[Mayapada Prana] 3 Feb

2009-02-01 Terurut Topik Romo maryo




“Imanmu telah menyelamatkan engkau.”

(Ibr 12:1-4; Mrk 5:21-43)

“Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan
perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia 
berada di
tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika
ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat
kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya
dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup."Lalu
pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia
dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah
dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati
oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun
sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia
sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak
itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya:
"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga
berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari
penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar
dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya:
"Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab:
"Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan
Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang
sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu,
yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas
dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan
segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai
anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan
sembuhlah dari penyakitmu!"(Mrk
5:21-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Sehat dan sakit erat kaitannya dengan beriman dan
tidak/kurang beriman; mereka yang tidak atau kurang beriman pada umumnya sedang
menderita sakit atau mudah jatuh sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit
akal budi atau sakit tubuh. Bagi mereka yang sedang menderita sakit kami ajak
meneladan ‘seorang perempuan yang sudah
dua belas tahun lamanya menderita pendarahan’ dengan penyerahan diri
berkata :”Asal kujamah saja jubahNya, aku
akan sembuh”. Memang kaum perempuan yang sedang menderita sakit, antara
lain sakit hati dengan bentuk memusuhi saudara-saudarinya mudah terserang
penyakit pendarahan atau ‘blooding’. Asal kujamah jubahNya secara konkret dapat
kita wujudkan dengan bersembah-sujud kepada mereka atau apa yang kita musuhi
alias berani mengampuni dan mengasihi sebagai perwujudan beriman atau percaya
kepadanya. Kutipan Warta Gembira hari ini mengajak dan memanggil kita semua
untuk dengan semangat iman hidup bersama, berbangsa, bermasyarakat dan
berbangsa; makan dan minum dengan iman, dst.. Aneka perbedaan memang dapat
menimbulkan permusuhan yang tumbuh berkembang menjadi penyakit. Yang paling
sederhana terkait dengan sehat atau sakit adalah hal makanan dan minuman; jika
menghendaki sehat wal’afiat, segar bugar hendaknya menyantap dan menikmati
makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, bukan hanya yang enak sesuai dengan
selera pribadi. Barangsiapa dalam hal makan dan minum hanya mengikuti selera
pribadi akan mudah jatuh sakit. Makan dan minum dengan iman artinya jika orang
lain makan dan minum apa yang ada tetap sehat dan segar bugar, maka ketika saya
juga menikmati makanan dan minuman tersebut pasti akan sehat dan segar bugar,
meskipun makanan dan minuman tersebut tidak sesuai dengan selera pribadi. 

·   “Marilah kita
melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam
iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibr 12:2)  “Carpe
diem” = Nikmatilah hari ini, demikian kata pepatah bahasa Latin. Makna dari
pepatah ini hemat saya suatu ajakan untuk dengan semangat iman menghadapi aneka
situasi, pekerjaan, kondisi, tantangan dan hambatan, dst.  , artinya dalam dan 
bersama dengan Tuhan kita
menghadapi semuanya. Dengan kata lain kita diajak untuk ‘menemukan Tuhan dalam
segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan’. Segala sesuatu yang
ada di dunia ini ada, tumbuh berkembang hanya karena dan oleh Penyelenggaraan
Ilahi/Tuhan yang memang juga menjadi nyata melalui orang-orang beriman. Maka
jika kita mendambakan ‘kesempurnaan hidup’ artinya nanti ketika dipanggil
Tuhan/meninggal dunia berarti menjadi satu kembali dengan Tuhan di sorga, hidup
mulia selama-lamanya, hendaknya senantiasa menghayati segala sesuatu dalam
Tuhan, dengan iman. Marilah kita sa

[Mayapada Prana] 3 Feb

2008-02-01 Terurut Topik Romo maryo
Minggu Biasa IVa:  Zef 2:3; 3:12-13; 1Kor 1:26-31; Mat 5:1-12a
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah”
 
