Re: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan
tentu saja ucapan mas dodi benar, hirah disini adalah bingung mencari suatu jawaban sebagaimana Ibrahim as yg pada awalnnya mencari hakikat tuhannya, ia dalam hirah.. bukan makrifatullah, tapi justru akhir dari hirah adalah makrifatullah, semua orang yg mencapai iman mestilah hirah dulu, lalu hirahnya itu dijawab oleh gurunya, atau oleh bacaan ayat, atau bahkan oleh alam sebagaimana Ibrahim as hingga ia sampai pada markrifatullah. kitapun demikian, saat mulai dewasa kita bertanya dalam hati, kenapa harus sholat?, untuk apa puasa? dlsb, nah inilah masa hirah, dan kemudian muncullah jawaban dari ayat, guru, dengar, atau dari alam,atau dari tafakkur.. dan saat itulah awal hakikat diin, dan yg sebelumnya adalah shuuriy (dhohir saja tanpa batin). dodindra [EMAIL PROTECTED] wrote: Ass.Wr.Wb. Om, saya ini khan cetek pengetahuan, jadi sebelumnya mohon maaf jika jawaban saya gak nyambung. Saya pribadi, sangat sepakat dengan kata bijak atsar dari Sayyidina Ali tersebut, Awwaluddin Makrifatullahh. Bagaimana beragama jika belum mengenal sumbernya agama, bagaimana sembahyang, jika belum mengenal yang di sembah ? Masalah Ma'rifatulloh - KeImanan, ini bukan proses-proses yang harus terjadi berurut-urutan seperti kita naik tangga, namun adakalanya berbolak-balik. Salah satu prosesnya adalah Hirah/Kebingungan ini. Ini bisa menjadi awal, namun juga bisa muncul ditengah-tengah atau mendekati akhir proses tersebut.Proses ini hanya akan berhenti ketika kita dipanggil pulang keharibaanNYA nanti. Coba, Om telaah dan tafakuri pada diri Om sendiri.pernahkan Om gundah / mengalami kebingungan saat mau mencoba mengerti Siapa Alloh itu ? atau, Siapa Diri kita ini ? Ketika Om berkeputusan, ya benar, Alloh memang Ada, dan kita mengimani hal itu, maka makin mantaplah kita menjalankan Diin ( khususnya menjalankan SyariatNYA ). Untuk saya pribadi, hanya pertolonganNYA sajalah yang saya rasakan sebagai karunia yang tak terhingga pada tahap keimanan yang saya peroleh saat ini. Makin bertafakur, makin merasa siapa diri kita, dan siapa Kholiq kita. Semoga Alloh juga melimpahi saya dan kita semua dengan limpahan karunia kekuatan untuk taat padaNYA dengan menjalankan PerintahNYA dan menjauhi yang dilarangNYA, amiin. Mohon maaf jika tulisan saya ini ngalor-ngidul, semoga makinmenambah penasaran. wassalam, dodi --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Peronda [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Dodi, Mengenai Ma'rifatulloh, bagaimana memahami kalimat Awwaluddin Makrifatullahh. Apakah harus dimulai dengan al Hirah juga? Terima kasih, Wassalam. PM. - Original Message From: dodindra [EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 20 December 2006 1:24:59 PM Subject: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan Waalaykumussalam Wr.Wb. Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf KEBINGUNGAN = Al HIRAH karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh) . Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi. Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4 golongan , yaitu : 1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr) 2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali 3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA, sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar. 4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT menerima segala bentuk keyakinan. Masing-masing golongan ini bertanya Apakah yang terjadi ? Berawal dari pertanyaan itu, timbullah KEBINGUNGAN , dimana entitas kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari. Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu : 1. Ma'rifat dengan dalil 2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah) 3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang tertinggi. Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV mengatakan : Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil, sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh SWT Om Dave, karena pertanyaan-pertanya an Om ini tatarannya adalah pada tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya
Re: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan
Pak Dodi, Mengenai Ma'rifatulloh, bagaimana memahami kalimat Awwaluddin Makrifatullahh. Apakah harus dimulai dengan al Hirah juga? Terima kasih, Wassalam. PM. - Original Message From: dodindra [EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 20 December 2006 1:24:59 PM Subject: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan Waalaykumussalam Wr.Wb. Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf KEBINGUNGAN = Al HIRAH karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh) . Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi. Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4 golongan , yaitu : 1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr) 2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali 3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA, sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar. 4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT menerima segala bentuk keyakinan. Masing-masing golongan ini bertanya Apakah yang terjadi ? Berawal dari pertanyaan itu, timbullah KEBINGUNGAN , dimana entitas kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari. Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu : 1. Ma'rifat dengan dalil 2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah) 3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang tertinggi. Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV mengatakan : Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil, sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh SWT Om Dave, karena pertanyaan-pertanya an Om ini tatarannya adalah pada tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya yang saat ini Om rasakan. Sudah di tataran Ilmul Yaqqin, atau Ainur Yaqqin, atau malah sebenarnya sudah Haqqul Yaqqin.. Semoga Alloh membimbing kita semua untuk memahamkan DzatNYA yang Maha Haq, amiin. wassalam, dodi yangdhoifdanbarubel ajarhidup --- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, Dave [EMAIL PROTECTED] .. wrote: Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu, Alhamdulillah, terima kasih om Wandy atas keterangannya memang secara hakikat kita tidak akan mampu membuat kesimpulan mengenai keberadaan Allah SWT akan tetapi keterangan yang di peroleh merupakan pintu keyakinan tingkat pertama yaitu ilmul yaqin dan untuk menuju pintu kedua di perlukan keimanan tingkat tinggi sehingga menimbulkan basirah dalam qalbu yang dapat memunculkan Ainul yaqin dan pada saat ini pertanyaan tadi sudah tidak di perlukan lagi dan kita dapat terus melangkah menuju pintu yang haq yaitu pintu haqqul yaqin , keyakinan para Nabi dan para Wali. Untuk orang yang bodoh seperti saya bertanya mengenai keberadaan Allah itu sendiri sudah merupakan langkah pertama menuju tangga pertama dari sebuah keyakinan mengenai keberadaan Allah SWT sehingga di butuhkan dorongan dari para rekan sekalian berupa masukan. Keyakinan-keyakinan tersebut diataslah yang menjadi pilar rukun ihsan, rukun yang memberikan nyawa bagi rukun iman dan rukun islam, sehingga ketika kita membahas rukun islam seperti masalah ibadah, muamalah semuanya dilandaskan rasa ihsan (ridho Allah) dan insya Allah kata-kata yang keluarpun insya Allah lebih indah..maaf loh bukan nyindir orang yang suka dengan kata-kata tidak indah .mungkin saja tidak indah menurut kita sangat indah menurut orang lain..Allah lah yang maha tau Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu, - Original Message - From: wandysulastra To: keluarga-islam@ yahoogroups. com Sent: 19 December 2006 16:35 Subject: [keluarga-islam] Re: Pertanyaan dari seorang - Dave Menambahkan jawaban secara 'syariah', bahwa Allah bersemayam diatas 'Arsy yang berada diatas langit. Beberapa keterangan dari Al Quran, (Robb) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy (Thoha : 5). Kemudian Dia Istiwa' (bersemayam) di atas `Arsy (Al-A'raf : 54) Perkataan Jin sebagaimana diceritakan Alloh yang juga menunjukkan keberadaan Allah swt, Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah- panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya) . Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai