dan tidak sesuai 
> dengan pendapatnya maka tanyakan kepadanya atas dasar apa ia 
> melakukan ini dan itu dan jika ia mengeluarkan argumentasi maka 
> kitapun tidak salah kalau kita keluarkan juga argumen kita sampai 
> keduanya kembali kepada al-Qur'an dan as-sunnah dan meninggalkan 
> semua pendapat yang menyelisihinya bukan debat kusir. Apakah itu 
> salah?
> 
> Yang menimbulkan perdebatan adalah bukan yang menanya sebenarnya 
> tetapi justru yang ditanya menganggap ia terusik dalam ibadahnya. 
> Inikan aneh. Ana tanya syariat itu milik siapa? dan asalnya dari 
> siapa? kok anehnya orang yang diberitahu tiba-tiba merasa terusik 
> dan tersinggung.
> 
> Dan beragama tidaklah sempurna h

[keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH.......

2007-04-20 Terurut Topik al.fatih

Kalau kita kasihan sama umat maka ajarkan bagaimana memahami syariat 
bukan dari golongan atau si fulan dan si fulan. Bukan malah melempar 
syubhat dan fitnah seperti dimilis ini contohnya dan gak jarang  
juga banyak yang gemar menyebut dengan panggilan yang tidak layak. 

Pengajaran seperti yang ana sebutkan ini banyak dilupakan. Alasannya 
sederhana mereka berujar 'ajarkan dulu yang sederhana, jangan larang 
ini larang itu'. Padahal orang yang diberi pengajaran itu ia sudah 
mukallaf alias muslim sejak lahir bukan muallaf. Kalau pengajaran 
model ini diterima dan sudah menjadi sebuah paham. Maka suatu hari 
ia mendapati hal yang asing di lingkungannya yang ia lakukan bukan 
berusaha membandingkan dan merujuk pada sumber-sumber syariat yaitu 
Qur'an dan sunnah nabawiyah. Tetapi ia cenderung resistan bahkan 
menyerang balik. Ana malah kasihan degan penomena umat seperti ini...

