[keluarga-islam] Hikmah Bagai Mutiara Yang Tercecer
Hikmah Bagai Mutiara Yang Tercecer sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com Alloh SWT memberikan petunjuk kepada manusia melalui berbagai saluran. Pertama dan tertinggi adalah wahyu, dalam hal ini bagi orang Islam adalah Al Qur'an dan kemudian dijelaskan oleh hadis Nabi. Al Qur'an adalah petunjuk bagi orang yang percaya (Q/2:97), petunjuk bagi orang yang patuh dan takwa, hudan lil muttaqin (Q/2;2). Bagi orang yang tidak percaya, al Qur'an tak berfungsi apa-apa (Q/2;6). Petunjuk Tuhan juga disampaikan melalui sunnatullah (hukum alam) pada alam semesta dan pada sejarah manusia, karena sunnatullah itu konsisten bagaikan hukum besi yang tak bisa ditawar dan diganti. (Q/35:43). Oleh karena itu orang yang pandai menangkap fenomena alam dan sejarah, yang mau belajar kepada alam dan sejarah manusia, ia bisa menjadi cerdas, bukan saja bisa menerangkan makna kejadian, tetapi juga mampu memprediksinya. Dalam perspektif inilah maka sepanjang sejarah kemanusiaan selalu saja muncul orang bijak dengan kata-kata mutiaranya, muncul hukama dengan kata-kata hikmahnya. Hikmah itu sendiri kata Nabi bagaikan mutiara yang tercecer, yang bisa ditemukan entah oleh siapa saja (al hikmatu dlallat al mu'min anna wajadaha), oleh karena itu kapanpun orang menemukannya, hendaknya cepat pungut, meski mutiara itu berada di lumpur. (khuz al hikmat walau min ayyi wi`a'in kharajat). dan barang siapa beruntung dapat memungut hikmah, maka kata al Qur'an, sungguh ia bagaikan menemukan durian runtuh yang tak ternilai harganya (waman yu'ta al hikmata faqad utiya khairan katsiran (Q/2:269). Ali bin Abi Thalib pernah berkata; Perhatikan apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang berbicara (undzur ma qala wala tandzur man qala). sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com Salam Cinta, agussyafii Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui [EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com
[keluarga-islam] Daulah Islamiyyah Daulah al-Muslimin
Daulah Islamiyyah Daulah al-Muslimin sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com Problem cita-cita kebangsaan sebenarnya merupakan tuntutan yang melekat dalam perjalanan sejarah, termasuk sejarah kebangsaan Indonesia. Tiap-tiap bangsa memiliki sejarahnya sendiri-sendiri dengan karakteristiknya yang berbeda-beda. Oleh karena itu betapapun ada badan dunia seperti PBB atau badan regional seperti Asean, Uni Eropa, atau badan ideologis seperti Organisasi Konperensi Islam (OKI), tetap saja setiap negara lebih mementingkan kepentingan nasionalnya. Idealisme daulah Islamiyyah misalnya, selalu terkalahkan oleh kepentingan nasional tiap-tiap negeri Islam dengan berbagai problemanya. Di Indonesia misalnya, ada aspirasi yang ingin tegas-tegas menyebut negara Islam dengan alasan mayoritas penduduknya muslim, tetapi aspirasi lain yang juga datang dari kelompok besar muslim,yakni NU menyatakan bahwa Republik Indonesia dengan Pancasilanya adalah bentuk maksimal dari cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Jika kita menengok realita dunia Islam dewasa ini, maka negeri-negeri dimana kaum muslimin tinggal, seluruhnya adalah negeri nasional, ada yang berbentuk Republik, kerajaan, atau kerajaan konstitusional. Hanya Iran yang secara tegas menyebut Republik Islam Iran. Arab Saudi bahkan lebih kental lagi menyebut identitas keluarga dalam nama Kerajaan Saudi Arabia, kerajaan¬nya keluarga Ibn Saud. Al Qur'an dan hadis memang tidak menentukan secara definitif bentuk negara seperti apa bagi kaum muslimin. Yang disebut adalah peran kekhalifahan yang harus juga dipikul oleh negara. Dengan kata lain, Al Qur'an memberi kebebasan kepada ummat Islam untuk berekpressi dalam politik, sesuai dengan situasi dan kondisi mereka, sepanjang berada dalam koridor yang bisa diterima oleh nilai-nilai Islam. Dari itu maka sangat menarik pola perubahan ekpressi politik kaum muslimin sepanjang sejarahnya. Ketika Rasul wafat, kaum muslimin mengalami kebingungan dahsyat dalam mencari bentuk Pemerintahan. Setelah mengalami perdebatan yang nyaris terjadi konflik etnik, ditemukan solusinya, yaitu Abu Bakar Siddik secara aklamasi dipilih sebagai pengganti Rasul, khalifatur Rasul dan Amirul mu'minin (Panglimanya orang mukmin). Berikutnya, Umar bin Khottob menerima suksesi sebagai pengganti dari pengganti Rasul,disebut Khalifatu khalifatir Rasul melalui dekrit atau wasiat dari Abu Bakar. Berikutnya, Usman bin Affan menerima suksesi sebagai khalifah ke III melalui permusyawaratan perwakilan, yakni oleh enam orang tokoh besar yang ditunjuk oleh Umar bin Khottob sebelum