Masih dua hari yang lalu, saya diam mendengarkan nasehat yang disampaikan pada 
saya :

"Ati iro gambarane tingkah laku iro. Ati-ati! Aji panglipur loro iro reksanen 
kanthi temenan. Surgo ndunyo pawujude surgo akherat."

Adapun terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia adalah sbb:

"Keadaan hatimu adalah cerminan dari tingkah lakumu. Berhati-hatilah! Ingatlah 
baik-baik bagaimana caramu menghibur kesedihanmu! Surga di dunia adalah 
perwujudan surga di akhirat."

Ibarat teko isi kopi, jika dituangkan tentu kopi yang keluar. Begitu juga 
dengan hati, apapun isi hati kita atau bagaimanapun keadaan hati kita akan 
terwujud lewat tingkah laku dhohir kita.

Dikala kita melakukan keburukan maka hati kita akan buruk pula keadaannya. 
Begitu juga sebaliknya, jika hati kita menolak atau senantiasa menunda-nunda 
untuk melakukan kebaikkan, maka kita pun belum akan melakukan kebaikkan.

Jika hati kita senantiasa berburuk sangka pada Allah Swt atau pada makhluq-Nya, 
atau kita merasa iri dengki melihat keberhasilan orang lain sehingga 
meng-halal-kan segala cara untuk melebihi mereka, atau merasa diri kita paling 
benar, sombong, berbohong, malas, terlalu panjang angan-angan dan tidak peduli 
pada perintah, imbahuan atau larangan-Nya, maka tingkah laku perbuatan kita 
juga akan melakukan hal-hal yang buruk. Segala yang kita lakukan jauh dari 
kebaikkan yang membawa manfaat untuk diri kita dan orang lain. Kita akan 
menolak untuk berbuat baik jika hati kita tidak tertarik pada kebaikkan. Tapi 
jika hati sudah tertarik pada kebaikkan maka kita menerima kebaikkan.

Dari tingkah laku kita bisa terlihat bagaimana keadaan hati kita, dan dari hati 
kita bisa kita lihat bagaimana tingkah laku kita. Jadi berhati-hatilah, jagalah 
hati dan tingkah laku kita!

Memperbaiki keadaan hati agar mau menerima kebaikkan bisa menjadikan kita 
tergerak untuk melakukan kebaikkan lewat berbagai amal ibadah dhohir. 
Sebaliknya, memperbaiki perbuatan dhohir kita dengan mengerjakan berbagai amal 
ibadah bisa menjadikan keadaan hati kita lebih baik, lebih lembut.

Terkadang memang kita harus memaksa diri kita dengan mengerjakan yang kita 
mampu dulu. Biar sedikit asal rutin dan terus menerus insya Allah lebih baik 
daripada banyak tapi sebentar.

Memperbaiki keadaan hati dan dhohir kita bisa menghibur kesedihan kita. Jika 
kita senantiasa bergembira maka semuanya akan lebih menyenangkan dan kita akan 
lebih mudah mengerjakan kebaikkan. Disaat kita mudah melakukan kebaikkan maka 
ini nikmat dari Allah Swt yang dikaruniakan pada kita di dunia.

Nikmat di dunia insya Allah menjadikan kita dikaruniakan nikmat di akhirat. 
Amin.

Setidaknya ini yang saya pahami dari penjelasan beliau.

-----------
http://majlismajlas.blogspot.com

Kirim email ke