[Mayapada Prana] Seri 092

2008-06-29 Terurut Topik H. M. Nur Abdurrahman
 
Syari'at Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan 
akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik 
kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi 
yang  bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual (spiritualisme),  karakter  
perorangan,  akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum  serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. 

Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal 
- Iman dan Ilmu.  

one liner  30/6-2008
insya-Allah akan diposting hingga no.800
no.terakhir 834


  
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
092. Arus Informasi Tentang Isu Demokrasi, Fundamentalisme dan Terrorisme
Antara Prasangka, Teori dan yang Empiris

Masih ingat ancaman Presiden Bosnia Alija Izetbegovic beberapa waktu yang lalu? 
Jika dunia internasional meninggalkannya sendirian melawan Serbia dan Kroasia, 
ia akan melancarkan terrorisme di Eropa bahkan di mana saja. Pengungsi Bosnia 
yang ditaksir sekitar 2,5 juta yang tersebar di Eropa memang sangat potensial 
untuk itu. Rupanya ancaman Alija ini ada juga hasilnya. Sejak itu negara-negara 
Eoropa yang enggan mendukung Clinton untuk bertindak keras terhadap Serbia, 
mulai serius. NATO sudah mau juga bertindak keras.

Namun bukan itu yang menjadi pokok pembicaraan, melainkan dari segi informasi. 
Tata-komunikasi barat ibarat santet yang tukang sirap berita, menyebabkan para 
konsumen berita terpukau olehnya, lalu melahap bulat-bulat istilah terrorisme 
dalam berita itu. Kita tidak percaya bahwa Alija akan mempergunakan isilah 
terrorisme itu. 
 
Arus informasi yang didominasi oleh tata-komunikasi barat yang memiliki sarana, 
peralatan dan jaringan organisasi yang unggul, hampir berhasil membentuk opini 
sebagian besar konsumen berita. Penggunaan ungkapan hampir dan sebagian besar 
dalam kalimat di atas menunjukkan secercah optimisme, bahwa tidak semua 
konsumen melahap berita itu bulat-bulat. Ada juga, walaupun sebagian kecil, 
yang tidak hanyut oleh arus informasi tersebut, yaitu yang mengunyah dan 
mencerna berita itu secara selektif dan cermat. Saya teringat sebuah film yang 
berjudul Le Corsaire Noir, Si Bajak Laut Hitam sebuah film asal Perancis. 
Sepintas lalu film itu isinya sangat sederhana, menceritakan hubungan asmara 
antara Si Bajak Laut dengan seorang "Lady" teras bangsawan penguasa sebuah puri 
di daratan Brittania. Namun ada yang menarik untuk disimak dari dialog di 
antara keduanya. Sang Lady menanyai mengapa kekasihnya itu menjadi bajak laut. 
Si Bajak Laut menjelaskan bahwa ia seorang raja dari kerajaan yang 
berwilayahkan kapalnya. Saling bunuh dan rampas-merampas diperbolehkan oleh 
tata-dunia di antara dua kerajaan yang sedang berperang. Sebagai seorang raja 
yang berdaulat atas wilayahnya ia berhak menentukan sendiri, kerajaan mana 
lawannya dan yang mana sekutunya.

Maka dalam tata-komunikasi kontemporer bajak laut tersebut adalah terroris. 
Akan tetapi andaikata Bosnia ditinggalkan sendirian lalu mereka itu membentuk 
kelompok-kelompok perlawanan dalam wilayah yang lebih luas, dapatkah mereka itu 
disebut terroris? 

Tunggu dahulu!
Dalam S.Al Hajj 39 dan 40 Allah berfirman:
-- Udzina lilladziena yuqataluwna biannahum dzhulimuw wa inna Llaha 'ala 
nashrihim laqadier. Alladziena ukhrijuw min diyarihim bi qhayri haqqin illa an 
yaquwluwna rabbuna Llah, artinya:
-- diizinkan berperang bagi mereka yang dizalimi dan sesungguhnya Allah 
berkuasa memenangkan mereka. Yaitu mereka yang diusir dari tanah airnya dengan 
tidak semena-mena, hanya karena mereka berkata Maha Pengatur kami adalah Allah.

Orang-orang Bosnia itu dizalimi, dzulimuw, diusir dari tanah airnya, ukhrijuw 
min diyarihim, karena apa? Karena mereka mengatakan rabbuna Llah, Maha Pengatur 
kami adalah Allah, kami adalah orang-orang Muslim yang menyembah Allah. 
Pantaskah orang-orang Bosnia itu apabila ditinggalkan sendirian oleh dunia 
internasional disebut terroris, kaum fundamentalis yang berkonotif negatif 
dalam tata-komunikasi barat, jika mereka membentuk kelompok-kelompok perlawanan 
di pelosok-pelosok Eropa? 

