Re: [media-dakwah] TIPS MENGCOUNTER RACUN MAKSIAT

2007-05-08 Terurut Topik Ica Harahap
  Mujaharah itu maksudnya terang-terangan dalam berbuat maksiat.
  Maksudnya seseorang itu terang2an melakukan suatu perbuatan dosa 
  di depan umum. Selain itu bisa dikategorikan sebagai Muhajarah
  seperti yang diterangkan di dalam hadist :
  

Rasulullah bersabda: “Semua ummatku akan diampunkan dosanya 
  kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) 
  dan yang termasuk mujaharah adalah: Seorang yang 

  melakukan perbuatan dosa di malam hari, kemudian hingga 

  pagi hari Allah telah menutupi dosa tersebut, kemudian dia 

  berkata: wahai fulan semalam saya berbuat ini dan berbuat itu. 

Padahal Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman,
  tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut.” 

(HR. Bukhori Muslim)

Jadi, pada waktu orang tersebut berbuat dosa sebenarnya
tidak ada yang tau kecuali Allah. Tapi kemudian di pagi harinya
dia membeberkan ke orang lain mengenai perbuatannya seolah2
dia bangga dengan perbuatannya tersebut. Hal tersebut juga
secara tidak langsung dapat memancing orang lain untuk
mengikuti jejaknya (melakukan dosa tersebut).



  Nur Zamzam [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalamu'alaikum wr. wb.
 Mohon pencerahan, untuk item yg ke-3 tentang Janganlah Mujarahah, sudah 
 ana baca berulang2 akan tetapi apa maksud uraian tersebut ana masih bingung 
 memahaminya, bila perlu dg contoh konkritnya.
 Sukron katsiron, qoblahu.
 Wassalamu'alaikum wr wb.
 
 -Original Message-
 From: Ahmad Wanto [EMAIL PROTECTED]
 To: aisyah  dina [EMAIL PROTECTED], cinta islam cinta islam 
 [EMAIL PROTECTED], CR CR [EMAIL PROTECTED], 
 Keadilan Keadilan [EMAIL PROTECTED], KS KS 
 [EMAIL PROTECTED], santri santri [EMAIL PROTECTED], 
 sehati sehati [EMAIL PROTECTED], tauziyah tauziyah 
 [EMAIL PROTECTED], yisc yisc [EMAIL PROTECTED], 
 [EMAIL PROTECTED]
 Cc: media media media-dakwah@yahoogroups.com, mualaf mualaf 
 [EMAIL PROTECTED] , mushala mushala 
 [EMAIL PROTECTED], pks  depok [EMAIL PROTECTED], 
 pks pks [EMAIL PROTECTED], remaja remaja 
 [EMAIL PROTECTED], rois rois 
 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
 Date: Mon, 7 May 2007 11:13:35 +0700 (WIT)
 Subject: [media-dakwah] TIPS MENGCOUNTER RACUN MAKSIAT
 
 TIPS MENGCOUNTER RACUN MAKSIAT
 
 Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Al-Hamdulillahi Rabbil
 `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi
 Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d
 
 1. Anggaplah Besar Dosamu
 
 * Abdullah bin Mas'ud radiyallahu anhu berkata: Orang beriman melihat
 dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung
 tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa),
 dosanya seperti lalat yang lewat diatas hidungnya.
 
 2. Janganlah meremehkan dosa.
 
 * Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kamu
 meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang
 datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka.* Kapan
 saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu
 akan membinasakannya (HR Ahmad dengan sanad yang hasan).
 
 3. Janganlah mujaharah.
 
 * Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ;Semua umatku
 dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). *Termasuk
 mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam
 hari kemudian datang pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah
 telah menutupinya*, ia berkata,Wahai Fulan, tadi malam aku telah melakukan
 demikian dan demikian. Pada malam hari TuhanNya telah menutupi
 kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang
 menutupinya (HR Bukhari dan Muslim)
 
 4. Taubat Nasuha yang Tulus.
 
 * Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah lebih bergembira
 dengan taubat hambaNya tatkala bertaubat daripada seorang diantara kamu
 yang berada diatas kendaraannya di padang pasir tandus, kemudian kendaraan
 itu hilangdarinya, padahal diatas kendaraan itu terdapat makanan dan
 minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur
 dibawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kendaraannya itu. Saat
 ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya,
 lalu ia mengambil tali kendalinya. *Kemudian ia berkata, karena sangat
 bergembira, Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu Ia
 salah ucap karena sangat gembira. (HR Bukhari dan Muslim)
 
 5. Jika Dosa Berulang, maka Ulangilah Bertaubat.
 
 * Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhu berkata, Sebaik-baik kalian adalah
 setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.ditanyakan,ika ia
 mengulangi lagi? Ia menjawab,Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.
 Ditanyakan,Jika ia kembali berbuat dosa? Ia menjawab,Ia beristighfar
 kepada Allah dan bertaubat. *Ditanyakan,Sampai kapan?Dia menjawab,Sampai
 setan berputus asa.
 
 6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan.
 
 * Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia
 temui pada saat melakukan 

[media-dakwah] Karena Madrasah Pertama itu Bernama Wanita

2007-05-07 Terurut Topik Ica Harahap
  Karena Madrasah Pertama itu Bernama Wanita
   
   
  Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya 
  meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka 
  khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah 
  mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
  perkataan yang benar.” (QS An-Nisa 4:9)
   
  Pendidikan anak sangat disarankan dimulai sejak dini, bahkan sejak 
  dalam kandungan. Ketika sang ibu rajin beribadah, insya Allah, kelak 
  janin yang dikandungnya akan menjadi ahli ibadah. Ketika sang ibu rajin 
  membaca Al Qur’an, insya Allah, kelak anak yang dilahirkannyanya pun 
  akan mencintai Al Qur’an. Ketika sang ibu sangat berhati-hati menjaga 
  dirinya dari hal-hal yang diharamkan, insya Allah, kelak anaknya pun 
  akan menjadi hamba-Nya yang ikhsan.
   
  Betapa besarnya peranan seorang wanita dalam mencetak generasi robbani. 
  Sebagaimana visi pernikahannya untuk menjadikan rumah tangga sebagai 
  lahan tumbuhnya generasi yang akan menegakkan panji islam. Generasi 
  yang tumbuh dalam rumah tangga yang menjadi pusat kaderisasi terbaik. 
   
  Ketika sang anak hadir ke dunia, sebuah tugas sangat berat telah diemban 
  di pundak seorang ibu. Tugas mendidiknya, membekalinya dengan life-skill, 
  agar kelak anaknya siap terjun ke dunia yang berubah dengan cepatnya 
  setiap hari. Sepuluh atau 15 tahun lagi, akan sangat berbeda kondisinya 
  dengan masa kini. 
   
  Ketika sang anak mulai banyak bertanya, “Ini apa?”, “Itu apa?”, 
  ”Kenapa begini?”, Kenapa begitu?”, seorang ibu dituntut untuk dapat 
  memberikan jawaban yang terbaik. Jawaban yang tidak mematikan rasa 
  ingin tahu anak, bahkan sebaliknya, jawaban yang membuat anak semakin 
  terpacu untuk belajar. 
   
  Masa yang penting ini, yang disebut golden-age, masa di mana anak 
  sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang segala sesuatu. 
  Dan ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, yang lebih sering 
  berinteraksi dengan anak. Menjadilah ibu sebagai sumber ilmu, pendidik 
  pertama bagi anak-anak, yang menanamkan pondasi awal dan utama bagi 
  generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan ini.
   
  Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak lantas menjadi 
  tergantikan oleh sekolah. Bahkan sang ibu dituntut untuk dapat mengimbangi 
  apa yang diajarkan di sekolah. 
   
  Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita untuk membekali 
  dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, wanita harus terus bergerak 
  meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang 
  berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, 
  seorang wanitia tidak boleh berhenti belajar. 
   
  Anis Matta pernah mengatakan, bahwa seorang wanita itu memiliki potensi 
  yang sangat besar, namun sayangnya, ketika ia menikah, maka potensi itu 
  seolah-olah lenyap, menyisakan dua kata, suami dan anak. Padahal, belajar 
  itu proses seumur hidup, long life education. Itulah yang dipesankan oleh 
  Rasulullah dalam haditsnya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. 
   
  Artinya, tidak lantas ketika seorang muslimah menikah, maka kesempatan 
  menuntut ilmunya berhenti sampai di situ, dikarenakan waktu dan tenaganya 
  habis untuk mengurus suami dan anak. Artinya, dengan atau tanpa 
  dukungan dan fasilitas dari suami, seorang wanita harus kreatif mencipta 
  cara untuk terus mencari ilmu, untuk meningkatkan kualitas dirinya.  
   
  wanita adalah lembaga pendidikan bila dipersiapkan darinya akan lahir 
  pemuda-pemuda berjiwa mulia
   
  Duhai ukhti muslimah, teruslah mencari ilmu, bekali dirimu dengan ilmu. 
  Ilmu yang dapat meluruskan akidah, menshahihkan ibadah, membaguskan 
  akhlaq, meluaskan tsaqofah, membuat mandiri, tidak bergantung pada 
  orang lain sekaligus bermanfaat bagi orang lain. 
   
  Teladanilah wanita Anshar yang tidak malu bertanya tentang masalah agama. 
  Teladanilah para sahabiyah yang bahkan meminta kepada Rasulullah untuk 
  diberikan kesempatan di hari tertentu khusus untuk mengajari mereka. 
  Sehingga, akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai 
  pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya. 
   
  Duhai ukhti muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah dan 
  taat pada-Nya, agar gemar membaca dan menghapal kalam-Nya. 
  Ajarkan mereka mencintai Rasulullah dan meneladani beliau. 
  Bekali dengan akhlak imani, mencintai sesama, menghormati yang tua 
  dan menyayangi yang muda. Sehingga akan bermunculan kembali 
  Khonsa-Khonsa yang mencetak para syuhada. 
   
  Didik putra-putri
  Sebagai amanah Ilahi
  Bekali akhlak imani
  Jadikan mukmin sejati
  (Suara Persaudaraan – Dialog Dua Hati)
  Wallahu'alam bish showab. (dian)
   
  http://www.pks-jaksel.or.id/Article1161.html
  
 
-
No need to miss a message. Get email on-the-go 
with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Jadilah Seperti Lebah

2007-05-07 Terurut Topik Ica Harahap
  Jadilah Seperti Lebah 
   
  Oleh: Tim dakwatuna.com
   
   
  
Rasulullah saw. bersabda, 
  “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih,
  mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan
  tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” 
  (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)
   
  Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. 
  Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan 
  dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun 
  dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban 
  akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah 
  dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., 
  Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat 
  bagi manusia lain.”
   
  Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera 
  membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan 
  menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang 
  ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya 
  menjadi bahagia dan sejahtera.
   
  Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah 
saw. 
  dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru 
  sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu 
sendiri 
  memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, 
  “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah
  sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat 
  yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) 
  buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan 
  (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang 
  bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang 
  menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu 
  benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang 
  memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)
   
  Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang 
  seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:
   
  Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
   
  Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda 
  dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, 
  kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan 
  mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih
  lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.
   
  Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:
   
  “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat 
  di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena 
  sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.” 
  (Al-Baqarah: 168)
   
  (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang 
  (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada 
  di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan 
  melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan 
  bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala 
  yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-
  belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman 
  kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang 
  terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-
  orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)
   
  Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan 
  sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan 
  wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil 
  perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).
   
  Mengeluarkan yang bersih.
   
  Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai 
  khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya 
  madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan 
kebaikan, 
  bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu 
  yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu 
  yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!
   
  Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. 
  “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, 
  sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu 
  mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)
   
  Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat 
  di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, 
  perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah 
  kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu 
  rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau 
  kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.
   
  Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya 

[media-dakwah] Hakikat Muhasabah

2007-05-06 Terurut Topik Ica Harahap
  Hakikat Muhasabah 
 
 
 
  Oleh : Asep Sulhadi 
   
  Muhasabah atau introspeksi diri adalah kata yang hakikatnya sering 
  disalahpahami mayoritas orang. Mereka beranggapan introspeksi diri 
  adalah mengingat perbuatan dosa yang telah dilakukan, dengan menyesali 
  dan menangisinya.
   
  Padahal, pengertian tersebut bukanlah termasuk ke dalam muhasabah. 
  Namun itu adalah salah satu dari syarat-syarat taubatan nasuhan 
  (taubat yang murni). Merujuk kepada hadis Rasulullah SAW tentang 
  hakikat muhasabah, akan kita temukan yang dimaksud dengan muhasabah 
  adalah memaksakan diri dan menundukkannya agar taat melaksanakan 
  semua perintah Allah SWT sebagai bekal di akhirat.
   
  Rasulullah SAW menyebut orang seperti itu dengan sebutan 
  'orang yang berakal'. ''Orang yang berakal adalah orang yang memaksa 
  dirinya untuk taat kepada Allah SWT dan berbuat (mempersiapkan bekal) 
  bagi akhirat, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang membiarkan 
  dirinya mengikuti hawa nafsu kemudian berangan-angan agar Allah 
  mengampuninya.'' (HR At Tirmidzi).
   
  Muhasabah menurut Rasulullah SAW sama artinya dengan jihad nafs atau 
  jihad memerangi dan mengekang hawa nafsu. Rasulullah SAW dalam sabdanya 
  yang lain menegaskan jihad nafs adalah salah satu jihad paling besar dan 
  termasuk ke dalam hakikat seorang mujahid. ''Mujahid adalah orang yang 
  mengekang jiwanya untuk taat kepada perintah Allah.'' (HR Ahmad).
   
  Dari pengertian di atas, jelas bahwa hakikat muhasabah bukan mengingat 
  dosa-dosa yang telah lalu, kemudian menyesali dan menangisinya. Namun, 
  hakikat muhasabah adalah memaksakan diri untuk taat melaksanakan semua 
  perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya.
   
  Karenanya, Umar bin Al Khatab pernah berkata, ''Hisablah diri kalian 
  sebelum kalian dihisab, karena sesungguhnya hisab pada hari kiamat 
  adalah ringan bagi orang-orang yang menghisab dirinya di dunia.'' 
  Maksudnya adalah tundukkanlah diri kalian agar patuh melaksanakan 
  semua perintah Allah dan menjauhi larangannya karena dengan cara inilah 
  hisab kalian akan ringan pada hari kiamat. 
   
  Marilah kita bergegas melaksanakan hakikat muhasabah yaitu 
  dengan mengerjakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala 
  larangannya, agar di akhirat kita termasuk ke dalam golongan orang-orang 
  yang hisabnya ringan. Wallahu a'lam bish-shawab. 
  http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14
  
   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] LIST DOKTER KANDUNGAN WANITA

2007-05-06 Terurut Topik Ica Harahap
Dari milis sebelah semoga bermanfaat...

  Subject: [perisai] LIST DOKTER KANDUNGAN WANITA
 
 Berikut saya lampirkan nama-nama dan lokasi dokter wanita,
 
 LIST DOKTER KANDUNGAN PEREMPUAN
 No Doctor Name Rumah Sakit
 
 Dr Puji Ichtiarti RS Hermina Bekasi Barat dan RS Hermina Jatinegara
 Dr Yenny Julizir Rs.Anna Bekasi (Suaminya Dr. Anak dan sebagai pemilik RS. 
ANNA)
 Dr. Lidya Liliana RS. Mitra Bekasi Barat
 Dr. Lina Meilina Pujiastuti SpOG RS Mitra Keluarga Bekasi Barat
 Dr. Jenny AnggraeniRSIA Hermina Bekasi
 Dr. Nina Martini Somad RSIA Hermina Bekasi
 Hj. Lina Meilina SpogRS Mitra keluarga Bekasi Barat
 Dr. Sri Redjeki - RS Hermina, Klinik Bella, Klinik Alifia Perumnas III Bulak 
Kapal Bekasi
 Dr. Koesmaryati - Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur (Muslimah)
 Dr. Ariati RS. siloam cikarang
 
 Dr Santi (Marlisanti kalau gak salah) RS JMC Buncit Raya
 Dr HusnaRS OMC Pulomas
 Dr RamayantiRSIA Putra Dalima , BSD   Serpong
   Dr Hasna, Dr.. (bisa dicek di website harapan kita) RS harapan kita
 Dr. Lita Lilik RS Mitra International jatinegara
 Dr Dwiyana Ocviayanti (Ocvi) RS Permata Cibubur
 Dr. Sri Lestari Praktek di RS International Bintaro dan RS Fatmawati.
 Dr. RudiyantiRS International Bintaro.
 Dr. Wenny NingsihRS.Honoris Tangerang (Perum Tmn modern Tangerang, dkt 
Metropolitan Town Square )
 Dr. Rudiyanti Praktek setiap hari 10:00-13:00 di RSIB
 Dr. Lucky SyafitriRSIA Eva Sari di Jl Rawa Mangun (Pramuka) Jak Pus dan RS 
Thamrin JakPus
 Dr. Suharyanti, SpogPraktek di RS. MMC dan RS Hermina Jatinegara
 Dr. Mutia Prayanti RS Hermina Depok
 Dr. Nelwati RS Hermina Depok
 Dr. TazkirohRS ISLAM JAKARTA, Jl. Cempaka putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, 
Telp. (021) 4250451 - 42801567 (hunting) Fax. (021) 4206681
 Dr. Suharni Kahar, SpOG
 Dr. Isnariani, SpOG
 Dr. Hasnah SiregarRSIA Hermina Jatinegara
 Dr. Roslina Spog RSIA Trimitra Cibinong Jalan Raya Bogor, 1km selatan dari 
Matahari Cibinong
 Dr. SUSAN MELINDARSB.Limijati Bandung Jl RE Martadinata atau di Melinda 
Hospital , Bandung Jl Pajajaran
 Dr. Sofie Kimia Farma Jl Juanda Bandung
 Dr. Dewi S GaduhHermina
 Dr. Laila Nurana SPOGMedistra dan Bunda
 Dr. Nana Agustina RS Bersalin Siaga Dua, Pejaten Barat
 Dr. Zanibar Aldy RS Malahayati Medan
 Dr. Ida Farida, SpOG RS Kramat 128 Jakpus dan RS Satyanegara, Sunter
 
 Sumber : www.pdpersi. co.id Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit 
Seluruh Indonesia
  

 
-
Need Mail bonding?
Go to the Yahoo! Mail QA for great tips from Yahoo! Answers users.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Wanita Ahli Surga dan Ciri Cirinya

2007-05-06 Terurut Topik Ica Harahap
  Wanita Ahli Surga dan Ciri Cirinya
 



Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang
 paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga.
 Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan
 perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam
 permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang
 tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh
 telinga, dan terbetik di hati.
 
 Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
 menggambarkan kenikmatan-kenikmat an Surga.
 Diantaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
 
 “(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan
 kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada
 sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan
 baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah
 rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat
 rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu
 yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala
 macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama
 dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi
 minuman dengan air yang mendidih sehingga
 memotong-motong ususnya? ” (QS. Muhammad : 15)
 
 “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah
 yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang
 yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga
 kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang
 terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang
 kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan
 emas dan permata seraya bertelekan di atasnya
 berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak
 muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan
 sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air
 yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak
 pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih
 dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS.
 Al Waqiah : 10-21)
 
 Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmat an
 tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah
 Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping
 (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang
 banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang
 mulia, diantaranya :
 
 “Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang
 bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.”
 (QS. Al Waqiah : 22-23)
 
 “Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari
 yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah
 disentuh oleh manusia sebelum mereka
 (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka)
 dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman : 56)
 
 “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.”
 (QS. Ar Rahman : 58)
 
 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka
 (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan
 mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya
 umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)
 
 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggambarkan
 keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda
 beliau :
 
 “ … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga
 menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari
 antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan
 akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari
 kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih
 baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Bukhari dari
 Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu)
 
 Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi  Wa
 Sallam bersabda :
 
 Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil
 suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak
 pernah didengarkan oleh seorangpun. Diantara yang
 didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita
 pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia.
 Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan
 mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita
 yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita
 yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita
 yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’
 nomor 1557)
 
 Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga
 
 Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan
 laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi
 penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum
 Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?
 
 Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah
 dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping
 suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan
 yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga
 lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di
 dunia.
 
 Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli
 Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita
 yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh
 ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia
 miliki. Diantara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :
 
 1. Bertakwa.
 
 2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat- Nya,
 Kitab-Kitab- Nya, Rasul-Rasul- Nya, hari kiamat, dan
 beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
 
 3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah
 kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
 dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
 berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi 

[media-dakwah] Sepuluh Alasan Untuk Tidak Memakai Jilbab

2007-05-06 Terurut Topik Ica Harahap
Dari milis sebelah...


Sepuluh Alasan Untuk Tidak Memakai Jilbab


Oleh : Dr. Huwayda Ismaeel (Diterjemahkan dari artikel berbahasa
Inggris)


ALASAN I : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab 

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama,
apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam?
Dengan alami ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha
Illallah! Yang  menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan
rasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia
yakin akan Islam beserta seluruh hukumnya. Kedua, kami menanyakan;
Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini
jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu
adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran suci dan
 merupakan sunnah Rasulullah SAWW yang suci. Jadi kesimpulannya disini,
apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia
tidak melaksanakan hukum dan perintahnya? 


ALASAN II : Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya
melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka. 

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla
termulia, Rasulullah SAWW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana;
#8220;Tiada kepatuhan kepada suatu  ciptaan diatas kepatuhan kepada  
Allah SWT.#8221; (Ahmad) Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam,
menempati posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat
disebutkan; #8220;Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan- Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada
kedua orang Ibu Bapak . . #8220; (QS. An-Nisa:36). Kepatuhan terhadap
orangtua tidak  terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila
berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman; #8220;
dan  jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya#8230;(QS. Luqman : 15)

Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah Allah
SWT tidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka.
Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah
berfirman di ayat yang sama; #8220;dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik. Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun
melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu. 


ALASAN III : Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai
 jilbab. 

Saudari ini mungkin sati diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau
sebaliknya, ia seorang penipu yang mengatasnamakan lingkungan
pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab. Kita akan memulai dengan
menjawab  tipe dia adalah wanita yang tulus dan jujur. #8220;Apakah
anda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita muslim
tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya
dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk
mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan
tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di dunia
ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk tidak
mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan
 kematianmu?#8221; Bukankah Allah SWT telah berfirman; #8220;maka  
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak
mengetahui (QS An-Nahl : 43). Belajarlah untuk mengetahui hikmah
menutup auratmu. Apabila kau harus keluar rumahmu, tutupilah auratmu
dengan jilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syetan.
Karena kejahatan dapat berawal dari pemandangan yang memabukkan dari
seorang wanita. 

Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam
menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan
kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala
permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman;
#8220;Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. .#8221;(QS. AtTalaq :2-3).  Kedudukan dan
kehormatan  adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT. Dan tidak
bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna yang
mencolok, dan mengikuti trend yang sedang berlaku. Kehormatan dan
kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasul-Nya
SAWW, dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni. Dengarkanlah
kalimat Allah; #8220;sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara
kamu..#8221;(QS. Al-Hujurat:13) .Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu
dengan mencari kesenangan dan keridhoan Allah SWT, dan berikan harga

[media-dakwah] Keharusan Beramal

2007-05-04 Terurut Topik Ica Harahap
  Keharusan Beramal   

Oleh: DR. Amir Faishol Fath
   
  

.Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta 
  orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan 
  dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan 
  yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
   kerjakan.” (At-Taubah: 105)
   
  Ayat ini menurut Imam Ar-Razi mengandung seluruh yang dibutuhkan 
  seorang mukmin baik mengenai agama, dunia, kehidupan, dan akhiratnya. 
  Dari susunan kata dalam ayat tergambar dua hal: di satu sisi tampak nada 
  targhib (dorongan) bagi orang-orang yang taat, dan di sisi lain nampak nada 
  tarhib (ancaman) bagi orang-orang yang berbuat maksiat. Maksudnya, 
  bersungguh-sungguhlah kamu untuk berbuat sesuatu demi masa depanmu 
  karena segala perbuatanmu akan mendapatkan haknya di dunia maupun 
  di akhirat. Di dunia perbuatan tersebut akan disaksikan Allah, Rasul-Nya, 
  dan orang-orang mukmin. Jika berupa ketaatan, ia akan mendapatkan pujian 
  dan pahala yang besar di dunia dan akhirat. Namun, jika berupa kemaksiatan
  ia akan mendapatkan hinaan di dunia dan siksaan yang pedih di akhirat. 
  (Imam Ar-Razi. Mafatihul ghaib. Bairut, Darul fikr, 1994, vol. 16, h. 192).
   
  Syeikh Rasyid Ridha dalam tafsirnya Al-Manar menerangkan makna ayat 
  tersebut begini: Wahai Nabi, katakan kepada mereka bekerjalah untuk dunia, 
  akhirat, diri dan umatmu. Karena yang akan dinilai adalah pekerjaanmu, 
  bukan alasan yang dicari-cari; pun bukan pengakuan bahwa Anda telah 
  berusaha secara maksimal. Kebaikan dunia dan akhirat pada hakikat tergantung 
  pada perbuatan Anda. Allah mengetahui sekecil apapun dari perbuatan tersebut, 
  maka Allah menyaksikan apa yang Anda lakukan dari kebaikan maupun keburukan.
   
  Karenanya, Anda harus senantiasa waspada akan kesaksian Allah, baik itu 
  berupa amal maupun berupa niat, tidak ada yang terlewatkan. Semuanya 
  tampak bagi-Nya. Oleh sebab itu Anda harus senantiasa menyempurnakannya 
  (itqan), ikhlas, dan mengikuti petunjuk-Nya dalam menjalankan ketaatan 
sekecil 
  apapun (lihat, Rasyid Ridha. Tafsir Al Manar. Tanpa tahun, vol. 11, h. 33).
   
  Pada intinya, ayat di atas menegaskan pentingnya beramal. Bahwa, yang akan 
  menjadi tolok ukur keselamatan seseorang di dunia maupun di akhirat bukan 
  semata konsep yang ia hafal, melainkan sejauh mana ia mampu mengamalkan 
  teori yang telah diketahuinya. Al-Qur’an malah mengecam seorang yang hanya 
  pandai ngomong tapi tidak mengerjakannya (Ash-Shaf: 2-3). Rasulullah saw. 
  bukanlah sosok yang hanya pandai memberi nasihat, melainkan seluruh amalnya 
  merupakan nasihat. Siti Aisyah ketika ditanya bagaimana akhlak Rasulullah 
saw., 
  ia menjawab bahwa akhlaknya adalah Al-Qur’an. (HR. Ahmad, no. 216).
   
  Amal Sebagai Inti Keimanan
   
  Kalimat wa quli’malu adalah perintah. Ini berarti keharusan untuk beramal. 
  Akidah tanpa amal akan menjadi kering, karena amal bagi akidah ibarat air 
  bagi sebuah pohon. Pernyataan para ulama bahwa iman naik turun 
  (yaziidu wayanqus) maksudnya ia naik dengan amal shalih dan turun 
  dengan kemaksiatan. Cermin akidah ada diri seseorang adalah amal 
  yang ia lakukan. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang selalu menggabung 
  antara iman dan amal: Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada 
  dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan 
  amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan 
  nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran (Al-Ashr: 2-3, lihat juga 
  Al-Bawarah: 62 dan Al-Maidah: 69).
   
  Dalam Surat Al-Mu’minun ayat 1-10, Allah menyebutkan tanda-tanda 
  seorang yang beriman dengan amalnya: Sungguh beruntung orang-orang 
  yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, menjauhkan 
  diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, menunaikan zakat,
  menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang 
  mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. 
  Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang
   yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah
  (yang dipikulnya) dan janjinya, serta memelihara sembahyangnya. Mereka 
  itulah orang-orang yang akan mewarisi.
   
  Rasulullah saw. seringkali menyebutkan tanda-tanda keimanan dengan amal. 
  Anas r.a. meriwayatkan Rasulullah bersabda: “Seorang tidak disebut beriman 
  sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” 
  (HR Bukhari, no. 13). 
   
  Imam Bukhari dalam buku Sahihnya menulis judul khusus: Bab man qaala 
  innal iman huwal amal (orang yang mengatakan iman adalah amal), di dalamnya 
  ia menyebutkan ayat Az-Zukhruf: 72 dan hadits riwayat Abu Hurairah: bahwa 
  Rasulullah saw. pernah ditanya, perbuatan apa yang paling utama. Beliau 
berkata: 
  “Iman kepada Allah dan RasulNya.” Kemudian apa? “Jihad di jalan Allah.” 
  Kemudian apa? “Haji mabrur.” (HR. Bukhari, no. 26).
   
  Ketika 

[media-dakwah] Sabar Menyikapi Takdir

2007-05-03 Terurut Topik Ica Harahap
  Sabar Menyikapi Takdir
  29 Apr 07 20:14 WIB
   
  Oleh Sya2


  Pada sore hari yang mendung, aku duduk membaca berita dari 
  surat kabar pagi yang baru sempat dibaca sore harinya. Sedih, 
  membaca cerita ada orangtua yang hendak membunuh anaknya 
  dengan alasan karena mereka hidup miskin. Sambil beristigfar hatiku 
  berbisik lirih, ternyata kemiskinan telah membutakan mereka membawa
  mereka menjadi orang yang kufur bahkan bisa menjadi kafir. Naudzubillah.
   
  Dari kejauhan terdengar suara bapak penjual gorengan berteriak-teriak 
  menjajakan gorengannya. ”Comro, Misro..., nasi uduk, tempe goreng...” 
  Suara si bapak tedengar begitu keras mengagetkan lamunanku. Segera 
  kumemanggilnya ”Comro dan misro pak..!”.
   
  ”Oke Mbak.!” si bapak menghampiriku.
   
  ”3 ribu aja pak, sebentar saya ambil piringnya ” sahutku sambil lari ke dalam 
  rumah mengambil piring. Sedangkan anakku yang berumur 2 tahun malah lari 
  keluar mendekati si bapak, mereka memang sudah akrab bahkan anakku 
  memanggil bapak penjual gorengan itu dengan panggilan Pak De.
   
  Ketika aku kembali sampai di tempat mereka berada mereka sedang 
  bercanda ria. ”Ini bu, saya tambahin dua misronya, bonus...” katanya 
  sambil tersenyum ramah. Seperti biasa bapak ini memang selalu 
  memberiku bonus. ”Makasih pak...” jawabku sambil mengigit misronya.
   
  Rasa manis misro itu membuatku lupa akan cerita pahit yang baru saja 
  kubaca dari surat kabar tadi. Manis tutur kata dan perilaku bapak penjual 
  gorengan itu yang selalu dihadirkan pada setiap pembelinya, seolah menutupi 
  pahitnya kisah hidupnya sendiri. Pak Pardi nama beliau, umurnya sudah 
  tidak muda lagi, kuperkirakan sudah kepala lima. Pak Pardi tinggal di 
  kampung yang letaknya bersebelahan dengan kompleks perumahakn 
  di mana aku dan keluargaku tinggal, Pondok Jaya nama kampung itu. 
  Dari kompleksu ada jalan akses yang bisa langsung menuju kampung 
  pondok jaya, tak heran jika Pak Pardi dengan leluasa bisa berdagang di 
  kompleks, karena memang jaraknya dekat sekali.
   
  Kisah pahitnya kehidupan Pak Pardi dan keluarganya berawal saat kompleks 
perumahanku ini mulai dibangun. Banyak sekali tukang bangunan yang 
  bekerja membangun rumah-rumah di komplek. Pak Pardi dan isterinya 
  berjualan nasi, sayur, lauk-pauk dan makanan-makanan kecil lainnya 
  untuk melayani kebutuhan makan dari para tukang bangunan dan 
  mandornya di kompleks itu.
   
  Para pekerja bangunan itu dibayar secara borongan jika pekerjaan mereka 
  sudah selesai, sehingga untuk membayar makan mereka harus berhutang 
  dulu kepada Pak Pardi dan isterinya, tidak ada jaminan apa-apa dalam 
  hutang itu, hanya bu Pardi tiap hari mencatat siapa-siapa saja yang berhutang 
  dan berapa jumlah hutangnya per hari. Proyek pembangunan itu berjalan 
  kurang lebih satu tahun, dan selama itu pula para tukang bangunan itu 
  belum membayar hutangnya pada Pak Pardi dan Bu Pardi, hanya ada 
  segelintir tukang yang mau membayar hutangnya itupun hanya dibayarnya 
  sebagian saja. Sementara untuk modal dagang sehari-hari Pak Pardi 
  mengambil hutang dari bank keliling alias rentenir kampung.
   
  Nasib sial dialami Pak Pardi dan isterinya ketika mereka sudah kehabisan 
  modal dan sudah terjerat banyak hutang dari rentenir, mereka pun berniat 
  menagih hutang-hutang para tukang bangunan dan mandor-mandor yang 
  sering makan dari warung mereka, akan tetapi hampir semua tukang dan 
  mandor itu sudah pergi, tidak berada di wilayah komplek lagi, kabur tanpa 
  kabar, karena ternyata proyek pembangunan rumah sudah selesai. Pak Pardi 
  dan isteri tertipu. Shock tentu saja mereka, apalagi hutang dari rentenir itu 
  sudah beranak pinak bunganya.
   
  Akhirnya mereka terpaksa menjual rumah mereka untuk melunasi 
  hutang-hutang itu. Dan mereka menyewa rumah petak tepat persis di depan 
  rumah yang telah mereka jual itu. Betapa sedih mereka setiap hari harus 
  menghadapi kenyataan bahwa rumah yang tepat berada di rumah petak 
  kontrakannya itu dulunya adalah rumah mereka. Aku hanya tertegun, ikut 
  merasakan kesedihan mereka, ketika Bu Pardi dan suaminya menceritakan 
  kisah hidupnya kepadaku ketika awal aku pindah ke ke komplek itu.
   
  Sambil memasukkan kayu bakar di tungku penggorengan di ruma petaknya 
  Bu Pardi sesekali terisak menangis. ”Beginilah Mbak, bodohnya saat itu 
  kami terlalu percaya begitu saja kepada para tukang bangunan itu, ternyata 
  mereka kurang ajar semua, bahkan mandor kontraktornya pun tidak mau 
  bertanggung jawab..” kata Bu Pardi.
   
  ”Kami yakin ini takdir sih Mbak, namun kami juga tidak mau pasrah begitu 
  saja tanpa usaha, kami sudah berusaha mencari-cari keberadaan para tukang
  bangunan ini, tapi nihil hasilnya, karena mereka semua sudah pulang ke 
jawa...” 
  sahut Pak Pardi menambahkan.
   
  ”Sekarang kami sudah tidak punya apa-apa lagi mbak, setelah satu-satunya 
  harta yang kami miliki telah kami jual untuk membayar hutang dari rentenir, 
  terpaksa kami 

[media-dakwah] Memerangi Kemungkaran

2007-05-01 Terurut Topik Ica Harahap
  Memerangi Kemungkaran 
   
  Oleh: Tim dakwatuna.com
   
   
  Dari Abi Sa’id Al-Khudri –semoga Allah meridainya– ia mengatakan, 
  aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Siapa di antara kalian yang 
  melihat kemungkaran maka ia harus mengubah dengan tangannya. Jika 
  ia tidak bisa maka ia harus mengubah dengan lidahnya. Jika ia tidak bisa 
  maka ia harus mengubah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah 
  iman.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan lainnya.)
   
  Di antara kewajiban seorang mukmin adalah melakukan amrun bil-ma’ruf 
  wa nahyun ‘anil-munkar (memerintahkan untuk melakukan kebajikan dan 
  melarang melakukan kemungkaran). Rasulullah saw. menggambarkan 
  pentingnya pekerjaan ini dalam hadits berikut ini.
  “Perumpaan orang-orang yang melaksanakan hukum-hukum Allah dengan 
  orang-orang yang melanggarnya bagaikan sekelompok orang yang naik kapal. 
  Lalu mereka melakukan undian untuk menentukan siapa yang duduk di bagian 
  atas dan siapa yang duduk di bagian bawah (dek). Orang-orang yang duduk 
  di bagian bawah itu harus naik ke atas jika mereka membutuhkan air. Lalu 
  salah seorang dari mereka mengatakan, “Sebaiknya kita membolongi tempat 
  kita ini sehingga kita tidak mengganggu orang lain.” Jika orang-orang yang 
  ada di atas membiarkan mereka melaksanakan apa yang mereka inginkan, 
  maka niscaya akan binasalah semuanya. Namun, jika mereka membimbingnya, 
  maka mereka yang ada di atas akan selamat dan selamat pula mereka yang 
  ada di bawah.” (Bukhari)
   
  Dengan sangat jelas, Allah swt. menyebut pekerjaan tersebut sebagai 
  salah satu sifat yang harus melekat pada orang-orang beriman. Hal itu 
  dijelaskan dalam ayat ini: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan 
  perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang 
  lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang 
  munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada 
  Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; 
  sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 71)
   
  Untuk tercapainya tujuan-tujuan nahyi munkar itu, Islam mengiringi perintah 
  tersebut dengan beberapa aturan. Karena, mencegah kemungkaran ditujukan 
  untuk menyelamatkan dan mewujudkan yang maslahat atau yang lebih maslahat. 
  Bukan sebaliknya.
   
  Syarat pelaku amar makruf nahyi munkar
   
  Syaikh Abdul Qadir Audah –rahimahullah– menyebutkan tiga syarat 
  yang disepakati oleh para ulama yang harus ada pada setiap pelaku 
  amar makruf dan nahyi munkar. Ketiga syarat itu adalah: mukallaf, 
  memahami, dan bebas dari tekanan; mengimani agama Islam; dan 
  memiliki kemampuan untuk melakukan amar makruf dan nahyi munkar itu. 
  Jika tidak, maka kewajibannya adalah menolak dengan hati.
   
  Ada pun syarat yang tidak semua ulama menyepakatinya adalah: pertama, 
  sifat ‘adalah, yakni sifat shalih, takwa, dan terpercaya. Tentang ini, 
  Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika amar ma’ruf dan nahyi munkar 
  hanya dilakukan oleh orang yang sempurna segala sesuatunya, maka 
  niscaya tidak akan ada seorang pun yang melakukannya.” Kedua, izin 
  imam (pemimpin). Ini juga termasuk yang diperselisihkan. Jumhur ulama 
  tidak mensyaratkan hal ini.
   
  Syarat pelaksanaan nahyi munkar
   
  Ada dua syarat pelaksanaan nahyi munkar. Pertama, ada atau terjadinya 
  kemungkaran. Kemungkaran adalah segala kemaksiatan yang diharamkan 
  atau dilarang oleh Islam. Kedua, kemungkaran yang dimaksud hadits di atas 
  dan wajib diperangi adalah perbuatan yang secara qath’i (tegas, eksplisit) 
  dinyatakan sebagai kemungkaran dalam Al-Qur’an atau Sunnah,  atau  
  berdasarkan ijma’ dan bukan yang diperselisihkan. Kemungkaran-kemungkaran 
  yang qath’i itu adalah yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai fahsya 
  atau munkar, seperti zina, mencuri, riba, dan melakukan kezhaliman.
   
  Juga termasuk kemungkaran qath’i yang disebutkan oleh Rasulullah saw. 
  sebagai al-mubiqat (hal-hal yang membinasakan), seperti yang diuraikannya 
  dalam hadits berikut. “Jauhilah tujuh hal yang membinasakan.” Para sahabat
  bertanya, “Apa itu?” Rasulullah saw. menjelaskan, “Menyekutukan Allah, 
  sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan cara haq, 
  makan riba, makan harta yatim, lari dari gelanggang saat jihad, dan 
  menuduh zina kepada wanita suci.” (Muslim, Abu Dawud, dan Baihaqi)
   
  Kemungkaran itu tampak karena dilakukan secara terbuka dan bukan hasil 
  dari tajassus (mencari-cari kesalahan). Sebab Rasulullah saw. bersabda, 
  “Sesungguhnya kamu jika mencari-cari aurat (kesalahan-kesalahan) manusia, 
  maka kamu menghancurkan atau nyaris menghancurkan mereka.” 
  (Shahih Ibnu Hibban)
   
  Tahapan-tahapan pelaksanaannya
   
  Para ulama memberikan arahan agar dalam pelaksanaan menghilangkan 
  kemungkaran diambil langkah-langkah seperti berikut:
   
  Pertama, melakukan penyadaran dan pemahaman. Allah swt. Berfirman, 
  “Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan 

Re: [media-dakwah] tentang reinkarnasi

2007-04-30 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Mungkin hasil tanya jawab ustadz dari syariahonline berikut ini
bisa menjadi masukan awal...

Reinkarnasi

Pertanyaan:

assalamu'alaikum wr.wb
 dulu saya pernah menonton film barat yang brcerita tentang adanya pengalaman2 
oarang yang mengalami reinkarnasi.ada banyak buku yang membuktikan kemampuan 
mereka dalam mengetahui riwayat hidup seseoarng di masa lau,seoalh-olah mereka 
pernah hidup di masa itu.
 saya ingin menanyakan ,bagaiman pendapat islam mengenai hal ini?tolong 
buktikan dengan qur'an dan hadist.
 jazakumullohu khairan kastiro...
 wassalamu'alaikum wr.wb

Desi

   Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba#65533;d.
 Salah satu doktrin yang salah dalam masalah reingkarnasi adalah seseorang 
tidaklah diberikan kesempatan untuk hidup di dunia untuk kedua kalinya. Begitu 
seseorang wafat, maka selesailah sudah masa hidupnya untuk selamanya dan tidak 
akan dikembalikan lagi ke dunia.
 
 Bahkan meski yang meninggal itu adalah seorang penghuni surga. Apalagi 
penghuni neraka. Semuanya memang ingin mengulangi lagi untuk bisa hidup di 
dunia pasca kematiannya. Yang sudah masuk surga karena mati syahid ingin bisa 
hidup lagi dan ikut jihad hingga mati syahid lalu dihidupkan lagi dan mati 
syahid lagi. Ini tejadi karena merasakan kenikmatan luar biasa saat mati 
syahid. 
 
 Sedangkan yang di neraka ingin memperbaiki raport merahnya selama di dunia. 
Namun keduanya sudah ditetapkan tidak mungkin kembali lagi ke dunia. 
 
 Yang sudah masuk neraka, tidak bisa kembali ke dunia. Allah SWT berfirman : 
 
 
Dan jika kamu melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: 
Kiranya kami dikembalikan dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta 
menjadi orang-orang yang beriman, Tetapi telah nyata bagi mereka kejahatan 
yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya . Sekiranya mereka dikembalikan ke 
dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang 
mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka. (Al-Anam : 
27-28) 
 
  Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali Al Qur'an itu. Pada hari datangnya 
kebenaran pemberitaan Al Qur'an itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya 
sebelum itu: Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang 
hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi 
kami, atau dapatkah kami dikembalikan sehingga kami dapat beramal yang lain 
dari yang pernah kami amalkan?. Sungguh mereka telah merugikan diri mereka 
sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan. 
(QS. Al-araf : 53) 
 
 Bahkan seandainya mereka lari dari neraka, selalu ada kekuatan yang 
menghalangi mereka dari neraka. 
 
 Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, 
niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. , Rasailah azab yang membakar ini. 
(QS. Al-Hajj : 22)  
 
 Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

XasinBoy [EMAIL PROTECTED] wrote:  Assalamu 
'alaikum wr wb,
 
 Apakah ada yang tahu pendapat islam tentang reinkarnasi, ato mungkin ada
 info link, ebook, atau buku yg bisa saya baca tentang topik ini.
 
 Terima kasih sebelumnya, semoa Allah membalas kebaikan anda semua.
 
 Ranto
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] tanya sujud...

2007-04-30 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Pake mukenah n pecinya jangan sampe nutupi dahi Pak,
kan bisa aku klo pake mukenah juga dahinya masih
bisa nyentuh sajadah waktu sujud

Mengenai tata caranya, aku forward di japri aja ya...
aku punya file tata cara sholat...

Lukman Hakim Achmad [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalamu'alaykum wr wb.
  
 Ustadz, mohon bantuan bagaimana cara sujud yg benar, karna di hadist yg
 pernah saya baca bahwa aggota sujud yg harus kena ada tujuh, dua telapak
 jari-jari kaki, dua lutut, dua telapak tangan, dan kening dan hidung.
  
 Yg jadi pertanyaan apakah kening itu harus terkena ke tempat sujud, dan
 bagaimana jika yg bersangkutan memakai peci atau mukena untuk wanita,
 kemudian keningnya terhalang oleh mukena atau peci tersebut, jadi tidak
 langsung ke tempat sujud, apakah tetap sah sujudnya..
  
 Syukron jazakalla
  
 Wassalam
  
  
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Kemana Muslimah Melangkah? (Bagian Terakhir)

2007-04-29 Terurut Topik Ica Harahap
  Kemana Muslimah Melangkah? (Bagian Terakhir)
  Oleh: Tim dakwatuna.com
   
   
  Bila Indonesia benar-benar ingin melakukan perubahan-perubahan 
  dan pembaharuan yang mendasar dan menyeluruh, tak ada salahnya 
  mencoba melongok agenda perubahan yang ditawarkan ulama besar 
  Mesir Hasan Al-Bana karena begitu rinci dan akurat.
   
  Para akhwat seyogianya ikut terlibat dan berperan aktif untuk mewujudkan 
  agenda perubahan tersebut di tengah masyarakat Indonesia.
  Hasan Al-Bana mengingatkan agar tidak tergiur dengan system Eropa 
  yang seronok, syahwati tetapi membawa kepada kehancuran dan sebaliknya 
  segera berpaling pada system Islam yang terhormat, penuh dengan nilai-nilai 
  kebenaran, ketegaran, keberkahan dan pengendalian diri.
   
  Beliau membagi agenda perubahan dan pembaharuan tersebut dalam 
  3 tema besar dengan 50 butir yang melingkupi semua sektor kehidupan 
  manusia.
   
  A. Politik, peradilan dan administrasi.
   
  1. Menghancurkan fanatisme kelompok dan mengarahkan potensi 
  umat Islam secara politik dalam keseragaman orientasi dan kesatuan barisan.
   
  2. Perbaikan undang-undang sehingga sesuai dengan tuntutan syariat 
  Islam dalam setiap cabangnya.
   
  3. Meningkatkan kekuatan pasukan, memperbanyak kelompok pemuda 
  untuk dilatih dan berjihad .
   
  4. Menguatkan ikatan antar wilayah Islam terutama negeri-negeri Arab.
   
  5. Meningkatkan semangat keislaman di kantor-kantor pemerintah 
  sehingga seluruh pegawai merasa butuh kajian Islam.
   
  6. Melakukan kontrol terhadap perilaku pribadi pegawai agar bisa 
  membedakan kepentingan pribadi dan pekerjaan.
   
  7. Menunaikan pekerjaan, tidak ditunda-tunda dan menghindari lembur.
   
  8. Menghapus risywah (suap) dan komisi.
   
  9. Menimbang setiap aktivitas pemerintahan dengan ajaran Islam dan 
  jadwal kegiatan tidak berbenturan dengan waktu shalat.
   
  10. Memasukkan dan melatih ulama untuk bekerja dalam bidang militer 
  dan kesekretariatan.
   
  B. Sosial dan ilmu pengetahuan.
   
  1. Membiasakan masyarakat berpegang pada etika dan kesopanan 
  serta menindak tegas para pelanggarnya.
   
  2. Mengatasi persoalan kaum wanita dengan solusi yang dapat 
  menggabungkan antara peningkatan diri dan sekaligus pemeliharaan 
  kehormatannya sesuai ajaran Islam.
   
  3. Memberantas prostitusi dan zina harus dianggap kejahatan 
  dan kemungkaran yang harus ditindak dan dihukum tegas.
   
  4. Menghancurkan praktek perjudian dengan segala bentuk.
   
  5. Memerangi minuman keras dan obat-obatan terlarang.
   
  6. Memerangi tabarruj, pamer aurat dan mengarahkan para wanita 
  untuk berperilaku sebagai muslimah shalihah.
   
  7. Meninjau kembali kurikulum pendidikan kaum wanita dan 
  melakukan pembedaan sebanyak mungkin di antara kurikulum 
  untuk siswa dan siswi.
   
  8. Melarang siswa dan siswi bercampur baur dalam satu kelas.
   
  9. Memompakan semangat para pemuda untuk menikah, membangun 
  keluarga dan mendapatkan keturunan.
   
  10. Menutup klub-klub malam, panggung tarian maksiat dan sejenisnya.
   
  11. Mengontrol kegiatan pentas dan peredaran film-film dan kaset-kaset (VCD).
   
  12. Menyeleksi nyanyian-nyanyian yang berkembang di masyarakat 
  dan menyediakan alternatif pengganti.
   
  13. Menyeleksi produk siaran radio dan teve yang dikonsumsi masyarakat.
   
  14. Menyita cerita-cerita dan buku-buku porno.
   
  15. Mengatur keberadaan vila-vila agar tidak disalahgunakan.
   
  16. Membatasi waktu buka warung-warung dan mengontrol kesibukan pengunjungnya.
   
   
  17. Menggunakan warung-warung itu sebagai tempat pengajaran baca-tulis.
   
  18. Memerangi tradisi negatif dalam perilaku ekonomi, akhlak, dan lain-lain.
   
  19. Menjadikan aktivitas menentang hukum Allah sebagai sasaran 
  amar ma’ruf nahi munkar.
   
  20. Menghimpun lembaga pendidikan resmi dan masjid-masjid 
  di kampung-kampung.
   
  21. Menetapkan kurikulum agama sebagai materi pokok di setiap sekolah 
  dan perguruan tinggi.
   
  22. Mendorong kegiatan menghafal al Quran di kantor-kantor dan sekolah 
  serta menjadi syarat kelulusan dan untuk memperoleh ijazah.
   
  23. Menetapkan strategi pengajaran yang baku dalam rangka meningkatkan 
  dan mendongkrak kualitas system pendidikan. Menyatukan kurikulum-kurikulum 
  yang memiliki tujuan beragam.
   
  24. Memberikan porsi cukup bagi mata pelajaran bahasa Arab sebagai 
  bahasa utama.
   
  25. Memberikan porsi perhatian kepada materi sejarah, sejarah nasional, 
  kebangsaan dan peradaban Islam.
   
  26. Memikirkan sarana-sarana untuk menyatukan keberagaman di masyarakat
   
  27. Menghapuskan gaya hidup kebarat-baratan.
   
  28. Memberikan pengarahan yang baik kepada para penerbit dan penulis.
   
  29. Memperhatikan urusan kesehatan masyarakat.
   
  30. Memperhatikan keadaan kampung, menyangkut hal-hal yang berkaitan 
  dengan penertiban lingkungan, kebersihan, sanitasi serta membersihkannya 
  dari nilai-nilai yang negatif.
   
  C. Ekonomi
   
  1. Mengatur 

[media-dakwah] Kemana Muslimah Melangkah? (Bagian Kedua)

2007-04-29 Terurut Topik Ica Harahap
  Kemana Muslimah Melangkah? (Bagian Kedua)   

Oleh: Tim dakwatuna.com
   
  
Masalahnya adalah untuk saat ini dan saat mendatang apa yang 
  bisa dilakukan muslimah? Bagaimana caranya untuk berjuang 
  mewujudkan gagasan mulia menegakkan syariat Allah di muka bumi. 
  Yang jelas tak mungkin berjuang seorang diri tanpa program yang matang, 
  jelas dan terarah serta tanpa adanya amal jama’i yang terorganisir.
   
  Bukankah Allah berfirman dalam QS. 61:4 bahwa Ia menyukai orang-orang 
  yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang rapi seolah-olah menyerupai 
  bangunan yang kokoh. Ali r.a. pun pernah berucap: “Kebenaran yang tidak 
  tertata, terorganisir secara rapi akan mampu dikalahkan oleh kebatilan yang 
  terorganisir dengan baik.”
   
  Shalan Qazan mengutarakan bahwa gagasan yang mulia tidak bisa secara 
  serta merta diwujudkan begitu saja, karena sehebat apa pun sebuah gagasan 
  jika tidak diwujudkan dalam sebuah pergerakan dan diperjuangkan oleh para 
  pendukungnya pasti akan segera lenyap dan dilupakan orang.
   
  Keberhasilan sebuah gagasan sangat ditentukan oleh sejauh mana aktivitas, 
  ketangguhan dan kemampuan para pendukungnya dalam merekrut massa 
  serta kemudian membentuk sebuah pergerakan yang terdiri dari sekelompok
  manusia yang dikendalikan oleh suatu kepemimpinan beserta struktur 
  organisasinya.
   
  Oleh karena itu terlihat perbedaan yang sangat mencolok antara gagasan 
  Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh, Abdurrahman Al-Kawakibi 
  dengan gagasan Hassan Al-Banna dan Sa’id Nursi. Mereka semua sama-sama 
  reformer yang memiliki gagasan pembaharuan, tetapi gagasan al Afghani, 
  M. Abduh dan al Kawakibi hanya menjadi gagasan yang tak terdokumentasikan 
  dalam sejarah. Sementara gagasan Hasan Al-Banna terus bertahan karena 
  melembaga dalam jamaah Ikhwanul Muslimin dan Sa’id Nursi dengan 
  jama’ah An-Nur.
   
  Sayyid Quthub dalam bukunya Hadzad Dien juga meyakini bahwa konsep 
  hanya dapat direalisasikan bila didukung oleh sekelompok manusia yang 
  mempercayainya secara utuh, konsisten dengannya sebatas kemampuannya dan 
  bersungguh-sungguh mewujudkannya dalam hati dan kehidupan orang lain.
   