barakallahu fik

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Hidayat, Akhmad" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Dalil yang antum sampaikan 100% benar.  Dan saya yakin saudara2 
kita yang mengamalkan sholawatan, maulid, dzikir dll. yang antum 
anggap bid’ah juga memegang dalil tersebut.  Namun bedanya adalah 
pemahaman dalil tersebut, yang kemudian juga ditambah ijma’, qiyas, 
atau sumber-sumber lain atsar, qaul jumhur ulama’, dll. yang 
sebenarnya tidak bertentangan.
> 
>  
> 
> Ketawadhu’an karena ilmu yang ’tinggi’ akan menjadikan seseorang 
jauh dari sifat merasa lebih benar dan cenderung ’menyalahkan’ 
kepada selainnya, karena diri merasa semakin tidak tahu apa-apa.  
> 
>  
> 
> Fenomena ini sekarang semakin meluas, dan masya’a Allah, ummat-lah 
yang kasihan.
> 
>  
> 
> Itu dulu dari saya, al’afwu minkum.
> 
>  
> 
> Salam sayang,
> 
> Hidayat
> 
>  
> 
> 
> 
> From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga-
[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of al.fatih
> Sent: Friday, April 20, 2007 3:52 PM
> To: keluarga-islam@yahoogroups.com
> Subject: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH...
> 
>  
> 
> ana menghargai pendapat anta, namun ana sayangkan jika kaidah / 
> patokan 'bagi kami amalan kami, dan kalian amalan kalian' membuat 
> umat islam tercerai berai karena tidak ada tali pengikat yang 
sudah 
> diwasiatkan oleh Rasulullah SAW yg katanya beliau suri tauladan 
> kita. Kaidah itu menurut ana lebih tepat untuk diarahkan kepada 
non 
> muslim (kafir) bukan sesama muslim akh..bagaimana kita bicara 
ukuwah 
> namun kita menjauhkan masing-masing dari saling menasihati di 
dalam 
> kebenaran dan kesabaran. Dakwah itu gak akan ada yang mudah..akh, 
> namun nasihat menasihati gak boleh berhenti dengan alasan takut 
> memecah belah umat. 
> 
> Qolallah:
> Kuntum khoyro ummatin ukhrijat linnasi tamuruuna bialma'ruufi 
> watanhawna 'anil munkari
> (Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 
> menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar..)
> 
> Waltakun minkum ummatun yad'uuna ila alkhoyri waya'muruuna 
> bialma'ruufi wayanhawna 'ani almunkari waulaika humu almuflihuuna 
> (Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru 
> kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari 
yang 
> munkar..)
> 
> Qolarasulullah:
> Uusiikum bitaqwallahi Azza wa jalla, was sam’i wattaa’ati wa 
in ta 
> ammara ‘alaikum ‘abdun habasiy, fa innahu mayyais minkum 
ba’di fa 
> sayara ikhtilaafan kasiira, fa ‘alaikum bi sunnati wa sunnatil 
> khulafaa irraasyidiinal mahdiyyiin, tama saku bihaa 
> wa ‘addu ‘alaihaa bin nawaa jiz wa iyyaakum wa mukhdatsaa til 
> umuuri, fa inna kulla mukhdatsaatim bid’ah, wa inna kulla 
bid’atin 
> dhalalah”. Rawahu Abi Dawud wa At Tirmidzi
> 
> (Aku wasiatkan kepada kamu semua untuk selalu bertaqwa kepada 
Allah 
> Azza Wa Jalla dan tunduk kepada pemimpin meskipun kalian dipimpin 
> oleh budak Habsyi. Karena sesungguhnya barangsiapa yang hidup 
> setelahku nanti akan melihat begitu banyak perselisihan, maka 
> peganglah sunnahku dan sunnah khulafaurasyidin yang mendapat 
> petunjuk, pegang sunnah itu dengan gigi geraham kalian, dan 
> waspadalah terhadap perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam 
> agama, karena setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap 
> bid’ah adalah sesat). (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)
> 
> barakallahu fik
> 
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com  , "Hidayat, Akhmad" 
>  wrote:
> >
> > 
> > Setahu saya, mereka tidak merasa tersinggung atau terusik, 
Akhi ...
> > hanya menyayangkan, mengapa sesama muslim tidak bisa 'toleran' 
> dalam
> > beribaha/beramal, sementara juga ada dasar hukumnya.
> > 
> > 
> > 
> > Mengapa tidak berpatokan, lanaa a'maalunaa walakum a'maalukum 
> saja? Dan
> > masing2 bisa berjamaah dalam ikatan tali Allah yang kokoh?
> > 
> > 
> > 
> > Ketimbang 'menyalahkan' (kata apa yang tepat, jika ada yang 
menuduh
> > sesat sesama saudara?),

RE: [keluarga-islam] yang memalingkan dan yang mengingatkan

2007-04-20 Terurut Topik Kartika, Bambang
Wong ma'ruf,.apa sih arti zikir? 
 
 
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih 
mengetahui siapa yang lebih benar jalanya."(QS AL-Israa (17):84)
 
Kontek disini adalah amalan "Yang lebih benar jalanya bukan berarti yang lainya 
salah"
 
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of wong 
ma'ruf
Sent: Friday, April 20, 2007 1:17 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] yang memalingkan dan yang mengingatkan





Nginget Allah itu bukan masalah personal, tetapi masalah melegalisasikannya. 
Allah itu bukan milik orang-perorang, Allah menginginkan manusia untuk 
berdzikir dalam sebuah system.
 
Dzikirnya manusia yang dikehendaki Allah adalah bukan wiridan, tetapi 
mengaktualisasikan al Quran sebagai Adz-Dzikru, untuk itu al Quran harus 
dijadikan landasan hukum bagi manusia, dengan cara begitu maka semua manusia 
bisa berdzikir, bisa mengingat hukum-hukum Allah.
 
