^_^

Rawasari - Semarang. Desa ini memang lumayan besar, terletak di selatan 
Pedurungan hampir berbatasan dengan Demak. Alam dan suasananya masih alami, 
masih banyak pepohonan dan perkebunan. Penduduknya pun masih asyik, masih 
kental gotong royongnya, masih sangat peduli sesamanya. Rumah-rumah di sini 
belum banyak yang bercorak modern, kebanyakan masih bergaya joglo ala pedesaan 
Jawa tapi meski bergaya lawas tetap tidak bisa menutupi keindahan penghuninya. 
Penduduknya pun masih senang menghadiri pengajian umum atau pun khusus.

Seperti malam Sabtu lalu (21 Sya'ban 1428 - 22 Agustus 2008), masyarakat di 
Rawasari berduyun-duyun menghadiri majlis tahtim pembacaan Ratib Alhaddad dan 
Maulid Simthud Durrar yang diasuh oleh habib Hasan bin Abdurrahman bin Zain 
Aljufri dan ustadz Ihsan Turmudzi Alhafidz. Tidak hanya pemuda saja yang hadir 
tapi juga beliau-beliau yang berusia lanjut baik kakek atau nenek sangat 
bersemangat berjalan beramai-ramai datang, duduk, mengikuti alunan irama maulid 
dan qoshidah yang dibawakan bergiliran.

Nama majlis ta'lim ini adalah Ahbabun Nabi, diadakan setiap 35 hari sekali 
(selapanan = bahasa Jawa) bergiliran antar Mushola dan Masjid setempat yang 
letaknya lumayan berjauhan. Meski berjauhan sama sekali tidak mengurangi 
semangat mereka untuk hadir mendapatkan barokah dari habaib dan para ulama', 
barokah berupa ilmu dan sebagainya.

Oleh ustadz Ihsan Turmudzi Alhafidz penduduk Rawasari didekatkan dengan para 
habaib, khususnya habib HAsan bin Abdurrahman bin Zain Aljufri ini, terbukti 
hingga saat ini hampir setahun majlis ini berlangsung mereka tidak bosan 
menghadiri majlis ini dan malam itu pun mereka dengan nikmat tetap duduk hingga 
hampir jam 23 mendengarkan mauidhoh hasanah (nasehat yang baik) dari habib 
Hasan dan kyai Imam Suyuti.

Habib Hasan mengingatkan agar kita memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan yang 
sebentar lagi datang, baik ibadah wajib maupun sunnah. Nilai pahala ibadah 
sunnah dijadikan seperti ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib dilipat-gandakan. 
Ramadhan bulan yang sangat mulia, kemuliaan bulan Ramadhan bahkan menjadikan 
bau mulut kita yang puasa di siang hari wangi melebihi bau minyak kasturi di 
sisi Allah Swt dan semua pekerjaan yang dilakukan bukan karena Allah Swt maka 
baunya akan sangat busuk.

Dikatakan oleh habib Abdullah bin Alwi Alhaddad bahwa barang siapa yang 
mencintai kami , mengikuti kami maka tidak akan kami lupakan dia, bahkan akan 
kami tolong meski sudah meninggal sehingga dia terhindar dari adzab kubur. 
Untuk itu kita harus memperbanyak dzikir (ingat) kepada Allah Swt, dijelaskan 
bahwa barang siapa orang yang tidak mempunyai dzikir dalam hidupnya maka dia 
bagaikan hewan. Maka barang siapa tidak ingin seperti hewan, berdzikirlah meski 
tidak banyak asal istiqomah (langgeng, terus menerus). Al istiqomah alfi 
karomah, satu istiqomah sama dengan 1.000 karomah.