  Hal ini yang dilalaikan wanita pada masa lalu walau pun penyebab utama 
  kemunduran wanita adalah penyimpangan persepsi tentang wanita itu sendiri. 
  Wanita dibelenggu, dilecehkan dan dizhalimi tetapi tak ada yang dapat 
  menyelamatkannya baik laki-laki maupun dirinya sendiri. Sampai akhirnya 
  Islam membebaskan perempuan tanpa peran perempuan itu sendiri. 
  Pembebasan itu terjadi karena Islam mendirikan bangunan pergerakan 
  yang kuat lagi solid di atas landasan ideologis yang sangat kuat dan wanita 
  ikut masuk ke dalam pergerakan itu sebagai mitra laki-laki.
   
  Bila pengaruh Quran dalam diri individu-individu atau skala negara 
  melemah, maka yang terjadi akan bertambahlah belenggu yang melilit wanita. 
  Hanya orang bodoh atau berpura-pura bodoh yang menganggap Islamlah yang 
  membelenggu wanita sehingga muslimah harus memberikan kontribusi berarti 
  dalam upaya memulai kembali kehidupan yang islami karena hanya dalam 
  kondisi tersebut ia akan merasakan kemerdekaan yang hakiki.
   
  Dan agar pengaruhnya terasa lebih kuat dan hasilnya pun lebih cepat, 
  efisien, tahan lama dan kokoh, hal itu hanya bisa direalisir melalui amal 
  islami haraki jama’i.
   
  Banyak dalil dalam Al-Qur’an seperti 3:104, 61:4, 16:96, 9:71 serta 
  hadits Nabi SAW. “Innama nisa’u syaqaaiqu ar rijal” (sesungguhnya 
  wanita saudara kandung laki-laki), yang menunjukkan bahwa wanita pun 
  memiliki hak dan kewajiban yang setara dalam perjuangan menegakkan 
  syari’at Allah dan membangun masyarakat Qur’ani.
   
  Islam adalah agama yang merupakan rahmatan lil ‘alamin termasuk 
  untuk wanita. Dan ketika Islam menginginkan kemerdekaan mentalitas 
  perempuan tidak lain karena hendak membangun mentalitas pendobrak 
  atau anashirut taghyir yang mampu membedakan antara yang hak dan 
  yang bathil, menentang kebatilan dan berinteraksi dengan kebenaran 
  berdasarkan tolok ukur nilai-nilai Rabbani.
   
  Islam ingin memuliakan wanita menjadi wanita aktif yang berinteraksi 
  dengan realitas baru, berpartisipasi memeliharanya dan ikut ambil bagian 
  dalam pengembangan Islam menuju universalitasnya.
   
  Ajaran Islam yang berkaitan dengan masalah kewanitaan ditujukan untuk 
  mencetak wanita haraki (aktivis) yang aktif dalam pembinaan diri, keluarga, 
  pekerjaan dan masyarakatnya. Bila ia berhasil menjadi wanita yang aktif 
  lagi positif, wanita baru akan merasa nilai dan kedudukannya yang hakiki 
  sebagai wanita.
   
  Sosok itulah yang insya Allah ada dalam diri muslimah. Mereka memiliki 
  kekhasan-kekhasan yang menjadikannya istimewa, yakni:
  1. Kepribadian yang khas lagi kuat.
 2. Keberanian dan kepercayaan diri
 3. Berpikir rasional dan sistematis, memiliki kemampuan intelektual 
  dalam mengkritik, mengevaluasi, membangun, menantang dan memilih.
 4. Kemandirian.
   
  

[media-dakwah] Menikah, Kenapa Takut?

2007-04-27 Terurut Topik Ica Harahap
  Menikah, Kenapa Takut?   
Oleh: DR. Amir Faishol Fath
   
  
Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, 
  menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka 
  berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya 
  merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga, 
  mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah 
  tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul 
  setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? 
  Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?
   
  Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang 
  tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi 
  kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. 
  Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. 
  Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa 
  kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah 
  barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan 
  bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan 
  menolak perzinaan.
   
  Saya sering ngobrol, dengan kawaan-kawan yang masih melajang, 
  padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata 
  semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat: ada yang beralasan 
  untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari 
  ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai 
  mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya 
  akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan 
  untuk membenarkan sikap.
   
  Menikah itu Fitrah
   
  Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar 
  berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, 
  dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan (Adz-Dzariyaat: 49). 
  Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan 
  fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada 
  dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. 
  Walan tajida lisunnatillah tabdilla, dan kamu sekali-kali tidak akan 
mendapati 
  perubahan pada sunnah Allah (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah 
tahwiila, 
  dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu. (Al-Isra: 77)
   
  Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada 
  posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah 
  tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja 
  secara sempurna secara universal.
   
  Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, 
  tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang 
  dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali 
  masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. 
  Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.
   
  Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan 
  menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, 
  di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini 
  adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa 
  sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan 
  dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan 
  abad yang silam.
   
  Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan 
  keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun 
  bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga 
  Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, 
  mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin 
  tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat 
  dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah 
  memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut 
  Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan 
  yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
   
  Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya 
  hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah 
  perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, 
  dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa 
  setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya.
  Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan 
  sentosa sesuai dengan fitrahnya.
   
  Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap 
fitrah. 
  Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. 
  Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, 

[media-dakwah] Kemana Muslimah Melangkah? (Bagian Pertama)

2007-04-27 Terurut Topik Ica Harahap
  Kemana Muslimah Melangkah? (Bagian Pertama)
  Oleh: Tim dakwatuna.com
   
  Indah sekali perumpamaan yang diutarakan Syaikh Yusuf Qardhawi 
  dalam bukunya Fiqhul Aulawiyaat atau skala prioritas gerakan Islam 
  jilid satu, ‘Bunga-bunga’ itu tidak tumbuh mekar selain karena 
  laki-laki ingin selalu memaksakan kemauannya, juga karena akhwat 
  muslimahnya yang tidak mau atau memiliki keberanian untuk melepaskan 
  diri dari keterikatan tersebut.
   
  Ya, seharusnya bunga-bunga itu tumbuh mekar dengan leluasa untuk 
  turut mengharumkan jalan perjuangan yang suci ini. Akhwat seyogianya 
  mulai berani memikirkan dan mengambil alih permasalahan-permasalahan 
  mereka sendiri, membuka lahan-lahan dakwah dan amal serta menangkis 
  dengan tegas suara-suara sumbang wanita-wanita feminis yang diselipkan 
  ke dalam aqidah umat, nilai-nilai dan syariat-syariat Islam.
   
  Dan suara-suara mereka cukup vokal, sekalipun hanya mewakili segelintir 
  manusia yang tidak ada bobotnya di dunia apalagi dalam agama. Namun 
  dalam kenyataannya menurut Yusuf Qardhawi pula, aktivitas dakwah Islam 
  di bidang kewanitaan saat ini masih lemah. Hal tersebut nampak dari lemahnya 
  kepemimpinan wanita untuk mampu berdiri sendiri menghadapi arus sekularisme, 
  marxisme dan feminisme secara tangguh.
   
  Kondisi tersebut boleh jadi disebabkan oleh dua kemungkinan, yang pertama 
  ialah sikap ananiyah atau egoisme laki-laki yang selalu berusaha mendominasi, 
  mengkomando, mengarahkan dan menguasai urusan akhwat. Mereka tidak 
  memberi kesempatan dan peluang kepada para akhwat untuk membina bakat, 
  keterampilan dan kemampuan untuk berjalan sendiri tanpa dominasi para rijal.
   
  Penyebab kedua datangnya justru dari diri akhwat sendiri yang tidak memiliki 
  keberanian dan kepercayaan diri yang cukup serta kurang kuatnya kerja sama 
  di kalangan mereka.
   
  Padahal menurut Yusuf Qardhawi kepeloporan dan kejeniusan bukan hanya 
  milik laki-laki saja. Bahkan dalam pengamatan beliau selaku dosen, mahasiswi-
  mahasiswi umumnya berprestasi akademik lebih baik dibanding mahasiswa-
  mahasiswanya karena lebih tekun. Sehingga selayaknya mereka bisa eksis 
  bila mampu menunjukkan kepeloporan dan kepiawaiannya dalam bidang 
  dakwah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sastra dan lain sebagainya.
   
  Satu hal yang kontras dengan semangat awal Islam yang memuliakan dan 
  memberdayakan muslimah, ditemui Yusuf Qardhawi justru di zaman 
  kiwari ini. Beliau mengkritik menyusupnya pemikiran ekstrim mengenai 
  hubungan laki-laki dan wanita serta peranan wanita di tengah masyarakat. 
  Aliran pemikiran ini mengambil pendapat yang paling keras sehingga 
  mempersempit ruang gerak wanita. Sehingga dalam pertemuan beliau 
  dengan akhwat di Manchester, Inggris dan di Aljazair, beliau mendapati 
  kondisi tersebut bahwa akhwat dibatasi dalam mengikuti forum-forum 
  diskusi yang luas dan bahkan sekadar untuk menjadi moderator di acara 
  yang khusus untuk mereka pun masih dianggap harus digantikan laki-laki.
   
  Padahal sejak permulaan lahirnya dakwah, gerakan Islam telah memberikan 
  porsi bagi peranan wanita. Dan di sebuah gerakan dakwah Islam terkemuka
   seperti Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir, ada seksi khusus wanita 
  yang disebut Al Akhwat Al Muslimat.
   
  Namun orang-orang yang berhaluan keras memakai dalil surat al Ahzab 
  ayat 33, “waqarna fibuyuutikunna…” mereka berdalih, “kenapa kalian 
  menuntut wanita agar memegang peran yang menonjol dalam gerakan 
  Islam? Ikut bergerak dan memimpin serta menampakkan keberadaannya 
  dalam gerbong amal islami, padahal mereka telah diperintahkan untuk
  tinggal di rumah-rumah mereka. ”
   
  Sebagian ahli tafsir mengatakan ayat tersebut khusus berlaku untuk 
  para istri Nabi karena kesucian dan keistimewaan mereka yang berbeda 
  dari wanita-wanita lain pada umumnya. Sementara ahli tafsir yang lain 
  mengatakan seandainya pun ayat tersebut ditujukan untuk para wanita 
  pada umumnya, maka hal tersebut lebih merupakan arahan stressing 
  keberadaan wanita yang harus lebih banyak di rumah. Namun tentu saja 
  bukan berarti tidak boleh keluar rumah untuk menuntut ilmu, bermasyarakat 
  dan mengerjakan kebajikan-kebajikan.
   
  Tetapi kenyataan di lapangan atau di dunia realitas tidaklah sesederhana itu, 
  terutama justru bagi akhwat yang sudah menikah. Mereka gamang dalam 
  melangkah. Kadang ia sampai bertanya-tanya sendiri, “istri milik siapa sih?”
 Karena selama ini ia tumbuh dalam tarbiyah dan medan harakah ia tidak bisa 
  lagi tutup mata bersikap cuek, apatis atau masa bodoh dengan persoalan-
  persoalan umat Islam baik skala nasional maupun internasional.
   
  Tantangan-tantangan eksternal umat Islam benar-benar membuatnya geram. 
  Ia sadar benar adanya makar atau konspirasi internasional yang senantiasa
  menghadang umat Islam (QS. 8:30, 2:120, 2:109, 2:217, 3:118 dan 4:76). 
  Ia pun paham, nubuat atau prediksi Rasulullah SAW bahwa akan tiba suatu 
  masa 

Re: [media-dakwah] akad dalam jual beli

2007-04-26 Terurut Topik Ica Harahap
Berikut dari eramuslim.com, semoga membantu...

Rukun Jual Beli dan yang Boleh Diperjualbelikan Dalam Syariah Sabtu, 17 Mar 07 
13:38 WIB


Assalaamu`alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
 Semoga ustad selalu dalam lindungan Allah SWT, 
 Begini ustad, saya sebagai muslim merasa sangat minim ilmu saya, terutama di 
bidang hukum dagang dan jual beli secara syariah. Secara sederhana, saya mohon 
ustadz jelaskan tentang rukun atau pokok-pokok sebuah transaksi jual beli.
 Kemudian saya juga mohon kesediaan ustadz untuk menerangkan tentangsyarat apa 
saja yang harus dipenuhi agar suatu benda itu boleh diperjual-belikan?
 Terima kasih sebelumnya ustadz, 
 Wassalam
 Wassalam
Putri
palpal at eramuslim.com 
  Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
 Sebuah transaksi jual beli membutuhkan adanya rukun sebagai penegaknya. Dan 
rukunnya ada tiga perkara, yaitu: [1] Adanya pelaku yaitu penjual dan pembeli 
yang memenuhi syarat, [2] Adanya akad/ transaksi [3] Adanya barang/ jasa yang 
diperjual-belikan.
 1. Adanya Penjual dan Pembeli 
 Penjual dan pembeli yang memenuhi syarat adalah mereka yang telah memenuhi 
ahliyah untuk boleh melakukan transaksi muamalah. Dan ahliyah itu berupa keadan 
pelaku yang harus berakal dan baligh.
 Maka jual beli tidak memenuhi rukunnya bila dilakukan oleh penjual atau 
pembeli yang gila atau tidak waras. Demikian juga bila salah satu dari mereka 
termasuk orang yang kurang akalnya (idiot).
 Demikian juga jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum baligh tidak 
sah, kecuali bila yang diperjual-belikan hanyalah benda-benda yang nilainya 
sangat kecil. Namun bila seizin atau sepengetahuan orang tuanya atau orang 
dewasa, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil hukumnya sah.
 Sebagaimana dibolehkan jual beli dengan bantuan anak kecil sebagai utusan, 
tapi bukan sebagai penentu jual beli. Misalnya, seorang ayah meminta anaknya 
untuk membelikan suatu benda di sebuah toko, jual beli itu sah karena pada 
dasarnya yang menjadi pembeli adalah ayahnya. Sedangkan posisi anak saat itu 
hanyalah utusan atau suruhan saja.
 2. Adanya Akad 
 Penjual dan pembeli melakukan akad kesepakatan untuk bertukar dalam jual beli. 
Akad itu seperti: Aku jual barang ini kepada anda dengan harga Rp 
10.000quot.lalu pembeli menjawab, Aku terima.
 Sebagian ulama mengatakan bahwa akad itu harus dengan lafadz yang diucapkan. 
Kecuali bila barang yang diperjual-belikan termasuk barang yang rendah 
nilainya. Namun ulama lain membolehkan akad jual beli dengan sistem mu'athaah, 
yaitu kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk bertransaksi tanpa 
mengucapkan lafadz.
 3. Adanya Barang/ Jasa Yang Diperjual-belikan 
 Rukun yang ketiga adalah adanya barang atau jasa yang diperjual-belikan. Para 
ulama menetapkan bahwa barang yang diperjual belikan itu harus memenuhi syarat 
tertentu agar boleh dilakukan akad. Agar jual beli menjadi sah secara syariah, 
maka barang yang diperjual-belikan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
 a. Barang Yang Diperjualbelikan Harus Suci 
 Benda-benda najis bukan hanya tidak boleh diperjual-belikan, tetapi juga tidak 
sah untuk diperjual-belikan. Seperti bangkai, darah, daging babi, khamar, 
nanah, kotoran manusia, kotoran hewan dan lainnya. Dasarnya adalah sabda 
Rasulullah SAW:
 #1608;#1614;#1593;#1614;#1606;#1618; 
#1580;#1614;#1575;#1576;#1616;#1585;#1616; #1576;#1618;#1606;#1616; 
#1593;#1614;#1576;#1618;#1583;#1616; 
#1575;#1614;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1616; 
-#1585;#1614;#1590;#1616;#1610;#1614; 
#1575;#1614;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1615; 
#1593;#1614;#1606;#1618;#1607;#1615;#1605;#1614;#1575;-; 
#1571;#1614;#1606;#1617;#1614;#1607;#1615; 
#1587;#1614;#1605;#1616;#1593;#1614; 
#1585;#1614;#1587;#1615;#1608;#1604;#1614; 
#1575;#1614;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1616; 
#1610;#1614;#1602;#1615;#1608;#1604;#1615; 
#1593;#1614;#1575;#1605;#1614; 
#1575;#1614;#1604;#1618;#1601;#1614;#1578;#1618;#1581;#1616;, 
#1608;#1614;#1607;#1615;#1608;#1614; 
#1576;#1616;#1605;#1614;#1603;#1617;#1614;#1577;#1614;: 
#1573;#1616;#1606;#1617;#1614; 
#1575;#1614;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1614;
 #1608;#1614;#1585;#1614;#1587;#1615;#1608;#1604;#1614;#1607;#1615; 
#1581;#1614;#1585;#1617;#1614;#1605;#1614; 
#1576;#1614;#1610;#1618;#1593;#1614; 
#1575;#1614;#1604;#1618;#1582;#1614;#1605;#1618;#1585;#1616;, 
#1608;#1614;#1575;#1604;#1618;#1605;#1614;#1610;#1618;#1578;#1614;#1577;#1616;,
 
#1608;#1614;#1575;#1604;#1618;#1582;#1616;#1606;#1618;#1586;#1616;#1610;#1585;#1616;,
 
#1608;#1614;#1575;#1604;#1618;#1571;#1614;#1589;#1618;#1606;#1614;#1575;#1605;#1616;
 Dari Jabir Ibnu Abdullah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda di 
Makkah pada tahun penaklukan kota itu: ”Sesungguhnya Allah melarang jual beli 
minuman keras, bangkai, babi, dan berhala”. (HR Muttafaq Alaih)
 Bank Darah Darah yang dibutuhkan oleh pasien di rumah sakit tidak boleh 
didapat dari jual-beli. Karena itu Palang Merah Indonesia (PMI) telah 
menegaskan bahwa bank darah yang mereka miliki bukan 

[media-dakwah] Keutamaan Mengkhatamkan Al-Qur�an

2007-04-25 Terurut Topik Ica Harahap
  Keutamaan Mengkhatamkan Al-Qur’an   Oleh: Tim dakwatuna.com
   
  

Dari Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan ada seseorang yang
   bertanya kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, amalan 
  apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal 
  wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, 
  wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an 
  dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari
  awal.” (HR. Tirmidzi)
   
  Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik (baca; khairul qurun) 
  adalah karena mereka memiliki ihtimam yang sangat besar terhadap 
  Al-Qur’an. Sayid Qutub dalam bukunya Ma’alim Fii Ath-Thariq 
  menyebutkan tiga faktor yang menjadi rahasia mereka mencapai generasi 
  terbaik seperti itu. 
   
  Pertama karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya 
  sumber pegangan hidup, sekaligus membuang jauh-jauh 
  berbagai sumber-sumber kehidupan lainnya. 
   
  Kedua, ketika membacanya mereka tidak memiliki tujuan-tujuan 
  untuk tsaqafah, pengetahuan, menikmati keindahan ataupun tujuan-tujuan
  lainnya. Namun tujuan mereka hanya semata-mata untuk mengimplementasikan 
  apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka. 
   
  Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan 
  dengan masa lalu ketika jahiliyah. Mereka memandang bahwa Islam 
  merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, 
  baik yang bersifat pemikiran ataupun kebudayaan.
   
  Tilawatul qur’an; itulah kunci utama kesuksesan mereka. 
  Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Usahakan agar Anda memiliki 
  wirid harian yang diambil dari kitabullah minimal satu juz per hari dan 
  berusahalah agar jangan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sebulan 
  dan jangan kurang dari tiga hari.”
   
  Keutamaan Membaca al-Qur’an
   
  Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi memaparkan hadits-hadits 
  yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an. Di antaranya:
   
  1. Akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat.
  Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 
  “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat 
  bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
   
  2. Mendapatkan predikat insan terbaik.
  Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian
  adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi)
   
  3. Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang 
  mahir mambacanya.
  Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang 
  membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan 
  bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” 
  (HR. Bukhari Muslim)
   
  4. Mendapatkan pahala dua kali lipat, bagi yang belum lancar.
  “Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata
   lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” 
  (HR. Bukhari Muslim)
   
  5. Akan diangkat derajatnya oleh Allah
  Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya 
  Allahswt. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), 
  dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” 
  (HR. Muslim)
   
  6. Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah 
  di hadapan makhluk-Nya.
  Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum 
  berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat 
  suci Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka 
  ketengangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan 
  dilingkari oleh para malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji)
   mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
   
  Keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an
   
  a. Merupakan amalan yang paling dicintai Allah 
  Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya 
  kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang 
  paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.”
   Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” 
  Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir.
  Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)
   
  b. Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti mengikuti 
  pembagian ghanimah
  Dari Abu Qilabah, Rasulullah saw. mengatakan, “Barangsiapa yang 
  menyaksikan (mengikuti) bacaan Al-Qur’an ketika dibuka (dimulai), 
  maka seakan-akan ia mengikuti kemenangan (futuh) fi sabilillah. 
  Dan barangsiapa yang mengikuti pengkhataman Al-Qur’an maka 
  seakan-akan ia mengikuti pembagian ghanimah.” (HR. Addarimi)
   
  c. Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat
  Dari Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau mengatakan, 
  “Apabila Al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam,
   maka malaikat akan bersalawat (berdoa) untuknya hingga subuh. 
  Dan apabila khatam bertepatan pada 

[media-dakwah] Keluarga Sakinah Dalam Masalah

2007-04-25 Terurut Topik Ica Harahap
  Keluarga Sakinah Dalam Masalah   Oleh: Mochamad Bugi
   
  Kita saat ini ada di tengah arus deras pergeseran nilai sosial dalam 
  masyarakat kita. Pergeseran nilai sosial tampak pada kecenderungan 
  makin permisifnya keluarga-keluarga di masyarakat kita. Keluarga 
  tidak lagi dilihat sebagai ikatan spiritual yang menjadi medium ibadah 
  kepada Sang Pencipta. Kawin-cerai hanya dilihat sebatas proses formal 
  sebagai kontrak sosial antara dua insan yang berbeda jenis. Perkawinan 
  kehilangan makna sakral dimana Allah menjadi saksi atas ijab-kabul 
  yang terjadi.
   
  Ini bertolak belakang dengan adagium yang menyatakan keluarga adalah 
  garda terdepan dalam membangun masa depan bangsa peradaban dunia. 
  Dari rahim keluarga lahir berbagai gagasan perubahan dalam menata 
   
  tatanan masyarakat yang lebih baik. Tidak ada satu bangsa pun yang maju 
  dalam kondisi sosial keluarga yang kering spiritual, atau bahkan sama sekali 
  sudah tidak lagi mengindahkan makna religiusitas dalam hidupnya. Karena itu, 
  Al-Qur’an memuat ajaran tentang keluarga begitu komprehensif, mulai dari 
  urusan komunikasi antar individu dalam keluarga hingga relasi sosial antar 
  keluarga dalam masyarakat.
   
  Banyak memang problema yang biasa dihadapi keluarga. Tidak sedikit keluarga 
  yang menyerah atas “derita” yang sebetulnya diciptakannya sendiri. Di 
antaranya 
  memilih perceraian sebagai penyelesaian. Kasus-kasus faktual tentang itu ada 
  semua di masyarakat kita. Dan, masih banyak lagi kegelisahan yang melilit 
  keluarga-keluarga di masyarakat kita. Namun, umumnya kegelisahan itu 
  diakibatkan oleh menurunnya kemampuan mereka menemukan alternatif 
  ketika menghadapi masalah yang tidak dikehendaki. Karena itu, menjadi 
  penting bagi kita untuk mencari kunci yang bisa mengokohkan bangun 
  keluarga kita dari hempasan arus zaman yang serba menggelisahkan. 
  Dan, kata kunci itu adalah sakinah.
   
  Makna Sakinah
   
  Istilah “sakinah” digunakan Al-Qur’an untuk menggambarkan kenyamanan 
  keluarga. Istilah ini memiliki akar kata yang sama dengan “sakanun” yang 
  berarti tempat tinggal. Jadi, mudah dipahami memang jika istilah itu 
digunakan 
  Al-Qur’an untuk menyebut tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga 
  dalam suasana yang nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan subur 
  untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah wa rahmah) di antara sesama 
  anggotanya.
  Di Al-Qur’an ada ayat yang memuat kata “sakinah”. Pertama, surah 
  Al-Baqarah ayat 248.
   
  #1608;#1614;#1602;#1614;#1575;#1604;#1614; 
#1604;#1614;#1607;#1615;#1605;#1618; 
#1606;#1614;#1576;#1616;#1610;#1617;#1615;#1607;#1615;#1605;#1618; 
#1573;#1616;#1606;#1617;#1614; #1570;#1614;#1610;#1614;#1577;#1614; 
#1605;#1615;#1604;#1618;#1603;#1616;#1607;#1616; 
#1571;#1614;#1606;#1618; 
#1610;#1614;#1571;#1618;#1578;#1616;#1610;#1614;#1603;#1615;#1605;#1615;
 #1575;#1604;#1578;#1617;#1614;#1575;#1576;#1615;#1608;#1578;#1615; 
#1601;#1616;#1610;#1607;#1616; 
#1587;#1614;#1603;#1616;#1610;#1606;#1614;#1577;#1612; 
#1605;#1616;#1606;#1618; 
#1585;#1614;#1576;#1617;#1616;#1603;#1615;#1605;#1618; 
#1608;#1614;#1576;#1614;#1602;#1616;#1610;#1617;#1614;#1577;#1612; 
#1605;#1616;#1605;#1617;#1614;#1575; 
#1578;#1614;#1585;#1614;#1603;#1614; #1570;#1614;#1604;#1615; 
#1605;#1615;#1608;#1587;#1614;#1609; 
#1608;#1614;#1570;#1614;#1604;#1615;
 #1607;#1614;#1575;#1585;#1615;#1608;#1606;#1614; 
#1578;#1614;#1581;#1618;#1605;#1616;#1604;#1615;#1607;#1615; 
#1575;#1604;#1618;#1605;#1614;#1604;#1614;#1575;#1574;#1616;#1603;#1614;#1577;#1615;
 #1573;#1616;#1606;#1617;#1614; #1601;#1616;#1610; 
#1584;#1614;#1604;#1616;#1603;#1614; 
#1604;#1614;#1570;#1614;#1610;#1614;#1577;#1611; 
#1604;#1614;#1603;#1615;#1605;#1618; #1573;#1616;#1606;#1618; 
#1603;#1615;#1606;#1618;#1578;#1615;#1605;#1618; 
#1605;#1615;#1572;#1618;#1605;#1616;#1606;#1616;#1610;
   
  “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia 
  akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat 
  ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
   keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat.”
   
  Tabut adalah peti tempat menyimpan Taurat yang membawa ketenangan 
  bagi mereka. ayat di atas menyebut, di dalam peti tersebut terdapat 
ketenangan 
  –yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut sakinah. Jadi, menurut ayat itu sakinah 
  adalah tempat yang tenang, nyaman, aman, kondusif bagi penyimpanan sesuatu,
  termasuk tempat tinggal yang tenang bagi manusia.
   
  Kedua, al-sakinah disebut dalam surah Al-Fath ayat 4.
   
  #1607;#1615;#1608;#1614; 
#1575;#1604;#1617;#1614;#1584;#1616;#1610; 
#1571;#1614;#1606;#1618;#1586;#1614;#1604;#1614; 
#1575;#1604;#1587;#1617;#1614;#1603;#1616;#1610;#1606;#1614;#1577;#1614;
 #1601;#1616;#1610; #1602;#1615;#1604;#1615;#1608;#1576;#1616; 
#1575;#1604;#1618;#1605;#1615;#1572;#1618;#1605;#1616;#1606;#1616;#1610;#1606;#1614;
 
#1604;#1616;#1610;#1614;#1586;#1618;#1583;#1614;#1575;#1583;#1615;#1608;#1575;
 

[media-dakwah] 4 Kunci Rumah Tangga Harmonis

2007-04-25 Terurut Topik Ica Harahap
  4 Kunci Rumah Tangga Harmonis
  Oleh: Tim dakwatuna.com
   
   
  Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter yang 
  membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah 
  yang membuat warna apa pun bisa cocok menjadi rangkaian yang 
  indah dan serasi.
   
  Warna hitam, misalnya, kalau berdiri sendiri akan menimbulkan 
  kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam 
  secara berdiri sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, 
  akan memberikan corak tersendiri yang bisa menghilangkan 
  kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam-putih jika ditata 
  secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah, dan hangat.
   
  Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga 
  merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, 
  wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satu pun manusia di dunia 
  ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. 
  Pasti ada kelebihan dan kekurangan.
   
  Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang 
  indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. 
  Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu 
  yang indah.
   
  Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. 
  Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi. 
  Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan 
  dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di antar mereka.
   
  Ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan 
  keharmonisan rumah tangga.keempatnya adalah:
   
  1. Jangan melihat ke belakang
   
  Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. 
  “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?” 
  Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.
   
  Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. 
  Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah 
  sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, 
  tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
   
  Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah 
kita. 
  Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na’udzubillah, 
  membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu 
  setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
   
  2. Berpikir objektif
   
  Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. 
  Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah 
  melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah 
  tangga tidak secara utuh.
   
  Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika 
  dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah 
  pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
   
  Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi 
  emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak 
  becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, 
  reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, 
  materialistis, dan kurang pengertian.
   
  Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati 
  dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup 
  kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus 
  melatih kemandirian anak-anak.
   
  3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
   
  Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. 
  Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. 
  Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan 
  sudut pandangnya.
   
  Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak kekurangan. 
  Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah uniknya berumah 
  tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang tidak saling 
  cinta bisa punya anak lebih dari satu.
   
  Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan 
kita. 
  Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah 
  merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi Allah. 
  Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan 
  pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. 
  Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.
   
  4. Sertakan sakralitas berumah tangga
   
  Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga 
  adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau 
  menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. 
  Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
   
  Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah
  itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik sangka 
  kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada 
  

[media-dakwah] (Sebelum) Tak Bisa Menolak

2007-04-24 Terurut Topik Ica Harahap
  (Sebelum) Tak Bisa Menolak  

24 Apr 07 08:32 WIB
  

Oleh Bayu Gawtama
   
   
  Saat terdengar adzan subuh, kita masih sering menolak panggilan itu 
  dan menjawabnya dengan tarikan selimut dan kembali terlelap. Begitu 
  pula dengan panggilan shalat dzuhur, ashar, maghrib dan isya. Beragam 
  alasan mengemuka untuk menunda atau bahkan menolak panggilan itu. 
  Mulai dari alasan sibuk, banyak pekerjaan, malas, sedang sakit, atau 
  minimal kalimat, Sebentar lagi...  meski kalimat itu sekadar alasan 
  untuk tidak memenuhi panggilan shalat.
   
  Sudah lazim di berbagai perumahan di kampung maupun perkotaan, 
  selalu saja ada kegiatan rutin di masjid berupa pengajian atau undangan 
  acara keagamaan lainnya. Kajian ibu-ibu atau bapak-bapak biasa 
  diselenggarakan satu kali dalam sepekan. Sekali tidak hadir, kedua 
  dan ketiga tidak hadir, mungkin para tetangga akan mengunjungi rumah 
  dan bertanya, kenapa tidak hadir?'
   
  Sejurus kemudian, undangan kebaikan itu pun terjawab dengan 
  beraneka alasan; sibuk, tidak sempat, lelah, kajiannya dianggap 
  tidak bermutu, waktunya yang tidak tepat, dan lain-lain.
   
  Belum lagi kadang kita merasa lebih pintar, menganggap 
  pengajian-pengajian di majelis taklim dan masjid itu tidak akan 
  menambah ilmu. Padahal pengajian tidak melulu persoalan ilmu baru. 
  Sesuatu yang pernah kita dapatkan sebelumnya, bisa teringatkan kembali 
  dalam forum-forum kajian. Kalau pun tetap merasa tidak ada yang baru, 
  minimal kita mendapatkan keberkahan dari silaturahim sesama warga 
  dan tetangga.
   
  Begitu mudah lidah ini menolak undangan dan ajakan-ajakan kebaikan, 
  meski sebenarnya kita dalam kelonggaran untuk memenuhinya. Padahal 
  semua ajakan itu sangat mungkin menambah perbekalan kita saat benar-benar 
  tidak bisa menolak panggilan dari Allah melalui pesuruh-Nya Izrail. 
  Sebelum panggilan terakhir itu tiba, cobalah untuk tidak melulu 
  menolak ajakan kebaikan. Semoga masih ada waktu...
   
  Gaw, (renungan untuk diri sendiri)
   
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/7423151350-sebelum-tak-bisa-menolak.htm
  
   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Keagungan Hamdalah

2007-04-23 Terurut Topik Ica Harahap
  Keagungan Hamdalah   
Oleh: Syarifuddin   Mustafa, MA
   
  

Hamdalah merupakan penggalan kata yang selalu kita ucapkan 
  setiap kali kita selesai melakukan sesuatu yang secara lengkap 
  kita membacanya dengan ucapan “Al-hamdulillah” (segala puji 
  hanya milik Allah) atau “Al-hamdulillah rabbil ‘alamin” (segala puji 
  hanya milik Allah Tuhan semesta alam). Kata alhamd itu sendiri terdiri 
  dari kata “al” dan “hamd”, yang seringkali diterjemahkan dengan pujian. 
  Yaitu pujian yang ditujukan kepada Allah. Sebuah ungkapan pujian yang 
  hanya diserahkan dan disampaikan kepada Allah SWT.
   
  “Alhamd” (puji) baik secara aktual maupun verbal adalah bentuk dari 
  manifestasi keparipurnaan dan suksesnya suatu tujuan, dari segala 
  yang ada. Sebab Hamdalah itu merupakan bentuk dari pujian pembuka, 
  sekaligus merupakan pujian indah bagi yang berhak mendapatkannya.
   
  Seluruh makhluk di muka bumi ini secara keseluruhan juga memuji 
  Allah SWT bertasbih dan bertahmid. Seluruh keparipumaan muncul 
  dari potensi-potensi menjadi aktual, dan semuanya senantiasa menyucikan 
  dan memuji-Nya. Sebagaimana dalam firman Allah swt:
  “Tak satu pun dari segala yang ada kecuali selalu bertasbih dan memuji-Nya”.
   
  Jagad raya senantiasa memiliki kesadaran darimana awal mulanya, 
  bagaimana penjagaan atas kelestariannya dan pengaturannya, sebagai 
  cermin konotatif dari arti hakiki Rububiyah bagi semesta alam. Yakni bagi 
  segala sesuatu yang terkandung dalam Ilmu Allah. Seperti sebuah tanda bagi
  yang ditandai. Juga mengandung makna globalitas keselamatan yang penuh 
  karena mengandung arti Ilmu dan sekaligus mengandung makna mengalahkan. 
  Yang terkandung itu juga berarti kebajikan-kebajikan yang umum maupun 
  khusus. Yaitu nikmat lahiriyah maupun nikmat batiniyah. Nikmat lahiriyah 
  seperti kesehatan dan rizki, sedangkan nikmat batiniyah seperti pengetahuan 
  dan ma’rifat.
   
  Maka pujian dengan segala substansinya itu mutlak hanya bagi Allah Ta’ ala, 
  secara azali maupun abadi menurut proporsi hak hamba melalui Dzat-Nya.
  Kata al-hamdulillah memiliki dua sisi makna. Pertama, berupa pujian kepada 
  Tuhan dalam bentuk ucapan. Kedua, pujian dalam bentuk perbuatan yang biasa 
  kita sebut dengan syukur. Kedua sisi ini tergabung dalam ucapan 
al-hamdulillah.
   
  Pujian kepada Allah dalam bentuk ucapan merupakan anjuran agama setiap kali 
  merasakan anugerah. Itu sebabnya Rasulullah saw. Selalu mengucapkan 
  al-hamdulillah pada setiap kondisi dan situasi. Ketika berpakaian, 
  sesudah makan, ketika akan tidur dan setiap bangun tidur, dan seterusnya 
  dari perbuatan Rasulullah saw yang mengajarkan kita untuk selalu 
  mengucapkan al-hamdulillah dalam setiap kondisi dan situasi.
   
  Apabila seseorang sering mengucapkan al-hamdulillah, maka dari saat 
  ke saat ia akan selalu merasa dalam curahan rahmat dan kasih sayang Allah. 
  Dia akan merasa bahwa Allah tidak membiarkannya sendiri. Jika kesadaran 
  ini telah berbekas dalam jiwanya, maka seandainya mendapatkan cobaan 
  atau merasakan kepahitan dan ujian bahkan musibah sekalipun, maka dia 
  pun akan mengucapkan al-hamdulillah atau segala puji bagi Allah, tiada 
  yang dipuja dan dipuji walau cobaan menimpa, kecuali Dia semata. 
   
  Begitu pun sekiranya ketetapan Allah yang mungkin oleh kacamata 
  manusia dinilai kurang baik maka harus disadari bahwa penilaian tersebut 
  adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. 
  Pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangan manusia sehingga 
  penilaiannya menjadi demikian. Walhasil “segala puji bagi Allah”. 
  Kata segala ini diterjemahkan dari kata al pada al-hamdu yang oleh 
  ahli bahasa dinamai al-lil istighraq (artikel yang memberi arti mencakup 
  keseluruhan).
   
  Kalimat semacam ini terlontar, karena ketika itu dia sadar bahwa seandainya 
  apa yang dirasakan itu benar-benar merupakan malapetaka, namun limpahan 
  karunia-Nya sudah demikian banyak, sehingga cobaan malapetaka itu tidak 
  lagi berarti dibandingkan dengan besar dan banyaknya karunia selama ini.
   
  Kalau kita ingin menelusuri ayat-ayat Allah, maka akan kita temukan 
  ungkapan kata al-hamdulillah di dalam banyak ayat-ayat-Nya, sementara 
  secara khusus, ada beberapa surat yang kata al-hamdu diletakkan di muka 
  ayat; lima surat dalam Al-Quran yang dimulai dengan kata al-hamdu, 
  seperti Al-Fatihah (jika kita sependapat dengan pendapat ulama yang bahwa 
  basmalah bukan bagian dari surat al-fatihah) maka akan ditemukan makna 
  Hamdalah yang begitu dalam menggambarkan akan anugerah Allah yang 
  begitu luas yang dapat dinikmati oleh makhluk, khususnya manusia. 
   
  Ungkapan ayatnya adalah Alhamdulillah lillah rabbil ‘alamin; pernyataan 
  pujian yang hanya diserahkan kepada Allah yang Maha Esa dan Kuasa, 
  karena telah begitu banyak memberikan anugerah kepada seluruh alam. 
  Adapun pada ayat-ayat lain dapat ditemukan kata-kata alhamdu yang 
  menjadi permulaan ayat pada 

Re: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta

2007-04-22 Terurut Topik Ica Harahap
namun kenyataannya..mba ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica 
dengan mereka yg katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt 
itu lah salafy:)

Makanya aku tuh nanya dulu tentang salafy lebih lanjut ke Bu Hana
sebelum melakukan penilaian, gitu loh Buu Jadi pada saat ini
sebenernya aku belum melakukan penilaian secara sepihak 
tapi aku tuh sedang mencari tau seperti apa ajaran salafy yang sebenernya...
aku kutip lagi ya salah satu statementku :
Mohon maaf, ga bermaksud menyinggung perasaan siapapun
 hanya ingin mencari tahu seperti apa ajaran Salafy
 yang sebenar-benarnya...

Alhamdulillah jawaban secara lengkap dan cukup memuaskan
aku dah dapet dari Pak Abu jum'at kemaren

Pada akhirnya aku bisa menilai bagaimana cara dakwah Salafy
sebenernya, siapa saja orang yang benar2 memahami
dan menjalankan ajaran tersebut secara baik dan siapa saja orang
yang cuma ngaku2 salafy tapi cara dakwahnya tidak
seperti cara dakwah salafy yang sesungguhnya... gitu deh kira2...

Ok, thanx buat Bu Hana dan Pak Abu yang telah menjawab
rasa penasaranku... Jazakumullah...

suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote:  
hmm..aku ngerti, bahwa pertanyaan itu bukan ditujukan padaku, tapi
 kepada orang salafy yg mba ica temui kan..? namun kenyataannya..mba
 ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica dengan mereka yg
 katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt itu lah
 salafy:)
 
 gini..jika aku memposisikan diriku sebagai seorang murid dari guru
 salaf, sesungguhnya aku sedang bicara atas nama seorang murid yg
 mempunyai guru salaf. hmm..jika mba ica boleh menilai salaf hanya
 karena diskusi dengan orang yg mengaku salaf, akupun boleh menolak
 bahwa tidak begitu dgn ajaran salaf. 
 
 hmm..guru kami dalam satu pengajian mempunyai murid lebih kurang dari
 20 orang. dari 20 orang itu, akan mempunyai pemahaman yg beraneka
 ragam, walaupun apa yg disampaikan oleh guru kita adalah sama. karena
 itu semua tergantung kemampuan individu dalam menerima pelajaran,
 maupun kemampuan tiap individu yg berbeda dalam menangkap penjelasan. 
 
 begitupun dengan orang tua kita dalam mendidik anak2nya, walaupun apa
 yg diajarkan oleh ortu kita sama namun tetap saja, antara anak yg
 satu dgn yg lainnya pasti berbeda2.
 
 untuk urusan bid'ah memang salaf sangat menjaganya agar tidak jatuh ke
 dalam bi'ah, dan sangat tegas dengan ajaran2 yg membuat sunnah2 baru,
 yaitu dgn maksud menjaga kemurnian ajaran Rasulullah. dalam menetapkan
  hukumpun yg selalu diambil adalah dari al-qur'an dan hadist2 yg
 terjamin ke shahihannya. hmm..aku sanksi di pengajian2 luar salaf,
 sang guru mau mempraktekkan gimana wudhu nya Rasulullah maupun
 sholatnya Rasulullah. karena selama banyak pengajian yg aku ikutin,
 hanya dipengajian salaf saja sang guru mau mempraktekkan wudhu dan
 sholat Rasulullah.:) rasanya pengajian2 lain sudah melupakan hal2 yg
 dianggap sepele ini, tapi tidak bagi pengajian salaf. dan yg pertama
 kali diperkenalkan oleh mereka adalah apa itu tauhid.
 
 hmm..guruku sering berkata gini andai kalian melihat salah seorang
 dari saudara kalian yg sedang menyembah2 patung, jangan dulu dikatakan
  eehh..kamu sesat tuch..?tapi katakan baik2, bahwa perbuatan yg sedang
 kamu lakukan adalah perbuatan orang yg lakukan syirik. karena bisa
 jadi orang itu belum tahu, atau tidak mengerti itu yg pernah diberi
 tahu ke kita. 
 atau aku sering diskusi sama guru salafku, dan ceritakan semua
 perkembangan JIL saat ini, beliau hanya bilang sungguh perbuatan itu
 sudah keluar dari islam lalu aku protes lagi sama guruku gini lalu
 kenapa MUI tidak mau memfatwa bahwa JIL itu kafir aja? lalu jawab
 beliau percuma difatwa kafir, kalau tidak dibarengi dengan membunuh.
 jadi nda mudah lakukan itu, karena negara kita tidak mendukung syariat
 islam
 
 segitu dulu ya..nanti sambung lagi, kalau mba ica masih penasaran.
 hmm..mungkin aku lebih cerewet dibandingkan dengan murid2 guruku yg
 lain, karena bila aku belum mendapatkan jawaban atau ada jawaban yg
 tidak masuk dikepalaku, biasanya aku terus debat sama guru ngajiku:)
 ya..berhubung..aku yg paling cerewet, mungkin aku murid yg paling
 diingat oleh beliau. dan mungkin karena aku tidak hanya banyak
 bertanya pada guru ngaji salafku aja, tapi banyak sekali orang2 yg aku
 anggap mampu menjawab semua pertanyaanku dan selalu aku ajak diskusi.
 ya..jadinya aku fleksible gini dech..*_^
 
 salam
 hana
 
 --- In media-dakwah@yahoogroups.com, Ica Harahap [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  sekarang aku mau tanya sama mba ica..apa pernah aku (yg katanya punya
   guru yg salaf) memaksa para members disini untuk ikutin pemahamanku??
  kan berkali2 aku bilang..setiap tidak ada lagi kesamaan pendapat yaitu
  lakukan apa yg menurut kalian baik, karena aku berlepas diri dari
  semua keinginan kalian atau di awal setiap aku diskusi selalu aku
  bilang kita share aja ya..andaikan mau diterima itu terserah dan
  ditolakpun terserah, karena aku lepas dari keduanya
  
  Noup

[media-dakwah] Zuhud

2007-04-22 Terurut Topik Ica Harahap
  Zuhud   Oleh: Tim dakwatuna.com
   
  
Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. 
  Terutama saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk 
  meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannnya. Apakah itu 
  kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya. Karenanya, 
  zuhud adalah karakteristik dasar yang membedakan antara seorang 
  mukmin sejati dengan mukmin awam. Jika tidak memiliki keistimewaan 
  dengan karakteristik ini, seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi 
  dari manusia kebanyakan yang terkena fitnah dunia.
   
  Apalagi seorang dai. Jika orang banyak mengatakan dia ”sama saja”, 
  tentu nilai-nilai yang didakwahinya tidak akan membekas ke dalam hati 
  orang-orang yang didakwahinya. Dakwahnya layu sebelum berkembang. 
  Karena itu, setiap mukmin, terutama para dai, harus menjadikan zuhud 
  sebagai perhiasan jati dirinya. Rasulullah saw. bersabda,”Zuhudlah 
  terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. 
  Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka manusia
   pun akan mencintaimu” (HR Ibnu Majah, tabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
   
  Makna dan Hakikat Zuhud
   
  Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Qur’an, hadits, 
  dan para ulama. Misalnya surat Al-Hadiid ayat 20-23 berikut ini.
  “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah 
  permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah 
  antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, 
  seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian 
  tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian 
  menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan 
  dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah 
  kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) 
  ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, 
  yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan 
  Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa 
  yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. 
  Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada 
  dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) 
  sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah 
  mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan 
  berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu 
  jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. 
  Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong 
  lagi membanggakan diri.”
   
  Ayat di atas tidak menyebutkan kata zuhud, tetapi mengungkapkan 
  tentang makna dan hakikat zuhud. Ayat ini menerangkan tentang 
  hakikat dunia yang sementara dan hakikat akhirat yang kekal. 
  Kemudian menganjurkan orang-orang beriman untuk berlomba
  meraih ampunan dari Allah dan surga-Nya di akhirat.
   
  Selanjutnya Allah menyebutkan tentang musibah yang menimpa 
  manusia adalah ketetapan Allah dan bagaimana orang-orang beriman 
  harus menyikapi musibah tersebut. Sikap yang benar adalah agar tidak 
  mudah berduka terhadap musibah dan apa saja yang luput dari jangkauan 
  tangan. Selain itu, orang yang beriman juga tidak terlalu gembira sehingga 
  hilang kesadaran terhadap apa yang didapatkan. Begitulah metodologi 
  Al-Qur’an ketika berbicara tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang 
  mengarahkan manusia untuk bersikap zuhud.
   
  Dari ayat itu juga, kita mendapat pelajaran bahwa akhlak zuhud 
  tidak mungkin diraih kecuali dengan mengetahui hakikat dunia
  –yang bersifat sementara, cepat berubah, rendah, hina dan bahayanya 
  ketika manusia mencintanya– dan hakikat akhirat –yang bersifat kekal, 
  baik kenikmatannya maupun penderitaannya.
   
  Demikian juga ketika Rasulullah saw., ingin membawa para sahabatnya 
  pada sikap zuhud, beliau memberikan panduan bagaimana seharusnya 
  orang-orang beriman menyikapi kehidupannya di dunia. 
  Rasulullah bersabda, ”Jadilah kamu di dunia seperti orang asing 
  atau musafir.”(HR Bukhari). 
   
  Selanjutnya Rasulullah mencontohkan langsung kepada para sahabat 
  dan umatnya bagaimana hidup di dunia. Beliau adalah orang yang 
  paling rajin bekerja dan beramal shalih, paling semangat dalam ibadah, 
  paling gigih dalam berjihad. Tetapi pada saat yang sama beliau tidak 
  mengambil hasil dari semua jerih payahnya di dunia berupa harta dan 
  kenikmatan dunia. Kehidupan Rasulullah saw. sangat sederhana dan 
  bersahaja. Beliau lebih mementingkan kebahagiaan hidup di akhirat 
  dan keridhaan Allah swt. 
   
  Ibnu Mas’ud ra. melihat Rasulullah saw. tidur di atas kain tikar yang 
  lusuh sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata, 
  ”Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau saya ambilkan 
  untukmu kasur?” Maka Rasulullah saw. menjawab, ”Untuk apa dunia itu! 
  Hubungan saya dengan dunia seperti pengendara yang mampir sejenak 
  di bawah pohon, kemudian pergi dan 

[media-dakwah] Pelajaran Berinfak

2007-04-22 Terurut Topik Ica Harahap
  Pelajaran Berinfak  21 Apr 07 08:06 WIB
  Oleh Bayu Gawtama
   
  


Semenjak kedua putri saya mengenal uang dan sedikit memahami 
  nilai serta kegunaannya, sejak saat itulah saya mulai mengajarkan 
  dua hal; menabung dan berinfak. Meski hanya beberapa jenis satuan
  mata uang saja yang dimengertinya, terutama untuk satuan di bawah 
  lima ribu rupiah, menabung dan berifak semestinya memang menjadi 
  kebiasaan untuk mereka.
   
  Dari dua kebiasaan yang sedang ditanamkan itu, hanya satu yang bisa 
  dimengerti oleh kedua putri saya, yakni soal menabung. Ya, mereka 
  mengerti betul bahwa menabung akan membuat ia memiliki uang yang 
  cukup untuk membeli sesuatu. Misalnya, ketika mereka hendak membeli 
  mainan tertentu dengan harga yang sedikit lebih mahal. Maka serta merta 
  mereka akan menanyakan berapa jumlah tabungan yang ada, atau setidaknya 
  langsung membuka penutup kaleng ‘celengan’ miliki mereka masing-masing 
  kemudian menghitungnya.
   
  Bagaimana dengan satu kebiasaan lagi? Tentang berinfak. Selama ini saya 
  akui sedikit bingung untuk memberikan penjelasan yang bisa diterima logika 
  sepasang anak di bawah usia enam tahun tentang manfaat berinfak. Baik, 
  saya sudah mengajarkan dan mencontohkan langsung bagaimana berinfak, 
  kepada siapa dan untuk apa berinfak. Tetapi pertanyaan-pertanyaan polos 
  mereka membuat saya berkeyakinan bahwa mereka belum benar-benar 
  mengerti tentang infak. Misalnya, pernah suatu kali saya mengajarkan 
  langsung agar mereka memberikan sejumlah uang untuk anak yatim. 
  Kemudian mereka berujar, “Memang Ayahnya nggak kerja? Kok kita 
  yang ngasih uang?”
   
  Atau ketika seseorang yang kami persilahkan untuk makan di rumah kami, 
  tiba-tiba saja putri kedua saya berseloroh polos, “Memang ibunya di rumah 
  nggak masak ya?” Tentu saja kami harus meminta maaf teramat sangat 
  kepadanya, khawatir perasaannya terluka oleh kalimat si kecil itu.
   
  Anak-anak tidak cukup memahami kalimat, “Allah senang kalau kita bisa 
  membantu orang lain” atau terlebih kalimat, “Berinfak itu, untungnya buat 
kita. 
  Kita akan mendapatkan keuntungan berlipat ganda dengan berinfak”. Meski 
  kalimat-kalimat tersebut sudah saya ubah menjadi kalimat yang lebih pas dan 
  lebih bisa dipahami untuk usia mereka, tetap saja kesimpulan mereka 
  tidak berubah. Bahwa menabung lebih baik daripada berinfak. Dalam 
  batas pikiran mereka, menabung sama dengan menyimpan dan 
  mengumpulkan uang. Uangnya terlihat, tidak berkurang dan terus 
  bertambah sehingga suatu saat bisa digunakan untuk membeli sesuatu 
  yang diinginkan.
   
  Tetapi berinfak, mereka lebih melihatnya sebagai ‘membuang’ uang, 
  atau memberikan uang secara cuma-cuma kepada fakir miskin, pengemis, 
  anak yatim atau kaum dhuafa (lemah) lainnya yang sangat membutuhkan. 
  Anak-anak pun tidak mampu menangkap manfaat langsung dari berinfak. 
  Misalnya ketika pada satu kesempatan mereka meminta sejumlah uang 
  untuk jajan, kemudian saya bilang uangnya sudah habis, lantas mereka 
  berkata, “Tadi uangnya dikasih tukang minta-minta sih…” Nah, dalam 
  perspektif mereka, berinfak itu merugikan.
   
  Setelah sekian lama, akhirnya saya mulai bisa menemukan sedikit cara 
  memberikan pemahaman tentang berinfak kepada kedua putri saya. 
  Suatu hari saya membelikan mereka mainan saat pulang dari kantor. 
  Mereka sangat bahagia mendapatkan mainan itu, namun cukup kritis 
  untuk bertanya, “Katanya Abi nggak punya uang? Kok bisa beliin mainan?”
   
  Di sinilah kesempatan pelajaran berinfak itu datang. Lalu saya mengajaknya 
  berdialog, “masih ingat nggak waktu teteh sama dede ngasih uang ke tukang 
  minta-minta kemarin?” mereka pun mengangguk. “Nah, karena teteh dan dede 
  sudah baik sama tukang minta-minta itu, Allah sayang sama kita. Uang yang 
  Abi pakai untuk membeli mainan ini, hadiah dari Allah karena memberi 
  uang untuk tukang minta-minta”.
   
  Begitu seterusnya, setiap kali saya membelikan apapun untuk anak-anak. 
  Selalu menjelaskan, bahwa ini hadiah dari Allah karena sudah berinfak. 
  Hingga suatu hari, saya merasa mereka sudah mulai memahami ketika 
  mendengar anak saya berkata, “pasti hadiah dari Allah” saat saya 
  membawakan lagi sesuatu untuknya. Kemudian mereka pun mengingat-ingat, 
  beberapa hari lalu baru saja memberi uang kepada petugas pengumpul 
  infak masjid di jalan raya.
   