QS.43/44 : Al Quran itu suatu karunia besar bagimu dan bagi kaummu, kelak nanti 
kamu akan dimintai pertanggung jawabannya.
 
Untuk bisa menjadi Adz Dzikru al Quran harus dihafidzkan bagi para pejuang 
penegakkan diin, bagi orang yang mengimani al Quran kemudian setelah tegaknya 
diin maka al Quran sebagai Adz-Dzikru adalah ketika al Quran sudah menjadi 
dasar hukum bagi manusia, sehingga manusia baik sedang duduk, berdiri atau 
berbaring sebagai lambang sedang melakukan aktifitas, selalu berdzikir artinya 
dealam segala aktifitas manusia maka manusia selalu dilindungi dengan hukum 
dari Allah. Sehingga masalah dzikir itu menjadi aktual dan legal, bukan ketika 
kita-kita sedang sholat didalam rumah, masjid atau pengajian, tetapi kapanpun 
kita berada dimanapun tempatnya selayaknya kita menjadikan al Quran sebagai Adz 
Dzikru. Ini hanya mungkin tercipta dalam kondisi Islam tegak sebagai diin, 
tetapi didalam hal Islam hanya merupakan aksi ritual, maka dzikir itu cuma 
bermakna puji-pujian, komat-kamit, bukan sebuah ekspresi diaturnya ucapan dan 
tingkah laku manusia oleh kehendak Allah..
 
Khusus ayat QS.2:152 jangan terpaku kepada masalah dzikirnya, tetapi kepada 
seluruh konteks ayat itu dan jangana melupakan perintah berikutnya yaitu :
 
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari -Ku. "

Dimana dzikir itu harus difungsikan sebagai rasa syukur dan sebagai ketunduk 
patuhan kepada hukum Allah.
 
Kalau dzikir dengan wiridan, apa bisa anda kontribusikan kepada kedua hal itu ?
 

Naufal <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

maksudnya gimana bang? lha di di Al Qur'an sendiri 2:152 " Karena itu, ingatlah 
kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu , dan bersyukurlah kepada-Ku, dan 
janganlah kamu mengingkari -Ku. "
apa masih ngotot kalo Allah tidak perlu di ingat, padahal Allah sendiri yang 
menyuruh kita mengingatnya? trus kita di beri karunia otak untuk apa kalo bukan 
untuk mengingat? gimana mau beribadah sesuai keinginan Allah jika tidak ingat 
kepadanya?
 
silahkan dilanjut, maklum saya kok kurang nangkep dengan maksud sampean
 
salam
 

- Original Message - 
From: wong   ma'ruf 
To: keluarga-islam@  yahoogroups.com 
Sent: Thursday, April 19, 2007 10:53 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] yang memalingkan dan yang mengingatkan

Allah tidak perlu diingat atau dipuji-puji Allah cuma ingin manusia itu 
berilmu, yaitu faham al Quran sebagai karunia besar bagi manusia (QS.43/44). 
Sesudah manusia berilmu, maka manusia bisa mengetahui cara beribadah (mengabdi) 
kepada Allah secara benar. Tanpa ilmu mustahil manusia bisa beribadah sesuai 
dengan keinginan Allah : yaitu tegakkan diinNya (an aqimuddin), atau hiduplah 
berdasarkan hukum Allah, jangan hidup berdasarkan hukum dan aturan serta tata 
cara yang dirancang selain Allah.

