[keluarga-islam] Dua Ujian Terberat

2012-06-27 Terurut Topik muhamad agus syafii




Dua Ujian Terberat


By: Muhamad Agus Syafii


Laki-laki separuh baya matanya menerawang menatap kedepan. Tak ada suara dan 
kata yang terucap, Wajahnya nampak sejuk dan damai. Hatinya tersenyum seolah 
bicara, tak ada hidup yang sempurna tanpa ujian. Sebagai seorang muslim beliau 
banyak diberikan kemudahan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kehidupan datar dan 
lurus lalu menanjak mencapai kesuksesan dalam karier. Pernikahannya penuh 
kebahagiaan. terasa semakin lengkap dengan kehamilan istri tercintanya. Buah 
hati yang didambakan bagi seluruh anggota keluarganya namun toh, Allah memiliki 
rencana lain. Putra pertamanya, hanya bertahan 24 jam berjuang bertahan hidup. 
Kejadian itu benar-benar membuat hidupnya merasa terpuruk dalam kubangan yang 
penuh lumpur, terasa sesak untuk bernapas dan membuat perih dihati. Selama 
berbulan-bulan beliau mengurung diri meratapi sang buah hatinya yang telah 
pergi. Sungguh tak terduga. Kehilangan itu terjadi justru dipuncak kesuksesan 
kariernya. Kejadian itu menguji
 keimanannya bahkan terkadang menggugat keberadaan Allah, 'Kenapa Allah tidak 
adil pada kami?' begitu ucapnya.


Ujian keimanan berikutnya, justru menimpa pada istrinya. Istrinya terserang 
kista dirahimnya. Dokter memvonis istrinya berisiko tinggi jika hamil lagi. 
Tentu saja sebagai suami hal itu membuatnya sangat terpukul dengan pernyataan 
itu. Dia teringat bagaimana masa2 indah dilalui berdua & dirinya sangat 
khawatir terhadap kondisi sang istri. Kemudian dia berinisiatif untuk 
bershodaqoh ke Rumah Amalia. Sungguh menakjubkan, ternyata kista istrinya bisa 
sembuh tanpa harus operasi. Terlebih kehamilan yang kedua telah membuat 
hidupnya menjadi terasa bahagia. Kelahiran anak yang dinanti memhiasi indah 
hidup ini dengan penuh syukur. Dua ujian berat semakin menyadarkan beliau dan 
keluarganya agar semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 
Terlebih dengan kehadiran sang buah hati, seolah diberikan anugerah yang tiada 
tara. Sehingga beliau berjanji tak akan pernah berhenti untuk bersyukur. Dengan 
bershodaqoh sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Beliau
 bertutur malam itu di Rumah Amalia, ' Saya sadar, Allah itu Maha Baik. Allah 
selalu wujudkan impian kami.' Subhanallah..


---
Sahabatku, yuk..aminkan doa ini agar keluarga kita menjadi keluarga sakinah 
mawaddah warahmah. "Rabbana hab lanâ min azwajina wa dzurriyyatina qurrata 
a'yunin waj-'alna lil-muttaqina imama." Artinya, Ya Tuhan kami, anugerahkan 
kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan 
jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74).


Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
--
Sahabatku yang "single" ingin segera menikah. Tetaplah berikhtiar & memohon kpd 
Allah agar diberikan jodoh yg terbaik. Insya Allah, keluarga sakinah mawaddah 
warahmah segera terwujud. yuk..hadir pada kegiatan "Berkah Ramadhan Bersama 
Amalia" (BELIA) Ahad, 29 Juli 2012. jam 4 s.d 6 sore di Rumah Amalia. Bila 
berkenan berpartisipasi: pakaian baru, buku bacaan, paket sembako, peralatan 
sholat, konsumsi berbuka puasa. Silahkan kirimkan ke Rumah Amalia. Jl. Subagyo 
IV blok ii, no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Partisipasi anda 
sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, 
http://agussyafii.blogspot.com/, http://twitter.com/agussyafii





[keluarga-islam] (Ngaji of the Day) Ka’bah Mean Time

2012-06-27 Terurut Topik Ananto
*Ka’bah Mean Time*



Selama ini garis awal waktu (day date line) kita berkiblat ke Inggris. Kota
Greenwich, yang letaknya dekat London, ditetapkan sebagai bujur 0 atau
disebut Greenwich Mean Time (GMT). Setiap 15 derajat dari sana dihitung
berbeda 1 jam dalam hitungan 24 jam. Perhitungan hari pun bermula dari
bujur yang berjarak 180 derajat dari Greenwich.