  ***
   
  Berinfak sesungguhnya pun menabung. Menabung, hanya sejumlah yang 
  ditabunglah yang didapat. Tetapi berinfak, yang didapat kembali jauh 
  lebih banyak dari yang kita berikan. Berinfak, tidak (hanya) berbunga, 
  bahkan berbuah. Buahnya sangat manis untuk dinikmati, dan takkan 
  pernah habis karena akan terus bertambah dan bertambah. (Gaw)
   
   
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/7420140341-pelajaran-berinfak.htm
  
   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been 

Re: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta

2007-04-20 Terurut Topik Ica Harahap
Afwan, nimbrung mo nanya juga
Kalangan Salafy itu diajarkan menerima serta menghargai
adanya perbedaan pemahaman ga (tentunya konteksnya masih
berdasarkan Qur'an dan Hadist) ? Ataukah diharuskan
untuk memaksa orang lain untuk menerima pemahamannya
(dalam hal ini pemahaman Salafy), jika orang lain tidak
menerima pemahamannya tersebut lalu bisa dikatakan
orang yang berdosa dan masuk neraka ?

Pengen tau lebih lanjut aja sih, berhubung Bu Hana gurunya
dari kalangan Salafy... 

suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote:  
wa'alaykum salam wr.wb
 
 waktu itu akupun pernah menanyakan hal ini, lalu jawab guru ngajiku yg
 kebetulan katanya salafy, beliau mengatakan begini : apabila ada yg
 menanyakan pada kalian siapa amir kalian, maka katakanlah amir kami
 adalah Rasulullah, abu bakar, umar, ustman, ali, imam hambali, imam
 maliki, imam syafei, imam maliki, imam hanafi, imam bukhari, imam
 muslim, abu dawud, tirmidji, dstnya..dstnya..
 
 salam
 hana
 
 --- In media-dakwah@yahoogroups.com, bambang guridno
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Assalamu'alaikum wr.wb
  
  Afwan akh, ane mau tanya, siapa amir dari salafy ?
  
  
  Wassalam
  
  bambang
  
  
  - Original Message - 
  From: Abu Fahmi Abdullah
  [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Cc: media-dakwah@yahoogroups.com
  Sent: Thursday, April 19, 2007 4:13 PM
  Subject: RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan
  Dusta
  
  
   Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
   
   Tafadhol, ya akhil karim, Salafy sebenarnya
  adalah penisbahan diri 
   kepada pemahaman Generasi terbaik yaitu generasi
  Sahabat, tabi'in, tabiut 
   tabi'in, yaitu cara metodologi memahami Dien dengan
  Manhaj, aqidah, akhlaq 
   dan dakwahnya para as salafus shalih ( 3 generasi
  terbaik ). Jadi bukan 
   semacam organisasi atau Instansi yang mempunyai
  anggaran dasar rumah tangga 
   , dan mempunyai cabang organisasi dimanapun yang
  mengikat anggotanya untuk 
   berbaiat kepada pemimpinya dan tunduk kepada
  organisasinya.
   
   Siapapun kaum muslimin diseluruh bumi ini yang
  memahami Dien Islam yang 
   berlandaskan Kitabullah dan Sunnah Shallallahu
  alaihi wa sallam yang shahih 
   yang dipahami sebagaimana pemahaman as salafus
  shalih baik itu Aqidah, 
   manhaj, dakwah, akhlaq, ( yaitu generasi sahabat,
  tabi'in, tabiut tabi'in  
   maka mereka disebut Salafy  , biarpun dia tidak
  memakai nama salafy. Itu 
   bisa termasuk antum ( Insya Allah ), ana dan siapa
  saja.
   
   Jadi ana simpulkan bahwa Ust. Jakfar Umar Tholib
  bukanlah pemimpin Salafy di 
   Indonesia, beliau adalah pemimpin eks. Laskar Jihad
  yang sudah dibubarkan.
   
   Pemimpin Salafy adalah Rasulullah Shallallahu alaihi
  wa sallam.
   Allahu ta'ala a'lam bish showab.
   
   Barokallahu Fiykum,
   Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   
   
   
   
   
  From: Radhix [EMAIL PROTECTED]
  To: 'Abu Fahmi Abdullah'
  [EMAIL PROTECTED]
  CC: media-dakwah@yahoogroups.com
  Subject: RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis
  Tuduhan Dusta
  Date: Thu, 19 Apr 2007 14:48:25 +0800
  
  Assw
  Maaf, mau tanya apakah Ust. Jafar Umar Tholib itu
  masih menjadi pimpinan
  Kelompok Salafi di Indonesia?
  Terima Kasih.
  Wasww
  (radhix)
  
  
  
  __
  Do You Yahoo!?
  Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
  http://mail.yahoo.com
 
 
 
 
   

   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Setitik Debu

2007-04-20 Terurut Topik Ica Harahap
  Setitik Debu  20 Apr 07 09:34 WIB
  Oleh Astarina Laya
   
   
  Seminggu yang lalu, benar-benar berbeda. Runtutan kejadian 
  hari demi hari saat itu, membuat mata hati saya terbuka lebar. 
  Dengannya saya bisa memaknai anugerah yang Tuhan berikan 
  pada kehidupan saya. Kamis kemarin, saya kehilangan makhluk 
  mungil penghuni rahim saya. Makhluk mungil itu tidak bisa 
  berkembang dengan sempurna, dan akhirnya seleksi alam itu terjadi. 
  Dia harus dikeluarkan dari tubuh saya.
   
  Bertahun-tahun saya nantikan kehadirannya. Berbagai macam usaha 
  dilakukan, beruntai doa dipanjatkan, untuk menghadirkan makhluk 
  mungil itu. Kondisi saya memang berbeda dengan perempuan-perempuan 
  yang bisa dengan mudah mendapatkan makhluk mungil itu dalam 
  rahimnya. Yang bahkan, tidak sedikit pula yang berusaha menghalangi 
  kehadiran sang makhluk mungil tersebut tanpa alasan yang jelas.
   
  Ah, makhluk mungilku... Dia hadir tiba-tiba, dan gugur dengan tiba-tiba.
  Tentu saja, saya tidak mau tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut. 
  Kehilangan yang saya alami tidak ada bandingannya dengan lautan nikmat 
  yang tak terhitung, yang masih saya miliki dengan kondisi yang sempurna.
   
  Saya teringat dengan teman-teman sekamar di rumah sakit. Di antara 
  mereka ada yang menderita kanker dan harus tinggal di rumah sakit 
  untuk menjalani terapi pengobatan. Yang lainnya menderita satu penyakit, 
  yang membuat badannya harus ditempeli selang, dan selang itu berpusat 
  di satu alat yang akan memonitor kondisi tubuhnya terus menerus sepanjang 
  waktu. Satu orang lagi menderita gangguan di pencernaan, sehingga 
  tidak sembarang makanan bisa masuk ke dalam tubuhnya.
   
  Mereka semua, suka tidak suka, harus tinggal di rumah sakit dalam 
  waktu yang mereka sendiri pun tidak tahu. Beberapa di antara mereka 
  berusaha tegar dan optimis, namun tidak sedikit pula yang yang menderita 
  tekanan batin, karena tidak bisa menjalani kehidupan normal seperti semula.
   
  Dan saya? Ah, saya masih mempunyai mata yang bisa saya pakai untuk 
  melihat wajah orang-orang terkasih. Saya masih punya telinga yang bisa 
  digunakan untuk mendengar suara-suara di sekitar saya. Saya masih punya
  mulut yang mampu merasai beraneka macam makanan dan minuman. 
  Saya masih mempunyai tubuh dengan organ-organ yang lengkap dan 
  berfungsi dengan begitu sempurna.
   
  Saya masih mempunyai keluarga yang utuh dan saudara-saudara 
  di sekeliling saya yang selalu mendampingi dan mensupport saya 
  lahir dan batin.
   
  Dan saya masih mempunyai Tuhan Yang Maha Pemurah dan 
  Maha Pengasih yang menaburkan berbagai kenikmatan kepada 
  saya tanpa henti. Ya, saya masih diberi kesempatan menikmati dan 
  menjalani kehidupan dengan sempurna.
   
  Kehilangan yang saya rasakan, sungguh tidak berarti. Ia hanya seperti 
  setitik debu yang hilang terbang dibawa angin, di antara lautan padang 
  pasir yang tak terhitung jumlahnya.
   
  Terima kasih Tuhan, dengan kejadian kehilangan ini, sungguh 
  benar-benar membuka mata saya akan karunia-Mu yang tak terhingga. 
  Semoga saya mampu menjadi manusia yang senantiasa bersyukur, 
  tanpa harus menunggu peristiwa kehilangan.
   
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/7327075246-setitik-debu.htm
  
   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Susahnya Konsisten

2007-04-20 Terurut Topik Ica Harahap
  Susahnya Konsisten  19 Apr 07 09:32 WIB
  Oleh Unisa
   
   
  Saya begitu terpesonanya ketika sosok di depanku memaparkan 
  tentang beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan 
  imam al-Ghozali. Apa yang paling dekat, paling jauh, paling berat, 
  paling ringan, paling besar dan paling tajam dalam hidup ini. Sejujurnya 
  kisah seperti itu sudah sering kudengar, baik lisan maupun tulisan. 
  Namun entah kenapa ketika beliau menyampaikan kembali rasanya 
  begitu tajam menghunjam ke sanubari. Yang paling dekat dengan kita 
  adalah kematian, yang paling jauh dengan kita adalah masa lalu, yang 
  paling besar adalah nafsu, yang paling tajam adalah lidah, yang paling 
  berat adalah amanah dan yang paling ringan adalah meninggalkan sholat.
   
  Saya begitu terpesonanya ketika sosok di depanku memaparkan tentang 
  beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan imam al-Ghozali. 
  Apalagi suaranya begitu berapi-api, melengking naik turun, kadang mendayu, 
  menusuk langsung ke kalbu, menghanyutkan, apalagi ketika kemudian 
  ayat-ayat Nya dibacakan. Tanpa terasa urat malu serasa dibelah-belah 
  sempurna. Sepertinya ke-enam hal tersebut mulai menjadi hal yang jarang 
  direnungkan. “Gue banget gitu loh”. Tes, tes, tes, air mata menetes 
malu-malu. 
  Dan seperti biasa setiap dinasehati, hati bernyanyi, berjanji akan menjadi 
  lebih baik.
   
  Saya begitu terpesonanya ketika sosok di depanku memaparkan tentang 
  beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan imam al-Ghozali. 
  Tanpa terasa 20 menit mengalir begitu saja. Mulut terkunci rapat, hati sunyi, 
  qalbu tertunduk malu. Tersindir sejadi-jadinya. Apalagi ketika paparan tentang
  melalaikan sholat sebagai hal yang ternyata paling ringan, paling gampang, 
  paling mudah dilakukan. Saya tersindir hebat, berapa kali saya benar-benar 
  berdiri ketika adzan menggema? Apalagi mempersiapkan wudhu, hati, dzikir 
  dan jiwa beberapa saat menjelang azan sehingga saat menghadap padaNya 
  dalam keadaan indah luar biasa. Dan untuk kali ini pula, kami sholat 
benar-benar 
  tepat pada waktunya. Pembicaraan benar-benar disudahi begitu adzan memanggil. 
  Tidak seperti minggu-minggu biasanya, dikorupsi dulu beberapa menit, bahkan 
  sampai 1 jam.
   
  Saya begitu terpesonanya setelah sosok di depanku selesai memaparkan 
  tentang beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan imam 
  al-Ghozali. Pikiran dan hati inipun masih dalam keadaan merenung 
  sempurna saat sosok itu mengajak ke Islamic Book Fair yang lagi 
  digelar di Istora Senayan. Kami banyak berdiskusi kembali tentang 
  hal di atas.
   
  Beberapa jam telah dihabiskan untuk sekedar ’tawaf’ melihat-lihat 
  berpuluh-puluh stand yang tak hanya menjual buku tapi juga pernak 
  pernik muslimah. Dan tanpa terasa magrib pun menjelang. Sosok yang 
  tadi saya ceritakan masih asyik berpindah-pindah dari satu stand jilbab 
  ke stand lainnya. Terus terang saya mulai jengah, karena lebih menyukai 
  stand buku-buku, lagipula adzan maghrib telah memanggil. Sebagai 
  seorang junior, saya mencoba mencolek perlahan dan memberi tanda 
  bahwa magrib telah menjelang. Sebentar lagi saudariku, kata sosok tersebut. 
  Lima menit, 6 menit akhirnya 10 menit menjelang. Wajah ini mulai meradang 
  saat menuju kamar mandi, mengingat betapa antrian wudhu di tempat seperti 
  ini luar biasa. Wudhu rasanya tidaklah sempurna. Alhamdulillah sholat maghrib 
  bisa ditunaikan dengan sempurna tepat 10 menit menjelang Isya. Saya tercenung 
  cukup lama. Betapa konsisten itu susah. Betapa istiqomah itu berat.
   
  Belum habis dzon yang meraja di hati ini, tiba-tiba sosok tersebut 
  berseru kaget. Ternyata teman seorganisasi juga berada di musholla 
  tersebut. ”Alhamdulillah, ketemu mbak Fulanah di sini” ujarnya senang, 
  ”Saya jadi ada teman untuk berangkat bareng ke syuro malam ini”. 
  Saya ikut tersenyum senang. Tapi kemudian situasinya menjadi berbeda 
  saat temannya tersebut mengatakan bahwa dia juga baru saja datang 
  jadi belum sempat lihat-lihat. Muslimah tersebut menawarkan supaya 
  kami duluan saja. Saya setuju karena kaki ini sudah begitu lelah. Dua jam 
  sebelum datang ke book fair saya sudah menemani muslimah lain berkeliling
   JCC mencari kebutuhan elektronik, karena dianggap 'mengerti'
   
  Namun jawaban teman saya ternyata cukup mengejutkan. Beliau ternyata 
  masih ingin ’tawaf’ karena masih ’penasaran’ dengan beberapa hal yang 
  belum dilihat. Malam sudah cukup larut, menjelang Isya dan terus terang 
  saya tidak berani pulang sendirian menuju jalan raya dari Istora Senayan. 
  Akhirnya saya memilih menunggu mereka di tangga di depan salah satu 
  stand. Menit-menit berlalu cepat dan dzon-dzon yang membuat hati ini tidak 
  nyaman masih bercokol dengan gagahnya. Betapa susahnya konsisten, 
  bahkan terhadap nasehat yang baru kita ucapkan. Perasaan ini begitu 
  menggerogoti kelemahan hati saya sebagai insan. Kecewa, marah, introspeksi, 
  jangan-jangan saya 

Re: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta

2007-04-20 Terurut Topik Ica Harahap
,
 sejatinya adalah merusak ajaran Rasulullah yg sebenarnya, dan bid'ah2
 yg berkembang saat ini, akan mampu mendatangkan murka Allah. sept
 komentar Umar ibn khattab dahulu, pada saat terjadi gempat di zaman
 pemerintahannya
 
 siapa yg sudah berani berbuat maksiat disini!! sesungguhnya gempa ini
 terjadi karena ada diantara kalian yg sudah melakukan maksiat pada
 Allah, andai terjadi lagi hal spt ini, maka aku minta kalian keluar
 dari kepermintahanku ini
 
 ya..gitu dech..
 
 sekarang aku mau tanya sama mba ica..apa pernah aku (yg katanya punya
 guru yg salaf) memaksa para members disini untuk ikutin pemahamanku??
 kan berkali2 aku bilang..setiap tidak ada lagi kesamaan pendapat yaitu
 lakukan apa yg menurut kalian baik, karena aku berlepas diri dari
 semua keinginan kalian atau di awal setiap aku diskusi selalu aku
 bilang kita share aja ya..andaikan mau diterima itu terserah dan
 ditolakpun terserah, karena aku lepas dari keduanya
 
 oke dech..mohon maaf bila ada yg merasa jadi terpengaruh oleh
 argumen2ku dan maaf kalau aku komentar2ku tidak sebaik dan sesopan
 orang2 salaf dan guru ngajiku -:)
 
 salam
 hana
 
 -- In media-dakwah@yahoogroups.com, Ica Harahap [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Afwan, nimbrung mo nanya juga
  Kalangan Salafy itu diajarkan menerima serta menghargai
  adanya perbedaan pemahaman ga (tentunya konteksnya masih
  berdasarkan Qur'an dan Hadist) ? 
 
 Ataukah diharuskan 
  untuk memaksa orang lain untuk menerima pemahamannya
  (dalam hal ini pemahaman Salafy), jika orang lain tidak
  menerima pemahamannya tersebut lalu bisa dikatakan
  orang yang berdosa dan masuk neraka ?
  
  Pengen tau lebih lanjut aja sih, berhubung Bu Hana gurunya
  dari kalangan Salafy... 
  
  suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote: 
 wa'alaykum salam wr.wb
   
   waktu itu akupun pernah menanyakan hal ini, lalu jawab guru ngajiku yg
   kebetulan katanya salafy, beliau mengatakan begini : apabila ada yg
   menanyakan pada kalian siapa amir kalian, maka katakanlah amir kami
   adalah Rasulullah, abu bakar, umar, ustman, ali, imam hambali, imam
   maliki, imam syafei, imam maliki, imam hanafi, imam bukhari, imam
   muslim, abu dawud, tirmidji, dstnya..dstnya..
   
   salam
   hana
   
   --- In media-dakwah@yahoogroups.com, bambang guridno
   bambang_guridno@ wrote:
   
Assalamu'alaikum wr.wb

Afwan akh, ane mau tanya, siapa amir dari salafy ?


Wassalam

bambang


- Original Message - 
From: Abu Fahmi Abdullah
abufahmi_tholib07@
To: radhix@
Cc: media-dakwah@yahoogroups.com
Sent: Thursday, April 19, 2007 4:13 PM
Subject: RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan
Dusta


 Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
 
 Tafadhol, ya akhil karim, Salafy sebenarnya
adalah penisbahan diri 
 kepada pemahaman Generasi terbaik yaitu generasi
Sahabat, tabi'in, tabiut 
 tabi'in, yaitu cara metodologi memahami Dien dengan
Manhaj, aqidah, akhlaq 
 dan dakwahnya para as salafus shalih ( 3 generasi
terbaik ). Jadi bukan 
 semacam organisasi atau Instansi yang mempunyai
anggaran dasar rumah tangga 
 , dan mempunyai cabang organisasi dimanapun yang
mengikat anggotanya untuk 
 berbaiat kepada pemimpinya dan tunduk kepada
organisasinya.
 
 Siapapun kaum muslimin diseluruh bumi ini yang
memahami Dien Islam yang 
 berlandaskan Kitabullah dan Sunnah Shallallahu
alaihi wa sallam yang shahih 
 yang dipahami sebagaimana pemahaman as salafus
shalih baik itu Aqidah, 
 manhaj, dakwah, akhlaq, ( yaitu generasi sahabat,
tabi'in, tabiut tabi'in  
 maka mereka disebut Salafy  , biarpun dia tidak
memakai nama salafy. Itu 
 bisa termasuk antum ( Insya Allah ), ana dan siapa
saja.
 
 Jadi ana simpulkan bahwa Ust. Jakfar Umar Tholib
bukanlah pemimpin Salafy di 
 Indonesia, beliau adalah pemimpin eks. Laskar Jihad
yang sudah dibubarkan.
 
 Pemimpin Salafy adalah Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam.
 Allahu ta'ala a'lam bish showab.
 
 Barokallahu Fiykum,
 Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
 
 
 
 
 
From: Radhix radhix@
To: 'Abu Fahmi Abdullah'
abufahmi_tholib07@
CC: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis
Tuduhan Dusta
Date: Thu, 19 Apr 2007 14:48:25 +0800

Assw
Maaf, mau tanya apakah Ust. Jafar Umar Tholib itu
masih menjadi pimpinan
Kelompok Salafi di Indonesia?
Terima Kasih.
Wasww
(radhix)



__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com
   
   
   
   
 
  
 
  -
  Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
   Check outnew

[media-dakwah] Ruhiyah, Bekal Berdakwah

2007-04-19 Terurut Topik Ica Harahap
  Ruhiyah, Bekal Berdakwah   Oleh: DR. Attabiq   Luthfi, MA



Ruhiyah adalah bekal yang terbaik bagi setiap muslim, terutama bagi 
  seorang da’i. Ruhiyah inilah yang akan memotivasi, menggerakkan 
  dan kemudian menilai setiap perbuatan yang dilakukannya.. 
  Keberadaan ruhiyah yang baik dan stabil menentukan kualitas 
  sukses hidup seseorang, demikian juga dengan dakwah. Sangat tepat 
  ungkapan yang menyatakan, “Ar-Ruhiyah qablad dakwah kama 
  Annal Ilma qablal qauli wal amal”. Ungkapan ini merupakan “iqtibas” 
  dari salah satu judul bab dalam kitab shahih Al-Bukhari, “Berilmu 
  sebelum berbicara dan beramal, demikian juga memiliki ruhiyah yang 
  baik sebelum berdakwah dan berjuang”.
   
  Dalam konteks dakwah, menjaga dan mempertahankan ruhiyah 
  harus senantiasa dilakukan sebelum beranjak ke medan dakwah, 
  sehingga sangat ironis jika seseorang berdakwah tanpa mempersiapkan 
  bekal ruhiyah yang maksimal, bisa jadi dakwahnya akan ”hambar” 
  seperti juga ruhiyahnya yang sedang ”kering”. Allah swt berfirman, 
  “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kalian bersama-sama, sujudlah 
  dan sembahlah Tuhanmu, kemudian lakukanlah amal kebaikan, dan 
  berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad”. (Al-Hajj: 77-78)
   
  Menurut susunannya, ayat di atas memuat perintah Allah kepada orang-orang 
  yang beriman berdasarkan skala prioritas; diawali dengan perintah menjaga 
  dan memperbaiki kualitas ruhiyah yang tercermin dalam tiga perintah Allah: 
  ruku’, sujud dan ibadah, kemudian diiringi dengan implementasi dari ruhiyah 
  tersebut dalam bentuk amal dan jihad yang benar. Yang diharapkan dari 
  menjalankan perintah ayat ini sesuai dengan urutannya adalah agar kalian 
  meraih kemenangan dan keberuntungan dalam seluruh aspek kehidupan, 
  terlebih urusan yang kental dengan ruhiyah yaitu dakwah. Tentunya susunan 
  ayat Al-Qur’an yang demikian bijak dan tepat bukan semata-mata hanya 
  memenuhi aspek keindahan bahasa atau ketepatan makna, 
  namun lebih dari itu, terdapat hikmah yang layak untuk digali karena 
  susunan ayat atau surah dalam Al-Qur’an memang bersifat “tauqifiy” 
  (berdasarkan wahyu, bukan ijtihad).
   
  Peri pentingnya ruhiyah dalam dakwah dapat dipahami juga dari sejarah 
  turunnya surah Al-Muzzammil. Surah ini secara hukum dapat dibagikan 
  menjadi dua kelompok; kelompok yang pertama dari awal surah hingga 
  ayat 19 yang berisi instruksi kewajiban shalat malam dan kelompok
   kedua yang berisi rukhshah dalam hukum qiyamul lail menjadi sunnah 
  mu’akkadah, yaitu pada ayat yang terakhir, ayat 20. Bisa dibayangkan 
  satu tahun lamanya generasi terbaik dari umat ini melaksanakan 
  kewajiban qiyamul lail layaknya sholat lima waktu semata-mata 
  untuk mengisi dan memperkuat ruhiyah mereka sebelun segala 
  sesuatunya. Baru di tahun berikutnya turun rukhshah dalam 
  menjalankan sholat malam yang merupakan inti dari aktivitas 
  memperkuat ruhiyah. Hal ini dilakukan, karena mereka memang 
  dipersiapkan untuk mengemban amanah dakwah yang cukup 
  berat dan berkesinambungan.
   
  Pada tataran aplikasinya, stabilitas ruhiyah harus diuji dengan 
  dua ujian sekaligus, yaitu ujian nikmat dan ujian cobaan atau 
  musibah. Karena bisa jadi seseorang mampu mempertahankan 
  ruhiyahnya dalam keadaan susah dan banyak mengalami ujian 
  dan cobaan, namun saat dalam keadaan lapang dan senang, 
  bisa saja ia lengah dan lupa dengan tugas utamanya. Inilah yang 
  dikhawatirkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, “Bukanlah 
  kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi 
  aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan 
  luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk 
  meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum 
  kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga 
  binasa karenanya”. (Bukhari dan Muslim). 
   
  Maka seorang mukmin yang kualitas ruhiyahnya baik adalah 
  yang mampu mempertahankannya dalam dua keadaan sekaligus. 
  Demikianlah yang pernah Rasulullah isyaratkan dalam sabdanya, 
  “Sungguh mempesona keadaan orang beriman itu; jika ia mendapat 
  anugerah nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Namun jika ia 
  ditimpa musibah ia bersabar dan itu juga baik baginya. Sikap 
  sedemikian ini tidak akan muncul kecuali dari seorang mukmin”. 
  (Al-Bukhari)
   
  Dalam konteks ini, contoh yang sempurna adalah Muhammad saw. 
  Beliau mampu memelihara stabilitas ruhiyahnya dalam keadaan apapun; 
  dalam keadaan suka dan duka, senang dan sukar, ringan dan berat. 
  Justru, semakin besar nikmat yang diterima seseorang, mestinya 
  semakin bertambah volume syukurnya. Semakin besar rasa syukurnya, 
  maka akan semakin tinggi voltase dakwahnya. Begitu seterusnya sehingga 
  wajar jika Rasulullah tampil sebagai abdan syakuran. Karena memang 
  demikian jaminan Allah swt, “Barangsiapa yang bersyukur, maka pada 
  hakikatnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya” (Luqman: 12). 
  Orang yang 

Re: [media-dakwah] Menghindari debat kusir dan fanatisme

2007-04-17 Terurut Topik Ica Harahap
Subhanallah. Allahu Akbar

Tulisan yang bagus sekali, menentramkan hati
mari selalu merapatkan barisan untuk menghadapi 
musuh Islam yang sebenarnya...

Daromi Joyonegoro [EMAIL PROTECTED] wrote:   
   Kecintaan kita pada masalah agama jika tanpa dilandasi dengan pemahaman yang 
benar, kadang menimbulkan debat kusir bahkan fanatisme ( Ashobiyah ). Tanpa 
disadari sangat mungkin tujuan jadi menyimpang dari mencari kebenaran menjadi 
mencari kemenangan dan berbanga diri jika pendapatnya ternyata dapat 
mengalahkan lawan debatnya. Masalah masalah fikih dan furu’ sering menyebabkan 
debat berkepanjangan bagi sebagian orang sehingga melemahkan hati dan 
memperluas perpecahan. Dalam beberapa kali tulisan di beberapa milis termasuk 
di kariramanah  sepertinya hal hal demikian pernah terjadi sehinga beberapa 
kalimat keras yang keluar dari konteks diskusi muncul.

   Hasan Al Banna dalam risalah taklim menyebutkan “ perbedaan paham dalam 
masalah furu’ hendaklah tidak menjadi factor pemecah belah agama, dan tidak 
menyebabkan permusuhan dan kebencian. Setiap mujtahid akan mendapatkan pahala 
masing masing. Tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang objectiv dalam 
persoalan khilafiyah ( masalah fikih yang masing dipersilisihkan ulama ), dalam 
suasana saling mencintai  karena Allah dan tolong menolong untuk mencapai 
kebenaran yang sebenarnya. Studi tersebut tidak boleh menyeret pada debat yang 
tercela dan fanatik buta.”

   Senada dengan pendapat diatas, Syaikhul islam ibnu Taimiyah berkata :” 
Adapun perbedaan pendapat dalam masalah hukum ( fikih ) maka kebanyakan dapat 
terkendali. Sebab andai setiap dua orang muslim yang berbeda pendapat saling 
menjauhi, maka tidak ada penjagaan dan persaudaraan diantara kaum muslimin.” ( 
Al Fatawa : 24/173 ).

   Demikianlah pendapat para ulama, dan prinsip ahlus sunnah memang mengajarkan 
bahwa betapa pentingnya persatuan umat “ Dan berpegang teguhlah kamu semuanya 
pada tali ( agama ) Allah dan janganlah kamu bercerai berai.” ( Qs Ali Imron , 
3 : 103 ).

   Kadang terjadi  sekelompok orang merasa paling shahih pemahamannya sehingga 
melecehkan golongan yang lainya, karena diangap penafsiran selain penafsirannya 
tidak tepat. Kadang juga masalah ijtihad seorang ulama menjadi jalan perpecahan 
dengan debat yang berkepanjangan, padahal orang yang berijtihad ( dengan 
memenuhi syarat untuk ber ijtihad ), dia akan mendapat pahala, baik salah 
maupun benar, karena itu mengapa dalam harus bersitegang dan bermusuhan ?

   Contoh yang dilakukan oleh para sahabat, digambarkan oleh Syaikhul islam 
Ibnu Taimiyah sbb : “ Sesungguhnya para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in 
dan orang setelah mereka, bila berbeda pendapat dalam suatu urusan, maka mereka 
mengikuti perintah ALLAH “ Kemudian jika kamu bearlainan pendapat tentang 
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah ( Al Qur’an ) dan Rosul ( Sunnahnya 
), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian 
itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik makibatnya ( QS An Nisa’ , 4:59 ). 
Mereka melakukan debat dalam bentuk dialog, musyawarah dan saling memberi 
nasehat secara tulus dalam berbagai masalah. Terkadang mereka berbeda pendapat 
dalam suatu masalah, baik terkait teori maupun praktek, namun mereka tetap 
bersatu, saling menjaga dan memelihara persaudaraan islam.” ( Al Fatawa : 
24/172 ).

   Para sahabatpun pernah berbeda pendapat dalam teori maupun praktek, dan 
mereka tetap saling menjaga ukhuwah.Dalam strategi perangpun kita lihat para 
sahabat pernah  berbeda pendapat. Atau lebih jauh kita bisa lihat dialog 
sahabat yang berbeda pendapat dalam beberap hal, namun mereka sangat kuat 
persatuannya. Demikian juga  imam mahzab, sering berbeda pendapat namun ukhuwh 
selalu terjaga. Bukankah mereka adalah contoh contoh yang sangat baik ?

   Lebih jauh rosulullah mengingatkan kita “ Tidaklah suatu kaum tersesat 
setelah mendapatkan petunjuk, kecuali karena mereka suka berdebat. “ ( HR At 
Tirmidzi : 5/353 No 3253 ).

   Perdebatan dalam masalah furu’ dan fanatisme dapat menyebabkan hati kita 
menjadi keras, berkobarnya kemarahan, tertutupnya kebenaran dan memperturutkan 
hawa nafsu, oleh karena itu lebih baik ditinggalkan untuk menjaga ukhuwah 
islamiyah sebab ini lebih utama dan lebih besar. Masak, musuh didepan mata dan 
bersatu sementara kita malah sibuk berdebat dan tercerai berai. Marilah kita 
kembalikan izzah kita dengan bersatu dan kembali ke Al Qur’an dan sunnah dengan 
pemahaman yang benar dan menyeluruh. 

   Mohon maaf,semoga bermanfaat.

   Wass WR Wb


 
 -
 Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
  Check outnew cars at Yahoo! Autos.
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.


[media-dakwah] Dengki, Penghancur Kebaikan

2007-04-17 Terurut Topik Ica Harahap
  Dengki Penghancur Kebaikan 
   
  Oleh: Tim dakwatuna.com
   
   
  Rasulullah saw. bersabda, “Hindarilah dengki karena dengki itu 
  memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan 
  (menghancurkan) kayu bakar.” (Abu Daud).
   
  Dengki (hasad), kata Imam Al-Ghazali, adalah membenci kenikmatan 
  yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut 
  kehilangan kenikmatan itu. Dengki dapat merayapi hati orang yang 
  merasa kalah wibawa, kalah popularitas, kalah pengaruh, atau kalah pengikut. 
  Yang didengki tentulah pihak yang dianggapnya lebih dalam hal wibawa, 
  polularitas, pengaruh, dan jumlah pengikut. Tidak mungkin seseorang 
  merasa iri kepada orang yang dianggapnya lebih “kecil” atau lebih lemah. 
  Sebuah pepatah Arab mengatakan, “Kullu dzi ni’matin mahsuudun.”
  (Setiap yang mendapat kenikmatan pasti didengki).
   
  Hadits itu menegaskan kepada kita bahwa dengki itu merugikan. 
  Yang dirugikan bukanlah orang yang didengki, melainkan si pendengki 
  itu sendiri. Di antara makna memakan kebaikan, seperti yang disebutkan 
  dalam hadits di atas, dijelaskan dalam kitab ‘Aunul Ma’bud, “Memusnahkan 
  dan menghilangkan (nilai) ketaatan pendengki sebagaimana api membakar 
  kayu bakar. Sebab kedengkian akan mengantarkan pengidapnya menggunjing 
  orang yang didengki dan perbuatan buruk lainnya. Maka berpindahlah kebaikan 
  si pendengki itu pada kehormatan orang yang didengki. Maka bertambahlah 
  pada orang yang didengki kenikmatan demi kenikmatan sedangkan 
  si pendengki bertambah kerugian demi kerugian. Sebagaimana yang Allah 
  firmankan, “Ia merugi dunia dan akhirat.” (‘Aunul Ma’bud juz 13:168)
   
  Hilangnya pahala itu hanyalah salah satu bentuk kerugian pendengki. 
  Masih banyak kebaikan-kebaikan atau peluang-peluang kebaikan yang 
  akan hilang dari pendengki, antara lain:
   
  Pertama, mengalami kekalahan dalam perjuangan. 
  Orang yang dengki perilakunya sering tidak terkendali. Dia bisa terjebak 
  dalam tindakan merusak nama baik, mendiskreditkan, dan menghinakan 
  orang yang didengkinya. Dengan cara itu ia membayangkan akan merusak 
  citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya. Dan sebaliknya, 
  mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Namun kehendak 
  Allah tidaklah demikian. Rasulullah saw. bersabda:
   
  Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa 
  Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada seorang pun yang menghinakan 
  seorang muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya 
  dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang 
  (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-Nya. 
  Dan tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang 
  padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan 
  Allah akan membela orang (yang membela) itu di tempat yang ia 
  menginginkan pembelaan-Nya.” (Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thabrani)
   
  Kedua, meruntuhkan kredibilitas. 
  Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan kedengkian dengan 
  melakukan propaganda busuk, hasutan, dan demarketing kepada pihak lain, 
  jangan berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang 
  terpengaruh hanyalah orang-orang yang tidak membuka mata terhadap 
  realitas, tidak dapat berpikir objektif, atau memang sudah “satu frekuensi” 
  dengan si pendengki. Akan tetapi banyak pula yang mencoba melakukan 
  tabayyun, cari informasi pembanding, dan berusaha berpikir objektif. 
  Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu, bagi orang 
  yang berpikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki. 
  Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak senang dengan fitnah,
   isu murahan, atau intrik-intrik pecundang. Di mata mereka orang-orang 
  yang bermental kerdil itu tidaklah simpatik dan tidak mengundang 
  keberpihakan.
   
  Orang yang banyak melakukan provokasi dan hanya bisa menjelek-jelekkan
  pihak lain juga akan terlihat di mata orang banyak sebagai orang yang 
  tidak punya program dalam hidupnya. Dia tampil sebagai orang yang tidak 
  dapat menampilkan sesuatu yang positif untuk “dijual”. Maka jalan pintasnya 
  adalah mengorek-ngorek apa yang ia anggap sebagai kesalahan. Bahkan 
  sesuatu yang baik di mata pendengki bisa disulap menjadi keburukan. 
  Nah, mana ada orang yang sehat akalnya suka cara-cara seperti itu?
   
  Ketiga, mencukur gundul agama. Rasulullah saw. bersabda, “Menjalar 
  kepada kalian penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. 
  Itulah penyakit yang akan mencukur gundul. Aku tidak mengatakan bahwa 
  penyakit itu mencukur rambut, melainkan mencukur agama.” (At-Tirmidzi)
   
  Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Akan tetapi Islam yang dibawa 
  oleh orang yang di dadanya memendam kedengkian tidak akan dapat 
  dirasakan rahmatnya oleh orang lain. Bahkan pendengki itu tidak mampu 
  untuk sekadar menyungging senyum, mengucapkan kata ‘selamat’, atau 
  melambaikan tangan bagi saudaranya 

[media-dakwah] Air Mata

2007-04-16 Terurut Topik Ica Harahap
  Air Mata 
 
 Oleh : Umi Nurtri Ratih 
   
  
''Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis
  dan mereka bertambah khusyuk.'' (QS Al-Israa [17]: 109).
   
  Seringkali, ketika sesuatu terjadi di luar rencana, harapan dan keinginan 
  lewat tak tertangkap barulah manusia mengingat Dia. Sadar dirinya 
  tak mampu berbuat apa-apa, jika Allah sudah berkehendak. Saat itu 
  biasanya manusia menangis atau berkeinginan untuk menangis. Namun, 
  tak lama bila ada harapan dan keinginan yang terwujud, maka tertawalah ia 
  dan lupa lagi kepada Sang Pemberi Harapan.
   
  Amat biasa, manusia menangis, melelehkan air matanya, ketika merasa 
  hancur, tujuannya gagal, harapannya kabur, dan cita-citanya berantakan. 
  Atau, apabila yang telah diupayakannya mengalami kebuntuan. Menangis 
  adalah cara Allah menunjukkan kekuasaan dan kemahabesaran-Nya. 
  Air mata itu mungkin saja diciptakan untuk menyadarkan manusia 
  agar senantiasa mengingat-Nya. Titik-titik air bening dari kelopak mata 
  itu bisa jadi adalah teguran Allah terhadap riak kenistaan yang kerap 
  mewarnai kehidupan ini.
   
  Seperti Allah menurunkan hujan dari gumpalan awan untuk membasahi 
  bumi dari kekeringan hingga tumbuh sayur segar dan buah yang ranum. 
  Seperti itulah barangkali tangis manusia akan membasahi kekeringan hati 
  dan melelehkan kerak kegersangan agar menghadirkan kembali wajah Dia 
  yang mengiringi setiap langkah selanjutnya.
   
  Semestinya, tangisan meluluhkan bongkah-bongkah keangkuhan dalam dada, 
  hingga timbul kesadaran hanya Dia yang berhak berlaku sombong. 
  Air mata itu akan melelehkan pandangan mata dari meremehkan orang lain 
  dan semakin menjernihkan kacamata untuk lebih bisa melihat kemahabesaran 
  dan kekuasaan Allah. Titik-titik bening itu akan membersihkan debu-debu 
  pengingkaran yang menyesaki kelopak mata yang menjadikan sering kali 
  lupa bersyukur atas nikmat pemberian-Nya.
   
  Semestinya pula, melelehkan air mata membuat hati tetap basah oleh 
  ke-tawadlu-an, qona'ah, dan juga cinta terhadap sesama. Air mata menjadi 
  penyadar bahwa apa pun yang kita upayakan semua tergantung pada-Nya. 
  Tak ada yang patut disombongkan pada diri di hadapan sesama apalagi 
  di hadapan Dia. Air mata akan mengantarkan kita pada kekhusyukan.
   
  Bersyukurlah bila masih bisa meneteskan air mata. Namun, air mata 
  menjadi tak ada artinya jika setelah tetes terakhir, tak ada perubahan 
  apa pun dalam langkah kita. Tak akan ada hikmahnya, bila kesombongan 
  masih menjadi baju utama kita. 
   
  Wallahu a'lam bish-shawab. 
   
  http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14
  
   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Mengenang Imam Syahid Hasan Al-Banna

2007-04-13 Terurut Topik Ica Harahap
  Mengenang 100 tahun Imam Syahid Hasan Al-Banna 
   
  Al-Ikhwan.net | 7 December 2006 | 15 Dzulqaidah 1427 H | Hits: 1,719
   
  Al-Ikhwan.net
   
  
Mengenang seratus tahun Imam Syahid Hasan Al-Banna; 
  kembali kita mengingat masa hidup beliau, disaat begitu banyak 
  peristiwa yang menerpa dunia Islam setelah perang dunia I, dan 
  disaat dunia Islam mengalami kemunduran akibat jatuhnya khilafah 
  Islamiyah, sehingga mesti ada seseorang yang lahir ke dunia 
  mengembalikan Islam kembali hidup dan mulia.
   
  Saat begitu kuatnya persekongkolan yang dilakukan oleh kekuatan 
  jahat pemerintahan Arab dan dunia barat, hadir seorang pemuda 
  berumur 21 tahun yang telah banyak meneguk air sungai nil untuk 
  menghilangkan dahaga dan menjadikan ajaran Islam sebagai syariat 
  dan minhajul hayah (jalan hidup), Al-Quran sebagai hidayah. 
   
  Beliau selalu menyeru “Wahai kaum kami, sesungguhnya saya menyeru 
  kepada kalian, bahwa Al-Quran ada ditangan kanan saya dan sunnah 
  di tangan kiri saya dan amal para salafussholih dari umat ini sebagai 
  tauladan. Kami menyeru kepada kalian untuk kembali kepada Islam; 
  ajaran dan hidayah Islam… Islam adalah sistem kehidupan yang 
  komprehensif, mencakup segala aspek kehidupan, dia merupakan 
  negara dan bangsa, atau pemerintahan dan umat, dia merupakan akhlak 
  dan kekuatan atau rahmat dan keadilan, dia merupakan tsaqofah dan 
  qonun atau ilmu dan hukum, dia merupakan materi dan harta atau usaha 
  dan kekayaan, dan dia merupakan jihad dan da’wah atau prajurit dan 
  ideologi, sebagaimana dia merupakan akidah yang bersih dan ibadah 
  yang benar satu sama lainnya”.
   
  Jadi melalui cahaya yang bersinar di ufuk mengajak untuk 
  mengembalikan kehidupan pada ajaran Islam yang agung, 
  melalui tangan yang telah digerakkan oleh pertolongan ilahi 
  sehingga mampu mengemban beban da’wah ini dan mengembalikan 
  cahayanya kembali bersinar, memancarkan cahaya kesegala penjuru 
  dunia. Demikianlah Imam Syahid Hasan Al-Banna, lahir kedunia 
  pada saat dan waktu yang tepat, guna membangun kembali Islam 
  yang telah luntur dan membina jamaah yang beriman dan mampu 
  mengemban da’wah yang telah diamanahkan di pundak yang 
  menisbatkan diri kepada da’wah.
   
  Imam Al-Banna rahimahullah adalah figur yang telah digerakkan 
  oleh takdir ilahi, dibentuk oleh tarbiyah Rabbaniyah, muncul pada 
  waktu dan tempat yang tepat, maka sangatlah cocok ungkapan ustadz 
  Umar At-Tilmitsani dengan “Anugerah yang sangat berharga”. Beliau 
  tidak pernah ragu untuk mengenalkan dirinya: “Saya adalah seorang 
  pelancong yang sedang mencari kebenaran, manusia yang mencari 
  petunjuk ditengah kerumunan manusia, rakyat yang mengidamkan 
  kemuliaan negaranya, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang 
  sejahtera dibawah naungan Islam yang suci, saya seorang hamba yang 
  mengenal tujuan hidup, lalu beliau membaca firman Allah: “Sesungguhnya 
  shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah Tuhan 
  semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan dengan demikian Aku 
  diperintahkan dan Aku termasuk orang yang pertama muslim”. 
  (Al-An’am : 162-163). Inilah saya, lalu sipakah anda?
   
  Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna, saat beliau masih belia, 
  sosok yang memiliki kecerdasan pada akal dan fikirannya, begitu 
  besar semangat dan ghirahnya terhadap agama. Saat beliau berumur 
  10 tahun tidak didapati dalam dirinya kecuali kegigihan beliau dalam 
  merubah segala kemungkaran yang dilihatnya, seperti yang pernah 
  dilakukan terhadap seorang penari telanjang yang menari di atas perahu 
  di sepanjang sungai nil di daerah Al-Mahmudiyah.
   
  Begitupun kita mengenang beliau; Saat menjadi pelajar dalam 
  berbagai jenjangnya, beliau begitu semangat dalam mengikuti dan 
  membentuk Jam’iyyah (lembaga) da’wah seperti (Jam’iyah akhlak 
  Al-adabiyah - lembaga akhlak dan etika, Jam’iyah man’u al-muharramat – 
  lembaga pencegah perbuatan haram, Jam’iyah Al-ikhwan al-hashofiyah -  
  Lembaga al-Ikhwan al-hashofiyah), kita belajar dari beliau akan ghirah 
  Islam yang begitu menggelora, semangat dalam menyampaikan da’wah 
  dan himmah (Antusias) dalam mengajak manusia pada kebajikan dan 
  mencegah kemungkaran.
   
  Kita mengenang beliau; Sosok yang hidup dengan jujur karena Allah, 
  menunaikan janjinya bersama Allah saat mendaftarkan dirinya sebagai 
  tentara Allah, seperti dalam ungkapannya yang masyhur, sebagai bagian 
  dari impiannya: “Saya harus menjadi seorang yang mursyid (memberikan 
  arahan) dan muallim (memberikan pelajaran), sehingga sepanjang hari 
  saya bisa mengajarkan anak-anak, sementara di malam harinya saya bisa 
  mengajarkan orang tua tentang tujuan agama mereka, sumber kebahagiaan 
  dan perjalanan hidup mereka. Kadang disampaikan melalui khutbah dan 
  kadang dengan melakukan dialog, mengarang buku, menulis, dan juga 
  dengan melakukan jaulah (perjalanan)”.
   
  Kita belajar darinya akan tingginya semangat dan tujuan hidup serta 
  

[media-dakwah] Engkau Memang Jodohku

2007-04-12 Terurut Topik Ica Harahap
  Engkau memang jodohku
   
  “Yang bener ukhti, jangan bercanda, masa menikah mendadak 
  begini? Katanya sudah beli tiket mau pulang ke jawa.” Tanya 
  Wati keheranan ketika Aisyah mengundangnya untuk hadir pada 
  acara syukuran pernikahan di salah satu mall di Batam. “Ia Wat, 
  aku memang sudah beli tiket mau `pulkam’, tetapi takdir menentukan 
  lain, insyaallah syukuran pernikahanku besok jam sembilan pagi 
  di restoran BFC DC Mall. Insyaallah ada hijabnya kok, hadir ya?” 
  jawab Aisyah penuh bahagia. 
   
  Aisyah mengundang teman-temannya satu hari sebelum hari 
  pernikahannya. Hal ini membuat teman-temannya kaget. Apalagi 
  sebelumnya mereka sudah tahu Aisyah sudah beli tiket mau balik 
  ke Jawa seminggu lagi, bahkan hampir semua barang-barang termasuk 
  pakaian, oleh-oleh, dan sebagainya sudah disiapkan. Demikianlah, 
  kalau Allah berkehendak terhadap sesuatu, pasti akan terjadi!
   
  Nazhar
   
  Tiga bulan sebelumnya, Aisyah dinazhar Ali dengan perantaraan 
  seorang akhwat adik Ali. Beberapa menit setelah menazhar, ikhwan 
  ini langsung menyatakan setuju dengan Aisyah dan merencanakan 
  menikah dalam 4 bulan lagi. Aisyah cukup kaget dengan keputusan 
  yang terlalu cepat ini. Bagaimana tidak, taaruf (pendekatan) saja 
  belum berjalan sehingga mereka belum kenal satu sama lain. 
   
  Orang tua Aisyah juga belum tahu sama sekali terhadap rencana ini. 
  Lagi pula menikah tidak bisa dianggap main-main. Harus diputuskan 
  secara matang terhadap segala aspek menyangkut kepribadian, watak, 
  karakter, latar belakang pendidikan, kebiasaan, dan yang paling utama 
  masalah agama. Empat bulan adalah waktu yang cukup singkat. 
  Waktu tersebut tidak mereka sia-siakan untuk saling mengenal, 
  baik lewat sms dan dari orang terdekat masing-masing.
   
  Orang tua Ali sangat setuju dengan keputusan anaknya setelah mengetahui 
  segala hal tentang calon menantunya. Tapi bagaimana dengan orang tua 
  Aisyah? Ternyata tanggapan mereka di luar dugaan. Mereka sangat
  tidak setuju terhadap rencana pernikahan anaknya, terutama pihak ibu.
   
  Alasannya, tidak setuju anaknya menikah dengan orang Padang 
  (kebetulan Ali aslinya dari Padang) karena menurut tetangganya,
  orang Padang punya kebiasaan kalau sudah menikah di rantau, 
  nanti bila pulang kampung, si ikhwan akan dinikahkan lagi oleh 
  orang tuanya. Aisyah pun berusaha menjelaskan pada ibunya agar 
  jangan percaya dengan omongan seperti itu karena belum tentu benar. 
  Usaha Aisyah akhirnya mendapat respon positif setelah berkali-kali 
  membujuk orang tuanya agar diijinkan menikah dengan ikhwan 
  Padang tersebut.
   
  “Alhamdulillah, ortu Aisyah gak keberatan saya nikah dengan Ali, 
  tapi acaranya harus di Jawa dan pakai adat Jawa,” ujar Aisyah 
  menyampaikan keinginan orang tuanya ke Ali. “Tapi Aisyah gak 
  mau pakai adat Jawa, Aisyah sudah berusaha membujuk ibu biar 
  mengijinkan nikah sesuai sunnah,” ujar Aisyah sedih.
   
  “Jangankan pakai acara sesuai sunnah, sedangkan kalau Aisyah 
  pakai jilbab lebar dan hijab (cadar) gak boleh sama ibu,” ujar Aisyah 
  panjang lebar perihal ibunya ke Ali lewat SMS.
  
 Menurut Aisyah, kalau dengan adat Jawa, selain tidak sesuai dengan 
  sunnah juga banyak menghabiskan biaya, bisa jutaan…”Dapat uang 
  dari mana sebanyak itu?” lanjut Aisyah kebingungan. “Lagian Aisyah 
  gak mau pakai adat Jawa, Aisyah lebih memilih acara nikah sesuai sunnah, 
  yakni harus ada pemisah (hijab) antara tamu ikhwan dan akhwat.” Ungkap
  Aisyah dengan tegas melawan adat Jawa yang selama ini berlaku di daerahnya.
   
  Mendapat masalah seperti itu Aisyah mulai patah semangat. Sedangkan 
  Ali yang berharap bisa menikah di Batam dengan acara sederhana, Cuma 
  bisa diam dan mencoba mencari solusi, bagaimana jalan terbaik supaya 
  pernikahan ini tetap berlangsung.
  
 Tak terasa sudah hampir 3 bulan berlalu, namun mereka belum menemukan 
  solusi. Ali juga mulai pesimis dengan proses taarufnya dengan Aisyah. 
  Sedangkan Aisyah masih bingung lanjut apa tidak?
   
  Bangkit Lagi
   
  “Akhi, ibu setuju kalau nikah sesuai sunnah, tapi harus di Jawa. 
  Katanya Aisyah kan anak perempuan, anak pertama lagi, masa nikah 
  di rantau, apa kata orang nanti,” kata Aisyah menirukan ucapan ibunya. 
  “Alhamdulillah syukurlah ada kemajuan…” jawab Ali seakan-akan 
  bangkit lagi setelah sebelumnya menemui jalan buntu sambil memikirkan 
  apa langkah selanjutnya. “Kalau begitu kasih saya waktu buat ngumpulin 
  uang buat nikah di Jawa,” jawab Ali.
   
  Menjelang pernikahannya, Aisyah yang bekerja di salah satu perusahaan 
  elektronik di Batam, mempersiapkan segala sesuatu, termasuk mengurus 
  sisa kontraknya yang berakhir 2 minggu lagi. Aisyah bertekad setelah 
  menikah nanti dia tidak akan bekerja lagi. “Saya usahakan nikahnya bisa 
  sesuai rencana sebulan lagi…, tapi kalau dananya belum cukup gimana?” 
  tanya Ali. “Tapi Aisyah minta kepastian, kira-kira tanggal berapa biar 
  tenang dan bisa kasih tau ibu di 

[media-dakwah] Persembunyian Terbaik; Terang dan Terbuka

2007-04-11 Terurut Topik Ica Harahap
  Persembunyian Terbaik; Terang dan Terbuka
  11 Apr 07 07:12 WIB
   
  Oleh Bayu Gawtama
   
  
Suatu hari, ada seorang murid yang bertanya kepada gurunya. 
  “Guru, tunjukkan saya satu tempat sebagai tempat sembunyi 
  paling aman…”
   
  Dengan tenang, sang guru menjawab, “bersembunyilah 
  di tempat yang terang dan terbuka, ”
   
  Mendengar jawaban itu, si murid terheran dan bertanya kembali, 
  “Guru, saya ini sudah lelah terus menerus sembunyi namun tetap 
  saja diketahui orang. Setiap kali saya merasa sudah menemukan 
  tempat terbaik untuk bersembunyi, selalu saja mudah bagi orang lain 
  menemukan saya. Kenapa justru guru menganjurkan saya bersembunyi 
  di tempat terang dan terbuka? Ya sudah pasti akan lebih mudah 
  orang melihat saya…”
   
  Untuk jawaban kedua, Sang guru hanya mengeluarkan kalimat 
  yang hampir sama, “Cobalah, bersembunyilah di tempat yang 
  saya sarankan…”
   
  Merasa tidak puas. Akhirnya si murid pergi meninggalkan gurunya. 
  Namun sepanjang perjalanan ia terus merenungi kalimat gurunya, 
  yang menganjurkannya bersembunyi di tempat terang dan terbuka. 
  Tentu ada maksud tertentu dari sang guru dari anjuran tersebut.
   