Naufal <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

mo ikutan nie... "ingatlah aku maka aku akan ingat kepadamu"
pertanyaannya adalah " apakah jika kita tidak mengingatNya maka Dia tidak 
mengingat kita ?"
lalu dengan jalan apa sajakah kita harus mengingatNya? apakah cukup hanya 
dengan Dzikir? Sholat? 
boleh atau salahkah melihat sesuatu atau mengenang suatu peristiwa dan 
mengambilkan pelajaran untuk mengingatNya?
 
salam
 

- Original Message - 
From: banganut   
To: keluarga-islam@  yahoogroups.com 
Sent: Thursday, March 29, 2007 12:14 AM
Subject: [keluarga-islam] yang memalingkan dan yang mengingatkan

Apa pandangan kita terhadap sesuatu yang memalingkan kita dari Allah ?
Apa pandangan kita terhadap sesuatu yang mengingatkankan kita dari Allah ?

Sebutlan si fulan bekerja di kantor dengan sungguh-sungguh, tetapi kesungguhan 
bekerjanya membuatnya tidak ingat kepada Allah, lalu kita sebut apa si fulan 
tersebut dalam memandang pekerjaan ?

Sebutlah si fulan membeli photo atau poster tokoh Islam, membuatnya bersemangat 
dalam berIslam atau ingat kepada Allah. Lalu kita sebut apak

[keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH.......

2007-04-20 Terurut Topik al.fatih
ana menghargai pendapat anta, namun ana sayangkan jika kaidah / 
patokan 'bagi kami amalan kami, dan kalian amalan kalian' membuat 
umat islam tercerai berai karena tidak ada tali pengikat yang sudah 
diwasiatkan oleh Rasulullah SAW yg katanya beliau suri tauladan 
kita. Kaidah itu menurut ana lebih tepat untuk diarahkan kepada non 
muslim (kafir) bukan sesama muslim akh..bagaimana kita bicara ukuwah 
namun kita menjauhkan masing-masing dari saling menasihati di dalam 
kebenaran dan kesabaran. Dakwah itu gak akan ada yang mudah..akh, 
namun nasihat menasihati gak boleh berhenti dengan alasan takut 
memecah belah umat. 

Qolallah:
Kuntum khoyro ummatin ukhrijat linnasi tamuruuna bialma'ruufi 
watanhawna 'anil munkari
(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar..)

Waltakun minkum ummatun yad'uuna ila alkhoyri waya'muruuna 
bialma'ruufi wayanhawna 'ani almunkari waulaika humu almuflihuuna 
(Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru 
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang 
munkar..)

Qolarasulullah:
Uusiikum bitaqwallahi Azza wa jalla, was sam’i wattaa’ati wa in ta 
ammara ‘alaikum ‘abdun habasiy, fa innahu mayyais minkum ba’di fa 
sayara ikhtilaafan kasiira, fa ‘alaikum bi sunnati wa sunnatil 
khulafaa irraasyidiinal mahdiyyiin, tama saku bihaa 
wa ‘addu ‘alaihaa bin nawaa jiz wa iyyaakum wa mukhdatsaa til 
umuuri, fa inna kulla mukhdatsaatim bid’ah, wa inna kulla bid’atin 
dhalalah”. Rawahu Abi Dawud wa At Tirmidzi

(Aku wasiatkan kepada kamu semua untuk selalu bertaqwa kepada Allah 
Azza Wa Jalla dan tunduk kepada pemimpin meskipun kalian dipimpin 
oleh budak Habsyi. Karena sesungguhnya barangsiapa yang hidup 
setelahku nanti akan melihat begitu banyak perselisihan, maka 
peganglah sunnahku dan sunnah khulafaurasyidin yang mendapat 
petunjuk, pegang sunnah itu dengan gigi geraham kalian, dan 
waspadalah terhadap perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam 
agama, karena setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap 
bid’ah adalah sesat). (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)