Mereka tidak pantas disebut terroris. Mareka itu adalah kelompok-kelompok 
pejuang, regu-regu jihad, bukan teroris! Kita tidak boleh terkicuh oleh 
tata-komunikasi barat. Maka alangkah sumbangnya omongan Prof Dr Samuel 
Huntington dalam majallah Time, terbitan 28 Juni 1993. Huntington ini atas 
dasar prasangka terhadap dunia Islam melalui j

[Mayapada Prana] Karena saya masih bodoh, maka saya akan terus belajar

2008-06-29 Terurut Topik Erwin Arianto
-:: Karena Saya Masih Bodoh, Maka Saya Akan Terus Belajar::-
By: Erwin Arianto

Saat melakukan pengkajian tentang Sebuah Ayat Alquran, saya sungguh merasa
bodoh dan pengetahuan yang saya miliki bukanlah apa-apa melainkan hanya
sedikit. Kita ketika kita hidup sebagai mahluk social dan kita mulai
melangkah untuk menggapai sukses kita tidak akan luput bertemu dengan banyak
orang, serta berbagai macam masalah dan situasi, oleh karena itu kita
dituntut harus selalu dan terus-menerus belajar. Dalam bertemu berbagai
macam masalah dan situasi adalah sebuah pelajaran yang berharga, dan
pelajaran yang tidak akan pernah kita temui dalam bangku kuliah walaupun
sampai sekolah tingkat tertinggi. Orang yang selalu belajar dari sekeling
adalah orang yang beruntung, seperti itulah seorang filsuf ternama seperti
Socrates, atau Aristoteles belajar dan berusaha  terus berubah lebih baik
dari sebelumnya.

Kita akan dapat mempelajari banyak hal dalam hidup ketika kita memulai hati
kita dengan niat yang baik dan bersih,  kita tidak akan bisa belajar dari
sekeliling ketika kita diliputi amarah, sombong, merasa diri paling benar,
rendah diri,  dan sifat negatif lainya, jika kita terus mempunyai sifat
negatif, semua cobaan akan menjadi masaaah yang tak terselesaikan dan tidak
akan ada himah dan ilmu ayng kita dapatkan. Tetapi dengan sifat atau prilaku
positif banyak hal yang akan banyak hal yang dapat kita pelajari.

Orang yang berkeinginan sukses adalah orang yang haus akan ilmu dan
pengetahuan, dan pengetahuan dapat diserap dari kehidupan kita. Orang yang
tidak dapat menerima suatu pengalaman hidup dengan fikiran positif, maka
tidak akan dapat melihat adanya Ilmu dari setiap permasalahan yang ada. Dan
orang seperti ini akan menjadi miskin terhadap ilmu dan pengetahuan yang
akhirnya akan menghambat kita dalam mencapai sukses yang kita inginkan,
malah setiap hambatan atau permasalahan hidup akan membuatnya menjadi
stress.

Coba kita Tanyakan kepada diri kita apakah kita sudah bisa mendapat hikmah
dari setiap permasalahan yang ada, atau kita mendapat stress setiap kali
kita dihadapi dengan permasalahan yang menghadang? Kalau hal positif yang
terjadi saya ucapkan selamat, karena anda sudah berada di jalan yang tepat
untuk menjadi sukses. Jika hal sebaliknya yang terjadi saya sarankan anda
untuk merubah pola piker, dan sifat anda, karena anda sedang dalam jalan
yang sedikit berbeda.

sahabat bagaimana cara agar kita bisa mengambil hikmah dari setiap
permasalahan. Coba rubah pikiran anda, coba jernihkan hati anda, dan jadi
lah sebuah baga sebuah cangkir kosong. Dan kita siap untuk selalu menerima
segala hal dalam hidup untuk dapat kita pelajari dan terus mendapat ilmu
dari segala permasalahan atau kisah hidup yang kita terima agar kita bisa
menjadi sukses.

