[Mayapada Prana] Seri 092
Syari'at Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. one liner 30/6-2008 insya-Allah akan diposting hingga no.800 no.terakhir 834 BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 092. Arus Informasi Tentang Isu Demokrasi, Fundamentalisme dan Terrorisme Antara Prasangka, Teori dan yang Empiris Masih ingat ancaman Presiden Bosnia Alija Izetbegovic beberapa waktu yang lalu? Jika dunia internasional meninggalkannya sendirian melawan Serbia dan Kroasia, ia akan melancarkan terrorisme di Eropa bahkan di mana saja. Pengungsi Bosnia yang ditaksir sekitar 2,5 juta yang tersebar di Eropa memang sangat potensial untuk itu. Rupanya ancaman Alija ini ada juga hasilnya. Sejak itu negara-negara Eoropa yang enggan mendukung Clinton untuk bertindak keras terhadap Serbia, mulai serius. NATO sudah mau juga bertindak keras. Namun bukan itu yang menjadi pokok pembicaraan, melainkan dari segi informasi. Tata-komunikasi barat ibarat santet yang tukang sirap berita, menyebabkan para konsumen berita terpukau olehnya, lalu melahap bulat-bulat istilah terrorisme dalam berita itu. Kita tidak percaya bahwa Alija akan mempergunakan isilah terrorisme itu. Arus informasi yang didominasi oleh tata-komunikasi barat yang memiliki sarana, peralatan dan jaringan organisasi yang unggul, hampir berhasil membentuk opini sebagian besar konsumen berita. Penggunaan ungkapan hampir dan sebagian besar dalam kalimat di atas menunjukkan secercah optimisme, bahwa tidak semua konsumen melahap berita itu bulat-bulat. Ada juga, walaupun sebagian kecil, yang tidak hanyut oleh arus informasi tersebut, yaitu yang mengunyah dan mencerna berita itu secara selektif dan cermat. Saya teringat sebuah film yang berjudul Le Corsaire Noir, Si Bajak Laut Hitam sebuah film asal Perancis. Sepintas lalu film itu isinya sangat sederhana, menceritakan hubungan asmara antara Si Bajak Laut dengan seorang "Lady" teras bangsawan penguasa sebuah puri di daratan Brittania. Namun ada yang menarik untuk disimak dari dialog di antara keduanya. Sang Lady menanyai mengapa kekasihnya itu menjadi bajak laut. Si Bajak Laut menjelaskan bahwa ia seorang raja dari kerajaan yang berwilayahkan kapalnya. Saling bunuh dan rampas-merampas diperbolehkan oleh tata-dunia di antara dua kerajaan yang sedang berperang. Sebagai seorang raja yang berdaulat atas wilayahnya ia berhak menentukan sendiri, kerajaan mana lawannya dan yang mana sekutunya. Maka dalam tata-komunikasi kontemporer bajak laut tersebut adalah terroris. Akan tetapi andaikata Bosnia ditinggalkan sendirian lalu mereka itu membentuk kelompok-kelompok perlawanan dalam wilayah yang lebih luas, dapatkah mereka itu disebut terroris? Tunggu dahulu! Dalam S.Al Hajj 39 dan 40 Allah berfirman: -- Udzina lilladziena yuqataluwna biannahum dzhulimuw wa inna Llaha 'ala nashrihim laqadier. Alladziena ukhrijuw min diyarihim bi qhayri haqqin illa an yaquwluwna rabbuna Llah, artinya: -- diizinkan berperang bagi mereka yang dizalimi dan sesungguhnya Allah berkuasa memenangkan mereka. Yaitu mereka yang diusir dari tanah airnya dengan tidak semena-mena, hanya karena mereka berkata Maha Pengatur kami adalah Allah. Orang-orang Bosnia itu dizalimi, dzulimuw, diusir dari tanah airnya, ukhrijuw min diyarihim, karena apa? Karena mereka mengatakan rabbuna Llah, Maha Pengatur kami adalah Allah, kami adalah orang-orang Muslim yang menyembah Allah. Pantaskah orang-orang Bosnia itu apabila ditinggalkan sendirian oleh dunia internasional disebut terroris, kaum fundamentalis yang berkonotif negatif dalam tata-komunikasi barat, jika mereka membentuk kelompok-kelompok perlawanan di pelosok-pelosok Eropa? Mereka tidak pantas disebut terroris. Mareka itu adalah kelompok-kelompok pejuang, regu-regu jihad, bukan teroris! Kita tidak boleh terkicuh oleh tata-komunikasi barat. Maka alangkah sumbangnya omongan Prof Dr Samuel Huntington dalam majallah Time, terbitan 28 Juni 1993. Huntington ini atas dasar prasangka terhadap dunia Islam melalui j