  Suatu hari, ia kembali merasa dikejar perasaan bersalah atas perbuatannya 
  tempo dulu. Ia merasa setiap mata terus menerus mencari jejaknya dan 
  akan mengadilinya. Maka ia pun kembali berlari dan mencari tempat 
  sembunyi. Di saat itulah, ia teringat pesan gurunya, “bersembunyilah 
  di tempat yang terang dan terbuka”
   
  Maka, melengganglah ia dengan tenang di depan khalayak ramai, di pasar, 
  di taman bermain, dan tempat-tempat keramaian lain yang menjadi pusat 
  aktivitas orang banyak. Aneh memang, pada mulanya ia merasa malu pada 
  setiap pasang mata yang menatapnya tajam, pada setiap mulut yang pedas 
  mencibirnya, atau bahkan makian yang membuat hatinya tercabik-cabik. 
  Tetapi beberapa saat setelah itu, hatinya sangat tenang, wajahnya kembali 
  berseri dan ia tak perlu menundukkan kepala setiap melintasi tempat 
  keramaian.
   
  Selama ini, ia selalu merasa cemas dan ketakutan karena merasa 
  semua orang di muka bumi mencarinya. Selama ini, setiap kali 
  menemukan tempat persembunyian yang dianggap paling aman, 
  justru ia merasa tidak aman. Rasa cemas dan takut terus menerus 
  menghantui dirinya selama di tempat persembunyian, dan karena 
  itulah setiap orang teramat mudah menemukan tempat 
  persembunyiannya.
   
  Setelah mengikuti anjuran sang guru untuk bersembunyi di tempat 
  terang dan terbuka, justru ia merasa aman dan nyaman, meski harus 
  didahului dengan perasaan malu dan sakit. Tetapi ia tidak lagi merasa 
  dihantui terus menerus, tidak lagi cemas, dan hatinya sangat tenang.
   
  Maka, ia pun merasa harus mengunjungi gurunya. 
 “Saya baru mengerti maksud guru tentang tempat terbaik 
  untuk bersembunyi itu. Ternyata yang guru maksud tempat 
  terang dan terbuka itu tidak lain tidak bukan adalah; jujur”
   
  ***
   
  Setiap manusia pasti dan pernah melakukan kesalahan. Bersembunyi, 
  atau menyembunyikan kesalahan terus menerus hanya akan membuat 
  hati cemas, gelisah dan takut. Selalu khawatir jika suatu waktu dan 
  pada akhirnya orang lain mengetahui perbuatan salah kita itu. Kejujuran 
  kadang harus dibayar dengan perih dan malu, tetapi sesungguhnya itu 
  akan membawa ketenangan batin selamanya. Jujur dan terbuka, 
  di situlah mata air ketenangan jiwa (Gaw)
   
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/461b476f.htm
  
   
-
We won't tell. Get more on shows you hate to love
(and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Merekonstruksi Bangunan Umat Islam

2007-04-09 Terurut Topik Ica Harahap
  Merekonstruksi Bangunan Umat Islam   Oleh: Tim dakwatuna.com
   
  “Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, 
  satu sama lain saling menguatkan.” (Al-Bukhari dan Muslim). 
   
  “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, 
  mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu
   anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya
  dengan berjaga dan merasakan demam.” (Muslim)
   
  Dua hadits di atas melukiskan gambaran ideal umat Islam. 
  Dari situ kita dapat menangkap setidaknya empat ciri umat Islam:
   
  Pertama, umat Islam mewujud bagaikan bangunan kokoh atau tubuh 
  manusia sempurna. Segala kekuatan yang ada padanya semakin 
  menambah kokohnya bangunan atau tubuh itu. Layaknya bangunan, 
  tentu terdiri dari berbagai unsur dan komponen. Bentuk, fungsi, posisi, 
  dan peran setiap komponen berbeda-beda.
   
  Kedua, satu sama lain saling memelihara, saling menjaga, 
  saling menguatkan, dan saling mendukung, sehingga tercipta 
  ikatan sosial yang solid.
   
  Ketiga, semua bagian bangunan itu secara bersama-sama memelihara 
  segala aset kebaikan yang dimilikinya dan meninggalkan atau membuang 
  hal-hal yang merugikan. Aset-aset yang dimaksud baik aset fisik-material 
  seperti kekayaan alam maupun nonfisik seperti tradisi gotong royong dan 
  budaya malu.
   
  Keempat, setiap bagian dari umat itu berada pada posisi masing-masing 
  secara tepat dan di antara mereka ada yang selalu bekerja untuk mencari 
  solusi bagi problem-problem yang dihadapi masyarakat.
   
  Tentu saja itu merupakan kondisi umat Islam yang kita dambakan. 
  Akan tetapi, kondisi itu tidak muncul dengan sendirinya. Masyarakat 
  ideal dengan soliditas tinggi yang ada di zaman Rasulullah saw. 
  adalah hasil tempaan beliau.
   
  Dengan umat yang bercorak seperti itu kita dapat melakukan banyak hal 
  dan mencapai banyak kesuksesan. Konspirasi yang selalu digalang oleh 
  orang-orang kafir juga tidak akan menemukan efektivitasnya manakala 
  umat Islam dalam kondisi solid bagaikan satu tubuh. 
   
  “Dan taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah 
  kalian bercerai-berai sebab kalian akan gagal dan hilang 
  kekuatan kalian.” (Al-Anfal: 46)
   
  Oleh karena itu, salah satu tugas besar para dai dewasa ini adalah 
  merekonstruksi bangunan umat Islam itu. Untuk tujuan itu, 
  langkah-langkah berikut tidak dapat dibaikan:
   
  Pertama, menegaskan kepada khalayak bahwa Islam bukan 
  agama individual. Ajaran Islam menghendaki setiap orang menjadi 
  orang yang beriman, bertakwa, dan shalih. Namun itu saja tidak cukup. 
  Harus ada keshalihan kolektif. Salah satu indikator adanya keshalihan 
  kolektif adalah adanya perhatian dan kepedulian terhadap nasib 
  sesama muslim. 
   
  Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa tidak peduli terhadap
  urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka.” 
   
  Kebersamaan dalam iman dan ketakwaan ini juga berperan besar dalam 
  menumbuhkan ketahanan dan kesabaran, sesuatu yang amat dibutuhkan 
  dalam kancah pertarungan. 
   
  Allah swt. berfirman, “Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang
   yang menyeru Tuhan mereka di pagi dan petang hari dengan
   mengharapkan ridha-Nya.” (Al-Kahfi: 28). 
   
  Kedua, karenanya setiap muslim harus terus dimotivasi untuk menshalihkan 
  diri sendiri dan berusaha menshalihkan orang lain. Dia harus terbiasa 
  melakukan amrun bil-ma’ruf wa nahyun ‘anil-munkar (memerintah kepada 
  yang bajik dan mencegah dari yang buruk). Dan sikap itu merupakan 
  karakter dasar mukmin sejati. 
   
  Allah swt. menggambarkan hal itu, “Dan orang-orang beriman, 
  lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong
   bagi sebagian lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang baik dan 
  mencegah dari yang buruk, mendirikan shalat, menunaikan zakat, 
  dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi 
  rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha 
  Bijaksana.” (At-Taubah: 71)
   
  Tanggung jawab paling minimal seorang mukmin dalam amar ma’ruf 
  dan nahi munkar adalah terhadap keluarga. Oleh karena itu, seorang 
  mukmin harus merencanakan sejak pernikahan. Dari mulai memilih 
  calon pendamping hidup. 
   
  Tentang kewajiban ini Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang 
  beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang 
  bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan; penjaganya 
  malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai 
  Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan 
  mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
   
  Ketiga, mengarahkan loyalitas dan pembelaan hanya kepada Allah, 
  Rasulullah saw., dan kepada sesama mukmin, bukan kepada figur.
  Lebih-lebih bila figur itu adalah sosok yang menawarkan penyimpangan 
  dari akidah Islam. Adalah bencana besar bila dakwah melahirkan 
  loyalitas (wala’) kepada figur tertentu, diri sang dai misalnya. 
  

[media-dakwah] Fatwa-fatwa Haram Rokok

2007-04-09 Terurut Topik Ica Harahap
  HIMPUNAN FATWA HARAM MEROKOK 
   



  1.  Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
  Merokok haram hukumnya berdasarkan makna yang terindikasi 
  dari zhahir ayat Alquran dan As-Sunah serta i'tibar (logika) yang benar. 
  Allah berfirman (yang artinya), Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu 
  sendiri dalam kebinasaan. (Al-Baqarah: 195). 
   
  Maknanya, janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu. 
  Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat di atas adalah merokok 
  termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan. 
 
 Sedangkan dalil dari As-Sunah adalah hadis shahih dari Rasulullah saw. 
  bahwa beliau melarang menyia-nyiakan harta. Makna menyia-nyiakan harta 
  adalah mengalokasikannya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat. 
  Sebagaimana dimaklumi bahwa mengalokasikan harta dengan membeli 
  rokok adalah termasuk pengalokasian harta pada hal yang tidak bermanfaat, 
  bahkan pengalokasian harta kepada hal-hal yang mengandung kemudharatan. 
 
 Dalil yang lain, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, Tidak boleh 
  (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain. 
  (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340). 
  
 Jadi, menimbulkan bahaya (dharar) adalah ditiadakan (tidak berlaku) 
  dalam syari'at, baik bahayanya terhadap badan, akal, ataupun harta. 
  Sebagaimana dimaklumi pula bahwa merokok adalah berbahaya terhadap 
  badan dan harta. 
 
 Adapun dalil dari i'tibar (logika) yang benar yang menunjukkan keharaman 
  rokok adalah karena dengan perbuatan itu perokok mencampakkan dirinya 
  ke dalam hal yang menimbukan bahaya, rasa cemas, dan keletihan jiwa. 
  Orang yang berakal tentu tidak rela hal itu terjadi pada dirinya sendiri. 
  Alangkah tragisnya kondisinya, dan demikian sesaknya dada si perokok 
  bila tidak menghisapnya. Alangkah berat ia melakukan puasa dan ibadah-ibadah 
  lainnya karena hal itu menghalagi dirinya dari merokok. Bahkan, alangkah 
  berat dirinya berinteraksi dengan orang-orang saleh karena tidak mungkin 
  mereka membiarkan asap rokok mengepul di hadapan mereka. Karena itu, 
  Anda akan melihat perokok demikian tidak karuan bila duduk dan berinteraksi 
  dengan orang-orang saleh. 
 
 Semua i'tibar itu menunjukkan bahwa merokok hukumnya diharamkan. 
  Karena itu, nasehat saya untuk saudara-saudara kaum muslimin yang masih 
  didera oleh kebiasaan menghisap rokok agar memohon pertolongan 
  kepada Allah dan mengikat tekad untuk meninggalkannya. Sebab, di dalam 
  tekad yang tulus disertai dengan memohon pertolongan kepada Allah, 
  mengharap pahala dari-Nya dan menghindari siksaan-Nya, semua itu 
  adalah amat membantu di dalam upaya meninggalkan hal tersebut. 
 
 Jawaban Atas Berbagai Bantahan 
 
 Jika ada orang yang berkilah, Sesungguhnya kami tidak menemukan nash, 
  baik di dalam kitabullah ataupun sunah Rasulullah saw. perihal 
  haramnya rokok. 
 
 Maka, jawaban atas penyataan ini adalah bahwa nash-nash Alquran dan 
  sunah terdiri dari dua jenis; 
  
 1. Jenis yang dalil-dalilnya bersifat umum seperti Adh-Dhawabith 
  (ketentuan-ketentuan) dan kaidah-kaidah yang mencakup rincian-rincian 
  yang banyak sekali hingga hari kiamat. 
 2. Jenis yang dalil-dalilnya memang diarahkan kepada suatu itu sendiri 
  secara langsung. 
 
 Sebagai contoh untuk jenis pertama adalah ayat Alquran dan dua hadis 
  yang kami sebutkan di atas yang menunjukkan keharaman merokok 
  secara umum meskipun tidak diarahkan secara langsung kepadanya. 
 
 Sedangkan untuk jenis kedua, adalah seperti fiman Allah (yang artinya), 
  Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (dagig hewan) 
  yang disembelih atas nama selain Allah. (Al-Maidah: 3). 
 
 Dan firman-Nya, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum 
  khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah 
  adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah 
  perbuatan-perbuatan itu. (Al-Maidah: 90). 
 
 Jadi, baik nash-nash itu termasuk jenis pertama atau kedua, ia bersifat 
  keniscayaan (keharusan) bagi semua hamba Allah karena dari sisi 
  pengambilan dalil mengindikasikan hal itu. 
 
 Sumber: Program Nur 'alad Darb, dari Fatwa Syekh Muhammad bin 
  Shaleh Al-Utsaimin, dari kitab Fatwa-Fatwa Terkini 2.
   
  2. Syaikh Muhammad bin Ibrahim 
   
  Rokok haram karena di dalamnya ada racun. Al-Qur’an menyatakan,
  “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka 
  apa-apa yang buruk (kotoran).” (al-A’raf: 157). Rasulullah juga melarang 
  setiap yang memabukkan dan melemahkan, sebagaimana diriwayatkan 
  Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Ummu Salamah ra. Merokok juga 
  termasuk melakukan pemborosan yang tidak bermanfaat. Selanjutnya, 
  rokok dan bau mulut perokok bisa mengganggu orang lain, termasuk 
  pada jamaah shalat.
   
  3. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
   
  Rokok haram karena melemahkan dan memabukkan. Dalil nash tentang 
  benda memabukkan sudah cukup jelas. Hanya saja, penjelasan tentang 
  

[media-dakwah] Kutamaan Tafakur

2007-04-08 Terurut Topik Ica Harahap
  Keutamaan Tafakur 
 
 Oleh : Sigit Indrijono 
   
  Allah SWT telah memberikan karunia kepada manusia berupa akal. 
  Dalam Alquran, orang-orang yang berakal disebut ulil albab, yaitu 
  orang yang mempergunakan akalnya untuk melakukan tafakur. Tafakur 
  berasal dari akar kata fikr yang berarti memikirkan. 
   
  ''Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya 
  malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 
  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau 
  dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit 
  dan bumi (seraya berkata), ''Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan 
  ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa 
neraka.'' 
  (QS Ali Imran [3]: 190-191).
   
  Ayat di atas menerangkan bahwa tafakur yang dikehendaki oleh Allah SWT 
  adalah tafakur yang dibarengi dengan dzikir kepada-Nya. Sayid Quthb dalam 
  Tafsir Fi Zhilalilquran menerangkan bahwa ulil albab adalah orang-orang 
  yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Mereka membuka 
  pikirannya untuk menerima tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
   
  Beberapa ayat Alquran diakhiri penegasan untuk bertafakur, seperti, 
  ''Supaya kamu berpikir,'' (QS Albaqarah [2]: 219); ''Tanda-tanda bagi kaum 
  yang berpikir,'' (QS Arrum [30]: 21); ''Apakah kamu tidak memikirkan,'' 
  (QS Ashshaafaat [37]: 138), ''Tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum 
  yang berpikir,'' (QS Azzumar [39]: 42).
   
  Objek tafakur tidak terbatas jumlahnya. Mulai dari penciptaan diri 
  kita sendiri, penciptaan berbagai makhluk hidup di muka bumi, tatanan 
  alam semesta yang menakjubkan, aneka peristiwa yang terjadi, sejarah 
  masa lalu, serta hal-hal yang gaib hingga kehidupan akhirat. Dengan tafakur, 
  kita bisa menghayati secara lebih mendalam tentang kebesaran maupun 
  kekuasaan Allah SWT.
   
  Fenomena alam, seperti turunnya hujan, pergantian siang dan malam, 
  atau pergerakan angin, sering dianggap sebagai rutinitas. Padahal, jika 
  rutinitas tersebut ditafakuri secara mendalam, akan terbukalah hijab 
  kebesaran-Nya. Kejadian yang tiba-tiba seperti gempa bumi ataupun 
  gunung meletus, secara seketika akan membuat kita bertafakur. Kita 
  menyadari betapa lemah dan kecilnya serta tidak berdayanya kita di
  hadapan keagungan, kebesaran, dan kekuasaan Allah SWT.
   
  Bekal potensi tafakur yang melekat sesuai sunatullah adalah suatu 
  karunia yang akan memberikan kesadaran yang hakiki untuk memosisikan 
  diri sebagai hamba yang dikehendaki-Nya. Sehingga, akan diperoleh 
  perasaan selalu dekat dengan-Nya dan meningkatkan takwa kepada-Nya. 
   
   
  http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14
  
 
-
Never miss an email again!
Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives. Check it out.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Syukur

2007-04-04 Terurut Topik Ica Harahap
Assalamu'alaikum wr.wb.


Dari milis sebelah


  Syukurilah Semua Pemberian Allah SWT
   
   
  Assalamu `alaikum Wr. Wb. 
 Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, 
Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d 
   
   
  Syukur terbagi ke dalam dua jenis :
  1. Syukur Umum
  2. Syukur Khusus
   
  Syukur Umum terkait dengan dunia, misalnya bersyukur atas nikmat 
  seperti pakaian, makanan, harta, kesehatan, dan kendaraan.
  Syukur Khusus terkait denga akhirat, misalnya bersyukur atas nikmat 
  seperti iman, tauhid, hidayah, bimbingan hingga bisa beribadah, istri 
shalihah, 
  anak-anak shalih, dan urusan akhirat lainnya.
   
  Tragisnya, sebagian besar manusia hanya mengerjakan syukur umum, 
  karena menurut mereka, manfaatnya bisa dirasakan secara langsung. 
  Memang seperti itulah watak manusia.
   
   
  Syarat-Syarat Syukur
   
  Ibnu Al-Qayyim berkata, “Syukur seorang hamba terasa lengkap jika ia 
  memenuhi tiga syarat dan ia dikatakan orang bersyukur jika melengkapi 
  ketiga syarat itu.” Ketiga syarat tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Ia mengakui nikmat Allah pada dirinya.
  2. Ia menyanjung Allah atas nikmat itu.
  3. Ia menggunakan nikmat itu untuk mendapatkan keridhaan-Nya.
   
  Mengakui nikmat Allah Ta’ala pada diri kita bisa dilakukan dengan cara 
  kita tidak mengklaim nikmat itu kita peroleh murni karena keahlian, atau 
  pengalaman, atau usaha, atau jabatan, atau status sosial, atau kekuatan kita. 
  Tapi kita nyatakan nikmat itu murni berasal dari Allah Ta’ala. Ketika Qarun 
  mengklaim nikmat pada dirinya murni ia peroleh karena keilmuannya. Karena 
itu, 
  Allah Ta’ala menenggelamkannya beserta istananya ke dalam bumi.
   
  Jika seseorang mengakui nikmat pada dirinya berasal dari Allah Ta’ala, 
  otomatis ia menyanjung-Nya atas nikmat-nikmat itu. Jika seseorang meyakini 
  Allah Ta’ala pemberi nikmat dan menyanjung-Nya, maka ia tidak etis 
  menggunakan nikmat-Nya untuk bermaksiat kepada-Nya. Misalnya ia 
  mengembangkan hartanya secara ribawi, atau seseorang diberi kesehatan 
  tapi ia mendzalimi orang lain.
   
  Jika kita melengkapi ketiga syarat syukur itu, Allah Ta’ala pasti menambah 
  nikmat-Nya pada kita dan memberkahi nikmat-Nya pada kita, 
  karena Dia berfirman,
   
  Artinya : “.Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan 
  menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
   maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim:7)
   
  Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
 Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
   
  Sumber : Buku “Taujih Ruhiyah – Pesan-pesan Spiritual Penjernih Hati” karya 
Abdul Hamid al-Bilali
  

 
-
Don't get soaked.  Take a quick peek at the forecast 
 with theYahoo! Search weather shortcut.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Kembali ke Laptop?

2007-04-04 Terurut Topik Ica Harahap
  Kembali ke Laptop?
  3 Apr 07 05:09 WIB
   
   
  Oleh Endah Widayati
   
  Impian mempunyai laptop begitu menggebu di hati saya beberapa 
  tahun terakhir ini. “Betapa enaknya jika dakwah didukung dengan 
  fasilitas ini”, batin saya dari waktu ke waktu. Masalahnya tentu saja 
  pada sisi financial. Sebab, segala sesuatunya akan mudah didapat jika 
  uang menjadi daya dukungnya. Logika saya, uang memang bukan segalanya, 
  namun segalanya tidak bisa terbeli tanpa uang. Maka kerja dari waktu 
  ke waktu, yang terpikir oleh saya adalah bagaimana menyisakan uang 
  untuk bisa membeli laptop. Ini bukan karena si Tukul selalu iming-iming 
  laptopnya, tapi karena dengan memiliki laptop, maka saya bisa melakukan 
  kerja lebih produktif, mengembangkan diri secara optimal, dan berkontribusi 
  lebih baik. Itu saja.
   
  Keinginan saya terjawab dengan laptop pinjaman. Dari kantor tempat 
  saya bekerja, seringkali meminjamkan laptop untuk dibawa pulang. 
  Tentu saja harapan mereka saya bisa menyelesaikan tugas-tugas tambahan 
  kantor yang menumpuk. Dua tempat saya bekerja terakhir memberikan 
  fasilitas ini untuk saya, meski tidak setiap hari. Bagaimanapun, saya masih 
  merasa tidak nyaman ketika tuntutan dari dalam diri memaksa untuk terus 
  berkembang lebih, dan pada saat yang sama saya harus bisa menunjukkan 
  hasil kerja yang lebih optimal dengan fasilitas yang diberikan. Meski kadang 
  saya juga menyenangkan hati dengan mengatakan, “orientasi menikmati, 
  bukan memiliki”.
   
  Impian untuk memiliki laptop sendiri masih belum terjawab. Semakin 
  menggebu, semakin bingung. Kadang ketika butuh sekali, laptop justru 
  dipakai untuk urusan lain dari kantor. Berbagai kemungkinan untuk 
  mendapatkan laptop dengan status milik sendiri kembali dicoba. Ketika 
  kebutuhan lain tidak kalah mendesak untuk dipenuhi, maka membeli 
  dengan cara cash pun semakin jauh dari pikiran. Saya mulai bertanya 
  kepada teman-teman untuk mendapatkannya dengan cara kredit. Termasuk 
  kemarin, sebuah penawaran dari teman datang melalui Yahoo Messenger 
  untuk mendapatkan laptop dengan cara mencicil. Hati sayapun segera 
  berbunga, terbayang laptop impian akan segera ada di tangan. Saya berjanji 
  pada diri sendiri untuk lebih rajin menulis agar si laptop bisa segera 
  terbayar lunas.
   
  Kesenangan hati dengan fokus laptop hanya berlaku sekejap. Esoknya 
  teman saya tersebut mengatakan kalau kesempatan hanya berlaku sebatas
  pegawai di mana dia bekerja. “Gagal lagi”, pikir saya-meski berita terakhir 
  masih memberi harapan kalau orang luarpun ada kemungkinan bisa 
  bergabung dalam program nyicil laptop, dengan seleksi tertentu yang 
  mereka lakukan.
   
  Menyerahkan segalanya pada Allah adalah pilihan terbaik. Mungkin saya 
  masih belum dianggap siap oleh Allah, hingga belum layak mendapatkannya 
  sekarang. Sedikit mengeluh kepada seorang teman menjadi jalan saya 
  melampiaskan kekesalan, mengingat proyek buku yang kita sepakati 
  sedikit tersendat dengan alasan fasilitas terbatas. Namun justru saya pun 
  dibuat malu sendiri ketika mengetahui bahwa teman saya ini justru 
  membuat tulisan-tulisannya hanya lewat warnet. Dan saya tahu, dia jauh lebih 
  produktif daripada saya, dan tulisannya selalu nangkring di situs Islam 
terkenal. 
  Akhirnya saya harus kembali mengakui, keterbatasanlah yang justru memacu 
  kita untuk berjuang lebih keras. Betapa banyak orang sukses yang lahir dari 
  lingkungan yang tidak kondusif, hingga jiwanya merintih dan memaksanya 
  untuk melakukan hal yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang. Dari situlah 
  awal kebesarannya bermula. Maka, tidak ada alasan lagi bagi saya untuk
  hanya menunggu laptop agar dapat maksimal berkarya.
   
  Akhirnya cerita lain menjadi pelajaran tambahan pada saya. Hari Ahad 
  kemarin saya kedatangan dua orang teman dari luar kabupaten yang 
  menawarkan sebuah kerjasama bisnis dan dakwah kepada saya. Karena 
  bentuk kerjasama ini membutuhkan interaksi yang intens, maka merekapun 
  bertanya dengan jadwal online saya. Dengan jujur saya mengatakan kalau 
  selama ini saya seringkali online di kantor. Tentu saja bisa dibayangkan 
  kalau waktu tersebut tidak cukup efektif untuk melakukan banyak hal di luar 
  pekerjaan. Akhirnya, tanpa saya minta, merekapun menawarkan fasilitas 
  komputer dan koneksi internetnya untuk saya. Alhamdulillah, minimal 
  kontrak untuk dipercaya orang lain masih terus diperpanjang. Bukankah 
  kepercayaan menjadi unsur penting untuk mencapai kesuksesan? Dan, 
  bisa jadi, inilah cara Allah untuk menjawab do’a saya. Anggap saja saya 
  masih bayi, sehingga akan kaget kalau harus langsung makan nasi.
   
  Teringat terus kata-kata teman saya hingga saya menuangkan tulisan ini, 
  “jangan khawatir, Allah lah yang akan membiayai dakwah kita”. 
  Kalimat bombastis dari teman saya ini menyentakkan saya, betapa Allah 
  sungguh cantik memberikan segalanya pada kita. Jika kita dianggap 
  sudah siap menerima suatu hal, 

RE: [media-dakwah] Hukum Aqiqah

2007-04-03 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Walaupun belum melaksanakan aqiqah, ga da larangan tuh
untuk melaksanakan qurban... ni aku copy paste pendapat
singkat dari ustadz syariahonline aja ya... Semoga bermanfaat...


Tentang Qurban Sebelum Akiqah

Pertanyaan:

Pak Ustad, Anna mau tanya tentang orang tua anna yang sudah meninggal mau 
berqurban lewat anak-anaknya,tapi belum aqiqah, hukmnya gimana ?

mahtum

   Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb. 
Tidak ada ketentuan yang secara tegas menjelaskan tentang hal tersebut. Hanya 
saja, Ibn al-Qayyim dalam kitab Tuhfatul Mahdîd li Ahkâmil Maulûd mengutip 
pendapat Imam Ahmad yang mengatakan bahwa jika seseorang telah melakukan 
qurban, ia tidak perlu melakukan akikah.” 
Wallahu a’lam bi al-shawab. 
Wassalamu alaikum wr. 

dahlya [EMAIL PROTECTED] wrote:  Ass. Wr. Wb,
 
 Jika seseorang belum melaksanakan aqiqah, 
 
 apakah orang tersebut tidak boleh Melaksanakan kurban
 
 Wassalam,
 
 _  
 
 From: Ica Harahap [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Tuesday, April 03, 2007 12:01 PM
 To: sandy; media-dakwah@yahoogroups.com
 Subject: Re: [media-dakwah] Hukum Aqiqah
 
 Wa'alaikumsalam wr.wb.
 
 Pada dasarnya hukum pelaksanaan aqiqah itu adalah 
 sunnah muakkadah bagi yang mampu (menurut kalangan
 Syafii dan hambali), mubah (menurut kalangan Hanafi),
 dan bersifat anjuran (menurut Maliki).
 
 Intinya, hukum aqiqah itu tidak wajib, apalagi bagi orang yang tidak mampu.
 Sedangkan hukum melunasi hutang itu adalah wajib, jadi
 alangkah lebih baiknya jika memenuhi kewajiban dulu (membayar hutang)
 baru melaksanakan sunnah.
 
 Mungkin yang lebih paham ada yang ingin menambahkan or mengoreksi?
 
 sandy [EMAIL PROTECTED] mailto:sandy%40benangmerah.com com wrote:
 Assalamualikum,
 
 Bagaimana hukumnya aqiqah bagi orang yang kehidupannya pas-pas an, dalam
 artian sebenernya dia ada uang, namun dilain pihak dia juga mempunyai
 hutang.
 
 Best Regards,
 
 Sandy Ariandi 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 -
 Bored stiff? Loosen up...
 Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

 
-
Finding fabulous fares is fun.
Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel 
bargains.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] Fwd: Berita Dari Masjid Nabawi

2007-04-02 Terurut Topik Ica Harahap
Tuh berita dah basi, berita boong. 
udah ada bantahannya dari berbagai
ulama, salah satunya Yusuf Qaradhawi. 
udah dicek segala ke sana.

Mengenai Ibu itu sakit sekeluarga, ya bukan karena ga forward
tuh email kalee, emang lagi dikasih sakit aja sama Allah
sebagai salah satu bentuk rasa cinta Allah terhadap hambaNya...

TNW-04 [EMAIL PROTECTED] wrote:  
 
 Dear ALL,
   Please read carefully dan tolong diambil hal-hal positifnya saja:-
   SESUNGGUHNYA ALLAH SWT MAHA TAHU ATAS SEGALA APA YANG TERJADI DIDUNIA DAN
   AKHERAT.
 
 SEMOGA ALLAH SWT MELIMPAHKAN KEPADA KITA KESEJAHTERAAN LAHIR DAN BATIN.
 
 AMIEN.
 
 KOMENTAR BERITA DARI MASJID NABAWI ( DIBACA DULU BARU KOMENTAR )
 
 KESAKSIAN AYI T. NURHAYATI=== ==
 
 Assalamu'alaikum wr. wb
 
 Ketiga kalinya sudah saya menerima Email Berita dari Masjid Nabawi ini.
   Pada saat menerima Email Berita dari Masjid Nabawi yang pertama
   (kira-kira 2 tahun yll) saya tidak begitu merespon Surat tersebut, dan
   memang tidak
   ada kejadian luar biasa terjadi. Hanya pernah terjadi sekeluarga
   mengalami
   sakit yang sama silih berganti, dan itu terjadi hingga 2 - 3 kali.
 
 (saya pikir ach sakit flue biasa..)
 
 Kemudian Berita dari Masjid Nabawi yang ke 2, saya terima sekitar Akhir
   tahun 2002 (tepatnya lupa) melalui sebuah milist dan kembali saya tidak
   merespon dengan baik email tersebut, bahkan justru mengkritisi Berita
   Dari Masjid Nabawi tersebut ; bahwa percaya kepada surat tersebut bisa
   menjadi syirik karena baik dan buruk kejadian yang kita alami ada
   ditangan
   Allah
   SWT.
 
 Kejadian aneh pertama terjadi : Ada orang yang mengumpat-umpat membaca
   coment saya tersebut . Dalam hati timbul tanda tanya : Wah
   hebat
   juga tuh Surat , baru dikomentari gitu aja udah diumpat dan diomeli orang
   yang nggak dikenal. ... Dan beberapa waktu kemudian musibah
   finansial
   menimpa saya, saya kehilangan beberapa pekerjaan... . ..
 
 dalam hati saya ragu, apakah ini seperti yang disebutkan dalam Berita
   dari
   Masjid
   Nabawi tsb, yakni :
 
 Sedangkan terhadap orang yang menyepelekannya dan membuang surat ini,
 
 dia mendapat musibah yang besar yaitu kehilangan sesuatu harta/benda yang
 
 sangat dicintai dan disayanginya
 
 Dan malam ini saya menerima kembali Berita dari Masjid Nabawi yang ke 3.
   Saya coba baca dengan seksama berita tsb. Bagus juga isi beritanya,
   mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Kenapa tidak saya coba
   untuk
   sampaikan kepada yang lain? Yang jelas merupakan amal yang baik telah
   menyampaikan berita ajakan kepada kebaikan, selebihnya Wallahualam
 
 .Allah- lah yang mengetahui segala kejadian ...
   Semoga Berkah dan Rahmat Allah SWT senantiasa berlimpah kepada kita
   semua.
 
 BERITA DARI MASJID NABAWI ...BERITA PENTING. . BERITA UNTUK
   UMMAT ISLAM
 
 DISELURUH DUNIA.
 
 SURAT INI DATANGNYA DARI SYECKH ACHMAD DI SAUDI ARABIA :
 
 AKU BERSUMPAH DENGAN NAMA ALLAH SWT DAN NABI MUHAMMAD SAW WASIAT UNTUK
   SELURUH UMMAT ISLAM DARI SYECKH ACHMAD SEORANG PENJAGA MAKAM RASULULLAH
   DI MADINAH, YAITU DI MESJID NABAWI SAUDI ARABIA.
 
 Pada malam tatkala hamba membaca Al'Quran di makam Rasulullah, dan Hamba
   sampai tertidur,
 
 lalu hamba bermimpi. Didalam mimpi hamba bertemu dengan Rasulullah SAW,
   dan
   beliau berkata,
 
 didalam 60.000 orang yang meninggal dunia, diantara, bilangan itu tidak
   ada
   seorangpun yang mati beriman,
   dikarenakan :
 
 1. Seorang istri tidak lagi mendengar kata-kata suaminya
 
 2. Orang yang kaya yang mampu, tidak lagi melambangkan atau
   Menimbangkan rasa belas kasih kepada orang-orang miskin.
 
 3. Sudah banyak yang tidak berzakat, tidak berpuasa, tidak sholat
   dan tidak menunaikan ibadah haji, padahal mereka-mereka ini
 
 mampu melaksanakan.
 
 4. Oleh sebab itu wahai Syechk Achmad engkau sabdakan kepada semua
   ummat manusia di dunia supaya berbuat kebajikan dan menyembah kepada
   Allah
   SWT.
 
 Demikian pesan Rasulullah kepada hamba, Maka berdasarkan pesan Rasulullah
   tersebut dan oleh karenanya hamba berpesan kepada segenap Ummat Islam di
   dunia :
 
 ? Bersalawatlah kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW.
 
 ? Janganlah bermalas-malasan untuk mengerjakan sholat 5 ( lima )waktu.
 
 ? Bershadaqoh dan berzakatlah dengan segera, santuni anak-anak yatim
   piatu.
 
 ? Berpuasalah di bulan ramadhan serta kalau mampu tunaikan segera ibadah
   haji.
 
 PERHATIAN :
 
 Bagi siapa saja yang membaca surat ini hendaklah menyalin/mengcopyny a
   Untuk
   disampaikan orang-orang lain yang beriman kepada penghabisan/ kiamat.
   Hari
   kiamat akan segera tiba dan batu bintang akan terbit, Al'Quran akan
   hilang
   dan matahari akan dekat diatas 

[media-dakwah] Anak Cermin Orang Tuanya

2007-03-29 Terurut Topik Ica Harahap
  Anak Cermin Orang Tuanya 
 
 
  Suatu hari, seseorang menghadap Khalifah Umar bin Khattab 
  dengan membawa anak lelakinya. Ia mengadukan betapa durhaka 
  dan kurang ajar anaknya. Khalifah mendengar dengan seksama 
  pengaduan orang tua itu. Umar mengingatkan beberapa hak anak, 
  seperti, memilihkan ibu si anak dari golongan baik-baik, memberi 
  nama yang baik, memberi nafkah sepantasnya, mendidik dengan 
  akhlak yang baik, dan mengajari ilmu untuk bekal hidupnya.
   
  Seketika itu juga si anak menyahut uraian Umar. ''Tak satu pun dari 
  hak-hak itu yang diberikan. Ibu saya itu tidak jelas asal-usulnya dan 
  berperangai sangat buruk. Dari kecil saya dipaksa mencari nafkah dengan 
  menggembala ternak, dan saban hari diberi contoh akhlak yang buruk, 
  dengan pertengkaran yang tiada henti, perkataan yang kotor, dan tindak 
  kekerasan.''
   
  ''Jangankan diajari ilmu, yang ada hanya dampratan dan perlakuan kasar. 
  Dalam hatiku hanya ada dendam dan menunggu saat bisa membalasnya,'' 
  kata si anak. ''Apa benar demikian,'' tanya Umar dengan wajah marah. 
  ''Jika demikian, sungguh engkau telah merusak anakmu dengan tanganmu 
  sendiri. Engkaulah yang pantas mendapat hukuman atas kesalahan ini,'' 
  tegasnya.
   
  Maraknya remaja tersangkut tindak kriminalitas, seperti tawuran, miras, 
  pembunuhan, narkoba, pergaulan bebas, tidak punya sopan santun, durhaka 
  kepada orang tua, boleh jadi karena didikan orang tuanya sejak kecil 
demikian. 
  Anak merupakan cermin orang tua. Bagaimana orang tua berperilaku, 
  demikian pula anak meniru. Bila setiap hari mendapat caci maki, maka 
  si anak akan belajar serupa terhadap orang lain. Demikian pula sebaliknya. 
  ''Berbuat baiklah kamu terhadap ibu dan bapakmu, niscaya anak-anakmu 
  akan berbuat baik terhadapmu.'' (HR Thabrani). 
   
  Seorang pegawai menemui Umar. Ia kaget dan memperlihatkan keheranannya 
  mendapati Khalifah sedang berbaring dengan beberapa anak kecil asyik 
  bermain-main di sekitarnya. Umar bertanya, ''Jadi, bagaimana keadaanmu 
  dengan keluargamu?'' Ia menjawab, ''Begitu melihatku, keluargaku yang 
  berbicara langsung diam.''
   
  Umar berkata, ''Kalau begitu, kamu turun saja dari jabatanmu. Soalnya 
  kalau terhadap keluarga dan anakmu saja kamu tidak bisa berlaku lembut, 
  bagaimana kamu bisa berlaku lembut terhadap umat Rasulullah SAW?'' 
  Lumrah, Umar memutuskan memberhentikan jabatan orang itu ketika 
  didapati ia tak menyayangi keluarganya. Amanah kecil saja ia lalai, 
  apalagi mengurusi urusan yang lebih besar. Allah SWT akan memberi 
  balasan bagi orang tua yang bersabar menahan penderitaan dan bersusah 
  payah mendidik putra-putrinya.
   
  ''Barang siapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus 
  anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya 
  akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.'' (HR. Bukhari-Muslim)
   
  (Aris Solikhah ) 
   
   
  
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=231555kat_id=14kat_id1=kat_id2=
  
 
-
 Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Menjadi Pelopor Kebajikan

2007-03-29 Terurut Topik Ica Harahap
  Menjadi Pelopor Kebajikan   Oleh: Tim dakwatuna.com
   
  Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang menunjukkan jalan kebajikan 
  maka ia memperoleh pahala (seperti pahala) orang yang melaksanakannya.” 
  (Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban)
   
  Menunjukkan jalan kebajikan adalah salah satu tugas dakwah. Tentu saja 
  tujuannya untuk mengajak orang-orang melakoni kebajikan itu. Tetapi ingat, 
  mengajak tidak cukup dengan bunga-bunga kata. Seseorang yang 
  mengkampanyekan kebajikan haruslah menjadi pelopor kebajikan 
  itu sendiri. Karena, tidak semua objek dakwah berprinsip “dengar 
perkataannya, 
  bukan lihat siapa yang mengatakan”. Masih banyak yang menilai sesuatu itu 
  benar atau salah, menerima atau menolak dakwah dengan merujuk pada 
  apa yang ia lihat pada si juru dakwah. Jika rasa simpati dan cinta manusia 
  terhadap diri dai merupakan salah satu kunci keberhasilan dakwah, maka 
  mewujudkannya dalam diri dai adalah bagian dari dakwah itu sendiri. 
   
  Rasulullah saw. sosok yang simpatik dan mempesona. Karena itu, 
  orang-orang yang didakwahinya tidak punya alasan untuk mencela. 
  Mereka yang menolak dakwah sekalipun mengakui bahwa Rasulullah saw. 
  orang yang layak dicintai karena amanah, kejujuran, dan pekertinya yang baik. 
  Paling-paling dalih mereka untuk menolak beliau –karena mereka tidak 
  punya alasan lain– adalah dengan menuduh apa yang dibawa oleh Rasulullah 
  adalah sihir. Suatu tuduhan yang tidak dapat dibuktikan.
   
  Yang Utama: Cinta Allah.
   
  Hal utama yang harus dikejar adalah kecintaan Allah. Mengapa? 
  Pertama, dakwah adalah tugas suci dari Allah. Restu Allah sangat 
  menentukan berhasil dan gagalnya proyek itu. Mengejar cinta manusia 
  dengan membuat murka Allah, pasti akan menggagalkan dan menghancurkan 
  dakwah itu sendiri.
   
  Kedua, bila Allah telah mencintai seseorang, maka orang tersebut akan 
  mendapatkan tempat dan memperoleh penerimaan yang luas di kalangan 
  manusia. Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah jika mencintai 
  seorang hamba, Dia memanggil Jibril seraya mengatakan, ‘Sesungguhnya 
  Aku mencintai si fulan maka cintailah dia.’ Maka Jibril mencintainya. 
  Kemudian ia (Jibril) menyerukan di langit dengan mengatakan, ‘Sesungguhnya 
  Allah mencintai si fulan maka cintailah dia oleh kalian.’ Maka penduduk 
langit 
  mencintainya. Kemudian jadilah orang itu mendapatkan penerimaan di bumi. ” 
  (Shahih Al-Bukhari dan Muslim)
   
  Tidak ada cara lain untuk meraih cinta Allah selain dengan 
  cara taat kepada-Nya dalam keadaan apa pun. Katakanlah: 
  “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah 
  mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi 
  Maha Penyayang. (Ali Imran: 31). Selebihnya, juru kampanye kebenaran, 
  keadilan, dan kebajikan wajib melakukan kiat-kiat islami untuk menumbuhkan 
  keberpihakan masyarakat kepada kebenaran. Beberapa di antaranya adalah:
   
  a.  Berlapang Dada.
   
  Berlapang dada dalam merespon kesalahan-kesalahan terutama yang 
  “merugikan” diri penyeru merupakan pintu gerbang penting bagi 
  hadirnya kecintaan. Allah swt. berfirman: “Mereka harus memaafkan 
  dan berlapang dada. Tidakkah kamu ingin bahwa Allah mengampunimu? 
  Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nur: 22) 
   
  Sikap memaafkan ini tentu saja akan membuat hati menjadi lembut. 
  “Islam menjadikan sikap pemaaf dan berlapang dada sebagai salah satu 
  jalan tarbiyah. Sikap itu dapat membersihkan hati dari dengki dan 
  kecenderungan-kecenderungan buruk lainnya. Dengan demikian 
  meningkatlah keyakinan seorang muslim dan semakin sempurnalah 
  keimanannya,” kata Musthafa Abdul-Wahid dalam Syakhshiyyatul 
  Muslim Kama Yushawwiruhal Quran.
   
  b.  Mencintai karena Allah.
   
  Untuk meraih cinta yang tulus adalah dengan mewujudkan cinta yang tulus. 
  Cinta palsu hanya akan melahirkan cinta gombal. Oleh karena itu, landasan 
  interaksi seorang dai dengan mad’unya hanyalah landasan cinta karena 
  Allah swt. Anas bin Malik mengatakan, “Aku sedang duduk-duduk di sisi 
  Rasulullah saw. tiba-tiba seorang laki-laki lewat. Seseorang dari yang 
  sedang duduk bersama Rasulullah saw. mengatakan, ‘Ya Rasulullah saw. 
  aku mencintai orang itu.’ Rasulullah saw. mengatakan, ‘Sudahkah kamu 
  menyatakannya kepadanya?’ Orang itu menjawab, ‘Belum.’ 
  Kata Rasulullah saw., ‘Bangunlah dan nyatakanlah kepadanya.” 
  Maka orang itu bangkit menuju ke arahnya seraya mengatakan, 
  ‘Uhibbuka fillah (aku mencitaimu karena Allah).’ Orang itu menjawab, 
  ‘Ahabbakal-ladzi ahbatani lahu (semoga mencintaimu pula (Allah) 
  Yang karena-Nya kamu mencitaiku’.” (Hadits riwayat Ahmad)
   
  c. Silaturahim
   
  Allah swt. berfirman: “Dan orang-orang yang menyambungkan 
  apa-apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan, merasa takut 
  kepada Rabb mereka dan merasa takut akan buruknya penghitungan.” 
  (Ar-Ra’d: 21)
   
  Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk menjalin hubungan 
  dengan 

[media-dakwah] Nasihat

2007-03-28 Terurut Topik Ica Harahap
  Nasihat
   
  
Nasihat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. 
  Bahkan, Allah SWT menjadikannya salah satu karakter dari orang 
  yang tidak merugi dalam kehidupan. ''Demi masa, sesungguhnya 
  manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang 
  beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya
  menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.'' 
  (QS Al-'Ashr [103]: 1-3).
   
  Nasihat adalah ucapan maupun perbuatan yang bertujuan untuk 
  memperbaiki dan mendatangkan kebaikan bagi yang diberinya. 
  Di antara sesama orang beriman, hendaklah saling menasihati 
  saudaranya dari waktu ke waktu agar menjadi lebih baik.
   
  Dengan demikian, seorang Muslim dalam pergaulan sosialnya 
  menjadi cermin bagi Muslim lainnya serta menolong saudaranya 
  untuk perbaikan diri dengan memahami kekurangannya melalui 
  nasihat yang baik. Maka setiap Muslim, laki-laki maupun perempuan,
  rakyat biasa dan pejabat, pasti membutuhkan nasihat.
   
  ''Agama itu nasihat. Kami (para sahabat) bertanya, untuk siapa? 
  Beliau menjawab, Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin 
  kaum Muslimin.'' (HR Muslim). Nasihat kepada Allah SWT adalah 
  ketulusan dan ikhlas dalam keimanan kepada-Nya, nasihat kepada 
  Alquran dengan mengimani, membaca, menghayati, dan 
  mengamalkannya.
   
  Sedangkan nasihat kepada Rasulullah SAW berupa pembenaran atas 
  risalah yang dibawa dan mengikuti sunahnya. Nasihat kepada pemimpin 
  adalah membantu amanah kepemimpinannya, menegakkan keadilan, 
  dan menghapus kezaliman. Nasihat kepada kaum Muslimin adalah 
  saling menuntun untuk kebaikan dunia dan akhirat.
   
  Karena itu, nasihat bukanlah menghukumi setiap kesalahan atau keburukan. 
  Nasihat bermaksud mendatangkan kemaslahatan, bukan membongkar aib 
  atau menjatuhkan kehormatan. Nasihat yang tulus dilakukan dengan 
  cara yang baik, santun, dan penuh kasih sayang.
   
  Salah satu adab menasihati adalah dilakukan tanpa diketahui orang lain. 
  Ini untuk menutup kekurangan dan menjaga kehormatan saudaranya. 
  Nasihat yang tulus, tidak mungkin dilakukan dengan cara yang buruk. 
  Fudhail bin Iyadh berkata, ''Orang beriman adalah orang yang menutup 
  aib saudaranya yang menasihati, sedangkan orang fasik adalah 
  orang yang merusak dan mencela.''
   
  Adakalanya nasihat bukanlah hal yang mudah dilakukan. Diperlukan 
  kesabaran dan bahkan kesiapan untuk menerima risikonya, manakala 
  orang yang diberi nasihat tidak menerima, menolak, dan malah melawan. 
  Maka, ketulusanlah yang menjadi penawarnya, semata mencari 
  ridha Allah SWT, dan di atas rasa kasih sayang persaudaraan 
  seiman (ukhuwah).
   
  (Hilman Rosyad Syihab ) 
   
  
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=260814kat_id=14kat_id1=kat_id2=
  
 
-
Bored stiff? Loosen up...
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] Tanya Emas Putih

2007-03-28 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alikumsalam wr.wb.

Pertama2 emas putih itu berbeda dengan platina Mba..
Di dalam emas putih ada kandungan emasnya sehingga haram
dipakai laki2 Muslim  :

  “Telah diharamkan memakai sutera dan emas bagi laki-laki 
  dari umatku dan dihalalkan bagi wanitanya.” 
  (HR Turmuzi dengan sanad hasan shahih) 
  . 
  Ali bin Abu Thalib berkata,”Aku melihat Rasulullah SAW 
  memegang sutera di tangan kanan dan emas di tangan kiri seraya 
  bersabda,”Keduanya ini haram bagi laki-laki dari umatku.” 
  (HR Abu Daud dengan sanad hasan). 
   

Sedangkan di dalam platina tidak ada unsur emasnya sehingga 
gapa2 dipakai laki2... begitu juga dengan perak karena Rasulullah
sendiri dulu juga pernah pake cincin yang terbuat dari perak.


Mungkin ada yang ingin menambahkan or mengoreksi??



Reni Mardiana [EMAIL PROTECTED] wrote:  
 Assalamu'alaikum wr. wb
 
 Saat ini banyak sekali orang yang menggunakan emas putih (platina) sebagai 
cincin kawin.
 Lalu bagaimana hukumnya memakai emas putih untuk laki-laki? Apakah haram 
seperti emas kuning?
 Dan bagaimana sebenarnya pandangan Islam tentang pemakaian cincin kawin itu?
 
 Wassalamu'alaikum wr. wb
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

  
-
Looking for earth-friendly autos? 
 Browse Top Cars by Green Rating at Yahoo! Autos' Green Center.  

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Tahukah Anda: Kehebatan Tentara Zionis-Israel Cuma Mitos

2007-03-27 Terurut Topik Ica Harahap
  Tahukah Anda: 
  Kehebatan Tentara Zionis-Israel Cuma Mitos


  Kamis, 22 Mar 07 14:41 WIB


   
  Zionis-Yahudi merupakan kaum yang banyak diselubungi mitos 
  dan kedustaan. Beberapa mitos yang terus dipelihara hingga kini 
  dan terus disebar-luaskan lewat corong-corong media massa yang 
  dikuasainya, antara lain: Kaum Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan, 
  kaum Yahudi adalah bangsa yang cerdas.
   
  Mitos lainnya, kaum Yahudi merupakan korban terbesar dalam 
  Perang Dunia II lewat peristiwa pembantaian massa yang dilakukan 
  Nazi-Jerman lewat apa yang dinamakan Holocoust (The Final Solution), 
  MOSSAD dan Israeli Defense Force (IDF) merupakan dinas rahasia dan 
  tentara terhebat di dunia, dan sebagainya.
   
  Klaim Zionis-Yahudi tentang Tanah Palestina juga merupakan 
  kebohongan besar. Karena lewat pengkajian sejarah yang banyak 
  dilakukan sejarawan Barat sendiri, mereka menemukan bahwa klaim 
  Yahudi ini tidak ada dasar ilmiah dan historisnya.
   
  Mitos Tentara Israel 
   
  Salah satu mitos yang paling banyak digembar-gemborkan kaum Zionis, 
  adalah klaim bahwa tentara Zionis-Israel merupakan tentara yang paling 
  canggih peralatannya, paling kuat staminanya, paling berani nyalinya, 
  paling cerdik strateginya, dan paling hebat segala-galanya.
   
  Banyak kalangan kena tipu oleh klaim tidak berdasar ini. Bahkan perwira 
  Indonesia juga banyak yang terkecoh dengan promosi Zionis yang 
  menyebutkan bahwa senjata buatan Israeli Military Industries (IMI) 
  merupakan yang terhebat di dunia. Beberapa tahun lalu kita tentu pernah 
  mendengar kontroversi pembelian sejumlah senjata api buatan Israel yang 
  dilakukan militer kita.
   
  Salah satu senjata api yang jadi dibeli TNI adalah sejenis Assault Rifle 
  (Senjata Serbu) bernama Galil-Galatz/99R yang telah dimodifikasi menjadi 
  senjata sniper dengan tambahan teropong dan dudukan di depan magasinnya. 
  Senjata dengan kaliber 7, 62 mm ini oleh IMI dipromosikan sebagai senjata 
  andalan IDF dan termasuk senjata sniper multi target, bisa menembak personel 
  maupun anti-material.
   
  Benarkah Galil-Galatz/99R ini hebat? Ternyata tidak sepenuhnya benar. 
  Menurut review Jane’s Defense International yang melakukan 
  perbandingan (benchmarking) terhadap sejumlah senjata sejenis, 
  disimpulkan bahwa Galil-Galatz/99R jempolan hanya di harga jual alias 
  mahal harganya, sedangkan tingkat akurasi payah.
   
  Senjata made in Israel ini berada di bawah senjata sejenis seperti 
  M76/SVD Dragunov (Rusia), L96A1/Magnum (Inggris), Barret 82 (AS), 
  Heckler  Koch PSG-1 (Jerman), dan FR-F2/F1 (Perancis).
   
  Bukan itu saja, salah satu kebohongan yang dilansir tentara Zionis ini 
  adalah tentang kehebatan Tank Merkava sebagai tank serbu yang sangat 
  lincah, dahsyat daya hantamnya, dan kuat lapisan bajanya. Mitos tank 
  Mekava hancur beberapa bulan lalu saat tank-tank andalan AB Israel 
  ini banyak yang hancur-lebur jadi korban hantaman misil-misil panggul 
  milisi Hizbullah di Lebanon.
   
  Kopassus-nya  Israel Pengecut
   
  Seorang dokter yang banyak melanglang buana ke banyak daerah 
  konflik dunia seperti Afghanistan, Irak, Palestina, beberapa bulan lalu 
  baru tiba dari Lebanon. Saat itu perang antara tentara Zionis-Israel 
  melawan milisi Hizbullah baru saja berakhir dengan kemenangan 
  di pihak Hizbullah.
   
  Kepada Eramuslim, dokter ini membawa oleh-oleh cerita yang dia 
  dapat dari lapangan. Dia sempat bertemu dengan sejumlah tokoh puncak 
  HAMAS dan Hizbullah dan mendapat banyak informasi menarik yang 
  bisa diambil sebagai pelajaran.
   
  Ada dua peristiwa menarik. Yang pertama, saat pasukan elit Israel, 
  Brigade Golani, menyerbu Bent Jubail, sebuah wilayah yang dikenal 
  sebagai salah satu basis Hizbullah di Lebanon.
   