wafatnya. Berikutnya, Ali bin Abi Thalib menduduki kursi khalifah ke IV melalui ba'iat penduduk yang kurang kompak, karena situasi konflik sedang melanda masyarakat muslim ketika itu. Setelah periode empat khalifah yang disebut Khulafa Rasyidin, ekpressi politik kaum muslimin berubah polanya, yakni kuatnya pengaruh budaya melebihi komitmennya kepada ajaran Islam. Sejak itu maka bentuk Pemerintahan kaum muslimin berubah menjadi dinasti, meski Sang Raja tetap diberi gelar sebagai Amirul mukminin, dimulai dari dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus dengan pengaruh budaya Rumawi, berusia hampir satu abad, kemudian dinasti Abbasiah yang berpusat di Baghdad dengan pengaruh budaya Persia, berusia hampir lima abad, tetapi yang efektip sekitar satu abad. Selama dua abad pertama, meski dalam bentuk dinasti, tetapi pemerintahan itu efektif berjalan, memayungi seluruh dunia Islam yang wilayahnya sangat luas. Terlepas dari kekurangannya, periode itu dikenal sebagai berlang¬sungnya daulah Islamiyyah, atau Pemerintahan Islam. Periode berikutnya, muncul kerajaan-kerajaan kecil yang efektip berdiri sendiri-sendiri, meski nuansa daulah Islamiyyah tetap menjadi agenda. Turki Usmani pernah pula efektip memimpin daulah Islamiyyah. Runtuhnya Turki Usmani sebagai pemerintahan model khilafah merupakan babak awal berdirinya negeri-negeri Islam nasional atau daulatul muslimin. Dalam daulah Islamiyyah, kaum muslimin hanya mengenal identitas keislaman, sedangkan dalam daulatul muslimin, kaum muslimin disamping mengenalkan identitas keislaman, juga identitas kebangsaan. Kini pada era modern, negeri-negeri Islam memiliki berbagai model dalam menampilkan identitas keislamannya dalam negara kebangsaannya. Saudi Arabia berbentuk dinasti kerajaan yang menempatkan diri sebagai pelayan dua tempat suci kaum muslimin, Khadimul haramain. Malaysia berbentuk kerajaan konstitusional yang menempatkan Islam sebagai agama negara, Pakistan, satu-satunya bangsa yang lahir karena identitas Islam (padahal mereka bangsa India) pernah membentuk Republik Islam Pakistan, tetapi identitas ke Islamannya kurang konsepsional, berbeda dengan Republik Islam Iran yang tegas dibangun berdasar konsep imamah wilayat al faqih dari faham Syi'ah Itsna `asyariah. Sudan dan Nigeria sedang dalam proses memunculkan jati diri ke Islaman dan kebangsaanya, dan negeri-negeri lain ada yang bahkan lebih nampak corak sekulernya. Republik Indonesia
[keluarga-islam] Ketekunan dan Barokah Orang Alim
(Disampaikan oleh Alhabib Hasan bin Abdurrahman bin Zain bin Ali bin Ahmad Aljufri saat ziarah ke makam Alhabib Zain bin Ali bin Ahmad Aljufri dalam rangkaian acara Haul Alhabib Zain bin Ali Aljufri di pemakaman Bergota - Semarang) Para wali Allah Swt tidak lagi merasa khawatir akan segala sesuatu sebab mereka dekat dengan Allah Swt. Yang kita haul-i adalah dikenal sebagai wali Allah. Rasul Saw berdoa agar keturunan beliau Saw dikarunia barokah oleh Allah Swt, yang kita haul-I dalah termasuk keturunan beliau Saw dan orang alim. Mbah Hamid Kajoran pernah berkata bahwa Alhabib Zain bin Ali bin Ahmad Aljufri ini adalah wali khusus di atas khusus meski beliau tidak menampakkan diri di khalayak ramai sebagai seoran wali. Suatu ketika murid beliau bertanya bagaimana cara agar bisa sholat malam. Oleh beliau dikatakan agar dia tiap bangun tidur di malam hari langsung sebut nama Allah Swt, lalu pergi kamar mandi dan wudhu meski tidak sholat malam. Ini dilakukan oleh murid beliau dan suatu ketika dia lapor ke habib Zain bahwa dia sudah melakukan perintahnya dan bisa bangun malam. Lalu oleh beliau dikatakan pada dia agar menambah dengan doa setelah menyebut nama Allah begitu bangun tidur. Dengan usaha maksimal, Allah akan menyampaikan kita pada tujuan kita. Alhamdulillah sampai sekarang si murid itu insya Allah masih istiqomah sholat malam berkat ketekunannya dan barokah gurunya yang alim serta mengamalkan ilmunya. Salam, Yusa. www.majlismajlas.blogspot.com
[keluarga-islam] Dengan Nama Allah
