Senin, 30 Juli 2012 08:00:00
 Ngabuburit Zaman Baheula (4) Antre nasi padang di Pasar Senen
[image: Antre nasi padang di Pasar Senen]
Kondisi Pasar Senen pada 1940-an. (tropenmuseum.nl)


 Siapa tidak kenal Pasar Senen, Jakarta Pusat. Bagi sebagian orang, kurang
afdal bila datang ke Ibu Kota tanpa mampir ke sana. Kawasan perbelanjaan
ini pertama kali dibuka oleh Yustinus Vinck pada 1733. Setelah masa
kemerdekaan, pada 1945 hingga 1975, Senen menjadi pusat perdagangan paling
terkenal di Jakarta.

Berada di pusat kota, Pasar Senen juga dekat dengan stasiun kereta api,
penghubung Jakarta dengan kota-kota besar lain di Jawa. Laiknya pasar pada
umumnya, rupa-rupa jenis jajanan, makanan, dan minuman juga dijual di sana.
Namun ada fenomena menarik saban Ramadan tiba di pasar itu, yakni keramaian
menjelang buka.

Menurut sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, zaman dulu Senen juga menjadi
lokasi favorit buat ngabuburit menjelang buka puasa. “Penjual jajanan dan
minuman berderet di pinggiran pasar, melayani orang-orang antre membeli
makanan. Ramai sekali, kalau bedug ditabuh, banyak di antara mereka makan
di lokasi,” kata dia saat dihubungi *merdeka.com* melalui telepon
selulernya, Rabu pekan lalu.

Saban sore, usai salat asar, bekas wartawan ini biasa keliling Jakarta
mengendarai sepeda ontel dari kampungnya di Kwitang, Jakarta Pusat. Dari
sana dia keliling mengunjungi beberapa lokasi ramai, salah satunya di
sekitar Pasar Senen. Dulu, kata dia, ada satu rumah makan Padang terkenal
di daerah Senen paling ramai dikunjungi warga.

“Orang-orang berdiri, mengantre, menunggu giliran masuk mendapat bungkusan
nasi. Seingat saya cuma itu nasi padang terkenal, ramai sekali, antrenya
sampai jalan raya,” ujarnya.

Dulu Pasar Senen memang terkenal. Sejak awal abad ke-20, Senen telah
menjadi jantung ibu kota dengan denyut perdagangan hampir tak pernah mati.
Beberapa toko besar dan terkenal berdiri di sepanjang Jalan Kramat Bunder,
Kramat Raya, Jalan Kwitang, dan Jalan Senen Raya. "Apotek Rathkamp",
setelah kemerdekaan menjadi Kimia Farma, berdiri di seberang Segi Tiga
Senen.

Di Gang Kenanga terdapat toko sepeda "Tjong & Co". Sementara di Jalan
Kramat Bunder terdapat rumah makan terkenal "Padangsche Buffet". Pada
1960-1970, beberapa toko di atas telah lenyap atau berubah kepemilikan.
Pada masa kepemimpinan Ali Sadikin, pemerintah DKI menghidupkan lagi
kawasan Senen dengan membangun pusat perdagangan Senen.

Pembangunan Proyek Senen diikuti pasar inpres dan terminal Senen. Pada awal
1990 dibangun pula super blok modern, Atrium Senen. Atrium Senen diisi
sejumlah produk skala internasional, seperti Yaohan dan Mark & Spencer,
yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.

Pasar Senen memang sudah berulang kali berubah. Namun bagi Alwi, kenangan
Senen tempo dulu, terutama menjelang buka puasa, tetap lekat dalam ingatan.
”Dulu enak rasanya keliling Jakarta. Di Pasar Senen melihat orang dari
mana-mana antre jajanan di pinggir jalan menunggu buka,” ujarnya.
[fas]


-- 



*sudah banyak bukti sukses dari JSS makanya buruan daftar
disini<http://caridikit.blogspot.com/2012/03/belajar-investasi.html>
Profit
2%/hari dan cashback menanti anda...*

untuk info lengkap & petunjuk lebih lanjut silahkan hubungi saya di
FaceBook : hanja...@gmail.com
YM           : desat...@yahoo.com
Gtalk        : hanja...@gmail.com

Kirim email ke