  “Tidak ada yang mengetahui siapa saja anggota gerilyawan Hizbullah. 
  Mereka sehari-hari bekerja sebagai penduduk biasa. Ada yang jualan buah, 
  dagang di pasar, dan sebagainya. Namun ketika ada tanda bahaya bahwa 
  tentara Israel menyerbu, maka semua ‘orang biasa’ itu lenyap. Pasar jadi 
sepi. 
  Mereka semua mengambil senjatanya yang entah disembunyikan di mana 
  dan berlarian secepat kilat menyongsong kedatangan tentara Zionis, ” 
  ujar dokter tersebut.
   
  Hal ini membuat kaget Brigade Golani Israel dan mereka kemudian 
  kabur secepatnya. Banyak anggota milisi Hizbullah mengeluh kecewa 
  karena tidak jadi bertempur satu lawan satu melawan tentaranya Yahudi ini. 
  Yang kemudian datang adalah heli-heli Apache Israel yang menyemburkan 
  ribuan peluru dan rudal-rudalnya ke bawah.
   
  “Kepada saya, orang-orang Hizbullah ini bercerita bahwa tentara elit Israel 
itu 
  pengecut-pengecut. Tidak berani bertempur secara jantan, berhadapan muka, ” 
  tambahnya.
   
  “Saya juga menanyakan kepada orang-orang Hizbullah ini mengapa RPG 
  mereka bisa menghancurkan tank-tank Merkava Israel yang diklaim sebagai 
  tank yang hebat. Orang-orang Hizbullah ini tertawa dan menyatakan 

RE: [media-dakwah] Fw: Uni

2007-03-26 Terurut Topik Ica Harahap
Maksudnya gini loh Bang, si Pak Djaelani ingin konfirmasi
aja apakah di dalam lambang U itu adalah merupakan tulisan
kaligrafi. jawabanya menurutku bukan karena jika dilihat
lebih teliti itu hanya gabungan dari berbagai macam gambar,
ada daun, bunga, burung, dll. 

Itu loh yang lambang U huruf gede, Bang Tampubolon pasti taulah...

Tampubolon, Mohammad-Riyadi [EMAIL PROTECTED] wrote: waLlahu 'alam ya.. 
sepanjang yang aku tahu, pabrik kita itu  gayanya taat aturan..
 dalam laporan produksi pernah ada target produksi yang  tidak tercapai dengan
 reason 'halal status' dari ingredients yang dikirim  supplier.. itu tahu juga 
karena
 kebetulan ngerjain tugas kawan yang sakit.. jadi kesan aku nech pabrik  lebih
 bertanggung jawab dari  pada pabrik yang bikin makanan pake pormalin  ntu..
  
 he..he..he.. udah ah.. ga tahu  lagi..
  
 mana nech yang lempar issu pertama...? yang dimaksud  apa..?
  
 ^_^

  
-
 From: Ica Harahap [mailto:[EMAIL PROTECTED]  
Sent: Monday, March 26, 2007 3:54 PM
To: Tampubolon,  Mohammad-Riyadi
Cc: Media Dakwah
Subject: RE: [media-dakwah]  Fw: Uni


 
qeqeqeqeqeq. yang orang Unilever jadi semangat 45
heboh  euy

sori baru bisa gabung lagi coz baru selesai ngawas ujian  mahasiswa,
lagi musim UTS .

eh Bang, aku sekalian mo nanya dong,  aku pernah dikirimin
artikel yang menyebutkan klo di Malaysia shampoo  Dove
disinyalir mengandung lemak babi beneran ga tuh??
gimana dengan  yang di Indonesia?? aku sih ga pake shampoonya
tapi pake sabunnya, ada lemak  babinya ga tuh? Dove itu kan
punya Unilever ya. Mohon penjelasannya,  soalnya klo
emang ada lemak babinya or ingredients lain yang haram,
eike  mesti cepet2 ganti sabun nih...

Tampubolon, Mohammad-Riyadi  [EMAIL PROTECTED] wrote: yang 
lempar issu koq ilang yach... logo yang dimaksud apa koqtidak
diklarifikasiyach..



From:Tampubolon, Mohammad-Riyadi 
Sent: Monday, March 26, 2007 12:21 PM
To:'Ica Harahap'
Cc: Media Dakwah
Subject: RE: [media-dakwah] Fw:Uni

katanya sech.. ga tau pastinya.. yang saya tau pasti, yang mroduksiada
orang jawa, ambon,
batak, sunda dan lain-lain.. kalo beneranemangnyakenapa..?



From:Ica Harahap [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 26, 2007 11:58 AM
To: Tampubolon,Mohammad-Riyadi
Cc: Media Dakwah
Subject: RE: [media-dakwah] Fw:Uni

Unilever bukannya produknya Yahudi??
beneran gatuh??

Tampubolon, Mohammad-Riyadi [EMAIL PROTECTED]
wrote:

wah.. kalau yang dimaksud memang logo U di produknyaunilever
tindakan
yang
kita mestinya membeli produk tersebutdech
hue..he..he..he..he...



From:media-dakwah@yahoogroups.com
mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com
[mailto:media-dakwah@yahoogroups.com
mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com]
On Behalf Of humaeroh
Sent: Monday, March 26, 2007 10:45 AM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com
Subject: Re: [media-dakwah] Fw: Uni

Mungkin yang dimaksud olehbapak Djaelani adalah logo U di
produk2
Unilever

- OriginalMessage - 
From: Amri Munthe 
To: media-dakwah@yahoogroups.com
mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com
mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com

Sent:Monday, March 26, 2007 9:12 AM
Subject: Re: [media-dakwah] Fw:Uni

Afwan,

Saya mau tanya simbol U yang terdapat di mana yangdimaksudkan
oleh sdr
Djaelani?

Terimakasih,

Amri

- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
mailto:Djaelani_Djaelani%40app.co.id
mailto:Djaelani_Djaelani%40app.co.id

To:[EMAIL PROTECTED]mailto:tauziyah%40yahoogroups.com
mailto:tauziyah%40yahoogroups.com;
media-dakwah@yahoogroups.com
mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com
mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com
Sent: Saturday, March 24, 2007 9:55 AM
Subject: [media-dakwah] Fw:Uni

Assalamu'alaikum Wr' Wb'

Ijinkan saya menyampaikan titipanteman untuk dibuat diskusi
bersama 
mengenai product dibawah,sbb:
Apa maksud dari simbol U ? font biasa tidak terlihat, tapi klo
di
perbesar akan terlihat seperti tulisan Kaligrafi 
kalau memang benartulisan tersebut Kaligrafi, apa tindakan
kita?
Mohon bisa di buatDiskusi bersama.

Wassalamu'alaikum Wr' Wb'

,
DISCLAIMER:

The information contained in this communication (includingany
attachments) is privileged and confidential, and may belegally
exempt
from disclosure under applicable law. It is intended onlyfor
the
specific purpose of being used by the individual or entityto
whom it is
addressed. If you are not the addressee indicated inthis
message (or
are responsible for delivery of the message to suchperson), you
must
not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy,circulate,
rely on
or use any of the information contained in thistransmission.

We apologize if you have received this communication

RE: [media-dakwah] Fw: Uni

2007-03-26 Terurut Topik Ica Harahap
Hlah kok jadi Harahap???

maksudnya bukan tulisan arab tapi ayat Qur'an
(nah sok teu lagi deh tuh) mendingan coba japri ke Beliau 
aja Bang, biar lebih jelas maksudnya apa daripada kita tebak2 
buah manggis Mungkin Beliau maunya japri bukan
di milis, mungkin agak pemalu. hehehehe..

udah ah selanjutnya aku ga ikut2an lagi maen tebak2annya...
udah ABCDE Aduh Boo Cuape Deh Eike

Tampubolon, Mohammad-Riyadi [EMAIL PROTECTED] wrote: ... jadi pak 
jaelani harahap kira itu kali grafi  arab... ^_^
  
 misalnya: kalaupun iya tulisan arab, misalnya kalau arti  tulisan
  
 itu adalah selamat bersih-bersih.. atau misalnya arti  tulisan
  
 kaligrafinya selamat menggunakan produk bermutu  atau
  
 misal lainnya lah.. apa ga boleh dibawa ke kamar  mandi..
  
 heu..he..he.. jadi kalau produk yang di meja makan  ga
  
 masalah juga yaa.. tapi kalo ybs langsung klarifikasi lebih  asik dech..

  
-
 From: Ica Harahap [mailto:[EMAIL PROTECTED]  
Sent: Tuesday, March 27, 2007 9:55 AM
To: Tampubolon,  Mohammad-Riyadi
Cc: Media Dakwah
Subject: RE: [media-dakwah]  Fw: Uni


 
nggak.. hehehehehe..

maksud pertanyaan : Apa tindakan  kita? gini loh Bang menurutku
Beliau tuh bingung klo emang itu ternyata  tulisan kaligrafi ayat
Qur'an kan ga boleh dibawa masuk ke tempat najis  (Toilet),
sedangkan produk Unilever sendiri kan banyak tuh yang
buat  keperluan mandi... nah makanya langsung diclearkan
ke Beliau klo itu bukan  tulisan kaligrafi.. 
(eh gitu ga sih maksudnya?? hehehehe aku jadi  sok teu...)

jadi produknya Bang Tampubolon tetep laku.  get.

Tampubolon, Mohammad-Riyadi  [EMAIL PROTECTED] wrote:   berarti dah 
kejawab donk dengan emailku yangpertama..

   sikapnya yach langsung beli geth...

   klo produk yang sama yang ga ada lambang ga usahbeli

   gimana... setuju g...

  
-
   From: Ica Harahap[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, March 27, 2007 9:27AM
To: Tampubolon, Mohammad-Riyadi
Cc: MediaDakwah
Subject: RE: [media-dakwah] Fw: Uni


   
Maksudnya gini loh Bang, si Pak Djaelani ingin konfirmasi
ajaapakah di dalam lambang U itu adalah merupakan tulisan
kaligrafi.jawabanya menurutku bukan karena jika dilihat
lebih teliti itu hanyagabungan dari berbagai macam gambar,
ada daun, bunga, burung, dll.

Itu loh yang lambang U huruf gede, Bang Tampubolon pastitaulah...

Tampubolon, Mohammad-Riyadi[EMAIL PROTECTED] wrote:  
waLlahu 'alam ya.. sepanjang yang aku tahu, pabrik kita  itu gayanya taat 
aturan..
 dalam laporan produksi pernah ada target produksi yang  tidak tercapai 
dengan
 reason 'halal status' dari ingredients yang dikirim  supplier.. itu 
tahu juga karena
 kebetulan  ngerjain tugas kawan  yang sakit.. jadi kesan aku nech 
pabrik  lebih
 bertanggung jawab dari  pada pabrik yang bikin makanan pake pormalin   
   ntu..
  
 he..he..he.. udah ah.. ga tahu  lagi..
  
 mana nech yang lempar issu  pertama...? yang dimaksud apa..?
  
 ^_^

  
-
 From: Ica Harahap  [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, March 26, 2007 3:54  PM
To: Tampubolon, Mohammad-Riyadi
Cc: Media  Dakwah
Subject: RE: [media-dakwah] Fw: Uni


 
qeqeqeqeqeq. yang orang Unilever jadi semangat  45
heboh euy

sori baru bisa gabung lagi coz baru selesai  ngawas ujian mahasiswa,
lagi musim UTS .

eh Bang, aku sekalian  mo nanya dong, aku pernah dikirimin
artikel yang menyebutkan klo di  Malaysia shampoo Dove
disinyalir mengandung lemak babi beneran ga  tuh??
gimana dengan yang di Indonesia?? aku sih ga pake  shampoonya
tapi pake sabunnya, ada lemak babinya ga tuh? Dove itu  kan
punya Unilever ya. Mohon penjelasannya, soalnya klo
emang ada  lemak babinya or ingredients lain yang haram,
eike mesti cepet2 ganti  sabun nih...

Tampubolon, Mohammad-Riyadi  [EMAIL PROTECTED] wrote:   
   yang lempar issu koq ilang yach... logo yang dimaksud apa koq
tidak
diklarifikasiyach..



From:Tampubolon, Mohammad-Riyadi 
Sent: Monday, March 26, 2007 12:21PM
To: 'Ica Harahap'
Cc: Media Dakwah
Subject: RE: [media-dakwah]Fw: Uni

katanya sech.. ga tau pastinya.. yang saya tau pasti, yangmroduksi ada
orang jawa, ambon,
batak, sunda dan lain-lain.. kalobeneran emangnyakenapa..?



From:Ica Harahap [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 26, 2007 11:58 AM
To: Tampubolon,Mohammad-Riyadi
Cc: Media Dakwah
Subject: RE: [media-dakwah] Fw:Uni

Unilever bukannya produknya Yahudi??
beneran gatuh??

Tampubolon, Mohammad-Riyadi [EMAIL PROTECTED]
wrote:

wah.. kalau

[media-dakwah] Obat Keluh Kesah

2007-03-26 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Wuaduh pagi2 dah kena semprot niii hehehehe
afwan Pak Nizami, lagi mumet ni butuh refreshing bentar
kan tadi ada kaitannya juga dengan ajaran Islam coz ngebahas
masalah lambang yang diduga berbentuk kaligrafi
Mungkin karena bawanya sambil becanda kali ya
jadi agak2 ga keliatan.

Ya udah deh klo ga boleh becanda lagi, ni aku kirimin
artikel aja Mudah2an bisa menghapuskan keluh kesah
gundah gulana tiada tara hehehehe


  Obat Keluh Kesah 
 
 Oleh : KH Yusuf Supendi
   
  Rasulullah SAW bersabda, ''Manusia yang paling jelek adalah 
  yang bersifat amat kikir dan pengecut.'' (HR Ahmad dan Abu Daud). 
  Allah SWT memaparkan dalam QS Al Ma'aarij (70) ayat 19-21 
  tentang tiga sifat tercela yang sering melekat pada manusia yaitu 
  keluh kesah, frustrasi, dan kikir. Sifat manusia juga cenderung 
  angin-anginan. Allah menyebutnya sebagai orang-orang yang 
  ''berada di tepi''.
   
  ''Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan 
  berada di tepi (tidak dengan penuh keyakinan), maka jika ia memperoleh 
  kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu 
  bencana, berbaliklah ia ke belakang (kembali kafir lagi). Rugilah ia di 
  dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.'' 
  (QS Al Hajj [22]: 11) 
   
  Manusia memiliki sifat keluh kesah, risau, dan gundah gulana. Apabila 
  mendapatkan ujian dalam bentuk kejelekan seperti musibah, kesulitan, 
  atau problematika hidup lainnya ia berkeluh kesah dan frustrasi.
  Sebaliknya, apabila mendapatkan ujian dalam bentuk kebaikan seperti 
  nikmat kesehatan, harta kekayaan, atau posisi dan kedudukan ia menjadi 
  kikir, lupa daratan, dan tidak mensyukuri nikmat Allah SWT, serta ingkar 
  dengan kekuasaan Allah.
   
  Sifat keluh kesah dan frustrasi ini banyak melekat pada manusia, mulai dari 
  yang miskin papa sampai yang kaya raya, mulai dari anak-anak sampai 
  dengan orang tua. Seorang ibu yang frustrasi dan gamang akan 
  masa depannya mengakhiri hidupnya sendiri dan anak-anaknya.
   
  Para pegawai dan pejabat banyak yang frustrasi menghadapi akhir 
  masa jabatannya. Mereka khawatir menghadapi kehidupan dengan 
  penuh kesulitan dan tidak mendapatkan penghargaan, serta merasa 
  kurang bermanfaat di masyarakat.
   
  Islam telah memberikan solusi dan antisipasi untuk mengobati penyakit 
  keluh kesah dan frustrasi. Dalam surat Al Ma'aarij (QS 70: 22-34) 
  Allah SWT memberikan tujuh kiat menanggulangi sifat ini. 
  Allah berpesan pada kita untuk tetap mengerjakan shalat (ayat 22-23), 
  mengeluarkan zakat dan mendermakan harta kekayaannya (ayat 24-25), 
  memercayai hari pembalasan (ayat 26), takut terhadap azab Allah SWT 
  (ayat 27-28), memelihara kemaluannya (ayat 29-30), memelihara amanah 
  dan janjinya (ayat 32), serta memberikan kesaksian secara tepat 
  dan benar (ayat 33).
   
  Insya Allah apabila umat Islam dapat melaksanakan konsep dari Allah 
  yang dituangkan dalam Alquran secara baik sesuai dengan aturan syariah 
  dan dilandasi tulus ikhlas akan mendapatkan ketenangan hidup di dunia. 
  Dan di akhirat, ia akan mendapatkan balasan berupa surga dan dimuliakan 
  Allah SWT. 
   
   
  http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14
  

A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalamu'alaikum wr wb,
 Saudara2 sekalian,
 Sekali lagi saya lihat diskusi di milis, lagi-lagi terjadi diskusi 
 panjang lebar tentang hal yang tidak ada kaitannya dengan ajaran 
 Islam.
 
 Sekali lagi kita tanya, adakah manfaat diskusi macam itu bagi 
 anggota milis lainnya?
 
 Hendaknya sebagai ummat Islam kita meninggalkan hal yang tidak 
 membawa manfaat.
 
 Jika diskusi sudah terlalu panjang, lebih baik lewat japri saja 
 jangan lewat milis.
 
 Mohon maaf jika ada salah kata.
 
 Wassalamu'alaikum wr wb
 
 Berikut contoh diskusinya:
 
 Re: Fw: Uni 
 de..yg punya lambang U, langsung jualan dech..*_^ kena pajak 
 iklan di sini. ya..berhubung pasar saat ini sebagian besar dikuasai 
 sama yg berlambang U,
 Posted - Mon Mar 26, 2007 8:31 pm suhana032003 
  Send IM 
  Send Email 
  View Yahoo! 360° Page  
 Re: Fw: Uni 
 Hlah kok jadi Harahap??? maksudnya bukan tulisan arab tapi ayat 
 Qur'an (nah sok teu lagi deh tuh) mendingan coba japri ke Beliau 
 aja Bang, biar lebih jelas
 Posted - Mon Mar 26, 2007 8:28 pm Ica Harahap
 [EMAIL PROTECTED] 
  Send Email  
 Re: Fw: Uni 
 ... jadi pak jaelani harahap kira itu kali grafi arab... ^_^ 
 misalnya: kalaupun iya tulisan arab, misalnya kalau arti tulisan itu 
 adalah selamat
 Posted - Mon Mar 26, 2007 8:27 pm Tampubolon, Mohammad-...
 riyaditampu 
  Offline 
  Send Email 
  Invite to Yahoo! 360°  
 Re: Fw: Uni 
 berarti dah kejawab donk dengan emailku yang pertama.. sikapnya yach 
 langsung beli geth... klo produk yang sama yang ga ada lambang 
 ga usah beli gimana...
 Posted - Mon Mar 26, 2007 7:43 pm Tampubolon, Mohammad-...
 riyaditampu 
  Offline 
  Send Email 
  Invite

Re: [media-dakwah] Jatuh Cinta Lagi?

2007-03-25 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Solusi buat yang belum nikah??
hmmm apa ya jawabnya, bingung juga coz aku sendiri juga 
belum nikah tuh hehehehe.

Tenang aja, jodohnya udah disiapin Allah kok somewhere out there,
klo emang udah waktunya, pasti juga akan merasakan suatu 
kebahagiaan dalam pernikahan Insya Allah

Sekarang jangan berputus asa, tetep optimis aja.
Ikhtiar dan do'a jalan terus, minta selalu sama Allah
agar diberikan yang terbaik pasrahkan dan ikhlaskan
semua sambil terus berdoa dan berikhtiar

Klo untuk meredam hawa nafsu, Rasulullah sendiri
menganjurkan untuk memperbanyak puasa sunnah
serta lebih mendekatkan diri pada Allah

Jadi ya ga usah iri ngeliat pasangan yang udah menikah,
insya Allah suatu saat kita juga akan merasakannya,
it's only a matter of time... Tetep berikhtiar dan berdoa,
maju terus pantang mundur serta TETAP SEMANGAT!!! 
(hehehehe tuh kata2 sebenernya buat diriku sendiri juga)

Salam.

dq ari [EMAIL PROTECTED] wrote:  ass
 maaf kk,solusi bg yg blom menikah bagaimana?
 saya pernah mengajukn untuk meminta merit kpd ortu walupun saya blom
 memiliki pasangan...
 tapi saya yqin saya akan dibantu untuk mendapatkanya,karena tujuan saya
 untuk lillahi taala
 tapi ortu saya tetap bersikeras saya harus membahagiakannya dl.say hrs
 kerja
 
 so..skrg say iri melihat mrk yg asyik berduan mesra...
 
 entahlah mungkin skrg yg bisa saya lakukan hanyalah berdoa+sabarmembuang
 enerji hawa nafsu saya dengan mengalilhkanya untuk belajar.
 
 sekian dl kk...
 makasih
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

 
-
The fish are biting.
 Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] 'Ujub

2007-03-22 Terurut Topik Ica Harahap
  ‘Ujub 
 
 
 
  Oleh : Moch Aly Taufiq 
   
  Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata, ''Keburukan (sayyi'ah) yang 
  menyebabkanmu gundah gulana, lebih baik di sisi Allah, daripada 
  kebaikan (hasanah) yang menyebabkanmu 'ujub (berbangga diri). 
   
  Ada dua poin dalam kalimat mutiara tersebut. Pertama, perbuatan tercela 
  (selain dosa besar), tetapi membuat sang pelaku gundah, tidak tenang, 
  serta menyesal, dapat menjadi sugesti untuk bertobat. Kedua, perbuatan 
  terpuji, tetapi menyebabkan sang pelaku menjadi sombong. Menurut sepupu 
  Nabi SAW tersebut, ''Yang pertama lebih baik daripada kedua.'' 
   
  'Ujub adalah sifat terlalu membanggakan diri, sehingga individu lain 
  dipandang rendah, lemah, dan buruk. Seperti perkataan iblis, ''Saya 
  lebih baik dari Adam, Engkau menciptakan aku dari api, sedangkan 
  Adam Engkau ciptakan dari tanah.'' (QS Al-A'raf [7]: 12).
   
  'Ujub adalah penyakit jiwa dan hati, yang seringkali menjangkiti orang-orang 
  yang dikaruniai harta melimpah, jabatan bergengsi, tubuh sempurna, ilmu luas, 
  gelar tinggi, dan wajah rupawan. 'Ujub juga bisa menjangkiti seseorang yang
  ilmu agamanya luas. Intinya, siapa pun bisa terserang 'penyakit' ini.
   
  Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Tiga perkara yang membuatmu hancur 
  adalah kikir, mengikuti hawa nafsu, dan sifat membanggakan diri.
  '' Hujjatul Islam, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali 
  mengatakan, ''Sifat sombong dan 'ujub mampu menghapus segala bentuk 
  keutamaan dan bisa merendahkan diri.'' Sebanyak apa pun sedekah kita, 
  bila dilakukan dengan 'ujub, tidak akan bernilai di sisi Allah. 
   
  Sesering apa pun ibadah kita, akan sia-sia, jika di dalam hati terdapat 
  sejengkal ruang 'ujub maka sia-sia apa yang telah kita lakukan. Hal ini 
  makin menguatkan, segala yang dikaruniakan kepada kita, baik jabatan, 
  harta, atau ilmu, adalah ujian. Barang siapa tetap rendah hati dengan segala 
  keutamaan yang dimiliki, maka kedudukannya makin tinggi, baik di mata 
  manusia maupun di sisi Allah. Tapi, bagi hamba yang 'ujub, keutamaan 
  tersebut menjadi kerendahan.
   
  Maka, tak berlebihan bila Ali menyebut lebih baik perbuatan tercela, 
  tapi bisa menjadikan kita gundah dan bertobat. Rasa menyesal mendorong 
  kita selalu menghindari cela. Dan memang begitu rendah, perbuatan terpuji, 
  tapi berbuah kesombongan dan kecongkakan sehingga hati semakin 'sakit' 
  dan susah ditembus oleh nasihat bijak. Na'udzu billahi min dzalika. 
   
  http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14
  
 
-
TV dinner still cooling?
Check out Tonight's Picks on Yahoo! TV.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Berhias dengan Akhlak

2007-03-22 Terurut Topik Ica Harahap
  Berhias dengan Akhlak
   
  
Setiap manusia mempunyai fitrah untuk menghiasi diri. Tapi sayangnya, 
  banyak manusia yang tidak mengetahui perhiasan yang terbaik bagi dirinya. 
  Ada yang menghiasi diri dengan logam mulia seperti emas dan berlian. 
  Ada pula yang menghiasi diri dengan kosmetik. Semua ditujukan guna 
  menampilkan diri dalam bentuk yang paling indah.
   
  Bagi seorang Muslim, perhiasan terindah adalah akhlak mulia. Inilah 
  perhiasan yang dapat dikenang sepanjang masa. Inilah perhiasan yang 
  menjadikan pemiliknya mulia di hadapan manusia dan Allah SWT. 
  Dengan akhlak mulia, seorang Muslim akan terlihat anggun dan cantik. 
  Setiap orang yang melihatnya akan terkesima dan kagum oleh keindahan 
  akhlaknya.
   
  Dalam pandangan Rasulullah SAW, akhlak mulia menjadi bukti kemuliaan 
  seorang Muslim. Beliau bersabda, ''Sesungguhnya orang yang paling baik 
  keislamannya adalah yang paling indah akhlaknya.'' (HR. Ahmad) Menghiasi 
  diri dengan akhlak mulia berarti mempertegas diri sebagai manusia, karena 
  dengan akhlak akan terlihat perbedaan manusia dengan hewan. Dengan akhlak 
  pula akan terlihat sisi keteraturan hidup manusia yang tidak dimiliki hewan.
   
  Dengan demikian, manusia yang tidak peduli dengan akhlak sesungguhnya 
  ia sedang menuju derajatnya yang paling rendah. Tanpa akhlak, manusia akan 
  seenaknya melakukan apa saja tanpa peduli apakah tindakannya berbahaya 
  bagi orang lain atau tidak.
   
  Allah SWT berfirman, ''Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam 
  bentuk yang paling sempurna. Kemudian Kami kembalikan manusia 
  kepada derajat yang paling rendah.'' (QS al-Tin [95]: 4-5).
   
  Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, akhlak mulia menjadi kunci 
  keberlangsungan suatu masyarakat. Artinya, keberadaan suatu masyarakat 
  hanya bernilai jika telah mempraktikkan akhlak mulia dalam kehidupan 
  sehari-hari. Sebaliknya, jika akhlak mulia sudah ditinggalkan oleh suatu 
  masyarakat, maka lonceng kematian masyarakat itu hanya tinggal 
  menunggu waktu. 
   
  Masyarakat tanpa akhlak mulia seperti masyarakat rimba di mana 
  pengaruh dan wibawa diraih dari keberhasilan menindas yang lemah, 
  bukan dari komitmen terhadap integritas akhlak dalam diri.
   
  Dalam Islam, akhlak bukanlah ajaran yang layak dipandang sebelah mata. 
  Perhatian Islam terhadap akhlak sama seperti perhatian terhadap 
  masalah akidah dan syariah. Ini menjadi bukti bahwa Islam bukanlah 
  agama yang hanya kaya dengan teori normatif tetapi juga agama yang 
  menekankan kepada pengamalan praktis.
   
  Perjalanan dakwah Islam membuktikan bahwa keberhasilan 
  Nabi Muhammad SAW berdakwah bukanlah hanya karena keluhuran 
  ajaran Islam tetapi juga karena akhlak mulia yang langsung dipraktikkan
   oleh beliau dalam setiap langkah kehidupannya.
   
  (H Muhammad Irfan Helmy )
   
   
  
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=279217kat_id=14kat_id1=kat_id2=
  
 
-
It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Menjaga Hati dan Lisan

2007-03-22 Terurut Topik Ica Harahap
  Menjaga Hati dan Lisan
   
  Rasulullah SAW pernah menjamin surga bagi siapa saja 
  di antara kaum Muslimin yang sanggup menjaga dua hal, yaitu 
  menjaga apa yang terdapat di antara kedua bibirnya (lisan) dan 
  menjaga apa yang terdapat di antara kedua kakinya (kemaluan). 
  Mengapa penjagaan terhadap lisan menempati posisi yang 
  sangat penting di dalam agama ini? 
   
  Fakta memperlihatkan betapa lisan manusia mampu menimbulkan 
  kekacauan sosial serta konflik yang berkepanjangan. Pertikaian seringkali 
  bermula dari lidah yang tidak dijaga dengan baik.
   
  Alquran menasihati kita, ''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah 
  kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. 
  Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan 
  satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging 
  saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. 
  Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat 
  lagi Maha Penyayang.'' (QS Al Hujurat [49]: 12).
   
  Dalam ayat yang lain Allah menyatakan bahwa prasangka sama sekali 
  tidak berfaedah terhadap kebenaran (QS An Najm [53]: 28). Seringkali, 
  kita menyangka yang bukan-bukan terhadap seseorang, padahal kita 
  sama sekali tidak memiliki data yang pasti tentang itu. Kita juga sama sekali 
  tidak mengetahui isi hati orang tersebut.
   
  Bila sudah mulai menyangka yang tidak baik, maka kita pun akan cenderung 
  dijalani pula, yaitu mencari-cari kesalahan (tajassus). Jika kita tidak suka 
  terhadap orang lain, maka berbagai jalan akan ditempuh untuk mencari-cari 
  hal yang salah dari diri orang tersebut. Kalau kesalahan sudah dicari-cari, 
  maka manusia yang paling mulia pun akan tampak penuh noda di depan mata.
   
  Prasangka dan tajassus biasanya akan dekat dengan bergunjing. 
  Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah RA dikatakan
  bahwa Rasulullah SAW suatu kali ditanya tentang pengertian ghibah. 
  ''Yaitu kamu menyebut-nyebut saudara kamu tentang sesuatu yang 
  tidak disukainya,'' terang Rasul. ''Lantas bagaimana sekiranya saudara saya 
  seperti apa yang saya sebutkan?'' tanya orang itu lagi. ''Kalau dia seperti
  yang kamu ucapkan, berarti kamu telah melakukan ghibah, tapi sekiranya 
  ia tidak seperti yang engkau katakan, maka kamu telah membuat tuduhan 
  palsu terhadapnya.'' Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. 
  Manusia-manusia yang baik pun bisa memiliki kekurangan. Tapi, bukan berarti 
  hal itu layak untuk diinvestigasi dengan prasangka dan tajassus serta 
  dipublikasi dengan ghibah. Bukankah seorang hamba seharusnya merasa 
  malu dengan teguran Tuhannya yang mengumpamakan semua itu dengan 
  'memakan daging bangkai saudaranya yang sudah mati'? 
  Tidakkah kita merasa jijik karenanya?
   
  (Ibnu Hasan )
   
  
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=275695kat_id=14kat_id1=kat_id2=
  
 
-
We won't tell. Get more on shows you hate to love
(and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] Surat Berantai

2007-03-21 Terurut Topik Ica Harahap
  Wa'alaikumsalam wr.wb.



  Mengenai hal ini sudah banyak sanggahannya,
  berikut aku sampaikan salah satunya dari 
  Dr. Yusuf Qaradhawi. 
  



WASIAT PALSU SYEKH   AHMAD
   Dr. Yusuf Qardhawi
 
 PERTANYAAN:
  Pada suatu saat secara kebetulan saya menerima sepucuk surat 
  dan setelah saya baca, saya merasa bingung mengenai isinya. 
  Karena itu, saya mohon kesediaan Ustaz untuk menjelaskan isi 
  surat tersebut, apakah benar atau tidak.
   
  Surat tersebut ditandatangani oleh seorang fa’il khair (pembuat kebaikan, 
  dermawan) yang berisi wasiat Syekh Ahmad, juru kunci makam (kubur) 
  Rasulullah saw., yang ditujukan kepada segenap kaum muslimin 
  di dunia timur maupun barat. Juga berisi macam-macam nasihat.
   
  Pada bagian akhir surat tersebut dikatakan, “Di Bombay terdapat seseorang 
  yang memperbanyak surat tersebut dan membagi-bagikannya kepada tiga 
  puluh orang, lalu Allah memberikannya rezeki sebanyak dua puluh lima 
  ribu rupiah; ada pula yang membagi-bagikannya lalu ia mendapat rezeki 
  dari Allah sebanyak enam ribu rupiah. Sebaliknya, ada pula orang yang 
  mendustakan wasiat tersebut, sehingga anaknya meninggal dunia pada hari itu.”
   
  Dalam surat tersebut dikatakan bahwa orang yang telah memperoleh dan 
  membaca wasiat itu tetapi tidak menyebarkannya kepada orang lain, 
  akan ditimpa musibah besar.
   
  Bagaimanakah pendapat Ustaz mengenai masalah tersebut?
 Apakah benar atau tidak?
   
  JAWABAN:
   
  Memang ramai orang yang bertanya tentang wasiat tersebut. 
  Dan sebenarnya kemunculan surat wasiat ini bukan saja baru-baru ini, 
  tetapi saya telah melihatnya sejak puluhan tahun lalu. Surat tersebut 
  dinisbatkan kepada seorang lelaki yang terkenal dengan sebutan 
  Syekh Ahmad, juru kunci makam Rasulullah saw.
   
  Untuk memastikan kebenaran berita yang disampaikan dalam surat tersebut, 
  saya pernah menanyakan kepada orang-orang di Madinah dan di Hijaz. 
  Saya mencari informasi mengenai orang yang disebut Syekh Ahmad itu 
  beserta aktivitasnya. Dari informasi yang didapat, ternyata tidak ada 
  seorang pun di Madinah yang pernah melihat dan mendengar berita 
  mengenai Syekh Ahmad ini. Tetapi sayangnya, wasiat yang menyedihkan 
  itu telah tersebar luas di negara-negara umat Islam.
   
  Wasiat tersebut dengan segala isinya tidak ada arti dan nilainya sama 
  sekali dalam pandangan agama. Di antara isi wasiat yang diasaskan pada 
  pendapat Syeikh Ahmad yang katanya bermimpi bertemu Nabi saw. itu
  ialah tentang telah dekatnya hari kiamat.
   
  Masalah berita kedekatan kiamat ini sebenarnya tidak perlu mengikuti 
  pendapat Syeikh Ahmad atau Syeikh Umar, karena Al Qur’an telah 
  mengatakan dengan jelas:
   
  “… boleh jadi hari kebangkitan itu sudah dekat waktunya.” (Al Ahzab: 63)
  Begitu pula Nabi saw. telah bersabda:
  “Aku dan hari kiamat diutus (secara berdekatan) seperti ini. Beliau 
(mengatakan demikian) sambil memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari 
tengahnya.” (Muttafaq ‘alaih dari hadits Anas dan Sahl bin Sa’ad)
   
  Hal lain dari isi wasiat itu ialah bahwa kaum wanita sekarang sudah banyak 
  yang keluar rumah, dan banyak yang telah menyimpang dari agama. 
  Masalah ini pun sebenarnya tidak perlu mengambil sumber dari mimpi-mimpi, 
  karena kita sudah mempunyai kitab Allah dan sunnah Rasul yang sudah 
  memuaskan untuk dijadikan pedoman. Allah berfirman:
   
  “… Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah 
  Kucukupkan nikmat-Ku atas kamu, dan telah Kuridhai Islam menjadi 
  agamamu …” (Al Maa’idah: 3)
   
  Orang yang beranggapan bahwa Din Islam yang telah disempurnakan 
  Allah ini masih memerlukan keterangan yang diwasiatkan oleh orang 
  yang tidak dikenal itu, berarti dia meragukan kesempurnaan dan kelengkapan 
  Dinul Islam. Islam telah sempurna dan telah lengkap, tidak memerlukan 
  wasiat apa pun.
   
  Isi wasiat tersebut jelas memperlihatkan kebohongan dan kepalsuan wasiat 
  tersebut. Sebab, pewasiat telah mengancam dan menakut-nakuti orang yang 
  tidak mau menyebarluaskannya bahwa ia akan mendapat musibah dan kesusahan, 
  anaknya akan mati, dan hartanya akan habis. Hal ini tidak pernah dikatakan 
  oleh seorang manusia pun (yang normal pikirannya), terhadap kitab Allah dan 
  Sunnah Rasul-Nya. Tidak ada perintah bahwa orang yang membaca Al Qur’an 
  harus menulisnya setelah itu kemudian menyebarluaskannya kepada orang lain; 
  dan jika tidak, akan terkena musibah. Begitu pula tidak ada perintah bahwa 
  orang yang membaca Shahih Bukhari harus menulisnya dan menyebarluaskannya 
  kepada khalayak ramai, sebab kalau tidak, akan tertimpa musibah.
   
  Kalau Al Qur’an dan Sunnah Rasul saja tidak begitu, maka bagaimana 
  dengan wasiat yang penuh khurafat itu? Ini merupakan sesuatu yang 
  tidak mungkin dibenarkan oleh akal orang muslim yang memahami Islam 
  dengan baik dan benar.
   
  Kemudian dalam wasiat tersebut dikatakan bahwa si Fulan di negeri ini 
  dan ini karena telah menyebarluaskan wasiat tersebut ia 

RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api

2007-03-21 Terurut Topik Ica Harahap
Iya Pak, dimaafkan kok
hahahaha aku jadi mo ketawa afwan ya Pak...

comment pertama yang Bapak kirim, aku juga dah tau kok klo
maksud Bapak :
Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan 
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda.
cuma lagi salah ketik aja karena buru2, ya kan Pak...?

tenang aja Pak, aku selalu berhusnudzon kok sama saudara
sesama Muslim n insya Allah saudara2 kita di sini juga begitu...

 
 

Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] wrote:  Aduh 
mohon maaf, seharusnya kata 'nggak' dihapus... :) 
 
 Salam, 
 Akmal H 
 
 
 
 
 
 Fajar H. Cahyono [EMAIL PROTECTED]  
 03/21/2007 02:30 PM 
 
 To 
 Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] 
 cc 
 
 Subject 
 RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
 
 
 
 
 
 
 Dimana letak ralatnya pak…. ??? 
   
 
 From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]  
 On Behalf Of Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Wednesday, March 21, 2007 1:33 PM 
 To: Media Dakwah 
 Subject: Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
   
 Ralat: 
 Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak  
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda. 
 
 Seharusnya: 
 Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak  
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda. 
 
 Salam, 
 Akmal H 
 
 Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]  
 Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com 
 03/21/2007 10:37 AM 
 
 To 
 
 cc 
 
 Subject 
 Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
 
 Subhannallah... 
 
 Mungkin ini bagian dari rahasia sedekah yang selama ini belom kita sadari. 
 
 Salam, 
 Akmal H 
 
 Ica Harahap [EMAIL PROTECTED]  
 Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com 
 03/21/2007 09:25 AM 
 
 To 
 Media Dakwah media-dakwah@yahoogroups.com 
 cc 
 
 Subject 
 [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
 
 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 16 Mar 07 08:58 WIB 
 
 Oleh Denny Hermawan 
 
 Senin, 12 Maret 2007, Dukuh-Atas Hari itu, sama seperti hari-hari  
 biasanya. Kepulangan ku menuju rumah di bilangan bintaro, tangerang,  
 terpaksa tertunda. Hal ini disebabkan oleh terlambatnya kereta api ekspres  
 
 
 jurusan serpong, hingga aku pun bergumam, Ah.dasar Indonesia. Mana ada  
 sih transportasi yang on-time. 
 
 18. 45 WIB Tiga puluh delapan menit berlalu sudah dari yang seharusnya  
 kereta api itu telah sampai di tempatku berdiri saat ini. Pemandangan  
 stasiun kali itu terllihat lebih lengang, tidak 'sesumpek' biasanya. Ada  
 kemungkinan sebagian besar penumpang telah terangkut di pemberangkatan  
 sebelumnya, pukul 18. 05. Yah..gak apa-lah. Telat-telat juga, yang  
 penting aku berpeluang mendapat duduk di kereta ekspres pemberangkatan  
 terakhir itu... , dan aku pun menunggu kembali. 
 
 18. 48 WIB Duhh... Lapar, tiba-tiba saja desakan organ-organ lambungku  
 yang sudah setengah hari ini belum mendapat suplai makanan, memaksa mataku  
 
 
 untuk memandang ke sekeliling stasiun, mencari tempat-tempat yang  
 menyediakan penganan ringan, Hmm.uangku terbatas nih. Beli apa ya?  
 Kebingunganku di dalam memilih makanan saat itu sebenarnya didasari oleh  
 konsep hidupku. Akhir-akhir ini aku sedang berusaha untuk disiplin di  
 dalam berbagai hal, termasuk masalah pengeluaran uang. Budget-ku pada hari  
 
 
 itu tinggal-lah ongkos untuk pulang 'plus' seribu-dua ribu yang dapat aku  
 gunakan untuk jajan cemilan (walau aku juga membawa uang lebih untuk  
 keperluanyanglain, tapi aku berusaha untuk tidak menggunakannya).  
 Karenanya, aku mencoba mencari makanan dengan harga yang sesuai. 
 
 Eh ada keripik pedas tuh!, sebuah cemilan cekung berwarna merah yang  
 terpampang di sudut kiri atas etalase sebuah warung kecil, telah mencuri  
 hatiku untuk mendekatinya. Aku yakin bahwa harganya pastilah tidak  
 terlampau mahal, karena dari ukuran bungkusannya pun juga kecil. Dan benar  
 
 
 saja, dengan berbekal uang Rp 1500; sekantong kecil keripik pedas 'plus'  
 segelas air mineral telah berpindah ke tanganku. Maka tak lama kemudian,  
 sekeping-dua keping keripik pedas dan beberapa seruputan air mineral  
 perlahan mulai masuk ke dalam mulutku, berayun dan berhimpitan didalamnya  
 disebabkan oleh gencarnya gigi dan lidah-ku mencengkramnya.  
 Ahh.alhamdulillah.nikmatnya  
 
 18. 50 WIB Kepada para penumpang kereta api ekspres jurusan serpong, di  
 informasikan bahwa kereta api masih terhambat di stasiun manggarai. Kereta  
 
 
 sedang dalam perbaikan AC. Kami mohon maaf atas keterlambatan ini dan  
 kepada para penumpang diharap untuk bersabar. Sebuah pengumuman keras  
 melalui speaker stasiun mengusik keasyikan prosesi 'ngemil' yang sedang  
 kujalani. Ya, sekali lagi aku harus sabar menunggu. Karena untuk berpindah  
 
 
 ke jenis kendaraan lain aku harus menggunakan jalur bis Blok M - Bintaro  
 yang justru akan memakan waktu lebih lama lagi, sekitar 2x waktu  
 perjalanan menggunakan kereta api. 
 
 Maka aku pun kembali melanjutkan aktivitas ngemilku

[media-dakwah] Berkata Baik atau Diam

2007-03-21 Terurut Topik Ica Harahap
  Berkata Baik atau Diam
   
  Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang Muslim memiliki 
  keistimewaan yang menjadi ciri khasnya, yaitu adanya sifat 
  kasih sayang dan persaudaraan. Kasih sayang harus senantiasa 
  menghiasi diri mereka. Persaudaraan ini jelas seperti yang 
  difirmankan Allah SWT, ''Sesungguhnya orang-orang mukmin 
  adalah bersaudara, karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu 
  dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.'' 
  (Qs Al Hujurat [49]: 10).
   
  Allah SWT telah mengharamkan atas kaum mukminin untuk 
  melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan permusuhan dan 
  kebencian di antara mereka. Jangankan bertikai, mendekati 
  perbuatan yang menyebabkan pertikaian dan kebencian pun 
  dilarang (lihat QS Al-Maidah [5]: 91). Salah satu langkah 
  menghindari permusuhan adalah dengan menjaga perkataannya. 
  Kadangkala, perbincangan yang halal dapat berubah menjadi 
  perbincangan yang makruh dan bahkan menjadi perbincangan 
  yang haram, karena lidahnya tidak dijaga. 
   
  Dalam hadis yang telah disepakati keshahihannya ini disebutkan 
  tidak layak seseorang berbicara kecuali jika kata-katanya itu 
  mengandung kebaikan. Jika seseorang ragu tentang ada atau tidaknya 
  kebaikan pada apa yang akan diucapkannya, maka hendaklah ia 
  tidak berbicara. ''Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, 
  hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam.'' (HR Bukhari dan Muslim).
   
  Bahaya lisan itu sangat banyak. Lidah yang tidak terjaga, memang 
  sangat berbahaya. Suatu perkataan yang semula dimaksudkan bercanda, 
  bisa jadi menyakiti perasaan lawan bicara kita. Apalagi, bila terang-terangan 
  bermaksud menyinggung dan menyakitinya. Rasulullah SAW dalam 
  hadisnya mengingatkan, ''Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka 
  karena tidak dapat mengendalikan lidahnya.'' (HR Timridzi).
   
  Pemikir besar Islam di masa lampau, Imam Syafi'i, mempunyai kiat agar 
  lidah selalu terjaga. ''Jika seseorang akan berbicara hendaklah ia berpikir 
  sebelum berbicara. Bila yang akan diucapkannya itu mengandung kebaikan 
  maka ucapkanlah, namun jika ia ragu (tentang ada atau tidaknya kebaikan 
  pada apa yang akan ia ucapkan) hendaklah tidak berbicara hingga yakin 
  bahwa apa yang akan diucapkan itu mengandung kebaikan.''
   
  Yang terpenting dari semua itu adalah mengendalikan gerak-gerik seluruh 
  anggota badannya karena kelak dia akan dimintai tanggung jawab. 
  ''Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya kelak 
  pasti akan dimintai tanggung jawabnya.'' (QS Al Isra' [17]: 36). 
   
  Wallahu a'lam bish-shawab. 
   
  (Ummu Hasna Syahidah )
   
   
  
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=281693kat_id=14kat_id1=kat_id2=
  
 
-
 Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.

[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api

2007-03-21 Terurut Topik Ica Harahap
Pertama2 aku akhwat tulen, jadi Mba Ica bukan Pak Ica...

  Akmal wrote :
saya pernah dengar sifat buru-buru itu temannya setan apa iya Pak?



Ica :

 
Pada dasarnya Pak, manusia itu emang punya sifat tergesa-gesa :
   
  Dan manusia (seringkali berdoa) untuk kejahatan sebagaimana 
  (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat 
  tergesa-gesa.” (Al-Isra’ : 11)
   
  Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak, akan Aku perlihatkan 
  kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku; Maka janganlah kamu meminta 
  Aku menyegerakannya. (Al-Anbiya’:37)
   
  Sifat tergesa-gesa itu memang kurang baik Pak, karena untuk melakukan
  suatu perbuatan kita harus memikirkan dulu secara mendalam biar hasilnya
  juga bisa lebih maksimal dan bermanfaat…. Insya Allah….
   
  Makanya Rasulullah pernah bersabda (kurang lebih): 
  Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan 
  hati-hati adalah dari Allah SWT.
  

Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] wrote:  Iya Pak 
Ica, nulisnya buru-buru.. takut ketinggalan kereta... :) 
 
 saya pernah dengar sifat buru-buru itu temannya setan apa iya Pak? 
 
 Salam, 
 Akmal H 
 
 
 
 
 
 Ica Harahap [EMAIL PROTECTED]  
 03/21/2007 02:59 PM 
 
 To 
 Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] 
 cc 
 Media Dakwah media-dakwah@yahoogroups.com 
 Subject 
 RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
 
 
 
 
 
 
 Iya Pak, dimaafkan kok 
 hahahaha aku jadi mo ketawa afwan ya Pak... 
 
 comment pertama yang Bapak kirim, aku juga dah tau kok klo 
 maksud Bapak : 
 Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan  
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda. 
 cuma lagi salah ketik aja karena buru2, ya kan Pak...? 
 
 tenang aja Pak, aku selalu berhusnudzon kok sama saudara 
 sesama Muslim n insya Allah saudara2 kita di sini juga begitu... 
 
   
 
 
 Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Aduh mohon maaf, seharusnya kata 'nggak' dihapus... :)  
 
 Salam,  
 Akmal H  
 
 
 
 
 
 Fajar H. Cahyono [EMAIL PROTECTED]  
 03/21/2007 02:30 PM  
 
 To  
 Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]  
 cc  
 
 Subject  
 RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api  
 
 
 
 
 
 
 Dimana letak ralatnya pak…. ???  
 
 
 From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]  
 On Behalf Of Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]  
 Sent: Wednesday, March 21, 2007 1:33 PM  
 To: Media Dakwah  
 Subject: Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api  
 
 Ralat:  
 Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak  
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda.  
 
 Seharusnya:  
 Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak  
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda.  
 
 Salam,  
 Akmal H  
 
 Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]  
 Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com  
 03/21/2007 10:37 AM  
 
 To  
 
 cc  
 
 Subject  
 Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api  
 
 Subhannallah...  
 
 Mungkin ini bagian dari rahasia sedekah yang selama ini belom kita sadari.  
 
 
 Salam,  
 Akmal H  
 
 Ica Harahap [EMAIL PROTECTED]  
 Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com  
 03/21/2007 09:25 AM  
 
 To  
 Media Dakwah media-dakwah@yahoogroups.com  
 cc  
 
 Subject  
 [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api  
 
 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 16 Mar 07 08:58 WIB  
 
 Oleh Denny Hermawan  
 
 Senin, 12 Maret 2007, Dukuh-Atas Hari itu, sama seperti hari-hari  
 biasanya. Kepulangan ku menuju rumah di bilangan bintaro, tangerang,  
 terpaksa tertunda. Hal ini disebabkan oleh terlambatnya kereta api ekspres  
 
 
 
 jurusan serpong, hingga aku pun bergumam, Ah.dasar Indonesia. Mana ada  
 sih transportasi yang on-time.  
 
 18. 45 WIB Tiga puluh delapan menit berlalu sudah dari yang seharusnya  
 kereta api itu telah sampai di tempatku berdiri saat ini. Pemandangan  
 stasiun kali itu terllihat lebih lengang, tidak 'sesumpek' biasanya. Ada  
 kemungkinan sebagian besar penumpang telah terangkut di pemberangkatan  
 sebelumnya, pukul 18. 05. Yah..gak apa-lah. Telat-telat juga, yang  
 penting aku berpeluang mendapat duduk di kereta ekspres pemberangkatan  
 terakhir itu... , dan aku pun menunggu kembali.  
 
 18. 48 WIB Duhh... Lapar, tiba-tiba saja desakan organ-organ lambungku  
 yang sudah setengah hari ini belum mendapat suplai makanan, memaksa mataku  
 
 
 
 untuk memandang ke sekeliling stasiun, mencari tempat-tempat yang  
 menyediakan penganan ringan, Hmm.uangku terbatas nih. Beli apa ya?  
 Kebingunganku di dalam memilih makanan saat itu sebenarnya didasari oleh  
 konsep hidupku. Akhir-akhir ini aku sedang berusaha untuk disiplin di  
 dalam berbagai hal, termasuk masalah pengeluaran uang. Budget-ku pada hari  
 
 
 
 itu tinggal-lah ongkos untuk pulang 'plus' seribu-dua ribu yang dapat aku  
 gunakan untuk jajan cemilan (walau aku juga membawa uang lebih untuk  
 keperluanyanglain, tapi aku berusaha untuk tidak menggunakannya).  
 Karenanya, aku mencoba mencari makanan

Re: [media-dakwah] Menikah saat hamil

2007-03-20 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Aku turut prihatin dengan musibah yang dialami Mba Diva...
mudah2an pendapat ustadz dari syariahonline berikut ini
bisa membantu...


nikah setelah zina

Pertanyaan:

 Assalamu'alaikum
ustadz, bagaimana hukumnya jika sepasang manusia pernah berzina sampai hamil 
kemudian menikah?
Jika mereka ingin taubat apakah harus dicambuk padahal di Indonesia syari'ah 
Islam belum ditegakan?
Terima kasih

abdullah

   Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh 

Semoga Allah menucrahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Bila seseorang telah bertaubat atas zina yang pernah dilakukannya dengan taubat 
yang sesungguhnya serta diiringi dengan minta ampun kepada Allah, penyesalan 
dan meninggalkan semua dosa-dosa itu, lalu memulai kehidupan yang baru yang 
jauh dari dosa dan suci dari noda, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dan 
memasukkan hambanya yang bertaubat itu ke dalam kelompok orang-orang yang 
shalih. 

Dan untuk itu, sebaiknya memang dia secepatnya menikahi wanita yang telah 
dizinainya itu agar anak dalam kandungan wanita itu bisa memiliki nasab yang 
syari dalam pandangan Islam. Dalilnya adalah atsar dari shahabat berikut ini : 
Dimasa lalu seorang bertanya kepada Ibnu Abbas ra,Aku melakukan zina dengan 
seorang wanita, lalu aku diberikan rizki Allah dengan bertaubat. Setelah itu 
aku ingin menikahinya, namun orang-orang berkata (sambil menyitir ayat 
Allah),Seorang pezina tidak menikah kecuali dengan pezina juga atau dengan 
musyrik'. Lalu Ibnu Abbas berkata,Ayat itu bukan untuk kasus itu. Nikahilah 
dia, bila ada dosa maka aku yang menanggungnya. (HR. Ibnu Hibban dan Abu 
Hatim) 


Ibnu Umar ditanya tentang seorang laki-laki yang berzina dengan seorang wanita, 
bolehkan setelah itu menikahinya ?. Ibnu Umar menjawab,?Ya, bila keduanya 
bertaubat dan memperbaiki diri?. 

Dan secara hukum, bila seorang wanita yang pernah berzina itu akan menikah 
dengan orang lain, harus dilakukan proses istibro` yaitu menunggu kepastian 
apakah ada janin dalam perutnya atau tidak. Masa istibro` itu menurut para 
ulama adalah 6 bulan. Bila dalam masa 6 bulan itu memang bisa dipastikan tidak 
ada janin, baru boleh dia menikah dengan orang lain. 

Sedangkan bila menikah dengan laki-laki yang menzinahinya, tidak perlu 
dilakukan istibro` karena kalaupun ada janin dalam perutnya, sudah bisa 
dipastikan bahwa janin itu anak dari orang yang menzinahinya yang kini sudah 
resmi menjadi suami ibunya. 