barakallahu fik


--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Hidayat, Akhmad" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Setahu saya, mereka tidak merasa tersinggung atau terusik, Akhi ...
> hanya menyayangkan, mengapa sesama muslim tidak bisa 'toleran' 
dalam
> beribaha/beramal, sementara juga ada dasar hukumnya.
> 
>  
> 
> Mengapa tidak berpatokan, lanaa a'maalunaa walakum a'maalukum 
saja?  Dan
> masing2 bisa berjamaah dalam ikatan tali Allah yang kokoh?
> 
>  
> 
> Ketimbang 'menyalahkan' (kata apa yang tepat, jika ada yang menuduh
> sesat sesama saudara?), sedangkan amalan diri belum tentu benar.  
Dan
> akhirnya yang terjadi adalah saling 'bermusuhan' antar sesama 
saudara.
> Meskipun antum tidak merasakan itu, tetapi saudara2 kita yang lain 
yang
> di luar sana, yang baru mengenal Islam namun punya ghiroh tinggi 
dalam
> beragama, cukup merasakannya ...
> 
>  
> 
> Al'afwu minkum.
> 
>  
> 
> Salam sayang,
> 
> Hidayat
> 
>  
> 
> 
> 
> From: keluarga-islam@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of al.fatih
> Sent: Friday, April 20, 2007 2:28 PM
> To: keluarga-islam@yahoogroups.com
> Subject: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH...
> 
>  
> 
> akh..yang namanya amar ma'ruf wajib bagi seorang muslim dan ana 
> malah heran ada pihak yang menuduhnya dengan 
istilah 'menyalahkan'. 
> Jika seorang muslim mengetahui saudaranya keliru dan tidak sesuai 
> dengan pendapatnya maka tanyakan kepadanya atas dasar apa ia 
> melakukan ini dan itu dan jika ia mengeluarkan argumentasi maka 
> kitapun tidak salah kalau kita keluarkan juga argumen kita sampai 
> keduanya kembali kepada al-Qur'an dan as-sunnah dan meninggalkan 
> semua pendapat yang menyelisihinya bukan debat kusir. Apakah itu 
> salah?
> 
> Yang menimbulkan perdebatan adalah bukan yang menanya sebenarnya 
> tetapi justru yang ditanya menganggap ia terusik dalam ibadahnya. 
> Inikan aneh. Ana tanya syariat itu milik siapa? dan asalnya dari 
> siapa? kok anehnya orang yang diberitahu tiba-tiba merasa terusik 
> dan tersinggung.
> 
> Dan beragama tidaklah sempurna hanya dengan logika dan hati saja 
> tanpa amal shalih.
> 
> barakallahu fik
> 
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
>  , "Hidayat, Akhmad" 
>  wrote:
> >
> > 
> > Tentang 'perdebatan' sholawat (misalnya bermacam2 sholawat) atau 
> dzikir
> > (jahar atau khafi, jamaah atau nafsi dll.) masing-masing 
mempunyai 
> dalil
> > yang sama-sama shahih. Kemudian, mengapa salah satu fihak mesti
> > menyalahkan yang lain? Meskipun dengan dalih demi kehati-hatian
> > khawatir amalannya ditolak, kenapa juga tidak hati-hati dalam
> > 'semena-mena' menuduh bid'ah - sesat - neraka?
> > 
> > 
> > 
> > Ittiba' kepada Rasulullah adalah jelas ... jika kita meneladani 
> sahabat
> > karena beliau2 adalah la

Re: [keluarga-islam] PRIBADI RASULULLAH.......

2007-04-20 Terurut Topik Ananto

.Saya tidak berniat menselisihi mereka yang bershalawat, tetapi
memberitahukan cara yang benar didalam bershalawat. Terserah saja mau
menerima atau tidak, maka kewajiban saya menyampaikan sesuai yang benar

hmmm
sangat menarik, saya jadi kepengen tahu... gimana sih menurut sampeyan
shalawat yg benar?
soale, di tiap mengerjakan sholat di takhiyat awal kita ngebaca shlawat juga
kan? ini salah apa benar?

salam,
ananto


On 4/20/07, wong ma'ruf <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


   Mengenai masalah keliru atau benarnya orang melakukan sholawat itu
harus dikembalikan ukurannya kepada Al Quran, yang jelas kita harus faham
cinta kepada Allah adalah mengikuti nabi (QS.3/21-22), mengikuti Nabi
adalah melaksanakan hukum Allah, sebab mengaku beriman tidak berniat
mengikuti hukum Allah adalah orang yang munafik (QS.6/40-41).