Dengan Nama Allah Hari itu saya terlambat pulang kerja, setiba dirumah anak sedang menangis di pangkuan ibunya, tidak ada suara yang terdengar selain ibu...ibuibu...ibu.. terus saja seperti itu sampai anak saya tertidur di pangkuan ibunya, setelah itu saya bertanya kenapa dia menangis, istri mengatakan bahwa dia habis di omelin sama nenek karena suka gangguin adiknya. Waktu itu hati saya juga sedang kesal karena ada masalah di kantor, tapi saya tidak mau menunjukan didepan istri takut dia jadi kepikiran. Sewaktu sholat Isya (karena telat sampai rumah jadi gak sempat berjamaah di masjid) hati didada masih saja tidak menentu. semakin di fokuskan fikiran semakin terfikir masalah dikantor, sibuk berdialog dengan diri sendiri dan melakukan pembenaran-pembenaran di dalam benak terhadap segala masalah, samapi tidak terasa raka'at ke 4 hampir berakhir (Subhanallah dengan kehebatan Allah, Dia bisa menciptakan otak kanan dan kiri berkerja sendiri-sendiri secara teratur tampa ada yang salah, masalah nyambung atau tidak itu masalah lain lagi). pada sujud terakhir saya teringat dengan tangisan anak yang memanggil-manggil nama ibunya sampai dia tertidur, dan tanpa disadari bibir mulai berkeluh kesah dengan Allah lewat panggilan namanya ya Allahya Allah...Allah..Allah...ya Allah. terus saja seperti itu tanpa ada kata-kata lain bahkan tidak ada doa agar masalah diselesaikan, yang ada hanya tangisan dalam naungan Asma Allah. Terlalu banyak rumusan-rumusan dikepala mengenai cara melepaskan masalah, terkadang sebuah tangisan bisa meluluh lantakan segala macam teori masih berkutat pada masalah apa dan bagaimana sehingga sering kita meninggalkan sebuah kesederhanaan , ya seperti rengekan anak kecil tanpa perduli dengan rangkaian kata-kata Bismillahirrahmanirrahim, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Panggillah Allah dengan suatu kesungguhan, kepasrahan, ketidak berdayaan, panggilah nama Allah dengan penuh harap dengan penuh cinta maka rasakan kasih sayangnya akan menjalar keseluruh tubuh secara spontan tanpa direkayasa. Jika anak hanya dengan memanggil-manggil ibunya hatinya jadi tenang maka kata-kata apa yang bisa menggantikan nama Allah ketika kita gelisah, bukankah setiap perbuatan dan perkataan di mulai dengan Bismillah. Salam David
[keluarga-islam] Keutamaan Malam Nishfu Syaban
Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata: Ketika Muhammad Al-Baqir (sa) ditanyai tentang keutamaan malam Nishfu Sya'ban, beliau berkata: `malam Nishfu Sya'ban adalah malam yang paling utama setelah Laylatul Qadar; pada malam ini Allah menganugerahkan karunia-Nya dan mengampuni mereka dengan anugerah-Nya, maka bersungguh-sungguhlah kamu dalam bertaqarrub kepada Allah pada malam ini, karena malam ini adalah malam Allah bersumpah pada diri-Nya untuk tidak menolak permohonan orang yang memohon selama ia tidak memohon kemaksiatan pada-Nya, dan Allah menjadikan malam ini malam kami Ahlul bayt sebagaimana Dia menjadikan Laylatul-Qadar malam Nabi kita, karena itu hendaknya kamu bersungguh-sungguh dalam berdoa dan memuji Allah swt'. Di antara keagungan dan keberkahannya malam ini adalah malam kelahiran Imam Mahdi (sa), yaitu waktu dini hari tahun 255 H. Malam Nishfu Sya'ban Ayah Ali bin Fadhal berkata: Aku pernah bertanya kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) tentang malam Nishfu Sya'ban. Beliau berkata: Malam Nishfu Sya'ban adalah malam Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka dan mengampuni dosa-dosa. Aku bertanya lagi: Apakah sebaiknya memperbanyak shalat sunnah di dalamnya lebih dari malam-malan yang lain? Beliau berkata: Di dalamnya tidak ada sesuatu yang harus menjadi beban, tetapi jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka hendaknya melakukan shalat Ja'far Ath-Thayyar (shalat tasbih). Dan Perbanyaklah di dalamnya zikir kepada Allah azza wa jalla, istighfar dan doa. Karena ayahku berkata: `Doa di dalamnya mustajabah. (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 45) Selengkapnya, berikut amalan dan doa2 di bulan Sya'ban, silahkan klik disini: http://islampraktis.wordpress.com Wassalam Syamsuri Rifai Wassalam Syamsuri Rifai Macam2 shalat sunnah, doa-doa pilihan, dunia anak dan artikel Islami: http://syamsuri149.wordpress.com http://shalatdoa.blogspot.com Amalan Praktis harian dan Bulanan, dan doa2 pilihan: http://islampraktis.wordpress.com Tafsir tematik, keutamaan surat2 dan ayat2 Al-Qur'an: http://tafsirtematis.wordpress.com Audio shalawat tarhim, doa dan musik2 ruhani (mp3), dilengkapi tek narasi: http://syamsuri149.multiply.com Amalan praktis, Adab2 dan doa2 haji dan umroh: http://almushthafa.blogspot.com Milis keluarga bahagia, dunia anak dan artikel2 Islami, macam2 shalat sunnah, amalan2 praktis dan doa-doa pilihan: http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa Milis Feng Shui Islami, rahasia huruf dan angka, nama dan kelahiran, rumus2 penting lainnya, dan doa2 khusus: http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami
[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 03 Sya'ban 1429H
Bismillah irRahman irRaheem In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind Allahu Akbaru, Allahumma ahillahu 'alaynaa bil'amni wal iimani was salaamati wal islaami wat taufiiqi limaa tuhibbu wa tardhaa, rabbuna wa rabbukal laahu. Allah Maha Besar, Ya Allah jinakkanlah ia atas kami dengan keamanan dan keimanan, keselamatan dan keislaman dan taufiq ke arah yang Engkau sukai dan ridhai, Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah. (HR. Ad Darimi)