Memang ada sebagian pendapat yang mengharamkan menikahi wanita yang pernah 
dizinainya sendiri dengan berdalil kepada ayat Al-Quran Al-Kariem berikut ini : 

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau 
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan 
oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu 
diharamkan atas oran-orang yang mu'min. (QS. An-Nur : 3) 

Bila dibaca sekilas dan tanpa mendalami makna serta bahasan para ulama. Bisa 
jadi seseorang akan mengatakan bahwa menikahi wanita yang pernah berzina itu 
adalah haram kecuali bagi laki-laki yang juga pernah berzina. Tapi ternyata 
setelah kita dalami tasfir dan kitab-kitab fiqih, paling tidak dalam memahami 
ayat ini, ada tiga pendapat yang berbeda. 

1. Pendapat Jumhur (mayoritas) ulama 

Jumhurul Fuqaha mengatakan bahwa yang dipahami dari ayat tersebut bukanlah 
mengharamkan untuk menikahi wanita yang pernah berzina. Bahkan mereka 
membolehkan menikahi wanita yang pezina sekalipun. Lalu bagaimana dengan lafaz 
ayat yang zahirnya mengharamkan itu ? 

Para fuqaha memiliki tiga alasan dalam hal ini. 
• Dalam hal ini mereka mengatakan bahwa lafaz 'hurrima' atau diharamkan di 
dalam ayat itu bukanlah pengharaman namun tanzih (dibenci). 
• Selain itu mereka beralasan bahwa kalaulah memang diharamkan, maka lebih 
kepada kasus yang khusus saat ayat itu diturunkan. 
• Mereka mengatakan bahwa ayat itu telah dibatalkan ketentuan hukumnya 
(dinasakh) dengan ayat lainnya yaitu : 
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang 
layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang 
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. 
Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.(QS An-Nur : 32). 


Pendapat ini juga merupakan pendapat Abu Bakar As-Shiddiq ra dan Umar bin 
Al-Khattab ra dan fuqaha umumnya. Mereka membolehkan seseorang untuk menikahi 
wanita pezina. Dan bahwa seseorang pernah berzina tidaklah mengharamkan dirinya 
dari menikah secara syah. 

Pendapat mereka ini dikuatkan dengan hadits berikut : 
Dari Aisyah ra berkata,Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang 
berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau 
bersabda,Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak 
bisa mengharamkan yang halal. (HR. Tabarany dan Daruquthuny). 

Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, Istriku ini seorang yang suka 
berzina. Beliau 

[media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api

2007-03-20 Terurut Topik Ica Harahap
'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 16 Mar 07 08:58 WIB


Oleh Denny Hermawan


 Senin, 12 Maret 2007, Dukuh-Atas Hari itu, sama seperti hari-hari biasanya. 
Kepulangan ku menuju rumah di bilangan bintaro, tangerang, terpaksa tertunda. 
Hal ini disebabkan oleh terlambatnya kereta api ekspres jurusan serpong, hingga 
aku pun bergumam, Ah.dasar Indonesia. Mana ada sih transportasi yang on-time.


 18. 45 WIB Tiga puluh delapan menit berlalu sudah dari yang seharusnya kereta 
api itu telah sampai di tempatku berdiri saat ini. Pemandangan stasiun kali itu 
terllihat lebih lengang, tidak 'sesumpek' biasanya. Ada kemungkinan sebagian 
besar penumpang telah terangkut di pemberangkatan sebelumnya, pukul 18. 05. 
Yah..gak apa-lah. Telat-telat juga, yang penting aku berpeluang mendapat duduk 
di kereta ekspres pemberangkatan terakhir itu... , dan aku pun menunggu 
kembali.


 18. 48 WIB Duhh... Lapar, tiba-tiba saja desakan organ-organ lambungku yang 
sudah setengah hari ini belum mendapat suplai makanan, memaksa mataku untuk 
memandang ke sekeliling stasiun, mencari tempat-tempat yang menyediakan 
penganan ringan, Hmm.uangku terbatas nih. Beli apa ya? Kebingunganku di dalam 
memilih makanan saat itu sebenarnya didasari oleh konsep hidupku. Akhir-akhir 
ini aku sedang berusaha untuk disiplin di dalam berbagai hal, termasuk masalah 
pengeluaran uang. Budget-ku pada hari itu tinggal-lah ongkos untuk pulang 
'plus' seribu-dua ribu yang dapat aku gunakan untuk jajan cemilan (walau aku 
juga membawa uang lebih untuk keperluanyanglain, tapi aku berusaha untuk tidak 
menggunakannya). Karenanya, aku mencoba mencari makanan dengan harga yang 
sesuai.


 Eh ada keripik pedas tuh!, sebuah cemilan cekung berwarna merah yang 
terpampang di sudut kiri atas etalase sebuah warung kecil, telah mencuri hatiku 
untuk mendekatinya. Aku yakin bahwa harganya pastilah tidak terlampau mahal, 
karena dari ukuran bungkusannya pun juga kecil. Dan benar saja, dengan berbekal 
uang Rp 1500; sekantong kecil keripik pedas 'plus' segelas air mineral telah 
berpindah ke tanganku. Maka tak lama kemudian, sekeping-dua keping keripik 
pedas dan beberapa seruputan air mineral perlahan mulai masuk ke dalam mulutku, 
berayun dan berhimpitan didalamnya disebabkan oleh gencarnya gigi dan lidah-ku 
mencengkramnya. Ahh.alhamdulillah.nikmatnya 


 18. 50 WIB Kepada para penumpang kereta api ekspres jurusan serpong, di 
informasikan bahwa kereta api masih terhambat di stasiun manggarai. Kereta 
sedang dalam perbaikan AC. Kami mohon maaf atas keterlambatan ini dan kepada 
para penumpang diharap untuk bersabar. Sebuah pengumuman keras melalui speaker 
stasiun mengusik keasyikan prosesi 'ngemil' yang sedang kujalani. Ya, sekali 
lagi aku harus sabar menunggu. Karena untuk berpindah ke jenis kendaraan lain 
aku harus menggunakan jalur bis Blok M - Bintaro yang justru akan memakan waktu 
lebih lama lagi, sekitar 2x waktu perjalanan menggunakan kereta api.


 Maka aku pun kembali melanjutkan aktivitas ngemilku, sambil sesekali menengok 
kekiri dan kekanan, sekedar melihat suasana sekeliling. Tetap sepi, bisikku 
pada diri sendiri. Hmm.asyik juga untuk merenung nih, sambil, belum 
selesai ku keluarkan bisikan-bisikan kecilku, aku tertegun pada sebuah sosok 
yang berada tidak jauh dari posisiku. Seorang remaja tanggung dengan usia 
sekitar 10 - 12 tahun, terduduk dan tertunduk sambil memainkan kaki tanpa 
alasnya di atas aspal statisiun.


 Aku bukannya tidak tahu sama sekali akan kehadirannya. Sebelum terduduk di 
kursi panjang tempatku bersantai saat itupun, aku sudah tahu bahwa ada orang di 
sampingku. Namun yang aku kritisi ialah aku tidak memperhatikan dengan jelas 
siapa orang itu, dan lagi aku hanya asyik makan dan minum sendiri sementara 
disebelahku ada orang lain, yang bila kutebak, keadaanya tidak lebih baik 
dariku (saat itu). Ia adalah seorang penyapu kereta, ini terlihat dari tangan 
kirinya yang memegang sapu bertangkai rendah.


 Dengan sehelai baju tipis dan celana pendek selutut yang melekat di tubuhnya, 
ia terlihat kuyu dan agak lemas. Barangkali pada sore itu ia belum makan dan 
ini sangat mungkin sekali. Baginya, barangkali penghasilan yang didapat masih 
lebih baik ditabung untuk keperluan di rumahnya ketimbang membeli makanan, yang 
sepertinya ia masih dapat menahan rasa laparnya


 Dan akupun bermaksud mengambil kembali penganan, persis seperti apa yang 
kubeli sebelumnya di warung yang tidak jauh posisi dudukku saat itu, untuk 
diberikan kepada pemuda tanggung itu. Namun sebelum aku bertindak, sebuah 
keraguan datang menghampiri, Wah.kalau aku membelikan untuknya, aku harus 
keluar uang lagi dong. Seribu lima ratus memang bukan uang yang terlalu besar 
sih. Tapi, aku kan sudah janji untuk disiplin dengan budget harian ku. 
Hmm.bagaimana ya?


 Aku sempat bingung untuk melangkah, apakah memilih disiplin terhadap budgetku, 
atau memberi kepada tukang sapu kereta itu. Namun pada akhirnya aku tak kuasa 
menahan gerak tangan kananku, yang 

[media-dakwah] Kasih Sayang Rasulullah

2007-03-20 Terurut Topik Ica Harahap
Kasih Sayang Rasulullah 
  
  
 Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada 
sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku 
tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis 
peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Alloh Ta'ala 
hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak 
disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih 
sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.

 
 Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata, yang artinya: Rasululloh 
Shalallaahu alaihi wasalam pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, 
kemudian mengecup dan menciumnya.  (HR: Al-Bukhari)


 Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan 
beliau curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma' binti 'Umeis  
Radhiallaahu anha –istri Ja'far bin Abi Thalib- menuturkan, yang artinya: 
Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam datang menjengukku, beliau memanggil 
putra-putri Ja'far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata 
beliau. Aku bertanya: Wahai Rasululloh, apakah telah sampai kepadamu berita 
tentang Ja'far? beliau menjawab: Sudah, dia telah gugur pada hari ini! 
Mendengar berita itu kamipun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata: 
Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja'far, karena telah datang berita musibah 
yang memberatkan mereka.  (HR: Ibnu Sa'ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)


 Ketika air mata Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam menetes menangisi 
gugurnya para syuhada' tersebut, Sa'ad bin 'Ubadah  Radhiallaahu anhu bertanya: 
Wahai Rasululloh, Anda menangis? Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalamIni 
adalah rasa kasih sayang yang Alloh Ta'ala letakkan di hati hamba-hamba-Nya. 
Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta'ala hanyalah hamba yang 
memiliki rasa kasih sayang.  (HR: Al-Bukhari) menjawab: 
 Ketika air mata Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam menetes disebabkan 
kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin 'Auf  Radhiallaahu anhu 
bertanya kepada beliau: Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah? 
Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam  menjawab: Wahai Ibnu 'Auf, ini adalah 
ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air 
mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang 
diridhai Allah Ta'ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu 
wahai Ibrahim. (HR: Al-Bukhari)


 Akhlak Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam yang begitu agung memotivasi kita 
untuk meneladaninya dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang ini, 
curahan kasih sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan 
yang semestinya sangat langka kita temukan. Padahal mereka adalah calon 
pemimpin keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan dan 
cahaya fajar yang dinanti-nanti. Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya pemikiran 
serta sempitnya pandangan menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati terhadap 
para bocah dan anak-anak. Sementara Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam, 
kunci pembuka hati itu ada di tangan dan lisan beliau. Cobalah lihat, 
Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam  senantiasa membuat anak-anak senang 
kepada beliau, mereka menghormati dan memuliakan beliau. Hal itu tidaklah 
mengherankan, karena beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi.


 Setiap kali Anas bin Malik melewati sekumpulan anak-anak, ia pasti mengucapkan 
salam kepada mereka. Beliau berkata, yang artinya: Demikianlah yang dilakukan 
Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam .  (Muttafaq 'alaih)


 Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun 
Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah marah, memukul, membentak dan 
menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang 
dalam menghadapi mereka. 
 Dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata, yang artinya: Suatu kali pernah 
dibawa sekumpulan anak kecil ke hadapan Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam , 
lalu beliau mendoakan mereka, pernah juga di bawa kepada beliau seorang anak, 
lantas anak itu kencing pada pakaian beliau. Beliau segera meminta air lalu 
memer-cikkannya pada pakaian itu tanpa mencucinya.  (HR: Al-Bukhari)


 Wahai pembaca yang mulia, engkau pasti mengetahui bahwa duduk di rumah 
Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam Shalallaahu alaihi wasalam  selaku nabi 
umat ini, melakukan semua hal itu merupakan sebuah kehormatan. Lalu, tidakkah 
terlintas di dalam lubuk hatimu? Bermain dan bercanda ria dengan si kecil, 
putra-putrimu? Mendengarkan tawa ria dan celoteh mereka yang lucu dan indah? 
Ayah dan ibuku sebagai tebusannya, Rasululloh

 
 Abu Hurairah Radhiallaahu anhu menceritakan: Rasululloh Shalallaahu alaihi 
wasalam  pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali 
Radhiallaahu anhu. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur 
menuju beliau 

Re: [media-dakwah] Umroh berkali - kali

2007-03-20 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Yang jelas sih sepengetahuanku ga da larangannya untuk
Umrah berulang2 jika memang mampu Tapi niatnya jangan
untuk Riya atau pamer, tapi niatnya semata2 Lillahi ta'ala..

Haji berkali2 juga gapa2 tapi alangkah baiknya jika kita
sudah sekali berhaji, memberi kesempatan buat yang lain berhaji.
Karena di Indonesia kan ada pembatasan pemberangkatan
jamaah haji tiap tahunnya. Jadi kasian kan jika orang yang
belum berhaji tidak mendapat kuota oleh karena kuotanya
tersebut telah didapat oleh orang yang telah berkali2 naik haji.

Klo untuk Umrah kan tidak dibatasi waktu2 tertentu, bisa kapan saja
dilakukan. Sebaiknya sih buat yang udah pernah Umrah sekali dan 
belum pernah berhaji, ketika ada kesempatan lagi dan siap secara financial 
ya sebaiknya berhaji saja karena itu ibadah wajib bagi orang 
yang memang mampu. Jadi alangkah baiknya jika umrah yang
berulang kali itu dilakukan oleh seseorang yang sudah pernah
melaksanakan ibadah haji.


Alex Asyandra [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
 
 Pa Ustadz.
 
 Ada  hal yang ingin ana tanyakan ...
 
 1. Adakah hadist syahih ..  yang menerangkan  Umroh berkali - kali 
 
 Mohon pencerahannya.
 
 Wassalamu alaikum warohamatullohi wabarokatuh.
 
 B - rgds. 
 Alex Asyandra 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

 
-
The fish are biting.
 Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Mohon bantuan donor golongan darah A

2007-03-15 Terurut Topik Ica Harahap
Dari milis sebelah...

Adakah yang memiliki atau mempunyai teman dengan golongan darah A rhesus 
negatif yang mau mendonorkan darahnya untuk bayi berumur 10 hari?? 
Ada komplikasi pada jantung bayi tersebut sehingga harus dilakukan operasi. 
Namun operasi ini tidak bisa dilakukan tanpa adanya persediaan darah A negatif 
yang cukup. Bila ada yang bisa membantu harap menghubungi  : 
Johartono Susilo di 0816-111-5187 
Mohon bantuannya untuk menyebarkan informasi ini pada kenalan yang mungkin bisa 
membantu. Terima kasih atas perhatian dan bantuannya 

salam,
sandy
 
-
Food fight? Enjoy some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food  Drink QA.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] Re: Tanya kehalalan restoran

2007-03-15 Terurut Topik Ica Harahap
Afwan sebelumnya, mungkin pertanyaanku agak 
keluar dari konteks masalah ini..

Trus Pak, gimana dengan saudara2 kita yang bekerja
mencari nafkah di tempat2 tersebut? 
Menurut pak Nizami solusi yang tepat bagaimana?


A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:  ini hanya 
untuk menjelaskan bahwa restoran asing yang besar jika 
 memang halal biasanya punya logo/sertifikat halal dari MUI. Jika 
 tidak ada, berarti diragukan.
 
 Dari sisi makanan memang halal. Tapi memberi dana ke musuh Islam 
 adalah haram.
 
 Jadi pada dasarnya makan di KFC dan MacD adalah haram karena sama 
 dengan membantu musuh membantai ummat Islam.
 
 --- In media-dakwah@yahoogroups.com, Ica Harahap [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  H. klo sejenis KFC n McD bukannya
  ada sumbangsih ke Yahudi?? Starbucks juga tuh katanya
  sebagian dananya untuk mempersenjatai Israel dalam
  menggempur Palestina So, klo emang ternyata
  makanannya halal, apakah kita tetep dihalalkan
  mengkonsumsinya? Mohon pencerahannya...
  
  A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:  
 Wa'alaikum salam wr wb,
   Untuk restoran besar seperti KFC, Mac Donalds, biasanya kalau 
 memang 
   halal ada logo Halal dari MUI. Jika tidak ada, kemungkinan besar 
   memang haram.
   Yang membuat haram biasanya cairan penyedapnya yang bisa berasal 
   dari arak atau lemak untuk menggoreng bisa jadi dari lemak babi.
   
   Wassalam
   
   Diskusi dari milis tetangga:
   http://groups.yahoo.com/group/Halal-Baik-Enak/message/7915
   RE: HBE+SMS halal Apakah Pare'gu Halal? 
   
   Assalaamu'alaikum,
   
   Masakan Jepang sebagian besar menggunakan mirin dan sake, baik itu
   sushi, tendon, yakiniku, teriyaki, shabu-shabu dll. Bumbu untuk 
   masakan
   jepang di resep aslinya sebagian besar mengandung mirin dan sake.
   Sedangkan mirin dan sake itu adalah minuman beralkohol (18-25%) 
 yang
   terbuat dari beras. Info dari wikipedia dan panduan ke Jepang yang
   diterbitkan oleh JICA.
   
   Sebaiknya pilih restoran yang sudah bersertifikat halal, yang 
 dijamin
   bebas mirin dan sake.
   
   Wassalam,
   
   Meily
   
   
   
   From: [EMAIL PROTECTED]
   [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of azhar 
 priyanto
   Sent: Tuesday, March 13, 2007 8:25 AM
   To: [EMAIL PROTECTED]
   Subject: HBE+SMS halal Apakah Pare'gu Halal?
   
   wah aku sendiri juga pernah tuh makan di hanamasa dan paregu. 
 memang 
   sih
   kebanyakan menunya adalah ikan-ikan laut yang masih mentah itu. 
 lalu
   dipanggang sendiri dengan dicelupkan cairan bumbu sebelumnya. nah
   mungkin cairan bumbu rasa asin itu yang perlu diklarifikasi apakah
   mengandung arak atau bukan. tapi rata restoran jepang atau yang 
 mirip
   dengan restoran jepang memang seperti itu masakannya. mohon 
 kiranya 
   ada
   yang bisa mengklarifikasi.
   
   hindun hindun@ mailto:hindun%40bappenas.go.id  wrote:
   Mohon informasi, apakah Restaurant PARE'GU sudah
   halal? demikian juga
   dengan Hanamasa. Kesulitan kami karena tidak ada
   logo halal sementara
   ketika kita tanya pegawainya, menu yang ada di
   restaurant tsb
   dikatakan halal. Apakah jawaban pegawai restaurant
   tsb cukup untuk
   membuat kita aman makan di resto tsb.? Terima
   kasih atas infonya.
   
   [Non-text portions of this message have been removed]
   
   http://www.indohalal.com/R/?nod=13
   
   --- In media-dakwah@yahoogroups.com, danang danang@ wrote:
   
Assalamu'alaikum wrwb

Bisa minta tolong kepada rekan2 yang tahu status halal tidaknya 
   restoran jepang PAREGU gak? Karena akhir minggu ini diajak rekan2 
   untuk makan disana. Pls ya...
Terimakasih atas bantuannya..

Wassalamu'alaikum wrwb
d a n a n g  w i d j o
   
   
   
   
 
  
   
  -
  Need Mail bonding?
  Go to the Yahoo! Mail QA for great tips from Yahoo! Answers users.
  
  [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
   

 
-
We won't tell. Get more on shows you hate to love
(and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Filosofi Menanam

2007-03-14 Terurut Topik Ica Harahap
  Filosofi Menanam  6 Mar 07 04:36 WIB
  Oleh Sus Woyo
   
   
  Untuk apa kamu setiap hari mengajari baca tulis Al-Qur’an 
  kepada anak-anak orang lain, dengan timbal balik yang tidak seimbang? 
  Lagipula apa sih penghargaan orang tua mereka kepada kamu?
   
  Untuk apa kamu mengkoordinir orang-orang dan menjembatani 
  para pemuda untuk belajar agama, sementara tangapan dan antusiasme 
  mereka biasa-biasa saja dan seolah tak ada gairah untuk mengikutinya?
   
  Untuk apa kamu menulis setiap hari, sementara perbandingannya 
  dengan apa yang kamu korbankan tidak seberapa? Sudah tahu tidak 
  mendapat honor kenapa redaksi surat kabar itu masih juga kau kirimi 
  tulisan? Berapa waktu dan pikiran yang kau buang?
   
  Untuk apa kamu urusi anak orang, sementara kamu sendiri, 
  secara ekonomi bukanlah orang kaya. Untuk apa kau belikan ia susu, 
  kau asuh seperti anakmu sendiri, padahal bapak ibu anak tersebut 
  makan enak dan tidur juga enak di Jakarta?
   
  Kenapa tanah orang tuamu di pinggir hutan itu kau tanami pisang juga, 
  padahal setiap berbuah, dan saat buahnya mulai tua pasti dicuri orang? 
  Tidak tahukah kamu tentang untung dan rugi?
   
  Apa hasilnya kamu bikin taman baca untuk umum, sementara 
  kamu tak pernah sedikitpun memungut bayaran dari para pembaca? 
  Sedangkan jika kamu mau, mereka dengan lapang dada mau 
  menyewa buku-buku itu?
   
  Sering sekali saya mendapat teguran, baik dari teman, tetangga, atau 
  bahkan keluarga saya sendiri. Mereka sering sekali mengkritisi apa yang 
  saya perbuat selama ini. Tentu menurut pandangan mereka. Dan biasanya 
  saya hanya diam jika mereka mengkritik saya. Jawaban panjang lebar 
  seperti apapun, biasanya tidak memuaskan bagi mereka.
   
  Wajar sekali mereka bertanya seperti itu. Memang yang namanya hidup 
  sudah pasti membutuhkan “sesuatu” untuk melangsungkan kehidupan 
  itu sendiri. Dan sesuatu itu adalah imbalan atas apa-apa yang kita perbuat. 
  Pendek kata, setiap tetes keringat yang kami keluarkan, secara akal sehat 
  sudah pasti harus dihargai sesuai dengan apa yang kita perbuat itu.
   
  Untuk menghibur diri, saya sering mengingat seorang laki-laki 80-an 
  tetangga saya, yang tak pernah bosan untuk pergi ke kebunnya setiap hari. 
  Ia selalu menanam apa saja. Kata-katanya yang selalu terngingang di telinga 
  saya adalah, “Saya setiap hari harus menanam. Dan yang saya tanam adalah 
  kebaikan. Orang menanam itu akan panen, berapapun hasil panennya. Dan 
  jika saya tidak sempat memanennya, insya Allah anak cucu saya, atau 
  keturunan saya kelak yang akan menikmati hasil tanaman saya. ”
   
  Kalimat dari seorang kakek itu, sedikit memberi semangat tentang apa 
  yang sedang saya perbuat. Saya memaknai kata “menanam” dengan makna 
  yang maha luas. Tak hanya berkutat sebatas kepada tumbuh-tumbuhan, 
  tapi di segala sektor kehidupan.
   
  Menolong kucing yang masuk got, meminjami payung kepada orang 
  yang sedang kehujanan, menyingkirkan duri yang berserakan di jalan, 
  mengihlaskan hutang kepada para peminjam yang tidak mampu 
  mengembalikan, menjadi donatur tetap kepada TPA/TPQ kampung 
  yang fasilitasnya serba minim, dan segala apa yang saya tuturkan di atas, 
  adalah tak lepas dari filosofi “menanam”.
   
  Logikanya, siapa menabur akan menuai, orang yang menanam, pasti 
  akan memanen. Entah berapa yang akan dipanennya. Dan jika kelak yang 
  menanam saat ini belum bisa memanennya, itu juga bukanlah kesia-siaan. 
  Anak cucu kita bisa menikmati hasil tanaman baik kita. Tak percaya? 
  Tanyakanlah kepada kakek-kakek kita yang menanam pohon kelapa
  limapuluh tahun yang lalu. Siapa yang menikmati hari ini?
   
  Kalau mengingat perbuatan sang kakek tua itu, saya makin menikmati 
  apa yang saya perbuat selama ini. Walaupun secara finansial saya belum 
  mendapat apa-apa. Toh, ternyata Allah SWT maha segalanya. Dia tidak 
  akan membiarkan hambaNya yang sedang kesulitan dalam hidup, dibiarkan 
  begitu saja tanpa ditolongNya.
  ***
  Forum Lingkar Pena Purwokerto
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/45ebc716.htm
  
 
-
Expecting? Get great news right away with email Auto-Check.
Try the Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Menghiasi Hidup dengan Qana�ah

2007-03-14 Terurut Topik Ica Harahap
  Menghiasi Hidup dengan Qana’ah  23 Peb 07 08:40 WIB
  Oleh Sus Woyo
   
   
  Saya selalu bergembira dan bersemangat sekali jika bertemu 
  dengan laki-laki ini. Namanya pak Rohman, lengkapnya Fatkhurrohman. 
  Waktu semalam, seolah sangat pendek kalau sudah ngobrol panjang lebar 
  dengannya. Ia mengalami masa remaja ketika cengkeh di daerah saya 
  sedang menjadi komoditi yang luar biasa bagusnya. Bahkan menjadi 
  satu-satunya hasil pertanian yang paling mahal harganya.
   
  Saat itu, bapaknya dengan mudah bisa menyekolahkan beberapa 
  anaknya ke kota, saat di kampung saya belum banyak orang menyekolahkan 
  anaknya sampai tingkat sekolah lanjutan atas atau yang sederajat. 
  Sayang sekali, kesempatan emas itu tidak bisa dimanfaatkan 
  dengan baik oleh dia.
   
  Dari masa kanak-kanak sampai remaja, ia tidak mendapatkan 
  pelajaran agama sebagus adik-adiknya. Ketika saudara-saudaranya 
  ngaji di mushalla bapaknya, dia tak pernah kelihatan ikut belajar. 
  Ketika adik-adiknya begitu getol masuk SLTA dan meneruskan ke kota, 
  ia justru keluar di kelas dua SMP.
   
  Sejak itu hidupnya berguncang-guncang terus. Pernah merantau 
  di beberapa tempat seperti Jakarta, Bogor dan Bandung, tapi tak 
  sesukses teman seangkatannya. Ketika beberapa teman seangkatannya 
  berbondong-bondong masuk pabrik semen terbesar di Indonesia saat itu, 
  ia hanya tahan beberapa hari saja. Alasannya, tidak merantaupun dia 
  masih bisa hidup di kampung sendiri.
   
  Hal-hal seperti itulah yang sangat menjengkelkan orang tuanya. 
  Tak hanya sebatas itu, ketika masuk jenjang perkawinanpun ia masih 
  menjadi sosok yang menjadi buah bibir karena perbuatannya yang selalu 
  tidak umum dengan saudara-saudaranya yang lain..
   
  Ketika anaknya yang pertama baru berusia sekitar tiga tahun, 
  isterinya meninggal. Sepeninggal sang isteri, ia menjadi berkali-kali 
  menikah. Ahirnya ia terlempar dari kampung halaman dan 
  lama tidak pulang. Karena ia telah memperistri seseorang 
  di daerah lain provinsi.
   
  Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan dia, setelah hampir 
  tiga tahun saya tidak bertemu muka dengannya. Ada perubahan 
  sangat besar yang berhasil saya tangkap ketika pertama kali berjumpa kembali.
  Penampilan lahirnya yang begitu “nyantri”, sempat mengagetkan saya. 
  Sebab saya belum pernah melihat ia begitu PD dengan baju koko dan 
  kopiah hitamnya. Dan ia memakainya tak sebatas ketika sembahyang saja, 
  tapi setiap saat.
   
  Saya makin terangguk-angguk ketika semalam suntuk ia berbicara 
  kepada saya tentang kebesaran Allah, keimanan, hari kiamat, takdir, 
  dan posisi dia sekarang terhadap gemerlapnya dunia yang semakin 
  hedonis ini. Sebuah tema yang tak pernah saya dengar dari mulutnya 
  sebelum ini, kecuali tema-tema tentang kesusahan hidup.
   
  Di sebuah kamar tak terlalu lebar, dini hari itu saya seperti mendapat 
  siraman rohani dari seorang ulama shaleh yang begitu takut pada 
  Pencipta-Nya. Kekuatan kata-katanya yang meluncur dari mulutnya, 
  meyakinkan saya bahwa ada kekuatan ruhani di dalamnya. 
  Kekuatan itu adalah keimanan.
   
  Saya betul-betul bersyukur pada-Nya, karena di tengah kesibukan 
  banyak manusia, membicarakan tentang hedonisme keduniaan, 
  ia justru membawa saya menyelam di kedalaman samudra Illahi.
   
  Saya tak menyangka jika dari mulut dia saat ini, yang keluar adalah 
  kalimat-kalimat yang selalu mengandung kebesaran dan keberadaan 
  Allah SWT. Dan ketika menyikapi dirinya yang sampai sekarang 
  masih serba kekurangan, ia tak lagi menanggapinya sebagai keluh kesah 
  seperti masa-masa lalu. Sikap qana’ah, atau sikap sederhana dalam menjalani 
  hidup serta menerima apa adanya, mulai tercermin dalam setiap langkah 
  hidupnya.
   
   
 Purwokerto, Feb 2007 [EMAIL PROTECTED]
   
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/45dd364d.htm
  
 
-
Don't get soaked.  Take a quick peek at the forecast 
 with theYahoo! Search weather shortcut.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Menggapai Cinta Allah

2007-03-14 Terurut Topik Ica Harahap
 Menggapai Cinta Allah 

 Oleh : Imron Soleh
  Mencintai Allah dan rasul-Nya berarti melaksanakan seluruh amanat dan ajaran 
Alquran dan sunah Rasul, disertai luapan kalbu yang dipenuhi rasa cinta. Dalam 
amal ubudiyah, cinta (mahabbah) menempati derajat yang paling tinggi. Siapa 
yang mencintai Allah dan mendekatkan diri pada-Nya, maka Allah pun akan 
mencintainya dan dekat padanya. 
  
 Dalam buku Mahabbatullah (mencintai Allah), Imam Ibnu Qayyim menuturkan 
tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Cinta senantiasa berkaitan dengan 
amal. Dan, amal sangat tergantung pada keikhlasan kalbu. ''Di sanalah cinta 
Allah berlabuh.'' Cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan 
kecintaan yang terpuji. Langkah-langkah berikut bisa mendekatkan kita pada-Nya, 
dan menjadi bagian dari orang-orang yang dikasihi-Nya. 
  
 Pertama, membaca Alquran dengan merenung dan memahami kandungan maknanya 
sesuai dengan maksudnya yang benar. Firman Allah, ''Dan Apabila dibacakan 
Alquran, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu 
mendapat rahmat.'' (Al A'raaf [7]: 204). 
  
 Kedua, ber-taqarub kepada Allah SWT melalui ibadah sunah setalah melakukan 
ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah fardlu dengan sempurna, mereka itu 
adalah yang mencintai Allah. Dan, hamba yang menambahnya dengan ibadah sunah, 
mereka itulah orang-orang yang dicintai Allah. 
  
 Ketiga, melanggengkan zikir kepada Allah dalam segala tingkah laku melalui 
lisan, kalbu, amal, dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap Allah 
tergantung kepada kadar zikirnya kepada-Nya. Rasulullah SAW pernah bersabda, 
''Sesungguhnya Allah Azza Wajalla berfirman. ''Aku bersama hamba-Ku, selama ia 
mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak (untuk berzikir) kepada-Ku.'' 
  
 Keempat, mengutamakan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, 
meski dibayangi hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai yang lain. 
Inilah derajat para Nabi, di atas itu derajat para Rasul dan di atasnya lagi 
derajat para Rasul Ulul Azmi. Rasulullah Muhammad SAW mampu melawan kehendak 
dunia seisinya demi cintanya kepada Allah. 

Kelima, menyendiri di sepertiga malam terakhir, karena di saat itulah Allah SWT 
turun ke dunia. Itulah saat paling berharga bagi seorang hamba untuk 
mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan shalat malam agar mendapatkan 
cinta Allah. Wallahu a'lam bish-shawab. 
  
 sumber: Republika 

 
-
Be a PS3 game guru.
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Berlomba-lomba untuk Akhirat

2007-03-12 Terurut Topik Ica Harahap
  Berlomba-Lomba untuk Akhirat   Oleh: DR. Attabiq Luthfi, MA
   
  “Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu (Al-Abrar) benar-benar 
  berada dalam kenikmatan yang besar (surga). Mereka (duduk) di atas 
  dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah 
  mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi 
  minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi
   dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” 
  (Al-Muthaffifin: 22-26)
   
  Merupakan kecenderungan manusia bahwa ia ingin unggul atas orang lain 
  dan berada pada posisi yang lebih tinggi atau lebih baik dalam kehidupannya. 
  Jika kecenderungan ini tidak diarahkan, maka manusia cenderung 
  melampiaskannya dalam urusan dunia dengan menghalalkan segala cara. 
  Ayat ini ingin memberi gambaran tentang semangat berlomba yang benar 
  yang ditunjukkan oleh orang-orang Abrar dalam urusan akhirat. Makanya 
  secara korelatif, ayat di atas merupakan jawaban dan arahan Allah agar 
potensi 
  dan semangat untuk mengungguli orang lain hendaknya diarahkan pada 
  urusan akhirat. Dimana sebelumnya di awal surah Al-Muthaffifin, 
  Allah menggambarkan semangat berlomba-lomba yang ditunjukkan 
  oleh orang-orang yang curang dalam urusan dunia sampai mereka tega 
  berlaku culas dan menzalimi orang lain demi meraih keuntungan yang besar. 
  Allah mengancam perilaku mereka dengan kecelakaan yang besar di akhirat 
  kelak dan mendapat gelar buruk Al-Muthaffifin. 
   
  “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang 
  yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan 
  apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” 
  (Al-Muthaffifin: 1-3)
   
  Berdasarkan analisa maknanya, ayat ini menurut Ibnu Katsir senada 
  dengan dua ayat lainnya dalam Al-Qur’an, yaitu firman Allah yang bermaksud: 
  “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar 
  kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; 
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah 
keberuntungan yang paling besar” (Al-Ma’idah: 119), 
  dan firman Allah, “Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. 
  Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.” 
  (Ash-Shaffat: 60-61). 
   
  Kedua ayat ini menunjukkan bahwa keberuntungan dan kemenangan 
  yang besar adalah dengan meraih surga Allah SWT. Dan hanya untuk 
  meraih penghargaan itu, manusia memang diperintahkan untuk 
  berlomba-lomba.
   
  Menurut Ath-Thabari, sifat berlomba dalam urusan akhirat merupakan 
  sifat puncak dan tertinggi dari orang-orang yang berbakti (Al-Abrar). 
  Ia menjelaskan dalam tafsirnya, “Dan untuk meraih kenikmatan yang 
  dicapai oleh orang-orang Abrar seperti yang digambarkan dalam ayat ini, 
  hendaklah manusia berlomba-lomba. Dan berlomba tentunya dalam hal-hal
  yang bernilai dan berharga, bukan dalam urusan yang kecil atau sepele. 
  Dan itulah asal arti kata “Al-Munafasah” yang berasal dari kata “nafis” 
  yaitu hal yang bernilai dan berharga dan sangat menarik dan banyak dikejar
  oleh manusia. Makanya Muhammad Abduh menarik kesimpulan bahwa 
  untuk kenikmatan yang tidak terhingga tersebut manusia sepatutnya 
  tidak boleh mengalah dan harus berusaha lebih baik dan lebih dahulu 
  dari orang lain.
   
  Berdasarkan analisa bahasa menurut Al-Alusi, didahulukannya objek
  “Dan untuk yang demikian itu” atas perintah berlomba-lomba adalah 
  untuk menarik perhatian atau sebagai batasan bahwa hanya untuk 
  urusan akhirat hendaknya orang-orang itu berlomba-lomba, tidak untuk 
  urusan yang lainnya. Apalagi perintah dalam ayat ini – menurut Ibnu Asyur – 
  menggunakan “Lamul Amr” (huruf lam yang menunjukkan perintah) 
  yang tidak digunakan kecuali untuk perintah yang sangat dituntut dan 
  dianjurkan.
   
  Secara hukum berdasarkan objeknya menurut Ibnu Hajar dalam 
  Fathul Bari, berlomba dapat dibagi menjadi tiga:
   
  - pertama, berlomba yang terpuji, yaitu dalam urusan amal ketaatan 
(akhirat);
  - kedua, berlomba yang tercela, yaitu dalam urusan kemaksiatan;
  - dan ketiga, berlomba yang dibenarkan, yaitu dalam hal-hal yang 
mubah.
   
  Dan memang perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan 
  benteng dari perilaku berlomba-lomba dalam kemaksiatan dan urusan dunia, 
  karena demikian kecenderungan manusia akan berlomba mengejar kenikmatan 
  dunia yang menggiurkan seperti yang dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW 
  dalam haditsnya, 
  “Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian,
   tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia 
  dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba
   untuk meraihnya sepertimana yang pernah terjadi pada orang-orang
  sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka 
  juga binasa karenanya.” (Bukhari dan Muslim)
   
  Pada realitasnya 

RE: [media-dakwah] DOA UTK NON MUSLIM

2007-03-11 Terurut Topik Ica Harahap
Alhamdulillah syukron buat koreksinya.

afwan jidan... kekhilafan milik saya, kesempurnaan hanya milk ALLAH.

Ketut Junaedi [EMAIL PROTECTED] wrote:v\:* 
{behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* 
{behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);}   
st1\:*{behavior:url(#default#ieooui) } 
Wa’alaykumussalam wr wb,
   
  Betul sekali akhi…, yg benar adalah :
   
   
  “ Dan janganlah kamu sekali-kali men-shalat-kan (jenazah) seorang yang mati 
di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. 
Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati 
dalam keadaan fasik. “ (At-Taubah : 84)
   
  Wassalam
  
  
-
  
  From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
Fajar H. Cahyono
 Sent: Thursday, March 08, 2007 8:53 AM
 To: Media Dakwah
 Subject: RE: [media-dakwah] DOA UTK NON MUSLIM
  
   
Maaf, kalau tidak salah terjemahan dari QS. 9/84 bukan MENYAKITI tapi
 MENSHOLATI (wa laa TUSHOLLI...)... TUSHOLLI = KAMU SHOLAT (fi'il
 mudhori').
 
 Mohon pendapat ikhwan yang tahu..
 
 Wasallam.
 
 _ 
 
 From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 On Behalf Of Ica Harahap
 Sent: Wednesday, March 07, 2007 4:19 PM
 To: Hasbiyanto
 Cc: Media Dakwah
 Subject: Re: [media-dakwah] DOA UTK NON MUSLIM
 
 Wa'alaikumsalam wr.wb.
 
 Berikut jawaban dari seorang ustadz di percikan-iman,
 semoga bermanfaat Mungkin yang lain yang lebih paham
 dapat mengkoreksi atau menambahkan? monggooo...
 
 Ustadz, kedua orang tua saya masih kafir (berbeda agama dengan saya). 
 Apakah saya sebagai anak boleh mendo'akan mereka? Mohon penjelasan.
 
 [EMAIL PROTECTED]
 
 Jawab : 
 
 Do'a artinya meminta atau memohon kepada Allah swt. dengan segala 
 kerendahan hati. Keadaan orang kafir itu ada dua kemungkinan. 
 Kemungkinan pertama orang kafirnya masih hidup dan kemungkinan 
 kedua dia sudah meninggal.
 
 Kita diperbolehkan mendo'akan orang kafir yang masih hidup agar 
 diberi hidayah oleh Allah. Fakta historis menunjukkan bahwa Rasulullah
 saw. 
 pernah mendo'akan Ummar bin Khattab ra. Agar bisa masuk Islam saat 
 Ummar masih kafir. Rasulullah saw. pun mendo'akan pamannya Abu Thalib 
 agar masuk Islam. Ini menunjukkan bahwa kita diperbolehkan mendo'akan 
 orang kafir yang masih hidup agar memeluk Islam.
 
 Jadi, kalau orang tua Anda masih hidup dan mereka berbeda agama dengan 
 Anda alias masih kafir, Anda punya kesempatan untuk mendo'akan agar
 mereka 
 masuk Islam.
 
 Namun, kalau mereka (orang kafiir) itu sedah meninggal, kita diharamkan 
 untuk mendo'akannya walaupun mereka itu saudara dekat kita. Hal ini 
 dijelaskan dalam ayat berikut.
 
 Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan 
 ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang 
 musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka
 bahwasannya 
 orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam. 
 (QS. At Taubah 9:113)
 
 Dan janganlah kamu sekali-kali menyakiti (jenazah) seseorang yang mati 
 di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo'akan) dikuburnya. 
 Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka 
 mati dalam keadaan fasik. (QS. At Taubah 9:84)
 
 Kesimpulannya, mendo'akan orang kafir yang masih hidup agar mereka 
 memeluk Islam tidaklah terlarang bahkan dianjurkan. Namun, kalau orang 
 kafir itu sudah meninggal, haram hukumnya mendo'akan dan memohonkan 
 ampunan untuk mereka, sekalipun mereka itu adalah orang tua kita. 
 Wallahu a'lam.
 
 http://www.percikan-iman.com/modules.php?name=Datanyaop=detail_atanyai
 d=100
 http://www.percikan-iman.com/modules.php?name=Datanyaop=detail_atanya;
 id=100 
 
 Hasbiyanto [EMAIL PROTECTED]
 mailto:Hasbiyanto%40badaklng.co.id  wrote: Assalaamualaikum Wr Wb,
 
 Pak A. Nizami/ Bu Suhana, dan bpk yang lain,
 Saya mau tanya diluar masalah ini. Yaitu tentang doa seorang anak
 muslimah (muallaf) yang mendoakan ayahnya yang sudah meninggal dan ayah
 tsbt non muslim.. Tolong kalau ada dalil al-Qur'an dan hadistnya..
 Pertanyaannya, Bolehkah doa tersebut dipanjatkan? dan apakah doa
 tersebut sampai?... Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
 
 Wassalam,
 HB
 
  A Nizami [EMAIL PROTECTED] mailto:nizaminz%40yahoo.com 
 3/7/2007 2:15 PM 
 Wa'alaikum salam wr wb,
 Sebelum menarik kesimpulan bayi anda ketempelan, ada
 baiknya anda perhatikan apakah bayi anda lapar/tidak.
 
 Ada penyakit yang dikenal sebagai colic/kolik. Setahu
 saya jika bayi lapar, maka dia akan menangis sebagai
 protes (menangis satu2nya alat komunikasi bagi dia).
 
 Setiap 1-2 jam sebaiknya bayi disusui. Meski dia
 tertidur, tapi tetap susui, nanti otomatis mulutnya
 bergerak sendiri. Soalnya istri saya pernah karena
 melihat bayinya tertidur, jadi tidak tega menyusui.
 
 Coba itu dijalankan dulu.
 
 Wassalam
 
 --- harry [EMAIL PROTECTED] mailto:harry-pnb%40noble-g.com

Re: [media-dakwah] tanya 4 bulanan

2007-03-11 Terurut Topik Ica Harahap
Berikut dari syariahonline.com,
semoga bermanfaat...

  7 Bulanan
 
 Pertanyaan:
 
 Assalamu'alaykum
 Langsung saja ke permasalahan. Istri tengah mengandung 6 bulan, dan dia ingin 
sekali melakukan adat yang dinamakan 7 bulanan (mitoni-jawanya). Saya 
sebenarnya tidak mau melakukan hal ini karena setahu saya tidak ada dalam 
ajaran Islam. Mohon pencerahan dan dalilnya agar saya juga bisa menjelaskan 
kepada istri saya
 
 Sulistyo
 
 Jawaban:
 
 Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
 
 Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, 
wa ba`du, 
  
 
 Dalam Islam orang yang mendapatkan anugerah nikmat dari Alloh diperintahkan 
untuk bersyukur kepada-Nya. Hal tersebut perlu dilakukan agar nikmat yang 
diperolehnya tersebut bisa menjadi barokah bagi dirinya dan mudah-mudahan Alloh 
Swt senantiasa akan menambah anugerah nikmat-Nya.
 
 Kehamilan bagi setiap orang tua, khusunya para ibu merupakan anugerah nikmat 
dari Alloh Swt. yang tidak ternilai. Apalagi jika yang dikandung adalah anak 
yang pertama. Apapun akan dilakukan oleh kedua orang tuanya agar anak yang ada 
dalam kandungan tersebut lahir dengan selamat dan tidak kekurangan suatu apapun.
 
 Salah satu yang biasa dilakukan oleh masyarkat kita adalah mengadakan 
selamatan bagi bayi yang dikandung jika janin yang sedang dikandung tersebut 
telah menginjak bulan tertentu. Pada umumnya selamatan tersebut dilakukan pada 
bulan keempat atau ketujuh dari usia kehamilan.
 
 Melihat dari tujuan mengadakan selamatan tersebut adalah suatu hal yang baik. 
Namun demikian, hal tersebut tidak seharusnya dilakukan karena dalam 
pelaksanannanya banyak sekali terkandung ritual-ritual ibadah yang tidak 
dicontohkan oleh Rasulullah SAW bahkan kalau kita melihat fenomena yang terjadi 
di masyarakat, upacara selamatan tersebut penuh dengan unsur-unsur kemusyrikan.
 
 Masyarakat kita biasanya menyediakan berbagai macam hal untuk melaksanakan 
selamatan tersebut, mulai dari rujak yang harus terdiri dari tujuh macam 
buah-buahan, mandi kembang 7 macam, menyiapkan dawegan (kelapa muda) yang diisi 
dengan rajah tertentu dan lain sebagainya. Semua hal tersebut adalah pengaruh 
agama dinamisme yang masih dipegang kuat oleh sebahagian kaum muslimin yang 
masih awam.
 
 Demikian halnya dengan pembacaan surat-surat tertentu dalam kegiatan tersebut. 
Biasanya yang selalu dibaca adalah surat Yusuf dan surat Maryam agar kelak bayi 
yang dilahirkan bisa menjadi insan yang sholeh dan #65533;cakep#65533; 
layaknya Nabi Yusuf As dan siti Maryam. 
 
 Memang, pada dasarnya membaca Al-Qur#65533;an adalah ibadah yang 
diperintahkan. Tetapi 
 jika pembacaan tersebut dikaitkan dengan suatu ritual ibadah atau perayaan 
tertentu apalagi dengan pensyaratan harus surat ini dan itu yang dibaca, 
tentulah harus berdasarkan dalil dan contoh dari Rasulullah SAW. Karena suatu 
ibadah yang tidak dilandasi oleh dalil yang shorih atau jelas dari Rasulullah 
SAW maka ibadah tersebut tertolak dan pelakunya adalah berdosa karena ia telah 
mengada-ada dalam agama.
 Oleh karena itu, sebaiknya anda tidak membaca surat-surat tertentu saja ketika 
dalam masa kehamilan dengan keyakinan-keyakinan tertentu. Tetapi bacalah 
Al-Qur#65533;an dari awal sampai akhirnya sesuai dengan kemampuan. Karena 
dengan membaca Al-Qur#65533;an hati akan menjadi tenang, sebagaimana 
firman-Nya:
 
 #65533;Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan 
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi 
tenteram#65533; (QS. Ar-Ra#65533;ad: 28 ) 
  
 
 Menurut para dokter kandungan, ketenangan bathin adalah sesuatu hal yang 
mutlak dibutuhkan oleh wanita yang sedang hamil, karena kondisi psikhis wanita 
yang hamil akan mempengaruhi terhadap kandungan yang ada dalam rahimnya
 
 Sedangkan bagaimana kita mensikapi keinginan keluarga yang ingin melaksanakan 
kegiatan nujuh bulanan yang tidak ada dasar syarinya? Hal ini sebenarnya 
merupakan tantangan dakwah bagi Anda. Bagaimana Anda bisa menjelaskan kepada 
mereka bahwa keinginan mereka tersebut sebenarnya tidak ada landasan syarinya. 
Hanya saja penyampaiannya harus dengan secermat mungkin agar tidak menyakiti 
perasaan mereka yang terbiasa melakukan ritual tersebut.
 
 Ada baiknya juga, ketika Anda menyampaikan hal tersebut, Anda jelaskan dari 
sudut pandang ekonomisnya dalam artian daripada kita menghabiskan dana yang 
besar untuk melakukan ritual tersebut, lebih baik dana tersebut digunakan untuk 
biaya kelahiran, pelaksanaan aqiqah, dan shodaqoh seberat bayi rambut 
sebagimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 
 
 
 Wallahu a`lam bishshowab. Wassalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
  

Rahmat [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalamualaikum wr.wb
 
 Ustadz, mohon penjelasannya mengenai acara 4 bulanan/7 bulanan pada wanita
 hamil, adakah tuntunan syar,i mengenai hal ini.dan apakah hukumnya?
 
 Terimakasih.
 
 Wassalam
 
 rahmat
 
 [Non-text portions of this message have been 

[media-dakwah] Bercermin Pada Soliditas Sahabat

2007-03-08 Terurut Topik Ica Harahap
  Bercermin Pada Soliditas Sahabat 
   
  Oleh: DR. Attabiq Luthfi, MA
   
   
  “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, 
  padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
   orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh 
  malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan 
  bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang 
  yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” 
  Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. 
  (Al-Baqarah: 214)
   
  Ayat ini dan ayat-ayat yang senada dengannya dapat ditemukan 
  pada tiga tempat dalam Al-Qur’an, yaitu surah Ali Imran: 142 yang 
  berbunyi, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, 
  padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjuang diantara 
  kamu dan orang-orang yang bersabar”, dan surah Al-Ankabut: 2-3, 
  “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 
  “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya 
  kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, sehingga Allah 
  mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui 
  orang-orang yang dusta”. (Al-Ankabut: 2-3).
   
  Secara historis, ayat-ayat di atas memang ditujukan kepada para mujahid 
  generasi pertama dari umat ini, namun secara makna ayat ini lebih tepat 
  untuk dijadikan bahan tarbiyah bagi mereka yang diserahkan amanah 
  dakwah IlaLlah untuk memelihara soliditas dan keteguhan mereka, 
  bahwa kemenangan itu dekat dan identik dengan perjuangan, cobaan 
  dan ujian. Hanya mereka yang solid yang berhak meraih “kemenangan 
  yang hakiki”. Seperti yang tersirat dari jawaban Allah atas pertanyaan 
  dan keluhan Rasul dan para sahabatnya “Bilakah datangnya 
  pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah 
  itu amat dekat”.
   
  Sayyid Quthb memahami ayat di atas, bahwa pertolongan Allah akan 
  diberikan kepada mereka yang konsisten hingga akhir hayat, yang tetap 
  mantap meskipun dalam penderitaan dan kesengsaraan, tetap teguh dan 
  tegar ketika menghadapi goncangan, dan pada puncaknya mereka yakin 
  bahwa tidak ada pertolongan melainkan pertolongan Allah. Pada level 
  tertinggi ini, barulah mereka layak dan berhak mendapat surgaNya setelah
  ujian yang maksimal dan bersabar di atasnya. Bahkan secara khusus dalam 
  salah satu ceramahnya memperingati peristiwa hijrah Rasulullah saw, 
  Sayyid Quthb mengingatkan, bahwa orang yang berhak memperingati 
  sejarah keagungan perjuangan dakwah Rasulullah bersama para sahabatnya 
  adalah mereka yang telah mampu mengangkat jiwa mereka pada 
  level tertinggi dari sikap zuhud terhadap harta, zuhud terhadap 
  kedudukan serta zuhud dalam bentuk apapun dari kemungkinan bisa 
  memalingkan konsistensinya dari jalan dakwah, karena ada yang lebih 
  besar dari itu semua, yaitu surga Allah swt.
   
  Padahal jika dicermati secara logika, sangatlah mudah bagi Rasulullah 
  untuk memenangkan dakwah Islam dan menghancurkan para penentangnya 
  dengan langsung memohon kepada Allah agar segera menghancurkan 
  mereka, seperti yang pernah dimohon oleh Nabi Nuh dan Nabi Luth as, 
  maka kaumnya diluluhlantahkan oleh Allah swt dan digantikan dengan 
  kaum yang baru. Tetapi tidak dengan Rasulullah saw. Beliau malah 
  memilih jalan yang sukar, jalan jihad dan jalan pengorbanan, karena jika 
  kemenangan itu diraih dengan cara yang mudah, maka soliditas dan 
  keteguhan para sahabatnya belum teruji. Beliau memilih jalan yang sukar 
  dan penuh dengan ujian dan cobaan, semata-mata agar dijadikan teladan 
  bagi umat setelahnya bahwa kemenangan itu harus dengan perjuangan, 
  pengorbanan dan menempuh jalan yang sukar, karena kemenangan yang 
  mudah diraih tidak akan kekal, begitu juga dengan dakwah yang “mudah” 
  hanya akan diminati oleh orang-orang yang “lemah”. Sedangkan kemenangan 
  yang hakiki dan dakwah yang sukar memang hanya bisa disertai oleh mereka 
  yang kuat, teguh dan solid dengan keimanan mereka.
   
  Secara korelatif menurut Imam Ar-Razi dalam At-Tafsir Al-Kabir 
  bahwa ketika pada ayat sebelumnya (Al-Baqarah: 213) Allah menjamin 
  akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya ke jalan 
  yang lurus dan kepada meraih surgaNya, maka kehendak Allah tersebut 
  tidak akan berlaku melainkan setelah melalui beberapa ujian dan kesukaran, 
  Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal 
  belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
  terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan 
  kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)…..”. 
  sehingga keutamaan Allah yang terbesar hanya layak diberikan kepada 
  mereka yang telah mengalami sunnatuLlah berupa ujian dan kesukaran 
  dalam mengarungi dan mendakwahkan kebenaran ajaran Allah.
   