Masalah perbedaan pandang kebanyakan manusia terhadap peran itu terjadi
karena persepsi pribadi, bagi manusia yang menganggap Muhammad pemimpin
rohani, maka pemujaannya dengan bersholawat. Tetapi bagi mereka yang
menginginkan ibadah yang haq sesuai tuntunan Muhammad adalah mengembalikan
manusia untuk taat kepada diin/hukum Allah, untuk itu diperlukan upaya
an-aqiimuddiin yang telah disyariatkan kepada para Nabi dan Rasul (QS.42/13)
dan mereka berperan sebagai Muhammad-Muhammad.

Saya tidak berniat menselisihi mereka yang bershalawat, tetapi
memberitahukan cara yang benar didalam bershalawat. Terserah saja mau
menerima atau tidak, maka kewajiban saya menyampaikan sesuai yang benar.


*"Hidayat, Akhmad" <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:

  Jadi, apakah orang yang bersholawat kepada Rasulullah karena cinta dan
rindunya tidak diperbolehkan?  Apakah kita mengimani hadits Nabi tentang
sholawat kepadanya?
 Memang tidak hanya degan sholawat, namun janganlah kita cenderung
'menyelisihi' orang-orang yang bersholawat karena kecintaannya kepada
Kanjeng Nabi sebagai suri tauladan.
Dunia ini memang aneh, orang bersholawat, berdzikir, malah 'diselisihi' …
padahal ia sendiri tidak tahu, apakah orang yang bersholawat atau berdzikir
itu juga melakukan amalan lain yang lebih besar atau tidak.
 Salam sayang,
Hidayat
  --
 *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:
[EMAIL PROTECTED] *On Behalf Of *wong ma'ruf
*Sent:* Friday, April 20, 2007 1:58 AM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Cc:* [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
keluarga-islam@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; myQuran;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
*Subject:* Re: [keluarga-islam] PRIBADI RASULULLAH...
   Rindu kepada Rasul adalah bukan dengan bersahalawat, tetapi
memperjuangkan system kehidupan model Rasululullah yang sudah menegakkannya,
yaitu menjadikan Islam sebagai satu-satunya diin yang ada pada sisi Allah.
  Rindu pada Rasul akan lebih sempurna bila kita berjuang sesuai dengan
sunnah Rasul, melalui proses amanu, hajaru dan jahadu (QS.9/20) untuk
mewujudkan masyarakat manusia yang taat kepada diin Allah, ketimbang sekedar
memendam kerinduan dengan bershalawat dan berangan-angan kosong ketemu
Rasulullah diakhirat.

  This message and any attached files may contain information that is
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the
intended recipient. If you are not the intended recipient or the person
responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised
that you have received this message in error and that any dissemination,
copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is
the disclosure of the information therein. If you have received this message
in error please notify the sender immediately and delete the message.


 --
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
Check out new cars at Yahoo! 
Autos.





RE: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH.......

2007-04-20 Terurut Topik Hidayat, Akhmad

Setahu saya, mereka tidak merasa tersinggung atau terusik, Akhi ...
hanya menyayangkan, mengapa sesama muslim tidak bisa 'toleran' dalam
beribaha/beramal, sementara juga ada dasar hukumnya.

 

Mengapa tidak berpatokan, lanaa a'maalunaa walakum a'maalukum saja?  Dan
masing2 bisa berjamaah dalam ikatan tali Allah yang kokoh?