Kenyataan ini dirasa patut mengusik kesadaran umat Islam,
sekurang-kurangnya bagi keperluan ritual atau ibadah, untuk bersepakat
menetapkan Ka’bah sebagai kiblat penetapan waktu; Ka’bah Mean Time.
Caranya, kota Mekah yang terletak pada 40 derajat bujur timur itu
ditetapkan sebagai bujur 0 derajat. Sehingga 180 derajat dari Mekah, yakni
140 derajat bujur barat dari Greenwich, ditetapkan sebagai garis awal batas
tunggal. Dengan demikian, umat Islam sedunia dapat, misalnya, merayakan
Idul Fitri atau Idul Adha pada hari yang sama.



Andaikan ide ini bisa diwujudkan, tentu Ka’bah kita akan semakin populer
--meski sebenarnya tanpa itu pun, Ka’bah kita itu sudah jauh lebih populer
dibanding dengan kota Greenwich. Hanya saja persoalannya, apa benar
penetapan Ka'bah sebagai bujur 0 derajat akan berdampak positif bagi
keperluan ritual, misalnya umat Islam sedunia bisa berhari raya pada hari
yang sama?



Orang yang mengerti bahwa bola Bumi ini bulat dan mengerti bahwa umat Islam
ada di mana-mana di seantero belahan Bumi yang bulat ini, tentu sulit
mencema uraian tersebut di atas. Apakah hanya dengan menggeser day date
line sejauh 40 derajat ke arah timur, atau lebih awal 2 jam 40 menit dari
yang berlaku sekarang, umat Islam akan bisa berhariraya pada hari yang sama?



Orang yang memiliki sekelumit pengetahuan tentang ilmu falak atau ilmu
hisab yang mengetahui bahwa awal bulan Hijriyah ditentukan berdasarkan
kemunculan hilal di atas ufuk barat dan sama sekali tidak ada hubungannya
dengan day date line (garis batas tanggal) itu tadi, tentu akan
geleng-geleng kepala menyimak ide Ka’bah Mean Time ini. Pindah-pindahkanlah
posisi day date line itu ke mana suka, umat Islam di mana pun di belahan
Bumi ini tidak akan pernah bingung tentang kapan saatnya mereka berhariraya
karena pedoman untuk itu sudah konkret.



Umat Islam di satu belahan Bumi tertentu yang belum mengalami terbit hilal
tidak akan memaksakan diri untuk berhariraya pada hari yang sama dengan
umat Islam di belahan Bumi lain yang telah lebih dahulu mengalami terbit
hilal. Sebab, Nabi SAW tidak memberi petunjuk demikian. Sedangkan
sunnatullah mengenai gerakan bulan pada lintasannya mengakibatkan belahan
bumi yang pertama kali mengalami terbit hilal selalu berubah setiap bulan.



Seandainya ide tentang Ka'bah Mean Time (KMT) ini bisa diterima secara
internasional, kita umat Islam tentu saja ikut bangga. Kendati rasanya agak
utopis, tetapi mari kita tunggu saja! Wallahu a'lam.



KH Abdul Salam Nawawi

Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur



-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."


[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 08 Sya'ban 1433H

2012-06-27 Terurut Topik Ananto
Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Baarakallaahu fiikum wa fiihim baarakallaahu.



Semoga Allah memberkahi apa yang masih ada padamu dan semoga Allah
memberkahi apa yang ada pada mereka.



Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 16, Bab 25.



-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."