  Berdasarkan sebab turunnya, ayat ini menurut Ibnu Abbas diturunkan untuk 
membersihkan hati para sahabat yang baru saja berhijrah ke Madinah dengan 
mengorbankan segala 

Re: [media-dakwah] Ketempelan

2007-03-07 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Berikut dari syariahonline, semoga dapat membantu...


Pertanyaan:

Saya sering bermimpi bertemu dengan nenek nenek berwajah seram. Nenek tersebut 
membawa saya ke sebuah perapian kecil. Dari perapian tersebut keluar sebuah 
kitab atau buku tebal sekali. Nenek tersebut memaksa saya menerima buku 
tersebut, saya menolaknya dan nenek tersebut sangat marah. Saya jadi ketakuan 
untuk tidur, saya minta tolong kepada agar saya tidak diganggu lagi. Semoga 
ALLAH Swt membalas semua kebaikan anda.Saya tinggal di Ds.Palasari RT.13 RW.03 
No.45 JalanCagak, Subang. Dekat restoran vidi.

Siti Maryam

   Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb.

 Semoga kita semua mendapat curahan rahmat dari Allah Swt.

 Saudari Siti Maryam, salah satu cara untuk menghadapi gangguan jin dan setan 
adalah dengan ruqyah.
‘RUQIYAH#146;, dalam prakteknya adalah upaya untuk mengusir jin dan segala 
macam gangguannya dengan membacakan ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem. Bagi jin yang 
mengganggu dan jahat, bacaan Al-Quran #150;terutama pada ayat tertentu- yang 
dibaca dengan baik dan benar oleh orang yang shalil dan bersih imannya, akan 
sangat ditakuti. Mereka akan merasakan panas yang membakar dan pergi. 

Diantaranya yang paling sering digunakan adalah ayat kursi, beberapa penggalan 
ayat dala#1577; nsurat Al-Baqarah (tiga ayat terakhir), Surat Ali Imron, Surat 
Yasin, Surat Al-Jin, surat Al-Falaq dan Surat An-Naas. Selain itu masih banyak 
ayat dan doa-doa lainnya yang diriwayatkan kepada kita untuk dibacakan kepada 
orang yang kesurupan. 

Tetapi bila ruqyah dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang menyimpang, 
apalagi dengan melanggar syariat dan aqidah, tidak boleh dilakukan. Karena 
tujuan jin ketika mengganggu manusia tidak lain adalah untuk menyeret manusia 
kepada pelanggaran dan syirik kepada Allah. 

Misalnya, dengan sesajen, minta kembang, atau dikorbankan hewan sembelihan 
sebagai tumbal, itulah syirik yang sejati. Atau apapun yang secara syariah 
bertentang dengan hukum-hukum Allah. 

Pada dasarnya bila dibacakan Ruqiyah, jin itu sangat takut dan tidak berani 
menawar-nawar dengan minta ini itu. Karena pembacaan ayat-aayt Al-quran itu 
membuatnya kesakitan yang sangat, sehingga dalam proses Ruqyah, tidak ada 
permintaan dari jin kecuali harus pergi dan berhenti dari menganggu manusia. 

Ruqyah sendiri adalah salah satu cara dari banyak jalan untuk mengusir gangguan 
setan dan sihir. Abdul Khalik Al-Atthar dalam bukunya #147;menolak dan 
membentengi diri dari sihir#148; menyebutkan bahwa untuk bisa terbebas dari 
pengaruh jahat itu, bisa dilakukan beberapa cara, antara lain: 

1. Metode Istinthaq 

Methode istinthaq adalah mengajak bicara setan yang ada di dalam tubuh orang 
yang terkena sihir. Dan menanyakan kepadanya tentang namanya, nama tukang sihir 
yang memanfaatkan jasanya, nama orang yang membebani tukang sihir untuk 
melakukan sihir, menanyakan tempat penyimpanan sihir serta barang-barang yang 
digunakan untuk menyihir. Meskipun demikian, kita dituntut untuk tetap waspada 
dan tidak mempercayai sepenuhnya akan apa yang diucapkan oleh setan yang ada di 
dalam tubuh pasien, sebab bisa jadi setan berbohong dengan tujuan untuk 
menimbulkan fitnah dan memecah belah hubungan baik diantara sesama manusia. 


2. Metode Istilham 

Melalui Istilham adalah memohon ilham dan petunjuk yang benar dari Allah swt) 
agar Ia berkenan memberikan isyarat lewat mimpi, sehingga sihir yang menimpa 
seseorang bisa terdeteksi dan kemudian dilenyapkan. 

3. Metode Tahshin 

Methode Tahsin adalah pembentengan, yaitu dengan membentengi dan melindungi 
korban sihir dengan menggunakan bacaan Al-Qur#146;an, zikir dan ibadah-ibadah 
tertentu. 

Syaikh bin Baaz mengatakan bahwa cara yang paling efektif dalam mengobati 
pengaruh sihir adalah dengan mengerahkan kemampuan untuk mengetahui tempat 
sihir, misalnya di tanah, gunung dan lain-lain. Dan bisa diketahui lalu 
diambil, maka lenyaplah sihir itu. 

Pengobatan sihir yang diharamkan adalah menyingkirkan sihir dengan sihir juga, 
ini sesuai dengan perkataan Rasul yang melarang keras seorang muslim pergi ke 
rumah dukun dan tukang sihir untuk meminta bantuan kepadanya. 

Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa mengeluarkan sihir dan memusnahkannya adalah 
pengobatan yang paling efektif, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rasulullah 
saw bahwasanya beliau memohon kepada Allah untuk dapat melakukan hal itu. Allah 
memberi petunjuk kepada beliau, sehingga beliau pernah mengeluarkan sihir dari 
sebuah sumur. 

4. Hijamah 

Cara yang lainnya adalah dengan hijamah (berbekam) pada anggota tubuh yang 
terasa sakit akibat pengaruh sihir, karena sihir bisa berpengaruh pada tubuh, 
dan melemahkannya. 


5. Obat-obatan 

Pengobatan sihir dapat juga dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang mubah 
(dibolehkan) seperti dengan memberi kurma #145;Ajwah kepada si penderita. 

Diriwayatkan dari Amir bin Sa#146;ad dari bapaknya bahwasanya Rasulullah saw 
bersabda,#147;Barangsiapa setiap pagi hari 

RE: [media-dakwah] Aqiqah itu apa sih?

2007-03-07 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb

Berikut dari syariahonline, semoga bermanfaat...

  Pertanyaan:
 
 Assalamu'alaikum wr wb
 Ustad
 
 saya mau tanya. anak saya laki-laki, mau aqiqoh dengan 2 kambing. tetapi waktu 
dan tempat penyembelihan tidak bersamaan, bagaimana hukumnya? satu disembelih 
di JATENG(Keluarga Istri) dan satu lagi di Jogja (keluarga suami). demikian 
atas jawabannya. Syukron katsir.
 
 Wassalamu'alaikum wr wb
 
 Sur Hidayat
 
 Jawaban:
 
 Assalamu alaikum wr.wb. 
 Saudara Sur Hidayat, akikah untuk anak laki-laki adalah dua kambing dan 
sebaliknya dilaksanakan pada hari ketujuh kelahiran. Namun, jika tidak bisa, 
maka bisa pada hari keempat belas,. Dan jika tidak bisa pula maka pada hari 
kedua puluh satu. 
 Dengan demikian, pelaksanakaan akikah bisa dilakukan pada waktu-waktu 
tersebut, dan boleh pada dua tempat yang berbeda. 
 Wallahu a’lam bi al-shawab. 
 Wassalamu alaikum wr.wb.
  
http://syariahonline.com/new_index.php/id/18/cn/19482

Rahmat [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalamualaikum wr.wb
 
 Mau Tanya juga nih,
 
 Bolehkah pemotongan hewan aqiqah untuk anak laki-laki ( 2 ekor ) dilakukan
 di dua tempat yang berbeda dalam tenggang waktu yang berbeda pula.
 
 Terimakasih
 
 Wassalam
 
 Rahmat
 
 _  
 
 From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
 Behalf Of Abu Zulfan
 Sent: Tuesday, March 06, 2007 10:14 PM
 To: media-dakwah@yahoogroups.com
 Subject: [media-dakwah] Aqiqah itu apa sih?
 
 Butuh Layanan Kambing/Domba Aqiqah? sms aja 0817274724/ 08157002839 / 
 www.rumahzakat.org/ra
 
 
 Aqiqah itu apa sih?
 
 Pertanyaan:
 
 Ass. wr wb.
 
 Ustadz, mau tanya nih aqiqah itu apa sih? mohon dijelaskan
 
 terima kasih
 
 Styawan
 
 Jawaban:
 
 Assalamu alaikum wr.wb. 
 Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua. 
 Saudara
 Setyawan, aqiqah dalam istilah agama adalah sembelihan untuk anak yang
 baru lahir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt dengan niat dan
 syarat-syarat tertentu. Oleh sebagian ulama ia disebut dengan nasikah
 atau dzabîhah (sembelihan). 
 Hukum aqiqah itu sendiri menurut
 kalangan Syafii dan Hambali adalah sunnah muakkadah. Sementara menurut
 kalangan Hanafi mubah dan menurut Maliki hanya bersifat anjuran. 
 Dasar
 yang dipakai oleh kalangan Syafii dan Hambali dengan mengatakannya
 sebagai sesuatu yang sunnah muakkadah adalah hadis Nabi saw. Yang
 berbunyi, Anak tergadai dengan akikahnya. Disembelihkan untuknya pada hari
 ketujuh (dari kelahirannya) (HR al-Tirmidzi, hasan shahih). 
 
 Wallahu a'lam bish-shawab. 
 Wassalamu alaikum wr.wb.
 
 sumber : http://www.syariaho
 http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/18/cn/22673
 nline.com/new_index.php/id/18/cn/22673
 --
 Dikirim oleh Rumah Aqiqah
 Rumah Aqiqah menjual Kambing untuk Kebutuhan Aqiqah putra/i Anda
 layanan kami :
 Dipotong,DibersihkanDiantar Tanpa Biaya Tambahan
 Layanan plus : Daging Aqiqah siap saji  penyaluran ke lokasi-lokasi 'minus'
 
 Silahkan hubungi kami di :
 Jakarta : 021 707 444 16
 Tangerang : 021 700 700 48
 Surabaya : 031 70  01
 Solo : 0271 700 3200
 Medan : 061 778 1233
 
 SMS : 081 7 274724/ 0815 700 2839
 
 Terima Pesanan Lintas KOTA
 
 Bored stiff? Loosen up...
 Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.
 
 Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.
 
 8:00? 8:25? 8:40? Find a flick in no time
 with theYahoo! Search movie showtime shortcut.
 
 Finding fabulous fares is fun.
 Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and
 hotel bargains.
 
 __
 No need to miss a message. Get email on-the-go 
 with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.
 http://mobile. http://mobile.yahoo.com/mail yahoo.com/mail 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   

 
-
It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] DOA UTK NON MUSLIM

2007-03-07 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Berikut jawaban dari seorang ustadz di percikan-iman,
semoga bermanfaat Mungkin yang lain yang lebih paham
dapat mengkoreksi atau menambahkan? monggooo...

  Ustadz, kedua orang tua saya masih kafir (berbeda agama dengan saya). 
  Apakah saya sebagai anak boleh mendo’akan mereka? Mohon penjelasan.
 
 [EMAIL PROTECTED]
 
 
   
  Jawab : 
   
  Do’a artinya meminta atau memohon kepada Allah swt. dengan segala 
  kerendahan hati. Keadaan orang kafir itu ada dua kemungkinan. 
  Kemungkinan pertama orang kafirnya masih hidup dan kemungkinan 
  kedua dia sudah meninggal.
 
 Kita diperbolehkan mendo’akan orang kafir yang masih hidup agar 
  diberi hidayah oleh Allah. Fakta historis menunjukkan bahwa Rasulullah saw. 
  pernah mendo’akan Ummar bin Khattab ra. Agar bisa masuk Islam saat 
  Ummar masih kafir. Rasulullah saw. pun mendo’akan pamannya Abu Thalib 
  agar masuk Islam. Ini menunjukkan bahwa kita diperbolehkan mendo’akan 
  orang kafir yang masih hidup agar memeluk Islam.
 
 Jadi, kalau orang tua Anda masih hidup dan mereka berbeda agama dengan 
  Anda alias masih kafir, Anda punya kesempatan untuk mendo’akan agar mereka 
  masuk Islam.
 
 Namun, kalau mereka (orang kafiir) itu sedah meninggal, kita diharamkan 
  untuk mendo’akannya walaupun mereka itu saudara dekat kita. Hal ini 
  dijelaskan dalam ayat berikut.
 
 “Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan 
  ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang 
  musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasannya 
  orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam.” 
  (QS. At Taubah 9:113)
 
 “Dan janganlah kamu sekali-kali menyakiti (jenazah) seseorang yang mati 
  di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo’akan) dikuburnya. 
  Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka 
  mati dalam keadaan fasik.” (QS. At Taubah 9:84)
 
 Kesimpulannya, mendo’akan orang kafir yang masih hidup agar mereka 
  memeluk Islam tidaklah terlarang bahkan dianjurkan. Namun, kalau orang 
  kafir itu sudah meninggal, haram hukumnya mendo’akan dan memohonkan 
  ampunan untuk mereka, sekalipun mereka itu adalah orang tua kita. 
  Wallahu a’lam.
   
  http://www.percikan-iman.com/modules.php?name=Datanyaop=detail_atanyaid=100
  

Hasbiyanto   [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalaamualaikum Wr Wb,
 
 Pak A. Nizami/ Bu Suhana, dan bpk yang lain,
 Saya mau tanya diluar masalah ini. Yaitu tentang doa seorang anak
 muslimah (muallaf) yang mendoakan ayahnya yang sudah meninggal dan ayah
 tsbt non muslim.. Tolong kalau ada dalil al-Qur'an dan hadistnya..
 Pertanyaannya, Bolehkah doa tersebut dipanjatkan? dan apakah doa
 tersebut sampai?... Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
 
 Wassalam,
 HB
 
  A Nizami [EMAIL PROTECTED] 3/7/2007 2:15 PM 
 Wa'alaikum salam wr wb,
 Sebelum menarik kesimpulan bayi anda ketempelan, ada
 baiknya anda perhatikan apakah bayi anda lapar/tidak.
 
 Ada penyakit yang dikenal sebagai colic/kolik. Setahu
 saya jika bayi lapar, maka dia akan menangis sebagai
 protes (menangis satu2nya alat komunikasi bagi dia).
 
 Setiap 1-2 jam sebaiknya bayi disusui. Meski dia
 tertidur, tapi tetap susui, nanti otomatis mulutnya
 bergerak sendiri. Soalnya istri saya pernah karena
 melihat bayinya tertidur, jadi tidak tega menyusui.
 
 Coba itu dijalankan dulu.
 
 Wassalam
 
 --- harry [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Assalamu alaikum wr.wb
  
  Kemarin baru kami sadari kalau sikap anak kami yang
  ke tiga (1.5 bulan) sikapnya rada aneh.kalau
  nangis langsung menjerit dan meronta-ronta...bahkan
  pernah malam hari tidak tidur.
  
  Tadinya kami pikir hal biasa, semalam saya bacakan
  ayat kursi sambil memegang kepalanya.nampak
  semakin berontak...dan tatapan mata agak liar.
  
  Yang ingin saya tanyakan, bagaimankah cara yang baik
  dan benar menghadapi bayi yang ketempelan...dan kapa
  kita mengetahui / tanda-tandanya makhluk gaib
  tersebut sudah tidak menempel
  
  Mohon bantuanya.
  
  Terima kasih
  
  Wassalam
  Harry Purnama
  
   
  
  
  [Non-text portions of this message have been
  removed]
  
  
 
 ===
 Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
 Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
 http://www.media-islam.or.id 
 
 __
 Don't pick lemons.
 See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.
 http://autos.yahoo.com/new_cars.html 
 
 
   

 
-
 Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] DOA UTK NON MUSLIM

2007-03-07 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Berikut jawaban dari seorang ustadz di percikan-iman,
semoga bermanfaat Mungkin yang lain yang lebih paham
dapat mengkoreksi atau menambahkan? monggooo...

  Ustadz, kedua orang tua saya masih kafir (berbeda agama dengan saya). 
  Apakah saya sebagai anak boleh mendo’akan mereka? Mohon penjelasan.
 
 [EMAIL PROTECTED]
 
 

  Jawab : 

  Do’a artinya meminta atau memohon kepada Allah swt. dengan segala 
  kerendahan hati. Keadaan orang kafir itu ada dua kemungkinan. 
  Kemungkinan pertama orang kafirnya masih hidup dan kemungkinan 
  kedua dia sudah  meninggal.
 
 Kita diperbolehkan mendo’akan orang kafir yang masih hidup agar 
  diberi hidayah oleh Allah. Fakta historis menunjukkan bahwa Rasulullah saw. 
  pernah mendo’akan Ummar bin Khattab ra. Agar bisa masuk Islam saat 
  Ummar masih kafir. Rasulullah saw. pun mendo’akan pamannya Abu Thalib 
  agar masuk Islam. Ini menunjukkan bahwa kita diperbolehkan mendo’akan 
  orang kafir yang masih hidup agar memeluk Islam.
 
 Jadi, kalau orang tua Anda masih hidup dan mereka berbeda agama dengan 
  Anda alias masih kafir, Anda punya kesempatan untuk mendo’akan agar mereka 
  masuk Islam.
 
 Namun, kalau mereka (orang kafiir) itu sedah meninggal, kita diharamkan 
  untuk mendo’akannya walaupun mereka itu saudara dekat kita. Hal ini 
   dijelaskan dalam ayat berikut.
 
 “Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan 
  ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang 
  musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasannya 
  orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam.” 
  (QS. At Taubah 9:113)
 
 “Dan janganlah kamu sekali-kali menyakiti (jenazah) seseorang yang mati 
  di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo’akan) dikuburnya. 
  Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka 
  mati dalam keadaan fasik.” (QS. At Taubah 9:84)
 
 Kesimpulannya, mendo’akan orang kafir yang masih hidup agar mereka 
  memeluk Islam tidaklah terlarang  bahkan dianjurkan. Namun, kalau orang 
  kafir itu sudah meninggal, haram hukumnya mendo’akan dan memohonkan 
  ampunan untuk mereka, sekalipun mereka itu adalah orang tua kita. 
  Wallahu a’lam.

  http://www.percikan-iman.com/modules.php?name=Datanyaop=detail_atanyaid=100
  

Hasbiyanto   [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Assalaamualaikum Wr Wb,
 
 Pak A. Nizami/ Bu Suhana, dan bpk yang lain,
 Saya mau tanya diluar masalah ini. Yaitu tentang doa seorang anak
 muslimah (muallaf) yang mendoakan ayahnya yang sudah meninggal dan ayah
 tsbt non muslim.. Tolong kalau ada dalil al-Qur'an dan hadistnya..
 Pertanyaannya, Bolehkah doa tersebut dipanjatkan? dan apakah doa
 tersebut sampai?... Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
 
 Wassalam,
 HB
 
  A Nizami [EMAIL PROTECTED] 3/7/2007 2:15 PM 
 Wa'alaikum salam wr wb,
 Sebelum menarik kesimpulan bayi anda ketempelan, ada
 baiknya anda perhatikan apakah bayi anda lapar/tidak.
 
 Ada penyakit yang dikenal sebagai colic/kolik. Setahu
 saya jika bayi lapar, maka dia akan menangis sebagai
 protes (menangis satu2nya alat komunikasi bagi dia).
 
 Setiap 1-2 jam sebaiknya bayi disusui. Meski dia
 tertidur, tapi tetap susui, nanti otomatis mulutnya
 bergerak sendiri. Soalnya istri saya pernah karena
 melihat bayinya tertidur, jadi tidak tega menyusui.
 
 Coba itu dijalankan dulu.
 
 Wassalam
 
 --- harry [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Assalamu alaikum wr.wb
  
  Kemarin baru kami sadari kalau sikap anak kami yang
  ke tiga (1.5 bulan) sikapnya rada aneh.kalau
  nangis langsung menjerit dan meronta-ronta...bahkan
  pernah malam hari tidak tidur.
  
  Tadinya kami pikir hal biasa, semalam saya bacakan
  ayat kursi sambil memegang kepalanya.nampak
  semakin berontak...dan tatapan mata agak liar.
  
  Yang ingin saya tanyakan, bagaimankah cara yang baik
  dan benar menghadapi bayi yang ketempelan...dan kapa
  kita mengetahui / tanda-tandanya makhluk gaib
  tersebut sudah tidak menempel
  
  Mohon bantuanya.
  
  Terima kasih
  
  Wassalam
  Harry Purnama
  
   
  
  
  [Non-text portions of this message have been
  removed]
  
  
 
 ===
 Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
 Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
 http://www.media-islam.or.id 
 
 __
 Don't pick lemons.
 See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.
 http://autos.yahoo.com/new_cars.html 
 
 
   

  
-
Looking for earth-friendly autos? 
 Browse Top Cars by Green Rating at Yahoo! Autos' Green Center.  

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Hikmah di Balik Beriman kepada Takdir

2007-03-07 Terurut Topik Ica Harahap
  Assalamu'alaikum wr.wb.

Dari milis sebelah...


Hikmah di Balik Beriman kepada Takdir 
   
  Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tiada (pula suatu 
 bencana) menimpa dirimu kecuali telah tertulis di dalam kitab (al-Lauh 
 al-Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu 
 adalah mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang 
 luput darimu, dan supaya kamu tidak merasa bangga dengan apa yang telah 
 diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong 
 lagi membanggakan diri. (Al-Hadiid: 22--23). 
  
 Beriman kepada qadar baik dan buruk adalah salah satu rukun iman yang 
 wajib diyakini oleh setiap mukmin. Itu merupakan awal dari tawakal kepada 
 Allah dalam segala usaha yang dilakukannya. Dengan iman pada qadar setiap 
 mukmin akan optimis dan selalu optimis dalam segala tindak tanduk dan 
 perbuatan serta usahanya. Karena setelah ia mencurahkan segala kemampuan 
 yang ada padanya, ia akan bertawakkal kepada Allah semata dalam hasil yang 
 akan dicapainya. 
  
 Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dia tidak melakukan dan 
 menetapkan sesuatu pada hamba-Nya kecuali ada hikmahnya. Lagi pula Dialah 
 yang mengetahui apa yang baik dan buruk bagi hamba-Nya. Dengan modal iman 
 akan qadar baik dan buruk, dan bahwa semua itu telah ditulis di al-Lauh 
 al-Mahfuzh, seorang mu'min akan siap jiwa raga menerima apa pun hasil yang 
 diraih, apa pun yang menimpanya. Jika buruk yang dicapai, atau musibah 
 yang menimpa, itu tidak akan membuatnya sedih dan larut dalam kesedihan 
 dan duka lara. Jika ia tidak mencapai apa yang diinginkannya walau pun 
 sudah mengerahkan segala daya upaya, ia tidak akan berkecil hati 
 karenanya. Ia tahu bahwa apa yang disukainya belum tentu baik baginya, dan 
 apa yang dibencinya belum tentu buruk baginya. 
  
 Sebaliknya, jika kesuksesan dan keberhasilan serta untung yang diraihnya, 
 ia tidak serta merta merasa bahwa itu semua merupakan hasil jerih payahnya 
 semata. Ia sadar bahwa semua itu adalah karunia Allah semata. Ia tidak 
 akan menyombongkan dirinya dengan segala keberhasilan itu. Tentunya dengan 
 menyadari ini semua ia tidak akan kikir atau pelit dalam berbagi dengan 
 sesama sebagian dari keberhasilan dan keuntungan yang diraihnya. 
  
 Jika iman akan qadar baik dan buruknya kurang mantap, hal itu akan membawa 
 dampak negatif pada seseorang dalam menyikapi segala yang terjadi dalam 
 kehidupan dunia ini. Apabila buruk yang diraih dan menimpanya ia akan 
 larut dalam kesedihan dan kepesimisan. Bahkan akan mudah tumbuh subur di 
 hatinya rasa dengki dan iri terhadap orang lain yang berhasil. Namun jika 
 keberhasilan dan kesuksesan yang diraihnya, secara perlahan akan tumbuh 
 rasa bangga dan sombong dalam jiwanya, karena merasa bahwa apa yang 
 diraihnya adalah hasil usahanya semata. Akibatnya ia akan membanggakan 
 diri pada orang lain, kikir dan pelit untuk berbagi, kecuali ada tujuan 
 tertentu. Itulah sifat si Qarun, yang dulunya miskin, kemudian menjadi 
 kaya raya setelah Allah mengabulkan doa nabi Musa 'Alaihissalaam untuk si 
 Qarun. Kekayaannya melimpah ruah, sampai-sampai kunci gudang-gudang 
 penyimpanan hartanya tidak mampu diangkat oleh beberapa orang yang kuat. 
 Tetapi, rupanya dia tidak tahu diri dan tidak mau bersyukur. Dia malah 
 membanggakan dirinya bahwa apa yang dimilikinya adalah karena 
 kepintarannya. Dia lupa bagaimana dia dulu merengek-rengek kepada nabi 
 Musa 'Alaihissalaam agar didoakan supaya Allah memberinya kekayaan. Dia 
 kikir dan pelit luar biasa, karena baginya ia tidak perlu berbagi dengan 
 orang-orang miskin yang bodoh menurutnya. Akhirnya, Allah menenggelamkan 
 si Qarun dan seluruh harta kekayaannya ke dalam perut bumi tanpa ada yang 
 tersisa.
  
 Itulah salah satu contoh orang congkak akan segala nikmat yang diraihnya. 
 Ia tidak menyadari bahwa baik dan buruk merupakan qadar yang sudah Allah 
 tetapkan di al-Lauh al-Mahfuzh, dan bahwa semua itu adalah ujian baginya. 
 Kalaulah seseorang menyadari hal yang demikian, ia akan sadar bahwa ia 
 tidak punya alasan untuk menyombongkan diri atas orang lain, apalagi di 
 hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Wallahu a'lam.
  
 Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 
 Wassalamualaikum wr wb,
 
 Sandy P Utomo
 QE Dept.
   
  
 
-
Never miss an email again!
Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives. Check it out.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] tanya asuransi

2007-03-07 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Sebagai penjelasan pendahuluan, mungkin bisa dipelajari
lebih dulu pendapat salah seorang ustadz dari syariahonline.com
berikut ini Semoga bermanfaat...


Asuransi dalam pandangan islam

Pertanyaan:

Assalamualaikum wr. wb

Saya mau bertanya tentang hukum asuransi di dalam islam
semisal asuransi bea siswa pendidikan atau yang lainnya

Terima kasih

Edi

   Jawaban:


Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. 
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua 
Definisi asuransi adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi 
(muammin) untuk memberikan kepada nasabah/klien-nya (muamman) sejumlah harta 
sebagai konsekuensi dari pada akad itu, baik itu berbentuk imbalan, Gaji, atau 
ganti rugi barang dalam bentuk apapun ketika terjadi bencana maupun kecelakaan 
atau terbuktinya sebuah bahaya sebagaimana tertera dalam akad (transaksi), 
sebagai imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala atau 
secara kontan dari klien/nasabah tersebut (muamman) kepada perusahaan asuransi 
(muammin) di saat hidupnya. 

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan salah 
satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang 
dananya diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi. 

Beberapa istilah asuransi yang digunakan antara lain: 

A. Tertanggung, yaitu anda atau badan hukum yang memiliki atau berkepentingan 
atas harta benda 

B. Penanggung, dalam hal ini Perusahaan Asuransi, merupakan pihak yang menerima 
premi asuransi dari Tertanggung dan menanggung risiko atas kerugian/musibah 
yang menimpa harta benda yang diasuransikan 

ASURANSI KONVENSIONAL 

A. Ciri-ciri Asuransi konvensional 
Ada beberapa ciri yang dimiliki asuransi konvensional, diantaranya adalah: 

1. Akad asuransii konvensianal adalah akad mulzim (perjanjian yang wajib 
dilaksanakan) bagi kedua belah pihak, pihak penanggung dan pihak tertanggung. 
Kedua kewajiban ini adalah kewajiban tertanggung menbayar primi-premi asuransi 
dan kewajiban penanggung membayar uang asuransi jika terjadi peristiwa yang 
diasuransikan. 

2. Akad asuransi ini adalah akad mu’awadhah, yaitu akad yang didalamnya kedua 
orang yang berakad dapat mengambil pengganti dari apa yang telah diberikannya. 

3. Akad asuransi ini adalah akad gharar karena masing-masing dari kedua belah 
pihak penanggung dan tertanggung pada waktu melangsungkan akad tidak mengetahui 
jumlah yang ia berikan dan jumlah yang dia ambil. 

4. Akad asuransi ini adalah akad idzan (penundukan) pihak yang kuat adalah 
perusahan asuransi karena dialah yang menentukan syarat-syarat yang tidak 
dimiliki tertanggung, 


B. Asuransi dalam Sudut Pandang Hukum Islam 
Mengingat masalah asuransi ini sudah memasyarakat di Indonesia dan diperkirakan 
ummat Islam banyak terlibat di dalamnya, maka permasalahan tersebut perlu juga 
ditinjau dari sudut pandang agama Islam. 

Di kalangan ummat Islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak Islami. Orang 
yang melakukan asuransi sama halnya dengan orang yang mengingkari rahmat Allah. 
Allah-lah yang menentukan segala-segalanya dan memberikan rezeki kepada 
makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: 

Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi melainkan Allah-lah yang 
memberi rezekinya. (Q. S. Hud: 6) 

Dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah 
di samping Allah ada Tuhan (yang lain)??? (Q. S. An-Naml: 64) 

Dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keprluan hidup, dan (kami 
menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki 
kepadanya. (Q. S. Al-Hijr: 20) 

Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah 
menyiapkan segala-galanya untuk keperluan semua makhluk-Nya, termasuk manusia 
sebagai khalifah di muka bumi. Allah telah menyiapkan bahan mentah, bukan bahan 
matang. Manusia masih perlu mengolahnya, mencarinya dan mengikhtiarkannya. 

Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar 
untuk menghadapi masa depan dan masa tua. Namun karena masalah asuransi ini 
tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka masalahnya dipandang sebagai 
masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya 
perbedaan pendapat sukar dihindari. 

Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh 
Islam. Yang paling mengemuka perbedaan tersebut terbagi tiga, yaitu: 

I. Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa 

Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti 
Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‘i (mufti Mesir). 
Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah: 
- Asuransi sama dengan judi 
- Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti. 
- Asuransi mengandung unsur riba/renten. 
- Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak bisa 
melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau di 
kurangi. 
- Premi-premi yang 

[media-dakwah] Istinthaq

2007-03-06 Terurut Topik Ica Harahap
Assalamu'alaikum wr.wb.
 
 Sekedar ingin berdiskusi
 aku pernah baca salah satu pendapat ustadz dari syariahonline,
 untuk mengusir gangguan setan atau sihir salah satunya adalah
 dengan metode Istinthaq, yaitu mengajak bicara setan yang ada
 di dalam tubuh orang yang terkena sihir.
 
 Apakah metode tersebut memang benar2 dapat dilakukan??
 apakah kita memang bisa berdialog dengan setan, jin atau
 sebangsanya?? adakah dalil yang melandasinya??

Mohon pencerahannya...

 
-
Bored stiff? Loosen up...
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Saatnya Kembali Kepada ALLAH

2007-03-06 Terurut Topik Ica Harahap
  Saatnya Kembali Kepada Allah SWT   Oleh: Ulis Tofa, Lc 
   
   
  Rasanya Indonesia tidak lepas didera berbagai bencana, sampai hari ini, 
  silih berganti. Belum selesai penanganan musibah yang satu, muncul baru 
  musibah yang sebelumnya tidak pernah kita duga. Sebagaimana dalam 
  iklan banner dakwatuna kita, begitu banyak contoh musibah tersebut.
  Hakekat Musibah
  Sudah menjadi sunnatullah, bahwa manusia di muka bumi pasti diuji 
  dengan berbagai hal. Diuji dengan sesuatu yang menyenangkan atau 
  sebaliknya sesuatu yang tidak disukai. Sesuatu yang tidak disukai 
  beragam macamnya. Rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta dan jiwa, 
  bahkan hal yang berharga lainnya.
   
  Allah swt. telah menyatakan hal demikian dalam firman-Nya 
  QS. Al Baqarah: 155-157
  ”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit 
  ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan 
  berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) 
  orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 
  “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka Itulah yang mendapat 
  keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
   itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
   
  Rasa takut selalu menyertai kehidupan manusia. Misalnya, ketika ia masih 
  duduk dibangku belajar, takut tidak lulus. Sudah lulus, takut tidak 
  mendapatkan pekerjaan. Sudah bekerja takut tidak cukup gajinya. 
  Sudah cukup, masih khawatir untuk menikah. Sudah menikah takut 
  tidak punya anak. Sudah punya anak takut anaknya bandel, dan 
  seterusnya… setiap kita memiliki rasa takut itu.
   
  Yang lain, kelaparan. Hari-hari ini kita menyaksikan kemiskinan 
  dipertontonkan oleh media massa. Banyak saudara-saudara kita yang 
  antri ingin membeli beras dari operasi pasar pemerintah. Ada saudara kita 
  yang makan nasi jagung, tidak sedikit makan nasi aking, bahkan dimasa 
  paceklik banyak yang tidak makan.
   
  Kekurangan harta dan jiwa. Ketika banjir melanda Jabodetabek, dan 
  Jakarta kelep, selain rasa takut menggelayuti warga, juga kehilangan harta 
  bahkan jiwa. Tidak terhitung jumlah kerugian, baik fisik maupun kegiatan 
  ekonomi yang mandek. Banyak yang meninggal dunia, karena tersengat listrik, 
  keseret air, atau kedinginan dan tidak mendapatkan makanan.
   
  Rasanya Indonesia tidak lepas didera berbagai bencana, sampai hari ini, 
  silih berganti. Belum selesai penanganan musibah yang satu, muncul 
  baru musibah yang sebelumnya tidak pernah kita duga. Sebagaimana 
  dalam iklan banner dakwatuna kita, begitu banyak contoh musibah tersebut.
   
  Yang lebih penting, adalah sikap introspeksi masyarakat Indonesia, 
  lebih lagi pemerintahnya. Ada apa ini?. Apakah ini semata-mata teguran 
  Allah swt., karena kicintaan-Nya terhadap bangsa ini yang sudah terlalu 
  lama melupakan-Nya?. Atau karena musibah itu ternyata akibat dari ulah 
  tangan-tangan jahil manusia?.
   
  Yah, Allah swt menegur manusia dengan adanya musibah itu, benar. 
  Dan ternyata berbagai bencana itu akibat ulah tangan manusia juga benar. 
  Bahkan Walhi sebuah LSM yang perhatian terhadap masalah lingkungan 
  hidup mencatat ada sekitar 145 musibah menimpa bangsa ini selama kurun 
  tahun 2006, namun dari banyaknya peristiwa itu ternyata 135 musibah itu 
  disebabkan karena ulah manusia. Sehingga benar informasi Allah swt 
  dalam firman-Nya QS. Ar Rum: 41.
   “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan 
  tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari 
  (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
   
  Ketika sebagian besar musibah akibat dari ulah tangan manusia, 
  semestinya pertama kali yang harus mereka sikapi adalah merasa 
  bersalah, meminta ma’af dan memperbaikinya. Namun kalau kita 
  dengar pernyataan dari pemimpin kita, mereka mengatakan ini hanya 
  gejala alam saja, tidak ada kaitannya dengan kesalahan kepemimpinan 
  mereka, juga tidak mengaitkan dengan kekuatan Allah swt.
   
  Introspeksi Diri
   
  Sejarah mengajarkan kepada kita, bahwa para sahabat radhiyallahu anhum 
  ketika mengalami musibah, kekalahan dalam pertempuran, atau yang lainnya, 
  seketika itu mereka sadar, boleh jadi ada saham kesalahan yang mereka 
lakukan. 
  Ketika mereka mengalami kekalahan dalam perang Uhud misalkan, 
  mereka langsung mengevaluasi, memperbaiki diri dan mempersiapkan 
  kemenangan.
   
  Sikap mereka ini direkam Allah swt. dalam QS. Ali Imran: 147
   “Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah 
  dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan 
  dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah 
  kami terhadap kaum yang kafir”.
   
  Langkah strategis pertama mensikapi musibah adalah menyadari 
  kesalahan diri. ”Ighfirlanaa dzunubanaa”. Tidak terbayang sebelumnya, 
  bahwa air banjir masuk sampai ke kamar tidur kita, menenggelamkan 
  semua isi di dalamnya. Ketika 

Re: [media-dakwah] Re: Tinggal di negara kafir === tantangan untuk dakwah??

2007-03-05 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Yup, aku lebih setuju dengan pendapat yang ini...
sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita
bisa berdakwah di mana saja...

Mungkin awalnya kita bisa memperlihatkan kepada mereka
(atheis maupun kafir) bagaimana sejatinya seorang muslim.
Bekerja dengan kejujuran, bergaul dengan batas2 kesopanan
menurut syar'i. Bukankah tingkah laku kita yang baik (sesuai
dengan ajaran Islam) merupakan salah satu bagian dari dakwah?

Menurutku kembali lagi ke niat awal, ketika kita memutuskan 
untuk menimba ilmu atau mencari nafkah di negara yang
mayoritas penduduknya kafir adalah bukan semata2 untuk memenuhi
kebutuhan hidup, tapi tujuan utamanya adalah berdakwah,
menunjukkan kepada mereka bahwa Islam itu adalah
Rahmatan lil'alamin...

cahyo nugroho [EMAIL PROTECTED] wrote:  
assalamualaikum wr.wb.
 
 sekedar bertanya lagi dan bukan bermaksud untuk mengingkari hadits Rasulullah 
SAW, bagaimana kita bisa berdakwah ato mengajak orang kafir untuk masuk ke 
dalam Islam, klo kita sendiri gak memperkenalkannya pada mereka?
 
 kebetulan, saya sendiri memang dapet beasiswa ke negara kafir, yang 
penduduknya 50% atheis. dan ketika saya solat jumat bersama orang2 muslim dari 
negara lainnya, saya melihat orang jepang ikut solat. saya emang belum banyak 
ngobrol dengan dia, tapi hanya berasumsi bahwa dia mengenal Islam pun tentunya 
dari seorang muslim yang datang ke negaranya (yang jelas sih, Jepang negara 
kafir).
 
 kemudian, saya sendiri agak awam dengan sejarah, tapi seandainya dahulu para 
pedagang gujarat dan persia (?) tidak datang ke indonesia (yang dulu tentunya 
juga negara kafir), apakah mungkin kita akan menjadi negara dengan penduduk 
muslim terbesar?
 
 apakah ini harusnya, tantangan umat Islam dunia, untuk lebih aktif berdakwah 
(saya baru sekedar orang menjalankan ajaran Islam, belum dalam taraf berani 
untuk mengajarkan) di negeri yang belum mengenal Islam?
 
 mohon maaf apabila kurang berkenan.
 
 wassalamualaikum wr.wb.
 
 -cahyo, yang mencintai islam dan pengen cari beasiswa ke saudi-
 
 suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote:  
wa'alaikum salam wr.wb
  
  hmm..sebelumnya aku nda menganjurkan ataupun melarang dengan
  komentarku ini ya..:)kalaupun nantinya kamu ingin mengikuti ataupun
  kamu ingin mengabaikannya, itu karena keputusanmu sendiri ya..
  
  menurut pemahamanku akan hadist tsb adalah Rasul tidak menjamin
  keimanan seseorang yg tinggal dan bertempat tinggal di negara kafir
  yaitu keimanan seseorang tsb bisa saja terlepas dari akidah ataupun
  tetap dalam keimanan dan dalam akidah islam. dan itu semua tergantung
  dari seberapa kuat keimanan dan akidah seseorang tsb yg berada di
  negara kafir dalam melihat kenyataan, di sekelilingnya orang2 yg
  sebenarnya ingkar terhadap Allah dalam berbuat dan bertingkah laku
  dikehidupan sehari-hari. (ukur diri seberapa kuatkah kita??)
  
  hmm..sebatas mana kita boleh tinggal dinegara kafir??mungkin sebatas
  keperluan yg terlanjur mengadakan hubungan diplomatik dengan mereka.
  dengan syarat dan yakin kita mampu menjaga diri dan keimanan kita.
  
  but..kalau urusan mencari nafkah di negera kafir, bagiku pribadi tidak
  akan pernah aku lakukan:)karena 
  
  1. masih banyak negara2 muslim yg kaya, dan mampu menghargai pekerjaan
  kita dengan harga yg tinggi.
  
  2. hasil kerjaan kita pun secara tidak langsung membantu kemajuan
  negara muslim sendiri secara ekonomi, sosial maupun politik. dan kalau
  dibalik andai kita bekerja di negara kafir, maka secara tidak
  langsungpun kita membantu kemajuan negara tsb.:)
  
  3. gaji yg kita terima dari negara muslim, insya Allah perputarannya
  dari mana uang itu berasal hingga sampai ke tangan kita, jelas. Tapi
  perputaran uang yg kita terima dari negara kafir, wallahu a'lam:)
  
  4. keadaan lingkungan sekitar negara orang muslim, insya Allah masih
  dengan jelas kita bisa membedakan mana yg benar dan mana yg salah
  menurut ukuran islam, tapi di negara kafir, mungkin kita akan melihat
  sesuatu yg tidak benar menjadi benar, karena semua orang melakukan
  ketidak benaran itu dan menjadi suatu yg wajar.:) dll, dlsbnya.
  
  intinya, kalau masih ada negara2 muslim yg kaya dan bisa memberikan
  gaji besar kepada kita, mengapa kita harus bekerja di negara kafir??
  atau jika masih ada negara2 muslim yg membutuhkan tenaga kita untuk
  membantu kemajuan negara muslim itu sendiri, buat apa kita mengerahkan
   seluruh kemampuan kita untuk memajukan negara kafir???
  
  hmm..andai aku terlanjur bekerja di negara kafir (jangan pernah ya
  Rabb) mungkin yg akan aku lakukan adalah :
  
  1.terus belajar dan memperkuat keimananku akan islam (dapat satu ilmu,
  lalu amalkan agar tidak lupa) dengan catatan, kalau masih ada orang yg
  searah dan setujuan untuk sharring. phuaaa...cap..
  
  2. inisiatif menciptakan lingkungan pergaulan yg islami dengan cara
  berkumpul dengan komunitas orang muslim dan membuat satu kegiatan
  dalam mengkaji 

[media-dakwah] Cinta di Hari Tua

2007-03-04 Terurut Topik Ica Harahap
  Cinta di Hari Tua
  5 Mar 07 06:52 WIB
   
   
  Oleh Sakti Wibowo
   
  Saat itu saya dalam perjalanan pulang kampung. Karena trayek bis 
  hanya sampai kota Ngadirojo, sebuah kota kecil sekitar dua puluh kilo 
  dari tempat tinggal saya, saya harus nyambung angkutan lokal dari 
  Ngadirojo ke Baturetno.
   
  Matahari belum sempurna terbit saat saya memutuskan memilih 
  sebuah minibus, berbaur dengan para pedagang kerupuk, serabi, tempe, 
  bahkan kambing dan ayam. Untuk kambing, jelas tempatnya terpisah, 
  ditempatkan di bagasi. Sementara, beberapa keranjang berisi ayam yang 
  tak berhenti berkeciap berikut bau kotorannya yang memengapkan ruangan 
  minibus, tumpang tindih dengan kardus-kardus berisi kerupuk dan makanan 
  ringan lainnya, menjejali pintu utama.
   
  Setelah minibus berjalan sekitar lima belas menit, dua orang penumpang naik. 
  Seorang nenek tua yang terlihat sedang sakit, berjalan dengan menggunakan 
  tongkat bambu wulung yang dipotong seadanya. Melihat warna mengilap 
  di bagian pegangan tongkat, saya menyimpulkan bahwa tongkat itu telah 
  cukup lama dipakai sehingga meninggalkan bekas yang khas. Seorang kakek 
  di belakangnya. Tak kalah renta. Saya menaksir usianya sekitar awal delapan 
  puluhan.
   
  Minibus penuh sesak. Tak ada bangku kosong. Sang nenek tertatih-tatih 
  saat menaiki minibus. Bahkan, sang kondektur harus mengangkatnya 
  dengan susah payah, sementara si kakek menyusul di belakangnya, 
  membantu sang kondektur—kendati saya yakin, bantuan ‘tenaga’ 
  si kakek tidak berpengaruh apa-apa, malah mungkin justru merepotkan.
   
  Saya tawarkan tempat duduk saya kepada si nenek, namun ia ragu-ragu. 
  Hanya senyuman—saya merasa senyum ini begitu sedap dan ikhlas—yang 
dihadiahkannya. Saya mencoba meyakinkannya. “Silakan, Mbah! 
  Saya nggak apa-apa, kok, berdiri. ”
   
  Masih dengan ragu-ragu, si nenek kemudian bercerita bahwa ia hendak 
  periksa ke Dokter ‘X’, seorang dokter yang cukup terkenal di Baturetno.
  Ketika sekali lagi saya menawarkan bangku dengan bergegas berdiri, 
  ia menatap kedua kakinya yang terlihat kaku. “Saya tidak bisa duduk, ” 
  katanya. “Boleh untuk si Mbah saja?” ia menunjuk sang kakek.
   
  Tentu saja, saya mengangguk, mempersilakan duduk sang kakek. 
  Dan, setelah itu, yang saya lihat adalah hal yang sungguh dramatis. 
  Sang nenek, karena kedua kakinya tidak bisa ditekuk, ternyata 
  memang benar tidak bisa duduk dengan wajar. Suaminyalah yang duduk, 
  dan setengah memangku isterinya itu dengan penuh kasih. Sebelah tangan 
  renta keriputnya—yang tak bisa menyembunyikan gemetar—berpegangan 
  pada sandaran bangku, sedangkan sebelah lagi melingkar di tubuh renta 
  isterinya. Sedangkan sang nenek, berpegangan pada pundak lelakinya.
   
  Saya tak tahu pasti apa yang lintas dalam pikiran masing-masing. 
  Yang saya lihat hanyalah ‘kesempurnaan’ cinta seorang manusia. 
  Saya begitu terharu dan merasa tak akan mampu menaksir kedalaman 
  cinta keduanya. Cinta yang bertahan hingga di usia senja. Saya hanya 
  sanggup mereka-reka dialog seperti apa yang layak untuk adegan 
  semenakjubkan ini. Begini: Si lelaki, dengan bahu kokoh dan 
  lengannya yang perkasa, menawarkan rasa aman kepada isterinya. 
  “Tenanglah, Sayang, tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi. 
  Kau akan aman berada di sampingku. ”
   
  Sementara si wanita, dengan kepasrahan seorang isteri, menyandarkan 
  kepalanya di dada bidang itu, “Bawalah aku ke mana kau pergi, Kekasih! 
  Sebab aku tahu, kaulah waliku di akhirat nanti. Bawalah, dan aku akan serta. 
  Tak peduli sakit ini. Tak usah khawatir, sebab aku tak mengeluhkannya. 
  Bukankah kita hanya semata berusaha mencari kesembuhan-Nya?”
   
  * *
   
  Saya masih melihat—dan tak ingin melewatkannya—saat sang kakek 
  menuntun isterinya menyeberang jalan. Ya, sementara banyak pasangan 
  yang cintanya meredup saat memasuki usia kepala lima, atau malah jauh 
  sebelumnya. Saya teringat bagaimana banyak pasangan, di hari tuanya 
  memilih hidup terpisah. Bukan bercerai. Sang ibu mengikut tinggal 
  di rumah anaknya, sedang si kakek di rumah anaknya yang lain. 
  Kalaupun ada yang lebih ‘harmonis’ dari itu, tetap saja saya akan begitu 
sulit 
  mendapatkan sepasang kakek-nenek membahasakan cinta dengan 
  begitu romantis. Sayang, saya lupa tidak menanyakan nama keduanya.
   
  [EMAIL PROTECTED] Com
   
   
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/45e93ada.htm
  
 
-
Be a PS3 game guru.
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Allah Selalu Ada, Yakinlah!

2007-02-26 Terurut Topik Ica Harahap
  Allah Selalu Ada, Yakinlah!
  26 Peb 07 07:18 WIB
   
   
  Oleh Bayu Gawtama
   
  Entah kenapa saya ingin sharing cerita ini. Tiada maksud lain 
  kecuali berbagi pengalaman yang membuat saya semakin yakin, 
  bahwa Allah senantiasa ada disaat kita membutuhkan kehadiran-Nya. 
  Sekali lagi yang ingin saya tegaskan, Allah selalu hadir jika kita 
  membutuhkannya, meski sesungguhnya Allah tidak pernah ke mana-mana 
  dan senantiasa di dekat kita. Hanya saja, seringkali kita mengabaikan 
  keberadaannya, atau bahkan sedang 'tidak' membutuhkan-Nya.
   
  Pekan kedua di bulan Februari ini, saya mengalami banyak hal yang 
  cukup menguras pikiran. Ini bukan soal handphone yang hilang,
  lebih dari itu. Ibu saya sakit dan butuh biaya yang tidak sedikit. 
  Di pihak lain, Ayah (mertua) saya masuk rumah sakit, dirawat 
  dan sudah tentu membutuhkan biaya. Memang tidak hanya saya, 
  anak yang harus menanggung semua biaya tersebut dan biasanya 
  memang tidak demikian. Hanya saja, -saya yakin ini skenario 
  Allah- adik-adik saya, dan juga adik-adik isteri, untuk kali ini 
  tidak bisa maksimal membantu seperti biasanya. Jadilah, sebagian 
  besar biaya itu harus diselesaikan oleh saya.
   
  Saya mencoba tenang untuk mengatasinya. Insya Allah ada,  
  jawaban saya untuk isteri yang bertanya, Abang punya uang?
  Alhamdulillah uang di tabungan sudah dikirim untuk membeli 
  obat ibu. Kini giliran mengupayakan uang untuk biaya rumah sakit 
  Ayah. Di pekan kedua Februari itu, mulai bingung memutar otak 
  dari mana mencari uang, padahal tiga hari lalu Ayah sudah boleh pulang. 
  Saya pun teringat satu hal yang membuat optimis bisa mengatasi semua ini. 
  Bulan Februari adalah bulan pembayaran royalti buku saya. 
  Semoga penerbit tidak telat mentransfernya ya Allah,  doa saya.
   
  Senin sore pekan kedua itu, mampir ke ATM untuk cek saldo. 
  Mengernyit dahi ini, melihat saldo tidak bertambah. Berarti belum 
  ada transferan royalti. Saya pun pulang dengan lesu. Dua hari lagi 
  Ayah pulang, uang belum di tangan. Esok malamnya, saya berniat 
  kembali ke ATM, lagi-lagi untuk cek saldo. Sebelumnya, mampir 
  dulu membeli martabak pesanan si kecil. Pada saat menunggu pesanan, 
  tiba-tiba seseorang mencolek lengan saya, kasihan pak, minta uang pak... 
  rupanya seorang nenek pengemis.
   
  Ada tinggal satu lembar uang di kantong, karena sebelumnya 
  sudah saya bayarkan ke tukang martabak. bismillaaah... 
  yang selembar itulah yang saya berikan ke pengemis tua itu. 
  Sedetik kemudian, meluncurlah sebaris doa, dimudahkan urusannya, 
  dilancarkan rezekinya, dipanjangkan umurnya... Tidak menunggu aba-aba, 
  saya segera mengaminkan doa pengemis tua itu.
   
  Memang, doa seperti itu yang saya harapkan. Secepat mungkin 
  saya mengaminkan doa itu, berharap Allah benar-benar memudahkan
  segala urusan yang tengah merumitkan pikiran ini. Setelah membeli 
  martabak, mampir lah saya ke ATM untuk cek saldo. 
  Semoga sudah ada,  harap saya.
   
  Malang niang nasib lelaki ini. Baru saja memasukkan kartu ATM,
  rupanya mesin ATM-nya error. Kartu langsung 'tertelan', sedang hari 
  sudah malam. Tidak bisa complain terhadap petugas bank atau lainnya. 
  Saya mencoba membenahi hati, terima kasih Allah telah melatih 
  kesabaran buat hamba ujar saya dalam hati.
   
  Esoknya, tepat di hari Ayah akan pulang dari rumah sakit. Saya kembali 
  ke Bank tempat kartu ATM saya 'tertelan' untuk mengurusnya. Tak lebih 
  dari lima belas menit, urusan pun selesai. Saat itulah saya menuju ATM lagi, 
  dan Subhanallah, terima kasih ya Allah... saya bersyukur habis-habisan. 
  Sejumlah uang yang saya butuhkan untuk biaya rumah sakit nampaknya 
  bukan lagi masalah.
   
  Terima kasih Allah, atas pelajaran berharga di pekan kedua Februari itu. 
  Allah, memang selalu hadir disaat kita memang membutuhkan-Nya. 
  Walau saya pun tahu, andai kita mengabaikan-Nya pun, 
  Dia selalu ada. (gaw)
   
  http://www.eramuslim.com/atc/oim/45dec79d.htm
  
 
-
Sucker-punch spam with award-winning protection.
 Try the free Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Info buat yang berniat wirausaha...

2007-02-25 Terurut Topik Ica Harahap
Assalamualaykum warohmatullohi wabarokatuh,
 Bismillahirrohmanir ohim ;
 
 Akhi dan Ukhti pembaca mailist Tauziyah  semoga anda semua 
 dalam keadaan sehat wal'afiat tidak kurang suatu apa. Kami dari Team 
 Moderator  ingin menyampaikan sebuah pengumuman. 
 
 Berhubungan dengan keadaan ekonomi dalam negeri yang masih carut-
 marut dan ini berdampak pada menurunnya produktifitas nasional dan 
 secara mikro kita melihat banyaknya PHK dan banyaknya pengangguran, 
 sehingga hal ini memerlukan uluran tangan siapa saja untuk 
 mengulurkan membantu membangun ekonomi secara mandiri - khusnya kita 
 umat Islam. Nasib kita tidak akan berubah bila kita sendiri tidak 
 merubahnya - demikian pesan Qur'an yang sangat jelas.
 