[keluarga-islam] (Ngaji of the Day) Menikahkan perempuan hamil
*Menikahkan perempuan hamil* *Tanya:* Bagaimana hukum menikahkan perempuan yang sedang hamil? Bolehkah wanita tersebut dikumpuli (dijimak) setelah melangsungkan akad nikah? Bagaimanakah status anak yang dilahirkan itu (waris)? Bila anak yang dilahirkan itu perempuan siapa wali nikahnya? * * *Jawab:* Wanita yang hamil di luar nikah boleh dinikahkan oleh walinya, karena kehamilan tersebut tidak dihormati oleh agama. Wanita tersebut boleh dijimak oleh suami yang baru menikahinya. Status dari anak yang lahir dari wanita tersebut hanya dapat menjadi ahli waris dari ibunya saja dan tidak kepada bapaknya yang menikahi ibunya setelah hamil, meskipun benih yang menjadi anak tersebut adalah benihnya sendiri (bila yang mengawini adalah yang menghamili). Jika anak tersebut perempuan, maka yang menjadi walinya adalah hakim. Bahkan andaikata laki-laki yang membuahi ibunya itu tidak mengawini ibunya, maka jika anak perempuan yang lahir dari benihnya tersebut sudah dewasa, laki-laki yang benihnya menjadi anak perempuan tersebut (ayah biologis) boleh mengawininya. Tentang dasar hukumnya, kami persilahkan meneliti dalil-dalil berikut ini. 1. Fiqh ala Madzahibil Arbaah juz 4 halaman 533: أَمَّا وَطْءِ الزِّنَا فَإنَّهُ لاَ عِدَّةَ فِيْهِ وَيَحِلُّ التَّزْوِيْجُ بِالحَامِلِ مِنَ الزِّنَا وَوَطْءِهَا وَهِيَ حَامِلٌ عَلَى الأصَحِّ وَهَذَا عِنْدَ الشَّافِعِى Adapun hubungan seksual dari perzinaan, maka sesungguhnya tidak ada 'iddah padanya. Halal mengawini wanita yang hamil dari perzinaan dan halal menyetubuhinya sedangkan wanita tersebut dalam keadaan hamil menurut pendapat yang lebih kuat. Pendapat ini adalah pendapat Syafii. 2. Al-Muhadzdzab juz 2 halaman 113 وَيَجُوزُ نِكَاحُ الحَامِلِ مِنَ الزِّنَا لأَنَّ حَمْلَهَا لاَيَلْحَقُ بِأَحَدٍ فَكَانَ وُجُودُهُ كَعَدَمِهِ Boleh menikahi wanita hamil dari perzinaan, karena sesungguhnya kehamilannya itu tidak dapat dipertemukan kepada seseorangpun, sehingga wujud dari kehamilan tersebut adalah seperti ketiadaannya. 3. Bughyatul Musytarsyidin halaman 201 (مَسْأَلَةُ ش) وَيَجُوزُ نِكَاحُ الحَامِلِ مِنَ الزِّنَا سَوَاءُ الزَّانِى وَغَيْرِهِ وَوَطْءُهَا حِيْنَئِذٍ مَع الكَرَاهَةِ * * (masalah shin); Boleh menikahi wanita yang hamil dari perzinaan, baik oleh laki-laki yang menzinainya atau oleh lainnya dan menyetubuhi wanita pada waktu hamil dari zina tersebut adalah makruh. 4. Mughni Muhtaj juz 3 halaman 152 لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... فَالسُّلْطَانُ وَلِيٌّ لِمَنْ لاَ وَلِيَ لَهُ. * * ... karena sabda Nabi saw maka sultan/pemerintah adalah wali dari orang yang sama sekali tidak ada wali baginya. *Ust. Achmad Shampton Masduqie, Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda, Mergosono Malang*
[keluarga-islam] Politik Beras Kerajaan Mataram
Sabtu, 2008 Maret 01 Politik Beras Kerajaan Mataram Sudah sejak lama beras digunakan sebagai komoditas politik. Catatan yang lengkap soal itu setidaknya diketahui semasa Kerajaan Mataram, abad ke-16 sampai 18. Para raja yang berkuasa menyadari beras merupakan simbol stabilitas ekonomi dan politik. Jika terjadi masalah dengan produksi beras, pasti ada pula masalah dengan kekuasaan. Sebaliknya, kerajaan dan raja akan diagung-agungkan bila masalah beras bisa dikendalikan. Harta, wanita, dan takhta. Tiga hal itulah yang sangat menonjol bila kita membaca dan mendalami Babad Tanah Jawi. Dari awal hingga akhir teks babad, ketiga hal itu selalu ada. Meski demikian, secara parsial dan terpisah-pisah, kita bisa meneliti berbagai aspek yang ada di Kerajaan Mataram, di luar ketiga masalah itu, seperti politik beras dan politik pangan. Buku Babad Tanah Jawi yang digunakan untuk membahas politik beras Kerajaan Mataram adalah babad berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar. Buku itu hasil penerjemahan Babad Tanah Jawi yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1939. Babad ini disusun oleh Raden Ngabehi Yasadipura. Teks ini bertembang macapat dan beraksara Jawa. Penggunaan teks berbahasa Indonesia bisa memunculkan perdebatan karena transliterasi akan memunculkan jarak dengan naskah asli. Pemilihan babad sebagai sumber kajian juga memunculkan perdebatan karena tidak sedikit mengandung mitos dan dongeng. Meski demikian, sejarawan HJ de Graf berpendapat, yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai 1800-an. Sejak awal berdirinya Kerajaan Mataram, beras telah menjadi komoditas politik. Keamanan