[Mayapada Prana] Karena saya masih bodoh, maka saya akan terus belajar
-:: Karena Saya Masih Bodoh, Maka Saya Akan Terus Belajar::- By: Erwin Arianto Saat melakukan pengkajian tentang Sebuah Ayat Alquran, saya sungguh merasa bodoh dan pengetahuan yang saya miliki bukanlah apa-apa melainkan hanya sedikit. Kita ketika kita hidup sebagai mahluk social dan kita mulai melangkah untuk menggapai sukses kita tidak akan luput bertemu dengan banyak orang, serta berbagai macam masalah dan situasi, oleh karena itu kita dituntut harus selalu dan terus-menerus belajar. Dalam bertemu berbagai macam masalah dan situasi adalah sebuah pelajaran yang berharga, dan pelajaran yang tidak akan pernah kita temui dalam bangku kuliah walaupun sampai sekolah tingkat tertinggi. Orang yang selalu belajar dari sekeling adalah orang yang beruntung, seperti itulah seorang filsuf ternama seperti Socrates, atau Aristoteles belajar dan berusaha terus berubah lebih baik dari sebelumnya. Kita akan dapat mempelajari banyak hal dalam hidup ketika kita memulai hati kita dengan niat yang baik dan bersih, kita tidak akan bisa belajar dari sekeliling ketika kita diliputi amarah, sombong, merasa diri paling benar, rendah diri, dan sifat negatif lainya, jika kita terus mempunyai sifat negatif, semua cobaan akan menjadi masaaah yang tak terselesaikan dan tidak akan ada himah dan ilmu ayng kita dapatkan. Tetapi dengan sifat atau prilaku positif banyak hal yang akan banyak hal yang dapat kita pelajari. Orang yang berkeinginan sukses adalah orang yang haus akan ilmu dan pengetahuan, dan pengetahuan dapat diserap dari kehidupan kita. Orang yang tidak dapat menerima suatu pengalaman hidup dengan fikiran positif, maka tidak akan dapat melihat adanya Ilmu dari setiap permasalahan yang ada. Dan orang seperti ini akan menjadi miskin terhadap ilmu dan pengetahuan yang akhirnya akan menghambat kita dalam mencapai sukses yang kita inginkan, malah setiap hambatan atau permasalahan hidup akan membuatnya menjadi stress. Coba kita Tanyakan kepada diri kita apakah kita sudah bisa mendapat hikmah dari setiap permasalahan yang ada, atau kita mendapat stress setiap kali kita dihadapi dengan permasalahan yang menghadang? Kalau hal positif yang terjadi saya ucapkan selamat, karena anda sudah berada di jalan yang tepat untuk menjadi sukses. Jika hal sebaliknya yang terjadi saya sarankan anda untuk merubah pola piker, dan sifat anda, karena anda sedang dalam jalan yang sedikit berbeda. sahabat bagaimana cara agar kita bisa mengambil hikmah dari setiap permasalahan. Coba rubah pikiran anda, coba jernihkan hati anda, dan jadi lah sebuah baga sebuah cangkir kosong. Dan kita siap untuk selalu menerima segala hal dalam hidup untuk dapat kita pelajari dan terus mendapat ilmu dari segala permasalahan atau kisah hidup yang kita terima agar kita bisa menjadi sukses. Pengalaman, Ilmu, pengetahuan akan berbanding lurus dengan segala permasalahan yang kita terima. Pernah ingat waktu sekolah dulu, untuk memahami suatu mata pelajaran kita akan selalu di beri soal/latihan (Permasalahan) untuk diselesaikan. Dengan menyelesaikan soal atau latihan kita diharapkan mengerti tentang permasalahan tersebut dan mendapatkan pemecahan dari permasalahan tersebut. Jadi jangan pernah surut dengan permasalahan