Pengalaman, Ilmu, pengetahuan akan berbanding lurus dengan segala
permasalahan yang kita terima. Pernah ingat waktu sekolah dulu, untuk
memahami suatu mata pelajaran kita akan selalu di beri soal/latihan
(Permasalahan) untuk diselesaikan. Dengan menyelesaikan soal atau latihan
kita diharapkan mengerti tentang permasalahan tersebut dan mendapatkan
pemecahan dari permasalahan tersebut. Jadi jangan pernah surut dengan
permasalahan yang ada. Ambil hikmah, semakin besar dan rumit permasalahan
yang ada, semakin banyak pengetahuan yang akan kita miliki. Dengan semakin
banyak pengetahuan yang kita miliki akan menjadi bekal kita dalam membuat
sebuah langkah awal kita menggapai mimpi

Rekan sahabat sekalian hendaknya kita tidak berleha-leha dalam menuntut
ilmu, apalagi menyepelekannya. Orang sukses yang tidak tamat SD (Sekolah
Dasar) pun, pastilah ia menggunakan ilmu. Jadi, jangan melihat orang yang
gagal sekolah dan menjadi sukses sebagai orang yang mengesampingkan ilmu.
"Ah, dia saja tidak sekolah bisa sukses. Lalu, ngapain sekolah?" Bukan
sekolah atau tidaknya yang penting, tetapi bagaimana ikhtiar mencari ilmu
itu dilakukan dengan atau tanpa melalui sekolah.

Kita dapat dikatakan sukses ketika kita mampu memecahkan dan memberi solusi
dari masalah yang kita hadapi Setiap masalah pasti ada kiat atau ilmu untuk
memecahkannya yang biasa kita sebut solusi. Jadi, tidak mungkin tanpa ilmu,
sebuah masalah dapat diatasi dan tidak mungkin tanpa ilmu, sebuah sukses
akan diraih.

Dalam menggapai sukses  tidak dapat dipungkiri bahwa masalah akan terus
datang silih berganti, suatu yang tidak mungkin orang akan menggapai sukses
jika seseorang tidak dapat bertahan tanpa mau untuk meningkankan pengetahuan
dan terus belajar.  Terkadang dalam hidup kita berfikir bahwa belajar adalah
membuang waktu dan tidak efektif, tak jarang untuk menginginkan kemudahan,
kita membayar orang lain untuk menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi,
tanpa mau belajar dan memahaminya.

Satu hal yang perlu diingat sebuah kesuksesan atau keinginan kita untuk
menjadi sukses akan menuntut kita untuk terus belajar dan meningkatkan diri,
karena orang yang sukses adalah orang yang selalu siap dan terbuka dengan
ilmu pengetahuan, kare

[Mayapada Prana] Aku menunggu disini :-)

2008-06-29 Terurut Topik vonny vitawati




Aku telah datang … lama sekali …

Tanpa seorangpun tau dan sadar

Akan kehadiranku …

Telinga mereka dah ditulikan oleh hiruk pikuknya dunia

Mata mereka dah dibutakan oleh kemilau duniawi

Hidung mereka dah rancu dengan wangi parfum bermerk

   

Aku telah duduk disini … lama sekali

Tanpa seorangpun menghiraukanku …

Aku berkata – kata dalam goresan pena duniawi

Aku ikut bercanda dengan mereka 

Aku memberi tanda- tanda 

   

Sinarku dah terkalahkan oleh sinar lampu neon ..

Wangiku dah tersamar oleh wangi parfum

   

Kini .. aku hanya duduk disini …

Menyaksikan tingkah polah mereka

Berharap .. kelak mereka akan menoleh padaku …

   

By : ivonne

 28/06/08



  

[Mayapada Prana] Seri 091

2008-06-29 Terurut Topik H. M. Nur Abdurrahman
Syari'at Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan 
akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik 
kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi 
yang  bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual (spiritualisme),  karakter  
perorangan,  akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum  serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. 

Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal 
- Iman dan Ilmu.  

one liner  29/6-2008
insya-Allah akan diposting hingga no.800
no.terakhir 834



BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DANN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
091. Teka-teki yang Tetap Berupa Teka-teki
 Matematika dan Fisika Tidak Sepenuhnya Eksak
 Bagian Kedua (habis)

 Kita mulailah dahulu memperbincangkan yang tidak eksak dalam fisika yaitu yang 
berupa aproximasi baik yang kwantitatif, maupun yang kwalitatif. Aproximasi 
yang kwantitatif banyak sekali dijumpai dalam fisika, apakah itu fisika 
teoritik, lebih-lebih fisika eksperimental, apatah pula dalam fisika teknik, 
kita bergelimang dengan aproximasi yang kwantitatif. Mengapa? Ya, karena fisika 
itu dibangun di atas landasan pengukuran. Manalah ada pengukuran yang eksak!