 

Ketimbang 'menyalahkan' (kata apa yang tepat, jika ada yang menuduh
sesat sesama saudara?), sedangkan amalan diri belum tentu benar.  Dan
akhirnya yang terjadi adalah saling 'bermusuhan' antar sesama saudara.
Meskipun antum tidak merasakan itu, tetapi saudara2 kita yang lain yang
di luar sana, yang baru mengenal Islam namun punya ghiroh tinggi dalam
beragama, cukup merasakannya ...

 

Al'afwu minkum.

 

Salam sayang,

Hidayat

 



From: keluarga-islam@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of al.fatih
Sent: Friday, April 20, 2007 2:28 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH...

 

akh..yang namanya amar ma'ruf wajib bagi seorang muslim dan ana 
malah heran ada pihak yang menuduhnya dengan istilah 'menyalahkan'. 
Jika seorang muslim mengetahui saudaranya keliru dan tidak sesuai 
dengan pendapatnya maka tanyakan kepadanya atas dasar apa ia 
melakukan ini dan itu dan jika ia mengeluarkan argumentasi maka 
kitapun tidak salah kalau kita keluarkan juga argumen kita sampai 
keduanya kembali kepada al-Qur'an dan as-sunnah dan meninggalkan 
semua pendapat yang menyelisihinya bukan debat kusir. Apakah itu 
salah?

Yang menimbulkan perdebatan adalah bukan yang menanya sebenarnya 
tetapi justru yang ditanya menganggap ia terusik dalam ibadahnya. 
Inikan aneh. Ana tanya syariat itu milik siapa? dan asalnya dari 
siapa? kok anehnya orang yang diberitahu tiba-tiba merasa terusik 
dan tersinggung.

Dan beragama tidaklah sempurna hanya dengan logika dan hati saja 
tanpa amal shalih.

barakallahu fik

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com
 , "Hidayat, Akhmad" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Tentang 'perdebatan' sholawat (misalnya bermacam2 sholawat) atau 
dzikir
> (jahar atau khafi, jamaah atau nafsi dll.) masing-masing mempunyai 
dalil
> yang sama-sama shahih. Kemudian, mengapa salah satu fihak mesti
> menyalahkan yang lain? Meskipun dengan dalih demi kehati-hatian
> khawatir amalannya ditolak, kenapa juga tidak hati-hati dalam
> 'semena-mena' menuduh bid'ah - sesat - neraka?
> 
> 
> 
> Ittiba' kepada Rasulullah adalah jelas ... jika kita meneladani 
sahabat
> karena beliau2 adalah laksana bintang, dan Rasul pun menyuruh kita
> mengikuti khulafaur rasyidin (sahabat), serta ikut ulama - yang 
juga
> pewaris Nabi, apakah itu salah?
> 
> 
> 
> Marilah kita beragama jangan hanya memakai logika dan rasio saja,
> saudaraku ... gunakanlah hati. Hidupkan ...
> 
> 
> 
> Salam sayang,
> 
> Hidayat
> 
> 
> 
> 
> 
> From: keluarga-islam@yahoogroups.com
 
> [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com
 ] On Behalf Of al.fatih
> Sent: Friday, April 20, 2007 10:51 AM
> To: keluarga-islam@yahoogroups.com
 
> Subject: [keluarga-islam] Re: PRIBADI RASULULLAH...
> 
> 
> 
> Tidak ada yang salah dengan sholawat dan dzikir silahkan lakukan 
dan 
> bahkan dianjurkan. Namun ibadahpun memiliki aturan syariat yang 
> jelas. Syariat itu maksudnya suatu ibadah bisa terikat oleh 
> waktunya, tempatnya, kadar dan bilangannya dan kaifiyahnya. Dzikir 
> yang masyru' sudah diatur dibanyak ayat dan hadits yaitu contoh 
dari 
> Rasul dan para sahabat. Terlebih zikir ba'da sholatul fardhu. 
Sangat 
> jelas. Sholawat sudah diajarkan dan dijabarkan secara jelas oleh 
> Rasul dalam berbagai hadits shahih dan diulang-ulang oleh para 
> sahabat yang langsung melihat dengan mata mereka sendiri dan 
> mendengar dengan telinga mereka sendiri suara dan lafadz apa yang 
> keluar dari mulut Rasulullah SAW. Maka kewajiban kita adalah cuma 
> satu dalam menjalankan syariat yaitu berittiba' kepada Rasulullah 
> SAW. Bukan ittiba kepada siapa pun selain Rasulullah SAW, karena 
> ittiba kepada selain beliau adalah bathil.
> 
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
 