Pada awal gerakan akreditasi sekolah-sekolah untuk memberi peringkat sekolah 
yang bersangkutan sebagai yang disamakan, yang diakui atau yang terdaftar, 
muncullah aneka macam gerakan dari sekolah-sekolah yang bersangkutan sebagai 
reaksi akan diselenggarakannya akreditasi. Ada sekolah-sekolah yang berusaha 
memoles diri antara lain: memperbaiki system administrasi sekolah, penyimpanan 
arsip, pembersihan atau pengecetan ulang bangunan/gedung, pengadaan aneka macam 
sarana-prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran dst.. Bagi 
sekolah-sekolah miskin gerakan yang membutuhkan dana atau uang tersebut jelas 
tidak mungkin jika mengandalkan kekuatan sendiri, maka ada beberapa sekolah 
berusaha mencari pinjaman, bukan uang melainkan barang atau sarana-prasarana, 
karena kalau uang sulit mengembalikan, sedangkan barang hanya dipinjam 
sementara saja dan kemudian segera dapat dikembalikan. Sekolah-sekolah yang 
nampak lengkap atau sempurna karena pinjaman-pinjaman
 tersebut ketika diakreditasi memang memperoleh peringkat disamakan atau paling 
tidak diakui, dengan kata lain sudah dapat berjalan sendiri dengan baik, dan 
dengan demikian sekolah yang bersangkutan tidak perlu dibantu. Sebaliknya 
ketika saya menjadi Direktur Perkumpulan Strada di Jakarta, yang mengelola 
cukup banyak sekolah miskin, kepada sekolah-sekolah tersebut ketika 
diakreditasi supaya ‘menampilkan diri apa adanya’, dan gerakan yang kami 
anjurkan adalah gerakan kebersihan lingkungan. Ketika beberapa sekolah Strada 
yang miskin diakreditasi memang hanya memperoleh peringkat terdaftar, serta 
perlu dibantu. Maka setelah akreditasi tersebut sekolah-sekolah ini memperoleh 
bantuan dari pemerintah antara lain berupa dana untuk memperbaiki gedung, 
prasarana penunjang  proses pembelajaran seperti alat-alat laboratorium dst… 
“Berbahagialah yang tampil apa adanya, miskin di hadapan Allah, karena mereka 
memperoleh bantuan, memiliki Kerajaan Sorga”. 
 
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang 
empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3)
 
Kutipan Warta Gembira/Injil hari ini : “Berbahagialah….”  kiranya bagaikan 
garis besar haluan hidup beriman atau beragama, yaitu panggilan untuk hidup 
dengan rendah hati. Rendah hati secara konkret antara lain berarti menyadari 
dan menghayati diri apa adanya, dan kiranya diri kita yang sejati adalah orang 
yang berdosa, lemah dan rapuh, tanpa bantuan rahmat Tuhan melalui kebaikan 
sesama dan saudara-saudari kita, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan kata 
lain segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini 
merupakan anugerah Tuhan, bukan semata-mata hasil usaha, kerja atau jerih payah 
kita. 
 
Menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa, lemah dan rapuh berarti 
senantiasa membuka diri (hati, jiwa, akal budi dan tubuh) terhadap  segala 
kemungkinan dan kesempatan untuk tumbuh berkembang semakin dekat dengan Tuhan 
dan sasama, seperti orang miskin yang senantiasa siap sedia dan terbuka 
menanggapi ajakan dan sentuhan dari sesamanya. Pada zaman yang ditandai 
pertumbuhan dan perkembangan aneka macam sarana komunikasi dan teknologi ini, 
rasanya kita tidak mungkin lagi hidup menyendiri, mengandalkan kekuatan dan 
kemampuan diri sendiri. Jika kita menghendaki hidup bahagia, selamat dan damai 
sejahtera, maka kita memang harus terbuka terhadap aneka kemungkinan dan 
kesempatan, termasuk “yang dianiaya oleh sebab kebenaran dan  karena Aku kamu 
dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” .Aniaya dan 
fitnah karena kebenaran atau Tuhan akan membuahkan keutamaan-keutamaan: lemah 
lembut, murah hati, suci hati, pendamai sebagai
 kekuatan maupun buah kerendahan hati atau karya Tuhan yang merajai dan 
menguasai hidup kita. Keutamaan-keutamaan tersebut sebenarnya telah kita terima 
dan nikmati secara melimpah ruah melalui orangtua kita masing-masing, maka 
marilah kita perdalam, tingkatkan dan sebarluaskan keutamaan-keutamaan tersebut 
di dalam hidup kita sehari-hari.
 
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak 
Allah”. Sabda ini kiranya mendesak dan up to date untuk kita hayati dan 
sebarluskan pada masa kini, mengingat masih maraknya pertentangan, permusuhan 
atau tawuran yang antara lain muncul dari kasus-kasus Pilkada, pertandingan 
sepak bola, warisan, pergaulan bebas. Kegilaan akan ‘harta/uang, 
pangkat/jabatan atau kedudukan dan kehormatan duniawi’ mengacaukan hidup damai, 
yang didambakan banyak orang. Beberapa petinggi atau pejabat yang seharusnya 
‘membawa damai’ justru sebaliknya menjadi sumber provokasi pertengkaran dan 
permusuhan demi keuntungan diri sendiri. 
 
“Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang 
berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa 
yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, d