 Lalu bagaimana dengan aproximasi yang kwalitatif? Kita akan berikan saja satu 
contoh, yaitu The General Theory of Relativity dari Albert Einstein. Pendekatan 
Albert Einstein berbeda dengan  Sir Isaac Newton dalam mengkaji alam semesta 
ini. Einstein memandang alam semesta menurut kacamata matematika, sedangkan 
Newton memandangnya secara mekanistik. Einstein memandang gravitasi sebagai 
geodesic line (matematik) sedangkan Newton memandang gravitasi itu sebagai gaya 
(mekanistik). Maka rumus Einstein tentang gravitasi lebih eksak dari rumus 
Newton. Seperti diketahui rumus Newton hanya berlaku antara matahari dengan 
Venus dan satelit matahari di luarnya, tidak berlaku antara matahari dengan 
Merkuri, sedangkan rumus Einstein berlaku untuk seluruh tata-surya. Jadi rumus 
Newton hanya berupa aproximasi. Lalu apakah rumus Einstein tentang gravitasi 
itu sudah eksak? Diragukan. Mengapa? Karena rumus Einstein itu bertolak dari 
aproximasi. Pada umumnya ada tiga bentuk geometrik, bola berdimensi empat, 
elipsoida berdimensi empat dan pelana kuda berdimensi empat. Kalkulasi Einstein 
dalam The General Theory of Relativity memakai model Geometri Riemann, yaitu 
geometri bola. Einstein berasumsi dalam skala kecil permukaan bola, permukaan 
elipsoida dan permukaan pelana kuda dapat dianggap sama. Jadi ini suatu 
aproximasi, tidak eksak. Rumus Einstein tentang gravitasi dalam The General 
Theory of Relativity hanya sebatas kecil alam semesta yang sangat luas ini. Ya 
sebatas permukaan bola, elipsoida dan pelana kuda dianggap sama, jadi tidak 
eksak. Apakah alam semesta ini berbentuk bola, ataukah elipsida ataukah pelana 
kuda tidak mungkin orang dapat mengetahuinya, tidak mungkin dapat diobservasi, 
karena menurut observasi kecepatan relatif super-galaxies atau buruj berbanding 
lurus dengan jaraknya, sehingga ada kecepatan buruj yang sudah mencapai 
kecepatan cahaya, sehingga tidak dapat dijangkau lagi oleh teleskop, 
bagaimanapun canggihnya. 

 Kita akan melangkah sekarang pada teka-teki yang masih berupa teka-teki dalam 
fisika hingga kini. Sebermula, dalam tahun 1690 Christian Huygens mengemukakan 
sebuah teori bahwa cahaya itu suatu sistem gelombang. Lalu ia memperkenalkan 
suatu zat yang hipotetik, yang dinamakannya aether. Suatu zat yang sangat 
halus, memenuhi alam semesta, dan diam secara mutlak. Dalam tahun 1881 Albert 
Abraham Michelson melakukan percobaan dengan alat interferemeter. Ia ingin 
mengetahui berapa kecepatan bumi terhadapa ether yang diam secara mutlak itu. 
Percobaan itu diulangi lagi bersama-sama dengan Morley dalam tahun 1887, 
sehingga percobaan itu lebih dikenal dengan percobaan Michelson-Morley. 

 Hasil percobaan Michelson-Morley menunjukkan tidak ada perbedaan waktu bagi 
cahaya yang menempuh lintasan tegak lurus dengan yang lintasan menurut gerak 
bumi. Ini menunjukkan bahwa kecepatan bumi terhadap Aether adalah nol. Jadi 
bumi sama sekali tidak bergerak terhadap Aether yang diam secara mutlak. Para 
pakar terperanjat, kecewa, bahkan ada yang demikian paniknya, sehingga ingin 
memutar kembali jarum jam ketiga abad yang silam, kembali ke faham geosentris, 
bumi sebagai pusat alam. Ilmu fisika menjelang akhir abad ke 19 menemui jalan 
buntu. 

Einstein tidak

[Mayapada Prana] Kata-Kata tak bisa mewakili rasa

2008-06-29 Terurut Topik Bambang Eko Sanjoto
Kata-Kata tak bisa mewakili rasa
 
Aku yang menatap kamu
Melihat tingkahmu yang lucu
Sedang Aku selalu tahu kalau kamu mengira tahu
Tetapi tanpa kamu, dunia terasa sepi
Kamu sungguh menawan
Segala sesuatu bisa terwujud dengan kehadiranmu
RasaKu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata
Aku memaknai segala
Aku dan kamu sebagai pasangan 
Rasa karepKu menciptakan cerita
Yang mewarnai dunia
Yang berlaku selamanya
 


  

[Mayapada Prana] Menciptakan Maaf

2008-06-29 Terurut Topik Bambang Eko Sanjoto
Menciptakan Maaf
 
Dengan menyadari,  merasakan rasanya karep/kehendak, rasanya si ego, 
kalau melihat kesalahan diri (si ego),
lalu tidak melanjutkan perbuatan salah tersebut,
berarti telah menciptakan maaf.
Tidak perlu meminta maaf.
 
Salam,
BES