>  , "Hidayat, Akhmad" 
>  wrote:
> >
> > 
> > Jadi, apakah orang yang bersholawat kepada Rasulullah karena 
cinta 
> dan
> > rindunya tidak diperbolehkan? Apakah kita mengimani hadits Nabi 
> tentang
> > sholawat kepadanya?
> > 
> > 
> > 
> > Memang tidak hanya degan sholawat, namun janganlah kita cenderung
> > 'menyelisihi' orang-orang yang bersholawat karena kecintaannya 
> kepada
> > Kanjeng Nabi sebagai suri tauladan. 
> > 
> > Dunia ini memang aneh, orang bersholawat, berdzikir, 
> malah 'diselisihi'
> > ... padahal ia sendiri tidak tahu, apakah orang yang bersholawat 
> atau
> > berdzikir itu juga melakukan a

[keluarga-islam] Mesum, Polisi Syariah NAD Diciduk

2007-04-20 Terurut Topik Ananto

menyedihkan sekali berita ini... :(
ternyata, Polisi Syari'ah juga manusia...

yg seharusnya menjadi benteng dan pagar, malah memakan tanamannya... kayak
lagunya Mansyur S., "pagar makan tanaman"

salam,
ananto
=

Mesum, Polisi Syariah NAD Diciduk

Aceh - Polisi Syariah (Wilayatul Hisbah/WH) dari Dinas Syariah Islam
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, seharusnya menjadi pamong pencegah
perbuatan mesum dari warganya. Tapi anehnya, Polisi Syariah berinisial Ra
(27), malah diduga melakukan perbuatan mesum dengan seorang wanita, Ma (17),
di Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Kamis dini (19/04)
hari.

Informasi yang diperoleh dari masyarakat di desa tersebut, kedua insan yang
bukan muh-rim itu diciduk warga di kamar mandi, cuci dan kakus (MCK) umum
sekira pukul 01.30 WIB. Peristiwa memalukan itu sempat menghebohkan warga
setempat, karena kedua pelaku dikenal sangat baik dan alim, bahkan wanitanya
disebutkan sebagai lulusan pendidikan pesantren.

"Kami tidak menyangka mereka berbuat seperti itu, karena selama ini yang
laki-laki selalu ke masjid," kata seorang ibu yang tidak bersedia disebutkan
namanya. Namun, bagi para remaja di desa itu menilai Ra selaku petugas WH
sering bersikap arogan dalam pergau-lannya. "Kalau teman kami da-tang ke
rumah, dia selalu menegur dengan marah-marah. Bahkan, ada tamu laki-laki
ditempeleng, karena datang ke rumah teman wanitanya," ujar seorang gadis di
desa itu.

Kasus pelanggaran syariat Islam itu kini sudah ditangani tokoh masyarakat
desa dan pihak Musyawarah Pimpinan Kampung (Muspika) Ulee Kareng. Ra yang
ditanya warta-wan menolak untuk menceritakan kronologis kejadian tersebut.
Tetapi, ia mengakui perbuatan melanggar syariat Islam itu. Ia juga
menyatakan, akan bertanggung jawab atas perbuatannya itu, dan bersedia
menikahi Ma.

Pasangan tersebut pada hari itu juga dikabarkan akan dinikahkan di masjid
desa se-tempat. Pasangan itu sejak tadi malam diamankan di rumah Kepala
Dusun Desa Ie Masen, Ismail.(ihc)