Sesungguhnya manfaat dzikir itu sangat banyak bermanfaat buat kita dan sangat 
berat timbangannya di mizan nanti bahkan gunung pun tidak akan kuat, akan 
hancur, manakala dijatuhkan Alqur'an ke atasnya. Alqur'an adalah sangat baik 
untuk dijadikan sarana dzikir kita mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Ingat jangan sampai kita tidak punya dzikir, jangan sampai kita tidak ingat 
kepada Allah Swt sebab barang siapa tidak berdzikir hatinya maka dia bagaikan 
mayat hidup meski belum meninggal! Oleh karena itu kita harus membersihkan diri 
sebelum masuk ke bulan Ramadhan, memasuki bulan istimewa kita harus 
mempersiapkan diri dengan ber-istighfar di bulan Rajab, lalu ber-shalawat di 
bulan Sya'ban. Semua itu untuk menyucikan diri kita dhohir dan batin.

Salah satu hikmah puasa adalah ikut merasakan bagaimana rasa yang dirasakan 
kaum faqir setiap harinya. Kaya atau miskin kita mestinya harus bersyukur sebab 
dunia seisinya adalah milik Allah Swt. Orang miskin dikatakan sebagai keluarga 
Allah Swt maka barang siapa tidak menolong keluarga Allah Swt padahal dia mampu 
untuk menolongnya maka Allah Swt akan murka kepada dia. Banyak-banyaklah 
berdo'a agar kita selamat, terutama di saat sholat. Kalau dikatakan sholat 
adalah tiang agama, kenapa kita tidak bisa menikmati sholat? Salah satu 
penyebabnya adalah makanan yang haram dan syubhat (diragukan kehalalannya).

Dikisahkan bahwa habib Hasan Jamalullail tidak mau membaca Alqur'an di siang 
hari, kita tentu heran sebab sangat dianjurkan membaca Alqur'an di bulan 
Ramadhan lalu kenapa beliau tidak mau membacanya? Demikian juga murid beliau 
tapi tidak berani bertanya.

Suatu saat ketika di malam hari habib Hasan Jamalullail tertidur, seorang murid 
mendekati beliau dan melihat dari mulut beliau keluar semacam busa. Dia lalu 
menjulurkan tangannya dan menyentuhkan jarinya mengambil busa itu karena 
penasaran, dijilatnya busa tersebut. Dan ternyata rasa busa yang keluar dari 
mulut mulia habib Hasan Jamalullail sangat manis melebihi madu!

Habib Hasan Jamalullail terbangun dan bertanya apa yang dia lakukan, ketika 
dikatakan alasan murid beliau itu, habib Hasan Jamalullail menerangkan bahwa 
itulah sebabnya beliau tidak membaca Alqur'an di siang hari sebab setiap beliau 
membaca Alqur'an akan keluar dari mulut beliau madu yang akan membuat perut 
beliau kenyang. Kalau ini terjadi di siang hari maka beliau tidak akan 
merasakan nikmatnya lapar seperti kaum faqir, oleh karena beliau ingin 
merasakan nikmatnya lapar maka beliau tidak mau membaca Alqur'an di siang hari 
agar madu tidak mengenyangkannya. Beliau membaca Alqur'an di malam hari.

Selain itu jangan lupa latihan menikmati sholat, dikisahkan imam Ali bin Abi 
Thalib Kwh saat terkena anak panah, beliau lalu sholat dan meminta agar anak 
panah itu dicabut ketika sholat. Beliau tidak merasakan sakit sama sekali saat 
anak panah itu dicabut, kenapa? Karena beliau khusyuk dalam sholat, yang beliau 
rasakan hanya nikmat bercakap-cakap dengan Allah Swt, tidak merasakan yang 
selain itu sehingga beliau tidak merasakan sakit.

Habib Hasan bin Abdurrahman mengakhir tausyiah beliau dengan do'a, lalu 
dilanjutkan dengan tausyiah dari kyai Imam Suyuti yang mengingatkan agar kita 
berbaik sangka kepada siapa saja dan agar kita menjadi mukmin yang kuat. 

Salam, Yusa.
www.majlismajlas.blogspot.com

Reply via email to