RE: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Ahmadi Agung
test...

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Foryanto J. Wiguna
Sent: 15 Februari 2007 15:32
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-



On 2/2/07, Ananto   mailto:[EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: 




Terhormat Meski Tanpa Jilbab 

Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 

Profil, Maret 2005

TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. 
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's 
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah 
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, 
hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana 
belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah 
sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia 
lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. 
Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah 
melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia 
kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu 
kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak 
terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, 
ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, 
tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang 
sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi 
ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi 
agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, 
hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 
lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya 
Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter 
teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) 
yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan 
HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi 
informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab 
sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban 
tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana 
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau 
melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di 
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, 
Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana 
dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah 
magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai 
saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar 
setelah magrib. 

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan 
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa 
itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan 
mempengaruhi perilaku, ujarnya. 

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. 
Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), 
program

Re: {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-18 Terurut Topik Ananto

mas,

tulisan {Disarmed} tolong diapus dong... kepanjangan...
coba bicara dg orang IT sampeyan...

salam,
ananto


On 2/19/07, Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED] wrote:


   test...

-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Foryanto J. Wiguna
*Sent:* 15 Februari 2007 15:32
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* {Disarmed} Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

 hehehehe wanita yang anehsungguh sangat aneh.

JIL kali tuhh...

-FJW-

On 2/2/07, Ananto  [EMAIL PROTECTED] wrote:

Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri
 tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab
 kepala. *


 *Profil, *Maret 2005
 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di
 stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan
 saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir
 Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi
 akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

 Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
 Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
 telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
 keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
 telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

 Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda
 Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah
 baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
 kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
 terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
 mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
 Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

 Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil
 presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum
 mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu
 saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak
 anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

 Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
 komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
 gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
 kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
 sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
 berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


 LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2
 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi
 penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni,
 liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat
 Indonesia menangis.

 Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
 (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
 penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
 pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

 Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
 Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
 Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

 Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
 hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
 dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
 Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
 terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
 tertangani.

 Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
 Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
 dan korban tsunami di Aceh.


 WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius.
 Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
 kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
 Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
 Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
 ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
 Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
 ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
 Nana baru boleh keluar setelah magrib.

 Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
 pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya
 rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan
 mempengaruhi perilaku, ujarnya

RE: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-13 Terurut Topik Ahmadi Agung
Wa'alaikumussallam Wr Wb.
 
Ma'af saya ikut nimbrung...
 
Pak Bambang yg di Rahmati ALlah ( InsyaALlah )
 
Jawaban dari pertanyaan Pak Bambang adalah TIDAK.
 
TIDAK semua wanita yg memakai JILBAB itu adalah wanita solehah yg ber-akhlak 
Mulia  wanita Ber-iman, tapi ada beberapa wanita memakai JILBAB karena 
beberapa hal.
 
BUKTI yg saya lihat sendiri sampai saat ini adalah, wanita ber - JILBAB itu 
karena..
 
1. Menutupi UBAN, karena dia merasa MALU masih muda tapi rambutnya sudah penuh 
UBAN.ini di lakukan oleh saudara saya sendiri  saya tahu PERSIS saudara 
saya itu TIDAK PERNAH SHOLAT, bahkan memikirkan Sholat saja TIDAK, yg dia kejar 
hanyalah harta dunia  karier.
 
2. Ada wanita ber- JILBAB tapi dia berkelakuan bak PELACUR, karena dia 
ber-JILBAB hanya untuk menjatuhkan Umat Islam  agama Islamdan wanita yg 
ber-JILBAB model gini adalah BUKAN orang Islam, jika mereka beragama islam tapi 
MUNAFIK.
 
Tapi bagaiamanapun memakai JILBAB bagi wanita Muslim itu Hukum-nya WAJIB, dan 
wanita yg solehah  ber-takwa PASTI mereka memakai JILBAB  wanita yg memakai 
JILBAB BELUM TENTU wanita Solehah  bertakwa pada ALLAH swt..
 
Dan hal  itu urusan dia dng ALLAH,  jika wanita itu ber - JILBAB tapi ternyata 
bukan maksud ber-takwa pada ALLAH tapi hanya dng alasan seperti yg saya 
ceritakan di atas 
 
Seperti minuman keras atau Khamr, Khamr atau minuman keras itu HARAM hukum-nya 
di minum, tapi tidak semua orang yg TIDAK me-minum Khamr atau minuman keras itu 
adalah orang Soleh atau Solehah  berakhlak mulia serta orang yg bertakwa pada 
Allah swt
 
Seperti juga SHOLAT.
 
SHOLAT itu hukumnya WAJIB bagi setiap umat Islam, tapi orang yg SHOLAT bisa 
CELAKA jika dia mengerjakan Sholat karena RIYA, bukan Sholat karena ingin 
bertakwa pada ALlah swt...
 
Silahkan baca Surah AL MAA'UUN ( surah ke 107  ayat 4 s/d 6 ) yg berbunyi...
 
...Maka KECELAKAAN bagi orang-orang yg SHOLAT...
 