pasokan beras merupakan salah satu sendi penyokong kekuasaan Ki Ageng Pemanahan, pendiri Kerajaan Mataram. Pada mulanya, Pemanahan mengalah mendapatkan tanah Mataram yang disebutkan masih berwujud hutan ketika mendirikan Mataram dibandingkan dengan daerah lain yang subur. Berkat kepemimpinannya Mataram bisa diubah menjadi kawasan pertanian. Mataram menjadi negeri yang makmur, banyak orang datang, sandang pangan murah dan sawah berlimpah. Apabila penguasa zaman sekarang menggunakan indikator ekonomi, penguasa zaman dulu menggunakan beras sebagai indikator stabilitas ekonomi dan politik serta pencapaian kemakmuran. Sebaliknya, tanda-tanda keruntuhan sebuah rezim juga selalu terkait dengan morat-maritnya pasokan pangan. Serbuan pasukan Trunajaya dari Madura mengakibatkan Mataram porak-poranda. Raja Amangkurat I terpaksa mengungsi hingga wafat. Situasi ini ditandai dengan banyak punggawa kekurangan pangan. Ketika itu hujan belum turun sehingga pangan sangat kurang. Negeri Mataram menjadi negeri yang amat menyedihkan. Persoalan beras juga menjadi persoalan kewibawaan rezim berikutnya. Masa awal Raja Amangkurat II ketika kerajaan berpindah ibu kota ke Kartasura dirundung oleh masalah kewibawaan karena tak mampu menyediakan beras murah. Dalam Babad Tanah Jawi itu disebutkan sang raja dirundung kesusahan karena banyak prajurit kecil yang sakit demam. Masalah bertambah lagi, harga pangan sangat mahal. Raja memandang harga pangan yang mahal akan mengakibatkan ia dipandang hina oleh rakyatnya. Kalau situasi tidak pulih, kerajaan akan dipandang rendah. Adik Amangkurat II, yaitu Pangeran Puger, kemudian melakukan langkah yang kurang lebih kalau sekarang seperti memantau pasar dan kondisi masyarakat. Ia kemudian berganti busana, dari busana keraton ke busana rakyat jelata. Ia menyamar sebagai santri. Puger masuk-keluar pasar dan mengemis beras di pasar. Ia juga mendekati pasukan yang diketahui hanya makan gadung dan ubi sebagai pengganti nasi. Puger juga melihat petani yang bersusah payah, tetapi tidak dapat menikmati hasilnya. Setelah memantau pasar, kemudian ia berdoa. Puger mendapat jalan untuk membuat harga pangan di negerinya kembali murah. Ia berkeliling ke semua pasar untuk menetapkan harga beras yang terbeli oleh masyarakat. Empat puluh hari setelah upaya itu, harga beras kembali murah. Petani tenang hatinya. Negeri Kartasura telah pulih. Sandang pangan kembali murah. Di samping fungsi beras dalam konteks stabilitas politik, ramalan-ramalan munculnya kekuasaan juga selalu terkait dengan beras. Kemunculan Raden Mas Said, yang lalu menjadi Mangkunegara I, disebutkan, bila ia tidak berkuasa, rezeki tanah Jawa akan berkurang. Akibatnya, orang Jawa tidak bisa makan karena tidak ada beras. Penentuan letak pusat kerajaan juga mempertimbangkan pasokan beras. Saat VOC melalui Mayor JAB van Hohendorff menyarankan keraton dipindah dari Kartasura ke Desa Sala yang kemudian bernama Surakarta Hadiningrat, salah satu perhitungan pemilihan lokasi itu adalah kemudahan pasokan beras. Hohendorff mengatakan, ia memperkirakan, kalau di tempat itu berhasil dibangun negeri, padi dan beras tidak akan mahal lagi. Meskipun sawah di tempat itu tidak menghasilkan, tetapi hasil dari Ponorogo pasti akan mengalir ke tempat itu. Taktik perang Beras juga digunakan sebagai
[keluarga-islam] Re: (Ngaji of the Day) Peristiwa sebelum dan selama Isra'
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimana pandangan terhadap jawaban sebagian orang: Allah berada dimana-mana, bila ditanya : Dimana Allah? Apakah jawaban seperti ini sepenuhnya benar? Jawaban. Jawaban seperti ini sepenuhnya batil. Apabila seseorang ditanya : Allah dimana? hendaklah ia menjawab: Di langit, seperti dikemukakan oleh seorang (budak) perempuan yang ditanya oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam :Dimana Allah? jawabnya: Di langit [Majmu' Fatawaa wa Rasaail, juz 1 halaman 132-133] [Disalin dari kitab Al Fatawaa Asy Syar'iyyah Fil Masaail Al Ashriyyah min Fatawaa Ulama Al Balaadil Haraami Banyak ayat-ayat Al Qur'an yang dengan jelas memuat penegasan bahwa Allah itu ada di langit, Dia berada diatas. Hal ini sejalan dengan apa yang dimaksud oleh ayat-ayat yang menggunakan kata-kata bersamayam. Dikatakan demikian karena dalam riwayat yang sah dari beliau Shalallahu alaihi wa sallam dinyatakan bahwa Allah ada dilangit, sebagaimana sabda beliau Shalallahu alaihi wa sallam : Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal aku adalah kepercayaan dari Tuhan yang ada di langit. [Bukhari no.4351 kitabul Maghazi ; Muslim no.1064 Kitabuz Zakat] Hal ini juga disebutkan pada hadits-hadits (tentang) Isra' Mi'raj, dan