yang ada. Ambil hikmah, semakin besar dan rumit permasalahan yang ada, semakin banyak pengetahuan yang akan kita miliki. Dengan semakin banyak pengetahuan yang kita miliki akan menjadi bekal kita dalam membuat sebuah langkah awal kita menggapai mimpi Rekan sahabat sekalian hendaknya kita tidak berleha-leha dalam menuntut ilmu, apalagi menyepelekannya. Orang sukses yang tidak tamat SD (Sekolah Dasar) pun, pastilah ia menggunakan ilmu. Jadi, jangan melihat orang yang gagal sekolah dan menjadi sukses sebagai orang yang mengesampingkan ilmu. "Ah, dia saja tidak sekolah bisa sukses. Lalu, ngapain sekolah?" Bukan sekolah atau tidaknya yang penting, tetapi bagaimana ikhtiar mencari ilmu itu dilakukan dengan atau tanpa melalui sekolah. Kita dapat dikatakan sukses ketika kita mampu memecahkan dan memberi solusi dari masalah yang kita hadapi Setiap masalah pasti ada kiat atau ilmu untuk memecahkannya yang biasa kita sebut solusi. Jadi, tidak mungkin tanpa ilmu, sebuah masalah dapat diatasi dan tidak mungkin tanpa ilmu, sebuah sukses akan diraih. Dalam menggapai sukses tidak dapat dipungkiri bahwa masalah akan terus datang silih berganti, suatu yang tidak mungkin orang akan menggapai sukses jika seseorang tidak dapat bertahan tanpa mau untuk meningkankan pengetahuan dan terus belajar. Terkadang dalam hidup kita berfikir bahwa belajar adalah membuang waktu dan tidak efektif, tak jarang untuk menginginkan kemudahan, kita membayar orang lain untuk menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi, tanpa mau belajar dan memahaminya. Satu hal yang perlu diingat sebuah kesuksesan atau keinginan kita untuk menjadi sukses akan menuntut kita untuk terus belajar dan meningkatkan diri, karena orang yang sukses adalah orang yang selalu siap dan terbuka dengan ilmu pengetahuan, kare
[Mayapada Prana] Aku menunggu disini :-)
Aku telah datang … lama sekali … Tanpa seorangpun tau dan sadar Akan kehadiranku … Telinga mereka dah ditulikan oleh hiruk pikuknya dunia Mata mereka dah dibutakan oleh kemilau duniawi Hidung mereka dah rancu dengan wangi parfum bermerk Aku telah duduk disini … lama sekali Tanpa seorangpun menghiraukanku … Aku berkata – kata dalam goresan pena duniawi Aku ikut bercanda dengan mereka Aku memberi tanda- tanda Sinarku dah terkalahkan oleh sinar lampu neon .. Wangiku dah tersamar oleh wangi parfum Kini .. aku hanya duduk disini … Menyaksikan tingkah polah mereka Berharap .. kelak mereka akan menoleh padaku … By : ivonne 28/06/08
[Mayapada Prana] Seri 091
Syari'at Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. one liner 29/6-2008 insya-Allah akan diposting hingga no.800 no.terakhir 834 BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DANN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 091. Teka-teki yang Tetap Berupa Teka-teki Matematika dan Fisika Tidak Sepenuhnya Eksak Bagian Kedua (habis) Kita mulailah dahulu memperbincangkan yang tidak eksak dalam fisika yaitu yang berupa aproximasi baik yang kwantitatif, maupun yang kwalitatif. Aproximasi yang kwantitatif banyak sekali dijumpai dalam fisika, apakah itu fisika teoritik, lebih-lebih fisika eksperimental, apatah pula dalam fisika teknik, kita bergelimang dengan aproximasi yang kwantitatif. Mengapa? Ya, karena fisika itu dibangun di atas landasan pengukuran. Manalah ada pengukuran yang eksak! Lalu bagaimana dengan aproximasi yang kwalitatif? Kita akan berikan saja satu contoh, yaitu The General Theory of Relativity dari Albert Einstein. Pendekatan Albert Einstein berbeda dengan Sir Isaac Newton dalam mengkaji alam semesta ini. Einstein memandang alam semesta menurut kacamata matematika, sedangkan