 ..( Yaitu ) Orang-orang yg LALAI dari Sholatnya
 
...Orang-orang yg Berbuat RIYA ( dalam Sholatnya ).
 
 
Riya itu adalah berbuat amal pebuatan yg di perintahkan oleh ALlah swt tapi 
NIAT-nya TIDAK mencari Ridho ALlah tapi NIAT-nya hanya ingin di PUJI orang dll, 
seperti yg saya tulis di atas tentang masalah JILBAB...
 
demikian...
 
Salam JIHAD
AL-Pacitan
 
 
 
 
 
 
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Kartika, Bambang






Assalamualaikum Wr.wb
 
P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya 
tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang 
berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia?
 
Wassalamualaikum Wr.wb
 
Bambang Kartika
 



 
http://us.ard.yahoo.com/SIG=12i8588ui/M=493064.9803230.10510224.8674578/D=groups/S=1705038064:NC/Y=YAHOO/EXP=1171420128/A=3848630/R=0/SIG=10p8tommg/*http://photos.yahoo.com
  
.


-- 
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by MailScanner, and is
believed to be clean.



Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-13 Terurut Topik Ananto

mangkanya, cak...
yg harus dikampanyekan adalah nJilbabi Hati... itu yg lebih afdhol...

klo hati nya sudah terJilbabi, urusan apapun akan gamapang mengarahkannya...

salam,
ananto


On 2/14/07, Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Wa'alaikumussallam Wr Wb.

Ma'af saya ikut nimbrung...

Pak Bambang yg di Rahmati ALlah ( InsyaALlah )

Jawaban dari pertanyaan Pak Bambang adalah TIDAK.

TIDAK semua wanita yg memakai JILBAB itu adalah wanita solehah yg
ber-akhlak Mulia  wanita Ber-iman, tapi ada beberapa wanita memakai JILBAB
karena beberapa hal.

BUKTI yg saya lihat sendiri sampai saat ini adalah, wanita ber - JILBAB
itu karena..

1. Menutupi UBAN, karena dia merasa MALU masih muda tapi rambutnya sudah
penuh UBAN.ini di lakukan oleh saudara saya sendiri  saya tahu PERSIS
saudara saya itu TIDAK PERNAH SHOLAT, bahkan memikirkan Sholat saja TIDAK,
yg dia kejar hanyalah harta dunia  karier.

2. Ada wanita ber- JILBAB tapi dia berkelakuan bak PELACUR, karena dia
ber-JILBAB hanya untuk menjatuhkan Umat Islam  agama Islamdan wanita yg
ber-JILBAB model gini adalah BUKAN orang Islam, jika mereka beragama islam
tapi MUNAFIK.

Tapi bagaiamanapun memakai JILBAB bagi wanita Muslim itu Hukum-nya WAJIB,
dan wanita yg solehah  ber-takwa PASTI mereka memakai JILBAB  wanita
yg memakai JILBAB BELUM TENTU wanita Solehah  bertakwa pada ALLAH swt..

Dan hal  itu urusan dia dng ALLAH,  jika wanita itu ber - JILBAB tapi
ternyata bukan maksud ber-takwa pada ALLAH tapi hanya dng alasan seperti yg
saya ceritakan di atas

Seperti minuman keras atau Khamr, Khamr atau minuman keras itu HARAM
hukum-nya di minum, tapi tidak semua orang yg TIDAK me-minum Khamr atau
minuman keras itu adalah orang Soleh atau Solehah  berakhlak mulia serta
orang yg bertakwa pada Allah swt

Seperti juga SHOLAT.

SHOLAT itu hukumnya WAJIB bagi setiap umat Islam, tapi orang yg SHOLAT
bisa CELAKA jika dia mengerjakan Sholat karena RIYA, bukan Sholat karena
ingin bertakwa pada ALlah swt...

Silahkan baca Surah AL MAA'UUN ( surah ke 107  ayat 4 s/d 6 ) yg
berbunyi...

...Maka KECELAKAAN bagi orang-orang yg SHOLAT...

 ..( Yaitu ) Orang-orang yg LALAI dari Sholatnya

...Orang-orang yg Berbuat RIYA ( dalam Sholatnya ).


Riya itu adalah berbuat amal pebuatan yg di perintahkan oleh ALlah swt
tapi NIAT-nya TIDAK mencari Ridho ALlah tapi NIAT-nya hanya ingin di PUJI
orang dll, seperti yg saya tulis di atas tentang masalah JILBAB...

demikian...

Salam JIHAD
AL-Pacitan








-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Kartika, Bambang


  Assalamualaikum Wr.wb

P' Raflis amin.kita semua mengerti dalil memakai jilbab,yang saya
tanyakan apakah kita sebagai laki-laki bisa menjamin bahwa wanita yang
berjilbab pasti muslim yang soleha dan memiliki akhlak mulia?

Wassalamualaikum Wr.wb

Bambang Kartika



--
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by *MailScanner* http://www.mailscanner.info/, and is
believed to be clean.