lain-lain. [Majallatuud Dakwah no.1288] --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Arland, saya mengimani kalau Allah itu maha tinggi, tinggi segala-segalanya, termasuk zat-Nya. Zat Allah tak pernah bisa kita bayangkan, karena DIA tak sama dengan apapun yang bisa dibayangkan oleh manusia. Ketika Allah mengabarkan dalam banyak ayat di Al-Quran bahwa Dia berada diatas langit, maka wajib hukumnya bagi saya untuk mengimani hal tersebut tanpa harus bertanya bagaimana dan seperti apa Allah diatas sana. Kalau kemudian saya berpikir bahwa Allah memerlukan ruang, maka hal itu berarti saya telah menyamakan Allah dengan mahluknya yang memerlukan ruang untuk tempat tinggal. Demikian pula dalam banyak hadits dikabarkan oleh Rasullah tentang Allah yang berada di langit, maka cukup bagi saya untuk mengimaninya tanpa bertanya atau memikirkannya karena hal itu justru hanya akan membayangkan Allah sama dengan kita. Secara fitrah dalam do'a kita selalu menengadahkan tangan yang menunjukkan bahwa kita mengharapkan sesuatu turun dari zat yang maha tinggi diatas sana. Dalam surat Al-Qadr dceritakan bagaimana Alquran TURUN ke dunia begitu pula Malaikat Jibril dan malaikat2 lainnya untuk mengatur segala urusan. Alquran adalah Kalamullah, jika Al-quran turun dari langit tentunya Allah sebagai pemiliknya berada disana pula. Malaikat Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu, dia turun ke Bumi dari langit untuk menyampaikan wahyu yang tentunya pemiliki wahyu tersebut pun berada diatas sana. Dan salah satu hikmah yang dapat saya petik dari peristiwa Isra' Mi'raj ini adalah semakin bertambahnya keyakinan saya bahwa Allah berada di Sidratul Muntaha yaitu tempat yang paling tinggi di alam semesta, karena Allah memang Maha tinggi. Ketika Allah mengabarkan bahwa dia berada di langit tertinggi, jangan berpikiran bahwa bagaimana dia bisa berada sedekat urat leher kita. Ilmu Allah maha tinggi, ilmu allah meliputi setiap jengkal Alam semesta ini. Ini hanya keyakinan saya saja yang didasari dari sekian banyak dalil dalam alquran dan hadits, jika anda dan saudara2 lainnya memiliki keyakinan yang berbeda, silakan saja... :) Wallahu a'lam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote: Pak Wandy, Keimanan saya meyakini bahwa Allah itu ada dimana-mana. DIA tidak memerlukan dimensi tempat dan waktu. Bagi anda langit2 rumah mungkin sebagai atas, ubin sebagai bawah. Tapi bagi seekor cecak langit2 rumah anda itu adalah bawah, ubin yg anda injak dianggapnya sebagai atas. Sedangkan bagi sebuah bola, karena bentuknya bundar, atas dan bawah ya sama saja. Begitulah anggapan mahluk Allah terhadap sesuatu tergantung persepsinya. Sedangkan keberadaan Allah tak bisa diukur oleh panca indra manusia, karena keberadaanNya tidak memerlukan dimensi tempat dan waktu. Kenapa ketika perintah sholat di berikan langsung di Sidratul Muntaha, yaitu suatu tempat yang amat dan paling tinggi di dunia ini (buat ukuran manusia) ? Tinggi atau rendahnya tempat memang ga dibutuhkan oleh Allah, karena bagi Allah itu sama saja, tapi bagi mahluknya tempat menjadi sangat berpengaruh. misalnya, kopiah atau topi, berbeda pengaruhnya bila diletakkan di kepala dengan letakkan di dengkul atau di kaki. Hikmah yg terkandung di balik itu, begitu istimewanya printah sholat ini, sehingga untuk sekedar menerima perintah itupun Rasulullah SAW harus terbang ke angkasa sedemikian jauh. Bahkan di jaman moderen sekerangpun belum ada satu ciptaan manusia yang mampu terbang ke sana, dan ternyata seekor Buraq ciptaan Allah jauh lebih canggih, padahal keluaran 14 abad YL. Tapi yang terpenting ; bagaimana
Re: [keluarga-islam] Re: (Ngaji of the Day) Peristiwa sebelum dan selama Isra'
kang Wandy, bagaimana dengan ayat-ayat di surat Al-Muddatstsir dan Al-Muzammil yang berisi perintah Sholat..? jika dilihat pada ayat-ayat tersenut, perintah Sholat turun kepada Nabi Muhammad, sholullohu alaihi wasallama, lewat malaikat Jibril dalam bentuk wahyu. salam..., ramdan :-) - Original Message - From: wandysulastra To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Sunday, August 03, 2008 5:24 PM Subject: [keluarga-islam] Re: (Ngaji of the Day) Peristiwa sebelum dan selama Isra' 'alaikum salam wr wb Betul sekali pak Bambang, untuk perintah selain sholat semuanya melalui perantara malaikat Jibril yang turun ke bumi untuk menyampaikannya kepada Nabi. Tapi untuk sholat, Nabi sendiri yang datang menghadap Allah di sidratul Muntaha. Dari sini kita dapat melihat bagaimana pentingnya ibadah sholat ini. Wassalam :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr.wb Kalau saya mengambil hikmahnya saja, diantara perintah-perintah Allah yang