Newton memandangnya secara mekanistik. Einstein memandang gravitasi sebagai geodesic line (matematik) sedangkan Newton memandang gravitasi itu sebagai gaya (mekanistik). Maka rumus Einstein tentang gravitasi lebih eksak dari rumus Newton. Seperti diketahui rumus Newton hanya berlaku antara matahari dengan Venus dan satelit matahari di luarnya, tidak berlaku antara matahari dengan Merkuri, sedangkan rumus Einstein berlaku untuk seluruh tata-surya. Jadi rumus Newton hanya berupa aproximasi. Lalu apakah rumus Einstein tentang gravitasi itu sudah eksak? Diragukan. Mengapa? Karena rumus Einstein itu bertolak dari aproximasi. Pada umumnya ada tiga bentuk geometrik, bola berdimensi empat, elipsoida berdimensi empat dan pelana kuda berdimensi empat. Kalkulasi Einstein dalam The General Theory of Relativity memakai model Geometri Riemann, yaitu geometri bola. Einstein berasumsi dalam skala kecil permukaan bola, permukaan elipsoida dan permukaan pelana kuda dapat dianggap sama. Jadi ini suatu aproximasi, tidak eksak. Rumus Einstein tentang gravitasi dalam The General Theory of Relativity hanya sebatas kecil alam semesta yang sangat luas ini. Ya sebatas permukaan bola, elipsoida dan pelana kuda dianggap sama, jadi tidak eksak. Apakah alam semesta ini berbentuk bola, ataukah elipsida ataukah pelana kuda tidak mungkin orang dapat mengetahuinya, tidak mungkin dapat diobservasi, karena menurut observasi kecepatan relatif super-galaxies atau buruj berbanding lurus dengan jaraknya, sehingga ada kecepatan buruj yang sudah mencapai kecepatan cahaya, sehingga tidak dapat dijangkau lagi oleh teleskop, bagaimanapun canggihnya. Kita akan melangkah sekarang pada teka-teki yang masih berupa teka-teki dalam fisika hingga kini. Sebermula, dalam tahun 1690 Christian Huygens mengemukakan sebuah teori bahwa cahaya itu suatu sistem gelombang. Lalu ia memperkenalkan suatu zat yang hipotetik, yang dinamakannya aether. Suatu zat yang sangat halus, memenuhi alam semesta, dan diam secara mutlak. Dalam tahun 1881 Albert Abraham Michelson melakukan percobaan dengan alat interferemeter. Ia ingin mengetahui berapa kecepatan bumi terhadapa ether yang diam secara mutlak itu. Percobaan itu diulangi lagi bersama-sama dengan Morley dalam tahun 1887, sehingga percobaan itu lebih dikenal dengan percobaan Michelson-Morley. Hasil percobaan Michelson-Morley menunjukkan tidak ada perbedaan waktu bagi cahaya yang menempuh lintasan tegak lurus dengan yang lintasan menurut gerak bumi. Ini menunjukkan bahwa kecepatan bumi terhadap Aether adalah nol. Jadi bumi sama sekali tidak bergerak terhadap Aether yang diam secara mutlak. Para pakar terperanjat, kecewa, bahkan ada yang demikian paniknya, sehingga ingin memutar kembali jarum jam ketiga abad yang silam, kembali ke faham geosentris, bumi sebagai pusat alam. Ilmu fisika menjelang akhir abad ke 19 menemui jalan buntu. Einstein tidak
[Mayapada Prana] Kata-Kata tak bisa mewakili rasa
Kata-Kata tak bisa mewakili rasa Aku yang menatap kamu Melihat tingkahmu yang lucu Sedang Aku selalu tahu kalau kamu mengira tahu Tetapi tanpa kamu, dunia terasa sepi Kamu sungguh menawan Segala sesuatu bisa terwujud dengan kehadiranmu RasaKu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata Aku memaknai segala Aku dan kamu sebagai pasangan Rasa karepKu menciptakan cerita Yang mewarnai dunia Yang berlaku selamanya
[Mayapada Prana] Menciptakan Maaf
Menciptakan Maaf Dengan menyadari, merasakan rasanya karep/kehendak, rasanya si ego, kalau melihat kesalahan diri (si ego), lalu tidak melanjutkan perbuatan salah tersebut, berarti telah menciptakan maaf. Tidak perlu meminta maaf. Salam, BES