wajib semuanya melalui perantara malaikat, namun dalam perintah shalat dikomandoi langsung oleh Allah, Shalat ibarat stempel dari segala perbuatan atau amalan yang baik, apa imbas terhadap amalan-amalan yang baik bila sholat kita rusak? apa hubungan amal kita yang tidak baik dengan shalat ? Wassalam From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ananto Sent: Friday, August 01, 2008 8:22 AM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] (Ngaji of the Day) Peristiwa sebelum dan selama Isra' semakin banyak pendapat, akan semakin bagus... sehingga nantinya bisa saling melengkapi... saya rasa begitu.. :) salam, ananto On 7/29/08, Yusa [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] wrote: ^_^ Setahu saya, ada yang berpendapat bahwa malaikat Jibril tidak membersihkan hati Nabi Saw sesudah dibelah, tapi menambah kemulian di atas kemuliaan-kemuliaan Nabi Saw, menambah kesucian di atas kesucian-kesucian Nabi Saw. Seperti yg dijelaskan habib Alwi bin Muhammad bin Husein shohibul maulid Simthud Durror dlm kitab maulid-nya. Cmiiw. Trm ksh. Salam, Yusa. www.majlismajlas.blogspot.com http://www.majlismajlas.blogspot.com/ - Original Message - From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@yahoogroups.com mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, July 29, 2008 9:48 AM Subject: [keluarga-islam] (Ngaji of the Day) Peristiwa sebelum dan selama Isra' Peristiwa sebelum dan selama Isra' Pada waktu Nabi Muhammad saw. berbaring di antara dua orang yaitu paman beliau Hamzah dan sepupu beliau Ja'far bin Abi Thalib di Hijir Isma'il dekat Ka'bah, tiba-tiba datang kepada beliau malaikat Jibril dan Mika'il beserta seorang malaikat lain, kemudian ketiga malaikat tersebut membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur Zamzam, lalu mereka menelentangkan beliau. Di antara ketiga malaikat tersebut, yang mengurusi beliau adalah Jibril. Menurut satu riwayat: Atap rumah saya tersingkap, kemudian malaikat Jibril turun. Kemudian Jibril membelah badan beliau mulai dari tenggorokan beliau sampai ke bawah perut beliau. Lalu Jibril berkata kepada Mikail: Bawakan kepadaku satu baskom air zamzam agar aku dapat membersihkan hati beliau. Jibril mengoperasi dada beliau, kemudian mengeluarkan hati beliau dan membasuhnya tiga kali serta mencabut apa yang menjadi bagian dari syetan dari hati beliau; dan Mikail tiga kali membawakan baskom berisi air zamzam kepada Jibril. Kemudian didatangkan sebuah baskom emas yang penuh dengan hikmah dan keimanan dan ditu-angkan habis ke dada Nabi saw; dan dada beliau dipenuhi dengan kesabaran, ilmu, keyakinan dan keislaman; kemudian ditutup kembali dan di antara kedua belikat beliau distempel dengan stempel kenabian. Sebelum beliau berangkat melakukan isra' dan mi'raj, dada Nabi saw. dioperasi untuk dikeluarkan sarang syetan dari hati beliau, kemudian hati beliau diinjeksi dengan hikmah (kebijakan), keimanan, kesabaran, ilmu, keyakinan dan keislaman (penyerahan diri). Hikmah yang terkandung dalam kisah di atas, ialah bahwa sebelum kita memulai pekerjaan untuk mencapai tujuan yang hendak kita capai, maka dada kita harus kita operasi dan kita buang sarang syetan dari hati kita dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dengan meyakini makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian kita isi hati kita dengan kebijaksanaan, keimanan, kesabaran, ilmu, keyakinan dan penye-rahan diri pada ketentuan dari Allah swt. Kemudian didatangkan seekor buraq yang telah diberi pelana dan kendali. Buraq
Re: [keluarga-islam] Black Box Adam Air - MP3 2.3MB
jika rekaman ini adalah: 1. orisinal dari bukti otentik, maka sebagai bukti otentik semestinya ada aturan apakah boleh dipublikasikan atau tidak. 2. jika tidak boleh dipublikasikan, maka bagaimana hukumnya untuk yang mendengarkannya..? yang jelas untuk yang mempublikasikannya pertama kali adalah menyalahi aturan. 3. rekayasa, maka yang mempublikasikannya pertama kali adalah ikut melakukan penipuan. bisa dibayangkan berapa banyak yang tertipu, dan berapa banyak dosa yang ditanggungnya... 4. dan bagaimana pula yang ikut menyebarkan hasil rekasaya ini, tentunya dapat juga cipratan dosanya... maaf... maaf... maaf... semestinya kita sebagai orang islam tetap harus berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu ke publik. salam..., ramdan :-) - Original Message - From: Nashir Ahmad M. To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Tuesday, August 05, 2008 9:29 AM Subject: [keluarga-islam] Black Box Adam Air - MP3 2.3MB Terlampir Rekaman BlackBox Adam Air ~~ -- Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis. Download Yahoo! Toolbar sekarang .
[keluarga-islam] ORIENTALIS MENCARI GURU SEJATI
ORIENTALIS MENCARI GURU SEJATI Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani Dari Buku The Key to Divine Kingdom www.mevlanasufi.blogspot.com Bismillah hirRohman nirRohim Seorang Orientalis datang menemui Grandshaykh Abdullah dan berkata, “Aku telah mempertimbangkan semua agama-agama – Budha, Hindu, Yahudi, Kristen, bahkan Islam. Dan apapun juga aku tanyakan mengenai suatu agama untuk mencukupi minatku, namun yang aku dapatkan hanyalah perasaan hampa. Tidak ada apapun yang memuaskanku. Aku telah menempuh perjalanan keliling dunia untuk menemukan jawaban. Dan siapapun aku tanya, tapi aku pikir aku mengetahui lebih banyak dari orang yang aku tanya itu. Dimasa kecil aku melakukan segala macam pelanggaran yang bisa kamu bayangkan, tetapi aku kemudian merasa rindu akan suatu kebenaran, maka akupun menjadi seorang yang tulus hati dan saleh”. Tak ada seorangpun yang bisa memuaskan rasa ingin tahunya, karena dia adalah seorang sarjana / cendikiawan. Akhirnya, dia berkata, “Kini untuk yang terakhir kalinya, aku akan mencoba Islam, untuk melihat apakah aku bisa lepas dari ini semua”. Maka diapun memulai perjalanannya dari satu negara ke negara lainnya – Pakistan, India, Negara-negara Timur Tengah, dan seluruh Negara Eropa, menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk menjadi orang Islam. Mereka menceritakan kepadanya hanyalah kewajiban secara fisik, lima tiang agama yaitu mengucapkan shahadat (deklarasi telah beriman), sholat, berpuasa sepanjang bulan Ramadhan, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji. Dan diatas semua itu adalah sunah! Dia berkata, “Islam meminta terlalu banyak! Di agama Kristen, mereka hanyak memintaku untuk berdoa pada hari Minggu! Sedangkan kamu memintaku untuk sholat lima kali dalam satu hari. Juga, ketika aku memiliki uang berjuta-juta dollar didalam rekening bankku, aku diminta untuk membayar 2.5% dari uang itu? Apa ini?” Dia telah mempelajari Islam secara mendalam, dan akhirnya menjadi seorang ahli tentang agama Islam, namun tetap saja dia tidak yakin akan Islam. Dia berkata, “Aku masih memegang udara – bukannya memegang tali untuk memanjat – aku butuh sebuah tali”. Sekarang pertimbangkan ayat Al Quran yang mengatakan, “Berpegangteguhlah pada tali Allah SWT.” 2 Pada hukum Islam (fiqh), “perpanjangan tali” adalah Muhammad SAW. Beliau adalah nabi yang membawa kalian ke Hadirat Allah. Pada akhirnya, seseorang menceritakan kepadanya tentang Grandsyaikh Abdullah dan Mawlana Syaikh Nazim. Lalu dia pergi mencari mereka dengan menempuh perjalanan menuju tempat dimana mereka tinggal. Ketika dia tiba, dia memanggil mereka, “Ya Sayyidi ….” Itu adalah wujud dari rasa hormatnya kepada mereka. Islam mengajarkan rasa hormat. Dia telah mempelajari disiplin atau adab Islam sebagai seorang Orientalis. Sayangnya orang-orang kita – para Muslim sekarang ini – tidak mengetahui adab. Mereka tidak akan memanggil kalian, “Pak!” Lalu, mereka memanggil kalian apa? “Saudara”. Itu adalah cara Wahhabi. Atau “Teman.” Perkataan, “Sesungguhnya orang-orang Islam itu bersaudara.” Ya, Tuhan telah berfirman, Orang-orang Islam adalah bersaudara”, itu benar. Tetapi ada tingkatan yang berbeda dalam persaudaraan. Sekarang ini, jika seseorang berusia 15 tahun datang ke mesjid dan bertemu dengan orang yang lebih tua 70, 80, atau 90 tahun, dia tetap akan menyapa orang tua itu, “Hallo, saudara” atau “As-salaamualakum, saudara.” Ini bukanlah adab ataupun rasa hormat. Seharusnya dia menyapa dengan “Assalamu 'alaykum wahai Orangtuaku”, “Assalamu alaykum Bapak”. Orientalis bertemu Grandshyaikh Abdullah Faiz ( alm ) Lalu orientalis itu mendekati Grandsyaikh dan berkata, “Kini aku datang menemuimu karena aku telah mendengar cerita tentangmu.” Kedua-duanya Grandsyaikh Abdullah dan Mawlana Syaikh Nazim ada disana. Mawlana Syaikh Nazim menunggu dan Grandsyaikh bertanya, “Apa pertanyaanmu?” Orientalis berkata, “Aku tidak puas. Aku tidak bisa menemukan jati diriku. Aku ingin suatu kebenaran. Aku telah belajar semua agama, termasuk Islam. Aku bertanya pada setiap cendikiawan, aku merasa bahwa aku mengetahui lebih banyak daripada mereka – bahkan secara lebih terinci mengenai agama. Tetapi aku tidak merasa puas. Aku bisa memberi ceramah tentang Islam, namun aku tidak merasakan bahwa aku sedang memegang sesuatu apapun kecuali udara.” Grandsyaikh berkata, “Oh anakku. Kamu harus mengetahui tiga hal untuk mampu memahami kenyataan ini, dengan demikian kamu dapat dipandu menuju kepuasan dan kebahagiaanmu.” Benih “Pertama, jika kamu mengambil satu benih dari satu pohon buah-buahan dan ditaruh pada sebuah rak, dan didiamkan di rak itu selama bertahun-tahun tanpa kehidupan. Benih tersebut tetap akan berada disana. Itu berarti, apapun yang kamu lakukan dikehidupanmu – apapun yang terjadi dan kemanapun kamu pergi – kamu tetap masih sama – terikat dengan dunia ini. Tetap memiliki satu benih namun tanpa sebuah perubahan. Tetapi ketika tiba waktunya untuk menanam benih itu, kamu mengambilnya