 Dalam rangka memberdayakan ekonomi umat,  kami dari 
 moderator TAUZIYAH ingin mengadakan pelatihan kepada umat Islam 
 dimana saja untuk mengikuti pelatihan Budidaya dan Pengembangan 
 Ikan Patin (Gelombang 2) - yang ini semua dimaksudkan untuk 
 mengembangkan ekonomi umat Islam. Sehingga bagi pembaca yang saat 
 ini berkeinginan mengikuti pelatihan dalam rangka alih profesi, atau 
 dalam rangka ingin mengembangkan usaha, atau dalam rangka mengisi 
 waktu luang atau bagi yang menganggur ingin suatu pekerjaan 
 wirausaha, maka pelatihan ini sangat cocok di ikuti.
 
 Pelatihan akan dilaksanakan non-stop selama kira-kira 10 - 15 hr 
 tergantung waktu, dimulai pelatihan di kelas tgl :  8 Maret 2007 
 s/d  tgl : 17 Maret 2007 atau jika dimungkinkan akan dilanjutkan 
 sampai tgl : 23 Maret 2007. Tempat pelatihan di daerah SUBANG - jawa 
 barat. Biaya pelatihan (gelombang 2) sebesar Rp 1.250.000,- (satu 
 juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) per-orang ini sudah 
 termasuk : makan dan penginapan selama 10 hari (sederhana) - namun 
 belum termasuk ongkos perjalanan ke subang. +/- 25 Km timur 
 Purwakarta. Bila memungkinkan waktu pelatihan akan ditambah 5 hari 
 tanpa tambahan biaya.
 
 Waktu dan jumlah peserta sangat terbatas dibuka mulai hari ini - dan 
 ditutup tgl : 28 Pebruari 2007. Bagi yang berminat silahkan kirimkan 
 data kepada Team Moderator Tauziyah a.l :  (Nama, Alamat, 
 Pendidikan, Umur, Pekerjaan Saat Ini, No Telp yang bisa dihubungi, 
 Alasan mengikuti pelatihan) dan mohon di fax ke nomor : (021) 847-
 8966 - Selanjutnya team moderator tauziyah nanti yang akan 
 menghubungi anda. Catatan : bila peserta berlebih, maka kami akan 
 ambil sesuai dengan urutan awal pendaftar yang masuk melalui fax. 
 Sekali lagi tempat sangat terbatas. Terima kasih - Subhaanaka-
 lloohumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla anta, Astaghfiruka 
 wa atuubu ilaika... wassalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokatuh.
 
 Moderator - Tauziyah 
 
 
-
Sucker-punch spam with award-winning protection.
 Try the free Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Maafkan Aku, Ayah dan Ibu

2007-02-22 Terurut Topik Ica Harahap
  Maafkan Aku, Ayah dan Ibu
  22 Peb 07 05:45 WIB
   
   
  Oleh Rudi Setiawan
   
  Ayah, Ibu, maafkan Aku, ini sudah kodrat Ku.
  Aku lahir kedunia belum cukup pada waktunya Delapan bulan 2 hari, 
  tepat pada tanggal 3 Oktober 2006, jam 11, 45 dengan bantuan operasi 
  di RS Permata Ibu.
   
  Bahagia sekali rasaya, ketika pisau bedah menyentuh kulit plasenta yang 
  membungkusku. Bahagia sekali rasaya aku akan berkumpul dengan keluargaku.
  Tapi takdir berbicara lain Allah punya rencana lain nafasku, !!! Kondisi 
nafasku 
  tidak seperti yang lain. Aku harus hidup, aku harus hidup, aku ingin 
berkumpul 
  dengan keluargaku.
   
  Tidak lama kemudian aku mendengar suara azan di telingaku. 
  Aku berfikir inikah Orang tuaku, inikah ayahku yang bahagia 
  melihatku dan mengumandanka azan di telingaku. Tapi apa daya 
  RS di mana tempatku dirawat tidak mempunyai alat yang akan 
  menolongku.Aku dipindah kan RS Sentra Medika untuk mendapat 
  bantuan agar nafasku bisa sempurna.
   
  Satu hari, dua hari keadaanku sedikit membaik, aku bisa menagis, 
  aku bisa merasakan sentuhan tangan ayahku ketika dia tahu aku sudah 
  bisa menangis. Aku juga mendengar dia berkata, anakku, kamu harus 
  kuat, kamu harus hidup. Ini ayah. Dan terlihat jelas air mata kebahagiaan 
  mengucur dari matanya.
   
  Tapi, dengan alasan terlalu jauh aku dipindahkan lagi ke RS Fatmawati 
  pada tanggal 5 Oktober 2006 oleh ayahku. Aku dipindahkan dengan ambulan. 
  Di dalam hatiku. Aku bertanya. Ayah mau dibawa ke mana aku, Ayah apa 
  aku ingin bertemu Ibu. Setelah sampai aku sadar bahwa aku masih belum 
  sempurna, bahwa aku masih harus berjuang untuk menyempurnakan diriku. 
  Satu hari aku di sini, terasa badanku lemas sekali. Aku susah sekali 
bernafas. 
  Ayah, aku harus hidup.
   
  Hari kedua aku di sini, diruang kecil yang penuh dengan selang kondisi 
  tubuhku semakin menurun. Orang yang ada disekelilingku, dengan 
  kemampuanya sebagai seorang perawat dan Dokter berusaha untuk menolongku. 
  Banyak sudah benda-benda yang masuk ke tubuhku.
   
  Di saat tidak ada kepastian yang terjadi pada diriku aku mendengar 
  langkah lemas menghampiriku jauh bukan di dekatku. Dia melihatku, 
  dia memandangku, dari kejauhan. Tapi aku dapat mendengar, 
  dia menangis, dan dia berkata, nak ini ibu, ingin sekali ibu memeluk 
  dan menciumu. Ingin sekali ibu memberimu susu. Tapi ibu tidak bisa, 
  ibu hanya berharap kamu harus kuat, ibu hanya berharap kamu harus hidup.
   
  Ibu, …ibu… aku berteriak, tapi dia tidak mendengar, semua orang 
  tidak bisa mendengar teriakanku… aku pandangi dia, dia terus saja 
  menangis. Oh Ibu, . Andai aku bisa menghampirimu aku ingin memelukmu, 
  aku ingin dekapanmu. Aku mau kau tersenyum untuku. 
  
 Hari ketiga keadaanku semakin parah. Dokter memutuskan untuk 
  memasukan selang ventilator dan kemudian darah mengalir dari 
  dalam selang kecil masuk ke tubuhku. Tubuhku semakin bengkak dan 
  aku semakin tidak bisa bergerak. Hingga hari keempat keadaanku semakin 
  parah dari mulutku keluar carian berwarna merah…
   
  Hari kelima. Dokter yang menanganiku sudah mulai putus asa. 
  Kemudian jam 11.30 ibu menelphon ayah. Karena dokter ingin bicara. 
 Entah apa yang dibicarakan aku melihat ayah begitu gelisah, begitu gunda 
  bahkan sedih sekali. Sore hari menjelang maghrib ayahku pergi untuk 
  mengambil darah untukku lagi. Jam 11.30 malam dia sampai dan 
  menyerahknnya ke Perawat. Ayah, Ibu, aku sudah tidak kuat, aku sudah 
  tidak bisa lagi bernafas.
   
  Sesosok telah menghampiriku. Dia mengajaku, dia ingin mengajakku 
  jauh dari sini. Jauh dari penderitaan dan kesedihan. Lembut tangannya 
  menariku dari box kecil yang memenjarakanku. Dia membisikan kata-kata 
  kepadaku, Wahai Irsyad, kKamu telah dipanggil Allah. Allah memanggilmu 
  untuk pulang. Mari pegang tanganku dan ikutlah bersamaku menghadap 
  sang kuasa, sang pencipta. Zat yang menciptakanmu.
   
  Ayah dan Ibumu hanyalah tempat di mana kamu akan dititipkan kalau 
  memang kamu diizinkan untuk hidup. Tapi Allah lebih cinta kamu 
  sehingga Dia memanggilmu untuk pulang.
   
  Jam 2.30 pagi aku menghembuskan nafas terakhirku. Aku pulang 
  ke tempat di mana aku diciptakan. Ayah, Ibu, maafkan Irsyad. 
  Aku tidak bisa bersama kalian. Aku cinta kalian. Tapi Allah lebih 
  sayang padaku. Dia tidak mau aku menderita, dia tidak mau kalian 
  menderita karenaku.
   
  Ayah, Ibu, walaupun aku tidak bersamamu tapi cinta dan sayangku 
  selalu mengiringi kepergianku. Aku memang hanya hidup satu minggu, 
  tapi aku yakin bahwa kalian berdua sangat mencintaiku. Ayah Ibu doaku 
  selalu untukmu. Selamat tinggal Ayah, ibu dan kedua Kakakku. 
  Aku mohon maaf, karena aku tidak bisa bersama kalian semua. 
  Semoga Allah memberikan ketabahan yang kuat untuk kalian semua. 
  Kalian harus meneruskan hidup sampai Allah akan memanggil kalian 
  sehingga nanti kita bisa bersatu disatu tempat yang akan telah diberikanNya. 
  
 Selamat tinggal keluargaku tercinta 

Re: [media-dakwah] bagaimana menjawab salam

2007-02-12 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr wb

  Mungkin ayat2 Al-Qur’an dan beberapa hadist berikut ini bisa
  bisa menjawab pertanyaan Mas Fauzi. Semoga bermanfaat..

   
  “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian 
  memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum 
  meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.
  Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
  ingat.” (An-Nuur : 27).
   
  “…Maka apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah ini
  hendaklah kamu memberikan salam kepada (penghuninya yang berarti
  memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari
  sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan
  ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahami. (An-Nuur : 61)
   
  Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, 
  maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, 
  atau balaslah penghormatan itu . Sesungguhnya Allah memperhitungankan 
  segala sesuatu. (A-Nisaa` : 86).
   
  Dari Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu Anhu, bahwasanya
  ada seorang laki2 bertanya pada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam :
  “Bagaimana Islam yang paling baik itu? Beliau pun menjawab : 
  “Engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang
  engaku kenal atau tidak engkau kenal.” (Muttafaqun ‘Alaih)
   
  Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu 
  Alaihi wa Sallam bersabda :
  “Ketika menciptakan Adam, Allah mengatakan : ‘Pergi dan
  ucapkanlah kepada mereka—malaikat yang duduk—serta dengarkanlah
  pada penghormatan (salam) yang mereka berikan kepadamu, karena 
  sesungguhnya ia adalah penghormatanmu dan anak cucumu.’ Lalu
  dia mengatakan : ‘Assalamu’alaikum’, maka mereka menjawab :
  ‘Assalamu’alaika wa rahmatullahu wa barakatuhu’. Mereka menambahnya
  dengan : ‘Warahmatullahi’.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
   
  Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu 
  Alaihi wa Sallam bersabda :
  “Kalian tidak akan masuk Surga sehingga kalian beriman, dan kalian
  tidak beriman sehingga kalian saling mencintai. Tidakkah kalian
  mau aku tunjukan kepadamu sesuatu yang apabila kalian kerjakan
  akan menjadikan kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah
  salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
   
  Dari Abdullah bin Salam Radhiyallahu Anhu, dia menceritakan,
  aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam 
  bersabda :
  “Wahai sekalian manusia, sebarluaskan salam, berikanlah makan,
  sambunglah tali silaturahmi, dan sholatlah ketika orang-orang sedang
  tidur nyenyak, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai.”
  (HR. Tirmidzi)
   
  Dari Abu Umamah Sudhiy bin ‘Ajlan Al-Bahili Radhiyallahu Anhu, 
  dia menceritakan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
  “Sesungguhnya sebaik-baiknya manusia menurut Allah adalah orang
  yang mulai mengucapkan salam.” (HR. Abu Dawud dengan isnad hasan).
   
  “Jika salah seorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya,
  maka hendaklah dia mengucapkan salam. Jika keduanya dipisahkan
  oleh pohon, dinding atau batu, lalu bertemu kembali, maka hendaklah
  dia mengucapkan salam lagi.” (HR. Abu Dawud)
  

fauzi_sslplb [EMAIL PROTECTED] wrote:  
assalamualaikum wr wb
 
 Setiap kita mendengar salam, maka kita wajib menjawabnya.
 tp bagaimanakah salam yg wajib dijawab itu?
 bagaimana dengan salam yg selalu diucapkan oleh pembawa berita/acara di 
 TV yg hanya menyebutkan wassalamualaikum tanpa embel2 warohmatullah 
 wabarokatuh. Apakah kita wajib menjawabnya?
 
 atau apakah ucapan itu sama dengan Salam sejahtera yg juga selalu 
 diucapkan oleh pembawa berita/acara tv?
 
 bagaimana jika kita mendengar ucapan lamlekum yg biasanya diucapkan 
 oleh orang betawi yg sy dengar di sinetron?
 
 terima kasih sebelumnya.
 
 wassalam.
 
 
 
   


-
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] Sunat bayi Perempuan

2007-02-12 Terurut Topik Ica Harahap
Wa'alaikumsalam wr.wb.

Berikut jawaban ustadz dari syariahonline yang terkait dengan masalah
khitan perempuan. Semoga membantu...


Hukum Syar'i Khitan Bagi Wanita

Pertanyaan:

Assalaamu'alaikum wr. wb.
 Ustadz yang saya hormati, saya ingin bertanya ttg beberapa hal:
 Apa hukum syar'i khitan bagi wanita? Bagaimana cara khitan bagi wanita? 
Bagaimana kalau wanita tersbut sudah dewasa tetapi belum dikhitan, apakah 
khitan tersebut tetap harus dilakukan?
 Syukron
 Wassalaamu'alaikum wr. wb.
 abu hanifah
 

Abu Hanifah

   Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

 Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu 
Was-Salamu `alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d,  
 Kita menyadari bahwa hukum khitan itu berbeda-beda tergantung dari siapa yang 
mengistimbath hukumnya. Para fuqaha sebagai kalangan yang memiliki otoritas 
dalam mengeluarkan hukum-huukm fiqih dari dalil-dalil yang rinci baik dari 
alquran dan sunnah ternyata tidak satu kadta dalam menentukan hukum khitan ini. 
 
 Kita melihat ada beberapa titik perbedaan pendapat yang bila kita sarikan akan 
terbagi menjadi beberapa pendapat, yaitu : 
 
 1. Pendapat pertama : Khitan Hukumnya sunnah bukan wajib  
 
 Pendapat ini dipegang oleh mazhab Hanafi (lihat Hasyiah Ibnu Abidin : 
5-479;al-Ikhtiyar 4-167), mazhab Maliki (lihat As-syarhu As-shaghir 2-151)dan 
Syafi`i dalam riwayat yang syaz (lihat Al-Majmu` 1-300). 
 
 Menurut pandangan mereka khitan itu hukumnya hanya sunnah bukan wajib, namun 
merupakan fithrah dan syiar Islam. Bila seandainya seluruh penduduk negeri 
sepakat untuk melakukan khitan, maka negara berhak untuk memerangi mereka 
sebagaimana hukumnya bila seluruh penduduk negeri tidak melaksanakan azan dalam 
shalat. 
 
 Khusus masalah mengkhitan anak wanita, mereka memandang bahwa hukumnya mandub 
(sunnah), yaitu menurut mazhab Maliki, mazhab Hanafi dan Hanbali. 
 
 Dalil yang mereka gunakan adalah hadits Ibnu Abbas marfu` kepada Rasulullah 
SAW,
  Khitan itu sunnah buat laki-laki dan memuliakan buat wanita.   (HR Ahmad 
dan Baihaqi).
   
 Selain itu mereka juga berdalil bahwa khitan itu hukumnya sunnah bukan wajib 
karena disebutkan dalam hadits bahwa khitan itu bagian dari fithrah dan 
disejajarkan dengan istihdad (mencukur bulu kemaluan), mencukur kumis, memotong 
kuku dan mencabut bulu ketiak. Padahal semua itu hukumnya sunnah, karena itu 
khitan pun sunnah pula hukumnya. 

 
 2. Pendapat kedua, Khitan itu Hukumnya Wajib Bukan Sunnah : 
 
 Pendapat ini didukung oleh mazhab Syafi`i (lihat almajmu` 1-284/285 ; 
almuntaqa 7-232), mazhab Hanbali (lihat Kasysyaf Al-Qanna` 1-80 dan al-Inshaaf 
1-123).
 
 Mereka mengatakan bahwa hukum khitan itu wajib baik baik laki-laki maupun bagi 
wanita. Dalil yang mereka gunakan adalah ayat Al-Quran dan sunnah :
 Kemudian kami wahyukan kepadamu untuk mengikuti millah Ibrahim yang lurus 
(QS. An-Nahl : 23).  
 
 Dan hadits dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW  bersabda,
Nabi Ibrahim as. berkhitan saat berusia 80 dengan kapak.  (HR. Bukhari dan 
muslim).  
 
 Kita diperintah untuk mengikuti millah Ibrahim as. karena merupakan bagian 
dari syariat kita juga. 
 
 Dan juga hadits yang berbunyi,
  Potonglah rambut kufur darimu dan berkhitanlah  HR. HR As-Syafi`i dalam 
kitab Al-Umm yang aslinya dri hadits Aisyah riwayat Muslim). 

 
 3. Pendapat ketiga : Wajib bagi laki-laki dan mulia bagi wanita. 
 
 Pendapat ini dipengang oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni, yaitu khitan itu 
wajib bagi laki-laki dan mulia bagi wanita tapi tidak wajib. (lihat Al-Mughni 
1-85)
 
 Diantara dalil tentang khitan bagi wanita adalah sebuah hadits meski tidak 
sampai derajat shahih bahwa Rasulullah SAW pernah menyuruh seorang perempuan 
yang berprofesi sebagai pengkhitan anak wanita. Rasulullah SAW bersabda,: 
 
 Sayatlah sedikit dan jangan berlebihan, karena hal itu akan mencerahkan wajah 
dan menyenangkan suami. 
 
 Jadi untuk wanita dianjurkan hanya memotong sedikit saja dan tidak sampai 
kepada pangkalnya. Namun tidak seperti laki-laki yang memang memiliki alasan 
yang jelas untuk berkhitan dari sisi kesucian dan kebersihan, khitan bagi 
wanita lebih kepada sifat pemuliaan semata. Hadits yang kita miliki pun tidak 
secara tegas memerintahkan untuk melakukannya, hanya mengakui adanya budaya 
seperti itu dan memberikan petunjuk tentang cara yang dianjurkan dalam 
mengkhitan wanita. 
 
 Sehingga para ulama pun berpendapat bahwa hal itu sebaiknya diserahkan kepada 
budaya tiap negeri, apakah mereka memang melakukan khitan pada wanita atau 
tidak. Bila budaya di negeri itu biasa melakukannya, maka ada baiknya untuk 
mengikutinya. Namun biasanya khitan wanita itu dilakukan saat mereka masih 
kecil. Sedangkan khitan untuk wanita yang sudah dewasa, akan menjadi masalah 
tersendiri karena sejak awal tidak ada alasan yang terlalu kuat untuk 
melakukanya. Berbeda dengan laki-laki yang menjalankan khitan karena ada alasan 
masalah kesucian dari sisa air kencing yang merupakan najis. Sehingga sudah 
dewasa, 

[media-dakwah] Bersabarlah..

2007-02-11 Terurut Topik Ica Harahap
  Bersabarlah, jangan sedih wahai saudaraku
 
 Senang, bahagia, suka cita, sedih, kecewa dan duka cita adalah 
  sesuatu yang biasa dialami manusia. Ketika mendapatkan sesuatu 
  yang menggembirakan dari kesenangan-kesenangan duniawi maka 
  dia akan senang dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapatkan 
  apa yang diinginkan maka dia merasa sedih dan kecewa bahkan 
  kadang-kadang sampai putus asa. 
 
 Akan tetapi sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkaranya
  adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi 
  wa sallam: 
  Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya 
  semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh 
  seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi 
  kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai 
  kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah 
  (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini 
  juga menjadi kebaikan baginya. 
  (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu 'anhu) 
  
 
 Kriteria Orang yang Paling Mulia 
 
 Sesungguhnya kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial 
  bukanlah ukuran bagi kemuliaan seseorang. Karena Allah Ta'ala 
  memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak 
  dicintai-Nya. Akan tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya 
  kepada orang yang dicintai-Nya. Sehingga ukuran/patokan akan kemuliaan 
  seseorang adalah derajat ketakwaannya. Semakin bertakwa maka 
  dia semakin mulia di sisi Allah. 
 
 Allah berfirman: 
 Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari 
  seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian 
  berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal 
  mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian 
  di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. 
  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. 
  (Al-Hujuraat:13) 
 
 
  
 Jangan Sedih ketika Tidak Dapat Dunia 
 
 Wahai saudaraku, ingatlah bahwa seluruh manusia telah Allah 
  tentukan rizkinya -termasuk juga jodohnya-, ajalnya, amalannya, 
  bahagia atau pun sengsaranya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam 
  bersabda: 
 
 Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya 
  dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) 
  kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi
  segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang 
  malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan 
  empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara 
  atau bahagianya. (HR. Al-Bukhariy no.3208 dan Muslim no.2643 dari 
  Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu) 
 
 Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah taqdirkan. 
  Allah Ta'ala berfirman: 
 Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) 
  pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) 
  sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah 
  mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan 
  berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan 
  terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah 
  tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) 
  orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa 
  yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah 
  Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al-Hadiid:22-24) 
 
 Kalau kita merasa betapa sulitnya mencari penghidupan dan dalam 
  menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi 
  wa sallam: 
 Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali aku telah 
  perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan 
  ke neraka kecuali aku telah larang kalian darinya. Sungguh salah seorang 
  di antara kalian tidak akan lambat rizkinya. Sesungguhnya Jibril telah
  menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak akan 
  keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rizkinya. 
  Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perbaguslah dalam 
  mencari rizki. Maka apabila salah seorang di antara kalian merasa/
  menganggap bahwa rizkinya lambat maka janganlah mencarinya dengan 
  bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya keutamaan/karunia Allah 
  tidak akan didapat dengan maksiat. (Shahih, HR. Al-Hakim no.2136 dari 
  Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu) 
 
 Maka berusahalah beramal/beribadah dengan yang telah dicontohkan 
  oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan jangan membuat perkara 
  baru dalam agama (baca:bid'ah). Dan berusahalah mencari rizki dengan cara 
  yang halal serta hindari sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan. 
 
 
  
 Hendaklah Orang yang Mampu Membantu 
 
 Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun 
  yang punya kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu 
  dan 

[media-dakwah] Penghancuran Al-Aqsha

2007-02-09 Terurut Topik Ica Harahap
  Hari Kedua, Buldoser Zionis 
  Lanjutkan Penghancuran Maghariba
   
  Kamis, 8 Peb 07 11:19 WIB
   
   
  Hari Rabu (7/2), hari kedua proyek penghancuran sisi Magharibah. 
  Buldoser-buldoser Zionis Israel terus merangsek maju dan merusak 
  jalan historis menuju pintu Maghariba yang mengarah ke wilayah 
  Masjid Al-Aqsha. Sasaran mereka adalah dua ruangan dari Masjid 
  Al-Aqsha Al-Mubarak yang berdempetan dengan tembok Barat Masjid.
   
  Al-Aqsha Foundation menegaskan bahwa upaya penghancuran 
  sudah benar-benar dilakukan oleh Israel. Perusakan yang dilakukan 
  lebih dari apa yang mereka lakukan hari Selasa kemarin. Dua buah 
  buldoser besar melanjutkan langkah penghancuran secara terus menerus 
  ditambah sebuah truk besar yang berfungsi memindahkan bebatuan dan 
  tanah yang hancur. Itulah batu-batu dan tanah bersejarah dalam Islam 
  yang terletak di wilayah Maghariba,  tulis Al-Aqsha Foundation dalam 
  keterangannya.
   
  Masih menurut Al-Aqsha Foundation, pasukan besar Zionis Israel juga 
  melanjutkan upaya pemblokadean seluruh wilayah Masjid Al-Aqsha sejak 
  kemarin. Siapapun Muslim yang berusia di bawah 45 tahun, terlarang 
  memasuki wilayah Masjid Al-Aqsha. Sementara itu, Harakah Islamiyah 
  di wilayah pendudukan 1948 menyatakan hari Kamis (8/2) akan kembali 
  turun ke jalan untuk menghalangi aksi perusakan yang dilakukan 
  Zionis Israel di Maghariba. Mereka mengajak seluruh umat Islam untuk 
  berdiri menghalangi penghancuran sisi Maghariba Masjid Al-Aqsha dan 
  tetap menjaganya. Pada hari Jum'atnya, Front Masyarakat Palestina juga 
  menyatakan akan turun ke jalan untuk menyelamatkan Al-Aqsha.
   
  Pagi tadi, sekitar pukul 10. 00 waktu setempat, Zionis Israel secara 
  semena-mena menangkap tokoh penting Harakah Islamiyah di tanah 
  pendudukan 1948, Syaikh Raid Shalah. Syaikh Raid Shalah ditangkap 
  beserta tujuh orang pemimpin dan kader Harakah Islamiyah saat mereka 
  melakukan aksi protes terhadap penghancuran bagian Masjid Al-Aqsha.
   
  Mahmud Abu Atha, Koordinator Informasi Al-Aqsha Foundation, 
  mengatakan bahwa keamanan Zionis Israel memberi pukulan bertubi-tubi 
  atas Syaikh Raid Shalah dan Syaikh Kamal Khatib yang menjadi wakil ketua 
  Harakah, juga Syaikh Abu Syaikhah ketua Al-Aqsha Foundation. Mereka 
  memukul dengan menggunakan tongkat dan gagang senapan.
   
  Wakil Arab yang ada di parlemen Israel Muhammad Barakat menyatakan 
  agar Israel segera menghentikan upaya penggalian yang dilakukannya 
  di Maghariba. Ia mengatakan, Kejahatan yang dilakukan militer Israel 
  di pintu Maghariba adalah pengulangan kejahatan yang pernah dilakukan 
  Zionis Israel sekitar 40 tahun silam saat mereka juga menghancurkan desa 
  Maghariba di tempat yang sama. Saat itu, Israel meratakan dengan tanah 
  sekitar 140 rumah ditambah sejumlah toko yang ada di tempat tersebut.  
  (na-str/pic)
   
  http://www.eramuslim.com/news/int/45c9d52c.htm?rel
  
 
-
No need to miss a message. Get email on-the-go 
with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Bukan Salah Awang (Hujan..)

2007-02-07 Terurut Topik Ica Harahap
  Bukan Salah Awang
  16 Jan 06 07:11 WIB
   
   
  Oleh Bayu Gawtama
   
   
  Anwar namanya, tapi teman-temannya biasa memanggilnya Awang. 
  Mendung adalah senyumnya, hujanlah yang dinantinya setiap hari. 
  Bila langit bersinar, justru wajahnya murung. Allah, turunkan hujan dong, 
  harapnya. Awang bukan sedang sholat meminta hujan, apalagi pawang hujan. 
  Bocah kurus berusia 9 tahun itu kerap menanti hujan karena baginya, hujan 
  berarti rezeki. Rezeki yang sesungguhnya, sebab sekurangnya 20 ribu rupiah 
  bisa dibawa pulang untuk membantu ibu belanja sehari-hari.
   
  Sore menjelang maghrib itu, Awang terlihat murung. Hujan turun 
  sangat sebentar, hanya cukup membasahi jalanan kota yang berdebu dan 
  lumayan bikin kotor pajalan kaki yang bersandal jepit. Ia pun belum sempat 
  menggigil seperti hari-hari sebelumnya setelah beberapa jam menawarkan 
  jasa payung kepada pejalan kaki yang membutuhkannya. Ya, Awang memang 
  pengojek payung. Kegemarannya setiap hari adalah menatap langit. Mendung 
  adalah senyumnya, terik matahari akan membuatnya murung.
   
  Awang tidak sendirian. Belasan anak di sekitar Pasar Ciputat punya hobi 
  yang sama; menatap langit dan kalau perlu ribuan kali meminta kepada 
  Sang Pemilik hujan agar hari itu hujan diturunkan. “Kalau perlu hujan 
  jangan berhenti seharian, biar uang yang Awang dapat lebih banyak. 
  Pasti ibu senang,” ujar Awang polos.
   
  Anak sekecil itu bahkan tahu waktu-waktunya hujan turun, termasuk 
  di bulan apa biasanya curah hujan lebih besar dan lebih lama. Desember 
  dan Januari adalah bulan panen baginya. Maka tak heran, jauh-jauh hari 
  ia sudah meminta dibelikan payung oleh ibunya. Karena tahu yang diminta 
  Awang akan berbuah rezeki, sang ibu pun tak keberatan merogok kocek 
  lebih dalam untuk membeli payung.
   
  Lain Awang lain masyarakat kebanyakan di ibukota dan berbagai daerah 
  rawan bencana lainnya di Indonesia. Mereka berharap hujan jangan turun, 
  kalau pun turun hanya sekelebatan saja, sekadar membasahi jalan. Atau 
  gerimis saja boleh lah. Maklum, hujan berkepanjangan sama dengan bencana. 
  Hujan semalaman tak berhenti, bikin jantung para pejabat setempat berdegub 
  keras lantaran daerahnya akan tergenang air. Hujan deras terus menerus 
  membuat masyarakat panik, sebab tahun lalu hujan yang sama telah pernah 
  menghabiskan harta benda, ternak, ladang, bahkan menelan korban jiwa. 
  Dan ketika hujan turun, doa mereka pun sama, “Ya Allah, jangan biarkan 
  bencana menimpa kami lagi”.
   
  Sesungguhnya hujan itu rezeki Allah. Tidak hanya bagi pengojek payung 
  seperti Awang dan teman-temannya. Rezeki juga bagi para petani yang 
  membutuhkan cukup air untuk mengairi sawah dan ladangnya. Di masa lalu, 
  tak satu pun orang takut akan datangnya hujan, bahkan ketika hujan tak datang 
  pun ramai masyarakat melakukan sholat untuk meminta hujan. Di masa silam, 
  anak-anak kecil bermain riang saat hujan turun, dan tak sedikit pun orang tua 
  ketakutan anaknya akan terseret banjir. Paling mungkin sekadar flu, itu pun 
  masih bisa di atasi.
   
  Saat ini, hujan berarti bencana. Tak lagi rezeki. Hujan turun terus menerus, 
  harta benda berharga pun siap dikemas. Anak-anak tak diizinkan jauh dari 
  orang tua, khawatir banjir datang tiba-tiba dan menyeret serta mereka. 
  Tak cuma hujan, langit hitam di langit bisa jadi pertanda bahaya, was-was 
  dan kepanikan berlebihan muncul di benak warga. Maklum, kehilangan harta 
  benda dan anggota keluarga di musim banjir tahun lalu belum terlupakan. 
  Kini, bencana yang sama siap mengepung mereka, seolah bencana tak ada 
habisnya.
   
  Bagi Awang, hujan adalah rezeki. Jangan salahkan Awang yang terus berdoa 
  agar Allah menurunkan hujan. Karena di masa lalu pun hujan deras tak pernah 
  ditakuti, hujan seharian tak menimbulkan kepanikan. Jika saat ini hujan 
justru 
  berakibat bencana, jelas harus ada yang bertanggungjawab. Dan yang pasti 
bukan 
  Awang.
   
  ***
   
  Bocah berbadan kurus itu tersenyum lebar. Hujan lebat turun kembali, 
  payungnya pun mengembang sudah. Kaki kecilnya mengibas jalan berair 
  dan siap mengais rezeki. Yang pasti, ia begitu sumringah, tak peduli 
  banyak orang selainnya yang ketakutan.
  
 
-
Be a PS3 game guru.
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Bukan Sekedar Memberi

2007-02-07 Terurut Topik Ica Harahap
  Bukan Sekedar Memberi
  7 Apr 06 08:16 WIB
   
   
  Oleh I.S Astuti
   
   
  Kita sesungguhnya patut bersyukur jika di tengah semakin tingginya 
  individualisme masyarakat, di tengah gencarnya arus hedonisme dunia, 
  ternyata “memberi” masih berada dalam daftar aktivitas kita sehari-hari. 
  Entah sekedar memberikan salam atau memberikan sebagian harta benda. 
  Akan tetapi, mungkin kita tak pernah mengukur bagaimana derajat 
  pemberian kita. Dengan kata lain, mungkin kita terlupa bahwa ternyata 
  kita seringkali hanya sekedar memberi, memberikan apa yang sudah 
  tidak lagi kita inginkan, memberikan apa yang sudah tak lagi kita butuhkan. 
  Sungguh terpaut jauh dengan kualitas pemberian oleh para sahabat 
  pendahulu Islam.
   
  Dahulu Fatimah r.a rela memberikan kalung yang dimilikinya kepada 
  seorang fakir yang datang kepadanya. Kita tentu juga tidak asing lagi 
  bagaimana QS. Al-Hasyr:9 melukiskan kemuliaan kaum Anshar yang 
  dengan senang hati memberikan pertolongan terbaik kepada kaum muhajirin. 
  Bercermin pada kehidupan para sahabat, betapa kita melihat untaian kisah 
  indah mereka yang bisa menjadi para pemberi kaliber dunia, yang bukan saja 
  bisa memberi di saat senggang dan sempit, tetapi juga bisa memberikan bagian
  terbaik dari diri mereka.
   
  Sungguh besar kemuliaan yang terpancar dari pemberian mereka. 
  Memberikan yang terbaik adalah manifestasi keikhlasan dan pengorbanan. 
  Memberikan yang terbaik berarti juga wujud keyakinan kita kepada janji 
  Allah dalam QS. Al-Baqarah: 272 bahwa tak akan pernah dirugikan sedikitpun 
  orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah. Memberikan yang terbaik 
  pun berarti mensyukuri nikmat Allah SWT serta mengoptimalkan segala 
  kemampuan dan potensi diri untuk bisa memberikan manfaat buat orang lain. 
  Dan tentu, memberikan yang terbaik adalah bukti nyata cinta seorang muslim 
  kepada saudaranya. Lihatlah, betapa semua keutamaan ini tercermin dalam 
  kualitas pemberian mereka yang begitu tinggi.
   
  Sementara bagi kita agaknya jerat-jerat kehidupan dunia mungkin masih 
  begitu kuat membekap sehingga kita lebih sering memberi sekedarnya, 
  memberikan seperlunya. Sepertinya, logika akhirat para sahabat itu masih 
  di luar rasio kita sehingga teramat susah bagi kita untuk bisa meniru 
perilaku 
  generasi terbaik itu. Akan tetapi, bukanlah hal yang mustahil bagi kita untuk 
  bisa mengambil sedikit dari keteladanan para sahabat, sehingga kita bisa 
  mempersembahkan setiap hal terbaik yang ada dalam diri kita.
   
  Bukanlah mustahil jika suatu saat kita tak lagi sibuk mencari-cari uang 
recehan 
  tatkala ada pengemis meminta, sementara berlembar-lembar ribuan masih 
terselip 
  di dompet kita. Semoga kita bukanlah orang yang sibuk membongkar pakaian 
  usang di pojok lemari ketika banjir melanda saudara kita. semoga kita 
bukanlah 
  orang yang hanya membagi makanan kepada tetangga saat makanan bersisa. 
  Semoga kita bukan lagi termasuk orang yang menjawab salam seadanya, 
  bukan lagi termasuk orang yang berkata seadanya tanpa hendak berpikir 
  mendalam ketika ada seseorang meminta pendapat kita. Sungguh patut kita 
  renungkan perkataan Fudhail bin Iyadh yang mengatakan sudah selayaknyalah 
  kita bersyukur ketika masih ada seseorang yang meminta kepada kita, ketika 
  kita masih bisa memberikan manfaat buat orang lain. Ataukah memang 
  sesungguhnya kita termasuk orang yang tidak pernah bersyukur?
  
 Bumi Pesagi 2006, [EMAIL PROTECTED] 
  
 
-
 Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.

[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [media-dakwah] Re: keturunan nabi

2007-02-01 Terurut Topik Ica Harahap
Sekedar sharing dari milis sebelah... untuk mempertegas arti
dari Ahli sunnah wal jamaah...



Ahli Sunnah wal Jamaah, yang Mana?

 Assalamu alaikum,

Ustadz yang dirahmati ALLAH, sekarang ini banyak  aliran-aliran yang
semua mengaku sebagi ahli sunnah waljamaah, dan menganggap  kelompok
mereka yang benar. Saya yang awam jadi bingung mau ke kelompok yang  mana
mau bergabung. Di antaranya ada Ikhwanul Muslimin, Hizbut  Tahrir,
Salafiah, dan Jamaah Tabliq. Terus terang saya takut bila salah  pilih.
Mohon Ustadz jelaskan.

Wassalamu  alaikum,

Azizah

 
Jawaban
Assalamu 'alaikum warakamatullahi wabarakatuh,  

Sebenarnya boleh dibilang bahwa kesemua kelompok yang anda sebutkan  itu
termasuk kelompok ahlussunnah wal jamaah. Yaitu kelompok yang  masih
berpegang teguh sunnah (syariat) nabi Muhammad SAW dan apa-apa  yang
telah diteruskan oleh jamaah (para shahabat nabi SAW).

Penyebutan  istilah itu biasanya diidentikkan sebagai lawan dari
aliran-aliran sesat pada  masalah aqidah, sehingga merusak dasar
keimanan. Adapun dasar aqidah keempat  kelompok itu masih di dalam
koridor aqidah yang benar dan lurus. Sehingga  kesemuanya termasuk
saudara-saudara kita seiman dan seaqidah. Tidak ada  perbedaan apa pun
dalam masalah dasar aqidah, kecuali hanya pada  detail-detail yang tidak
prinsipil, atau wialyah yang masih dimungkinkan  terjadinya perbedaan
pendapat.

Tujuan Ikut Kelompok

Lepas dari  masalah keahlisunnahan masing-masing kelompok itu dan peranan
mereka, kalau  judulnya ingin belajar agama dan ilmu-ilmu syariah,
sebenarnya yang lebih  cepat bukan dengan masuk ke berbagai kelompok itu.
Tetapi belajar kepada para  ahli di bidang ilmu-ilmu langsung, baik
berupa institusi formal seperti  universitas Islam atau pun secara non
formal dengan para ulama yang ahli di  bidangnya.

Bahwa para ulama itu ternyata berlatar belakang suatu  kelompok, asalkan
dia ahli di bidangnya dan tetap berlaku profesional dengan  ilmunya,
tentu tidak mengapa. Tetapi yang kami tekankan di sini,  belajar
mendalami ilmu-ilmu keIslaman secara intensif, mendalam dan  kontinyu,
justru lebih cepat mengantarkan anda kepada ilmu-ilmu keIslaman.  Dan
kalau arahnya memang kepada belajar syariah, menjadi penting  dari
sekedar ikut-ikutan berbagai kelompok yang ada.

Mengapa  demikian?

Sebab saat ini sudah terlalu banyak kelompok dengan beragam  aktifitas
mereka. Sayangnya, tidak semua aktifitas kelompok itu  segera
menyampaikan anda kepada ilmu-ilmu keIslaman. Bahkan kalangan  yang
paling aktif menyelenggaraan tarbiyah, tasqif, kajian dan majelis  taklim
pun, secara kualitas masih terbilang sangat rendah  intensitas
kurikulumnya.

Belum ada di antara berbagai kelompok itu  yang bisa memastikan para
pengikutnya mahir berbahasa Arab. Apalagi sampai  bisa membaca kitab
berbahasa arab. Semata-mata ikut dalam kelompok itu belum  tentu
menjadikan kita sebagai mufassir, muhaddits, fuqaha, ahli ilmu  dan
seterusnya.

Kemampuan sebagaiulama dan ahli ilmu memang tidak bisa  dilahirkan lewat
perbagai macam pergerakan itu semata. Tetapi harus lewat  sebuah proses
talabul ilmi (menunutut ilmu). Yaitu menjadi mahasiswa para  ulama atau
di berbagai pusat pengajaran agama Islam di dunia ini. Seperti  Al-Azhar
Asy-Syarif yang telah berusia lebih dari 1.000 tahun. Dari rahim  lembaga
seperti inilah lahir para ulama, mufassir, muhaddits, fuqaha',  pemimpin
umat serta para ahli ilmu.

Kesanalah seharusnya anda menatap,  kalau niatnya ingin belajar agama dan
ilmu-ilmu syariah. Bahkan para tokoh  ulama yang ada di berbagai kelompok
itu, justru keluaran dari berbagai  universitas Islam. Di sanalah mereka
ditempa menjadi para ulama dari segi  keilmuan. Bukan semata di dalam
kelompoknya.

Wallahu a'lam bishshawab,  wassalamu 'alaikum warakamatullahi
wabarakatuh,

Ahmad Sarwat,  Lc.



Rahmat [EMAIL PROTECTED] wrote:  Islam 
semakin terasa aneh ketika ada yang mengclaim diri sebagi pengikut ini
 dan itu.lalu apakah Muhammadiyah bukan ahlussunah wal jamaah??
 
 _  
 
 From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
 Behalf Of suhana032003
 Sent: Wednesday, January 31, 2007 11:03 PM
 To: media-dakwah@yahoogroups.com
 Subject: [media-dakwah] Re: keturunan nabi
 
 masalah keturunannya Rasulullah, akupun pernah dibacakan hadist oleh
 salah seorang guru hadistku yg kira2 begini bunyinya : kalau salah
 harap dikoreksi, aku hanya menghafal sedikit bunyinya.
 
 sesungguhnya imam mahdi itu adalah dari keturunanku yaitu suku
 quraish, namanya spt namaku dan nama ayahnya spt nama ayahku dan
 waktu itu aku dengarkan cerita riwayat hadist itu yg mengatakan tidak
 akan aman bumi ini sebelum diselesaikan oleh keturunanku 
 
 waktu itu aku sempat tanyakan ke guruku yg sudah spt ayahku untuk
 menanyakan kebenarannya. tapi..beliau hanya menjawab..
 
 andai ada..lalu kamu mau apa?mau kenalan?atau mau bangga menjadi
 keturunannya?apa kamu pikir, hanya bermodalkan darah keturunan lalu
 terjamin keselamatannya dan kesholehannya??kalau 

Re: [media-dakwah] Re: Istri Budak

2007-01-31 Terurut Topik Ica Harahap
Sekedar ingin menambahkan pendapat ustadz dari syariahonline.com
mohon maaf jika tidak berkenan...

Nikah Dengan Budak

Pertanyaan:

Ass. wr. wb.
 Ustadz Yth. Mohon tanya, bagaimana tatacara pernikahan seorang lelaki muslim 
dengan budaknya (amatun, seperti tersebut pada S.Ala-Baqarah 221) pada zaman 
nabi dan sahabat? Apakah juga dengan wali dan saksi. Mohon penjelasan, dan 
terima kasih atas perhatian Ustadz.
 Wassalam wrwb,
 Lutfy, [EMAIL PROTECTED]

Lutfy

   Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

 Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, 
wa ba`du,  
 Budak wanita yang dimiliki oleh seseorang itu tidak dikawinini seperti 
pernikahan pada umumnya. Sehingga tidak ada akad, tidak ada mahar, tidak ada 
wali dan tidak ada saksi. Dan tentu saja tidak ada ijab qabul. Begitu seorang 
budak dimiliki, maka secara hukum, dia boleh digauli oleh tuannya. 
 
 Sebab bila harus dengan akad nikah, mahar, wali, saksi dan ijab qabul tentu 
namanya bukan budak tapi adalah sebuah pernikahan. Dan kalau namanya 
pernikahan, wanitai tu bukan budak tetapi menjadi istri yang syah. Dan tentu 
saja halal untuk digauli.
 
 Sedangkan yang terjadi di masa itu, budak itu sama sekali bukan istri. Mereka 
tidak dinikahi, tidak diberi mahar dan sama sekali statusnya bukan istri yang 
dinikahi dengan memenuhi syarat dan rukun nikah.
 
 Mereka adalah budak yang statusnya setengah manusia dan setengah hewan. Hukum 
yang berlaku di seluruh dunia saat itu menetapkan bahwa budak memang bukan 
manusia. Ini adalah hukum positif yang secara syah dan resmi berlaku di semua 
penjuru muka bumi dan diakui oleh semua pusat peradaban mansuia. 
 
 Budak itu bukan manusia sehingga mereka memang tidak punya kemerdekaan, bisa 
dijual kapan saja dan ditawarkan di pasar. Budak itu tidak punya hak 
kepemilikan dan tidak punya hak atas dirinya sendiri. Jadi budak adalah budak. 
Bahkan kemaluan mereka halal untuk disetubuhi oleh tuannya. Itu adalah hal yang 
telah berlaku jauh sebelum agama Islam ini diturunkan. 
 
 Ketika Islam diturunkan, secara sistemtis perbudakan dihapuskan, meski dengan 
proses dan butuh waktu. Sementara proses berjalan, hukum-hukum yang berlaku 
pada budak tidak serta merta dihapuskan. Artinya untuk masa waktu tertentu, 
saat itu syariat Islam masih mentolelir penjualan budak dan hal-hal lainnya 
yang berlaku pada budak. Termasuk menyetubuhi budak yang dimiliki. Sebagaimana 
tertuang di dalam Al-Quran Al-Kariem.
 
 Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, orang-orang yang khusyu' 
dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari yang tiada 
berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga 
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka 
miliki ; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.  (QS. 
Al-Mukminum : 1-7)
 
 Jelas sekali Allah SWT menyebutkan kehalalan menyetubuhi budak dan ditegaskan 
lagi bahwa hal itu tidak tercela. Tentu saja dengan syarat bahwa perbudakan itu 
memang masih berlaku. Sedangkan di masa kini, kita diharamkan untuk 
melakukannya. Selain karena memang tidak ada budak, juga kita diharamkan 
mengembalikan hukum perbudakan di tengah kehidupan. Sebab menerapkan perbudakan 
setelah dihapuskan diharamkan dalam Islam. 
 
 Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. 


Tony Widianto Atmoko_2 [EMAIL PROTECTED] wrote:   
   Lha iya bu dari keterangan ibu khan berarti ada seseorang yang ingin kawin 
 dengan budak dan dia minta ijin kepada tuannya,  boleh apa tidak,
 Nah pertanyaan saya yang belum terjawab adalah Kalau tuan yang empunya 
 budak itu menginginkan budak tsb.untuk digauli  apa juga perlu kawin ?
 
 With kind regards, 
 
 Tony Widianto Atmoko 
 Planning  Master data maintenance
 PT Philips Indonesia
 
 Berbek Industri I / 5 - 19, 61256, Surabaya, Indonesia
 Phone: +62318491674  ext.254
 Mobile: +6281553641440
 [EMAIL PROTECTED]
 
http://pww.yellowpages.philips.com/YpMyProfile.do?authorCN=Tony+Widianto+Atmoko_2
 
 suhana032003 [EMAIL PROTECTED] 
 Sent by:
 media-dakwah@yahoogroups.com
 2007-02-01 11:25 AM
 
 To
 media-dakwah@yahoogroups.com
 cc
 
 Subject
 [media-dakwah] Re: Istri  Budak
 Classification
 
 afwan..kita sharring lagi ya..pilihan kembali ke masing2..
 
 --- In media-dakwah@yahoogroups.com, Tony Widianto Atmoko_2
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Saya masih nggak jelas dengan Qs Annisa tsb.
  
  Karena dalam konteks tsb. ada kalimat 'karena itu kawinilah mereka
 dengan seizin tuannya dan berilah mas kawinnya ...'
 
 == kalau keseimpulan yg aku tangkap atas ayat itu adalah seperti
 meminta ijin kepada ayah dari seorang wanita yg ingin dinikahi oleh
 seorang laki2. Hanya budak dimintakan ijinnya kepada tuannya dan tetap
 memberikan mas kawinnya kecuali ada perjanjian dari keduanya dan
 merasa ridho.
 
 Apa ini tidak diartikan berikut :
  Budak itu kawin dengan dengan 

Re: [media-dakwah] Re: keturunan nabi

2007-01-31 Terurut Topik Ica Harahap
Terkait masalah habib, sekedar ingin menambahkan,
berikut dari syariahonline.com...

Siapakah Para Habaib ?

Pertanyaan:

Bagaimana tentang HABAIB di Indonesia ini, banyak masyarakat yang terlalu 
mengagung-agungkan ?

xxx

   Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb. 
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, 
Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d 
 Habib sering dijadikan istilah buat mereka yang mengaku memiliki garis 
keturunan dri Rasulullah SAW. Secara etnis, sebenarnya mereka memang umumnya 
keturunan arab yang berasal dari daerah Yaman. Di Yaman ada banyak nama tempat 
dan wilayah, salah satunya disebut Hadhramaut. Orang-orang keturunan arab ini 
sering juga disebut dengan hadhrami, dinisbahkan kepada negeri asal mereka. 
 
 Biasanya mereka memiliki nama marga / keluarga yang merupakan nama dari datuk 
mereka. Nama-nama marga ini cukup banyak di Indonesia dan juga tersebar di 
banyak negara. 
 
 Banyak dari mereka yang memang benar-benar menjadi sosok ulama dan ahli ilmu 
agama. Dari kelompok ini, umat Islam di Indonesia memang banyak yang 
mempelajari ilmu-ilmu agama. Namun tidak semua dari mereka menjadi ulama, 
banyak pula yang menjadi pedagang, pengusaha dan beragam profesi lainnya. Dan 
sebagai bagian dari kelompok masyarakat, tidak tertutup kemungkinan dari mereka 
melakukan hal-hal yang juga dilakukan oleh kebanyakan masyarakat lainnya. Tidak 
ada jaminan baik dari Al-quran atau pun sunnah bahwa mereka kebal dosa atau 
dijamin masuk surga. 
 
 Yang shaleh dari mereka akan mendapatkan ganjaran dan yang berdosa dan berbuat 
maksiat akan mendapatkan dosa dan siksa dari Allah. Bahkan bila mereka 
melakukan pelanggaran, sebagai 'keturunan' nabi, mereka punya beban yang lebih, 
dimana pasti akan membuat malu keluarga dan nama Rasulullah SAW sendiri. 
 
 Mengenai kepastian apakah mereka benar-benar keturunan nabi, kita tidak bisa 
menyalahkannya. Karena biasanya dalam keluarga mereka memang sering tercatata 
silsilah mereka yang bila terus ditelurusi sampai kakek yang kesekian, akan 
sampai nasabnya kepada Rasulullah SAW. 
 
 Namun semua itu di sisi Allah tidak lantas menjadi dasar untuk menjadikan 
mereka memiliki semacam 'fasilitas' atau 'keringanan' dalam hukum dan syariat. 
 
 Selain dari kelompok mereka, ada juga kelompok lain dalam umat Islam yang 
sering juga mengaku sebagai keturunan Rasulullah SAW. Misalnya orang-orang 
syiah di Iran. 
 
 Menghormati para habaib sama seperti kita menghormati semua umat Islam 
lainnya. Karena di sisi Allah semua manusia itu akhirnya hanya dibedakan dari 
taqwa atau tidaknya. Bukan semata-mata dari darah dan keturunannya. Bila habib 
itu merupakan sosok ulama yang sarat dengan ilmu dan ajaran Islam, kita 
menghormatinya karena ilmunya, bukan karena darahnya. Orang yang berilmu dalam 
masyarakat Islam memang memiliki keutamaan bahkan melebihi dari keutamaan para 
pejabat maupun orang-orang kaya sekalipun. 
 
 Tapi sebgai orang yang berilmu tinggi, maka perilaku dan akhlaqnya pastilah 
mencerminkan ketinggian ilmunya. Makin berilmu biasanya makin tawadhdhu`, makin 
sholeh, makin menyayangi sesama, makin tenggang rasa, makin banyak amal dan 
shadaqahnya, makin besar rasa malunya, makin tidak serakah dan makin manusiawi. 
 
 Sehingga orang-orang semakin respek dan makin tinggi penghormatannya. 
Sebaliknya, bila tidak seperti itu, biasanya ilmunya pun tidak sebesar 
penampilannya. Bukan tidak mungkin ada satu dua kasus dimana mereka menjadikan 
'darah biru'nya hanya dijadikan sekedar komoditas. Dan yang begini selain di 
tentang umat Islam, juga ditentang oleh para ulama dari kalangan mereka 
sendiri. 
 
 Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.  



suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote:  
masalah keturunannya Rasulullah, akupun pernah dibacakan hadist oleh
 salah seorang guru hadistku yg kira2 begini bunyinya : kalau salah
 harap dikoreksi, aku hanya menghafal sedikit bunyinya.
 
 sesungguhnya imam mahdi itu adalah dari keturunanku yaitu suku
 quraish, namanya spt namaku dan nama ayahnya spt nama ayahku dan
 waktu itu aku dengarkan cerita riwayat hadist itu yg mengatakan tidak
 akan aman bumi ini sebelum diselesaikan oleh keturunanku 
 
 waktu itu aku sempat tanyakan ke guruku yg sudah spt ayahku untuk
 menanyakan kebenarannya. tapi..beliau hanya menjawab..
 
 andai ada..lalu kamu mau apa?mau kenalan?atau mau bangga menjadi
 keturunannya?apa kamu pikir, hanya bermodalkan darah keturunan lalu
 terjamin keselamatannya dan kesholehannya??kalau benar..hubungan darah
 orang sholeh itu menjamin kesholehan keturunannya, lalu gimana dgn
 keturunan nabi nuh dan nabi luth?dan orang yg tidak mempunyai darah
 keturunan orang sholeh, lalu mau kamu judge bahwa dia mewarisi ketidak
 sholehan orang tuanya? kalau benar spt itu..bagaimana dengan Nabi
 Ibrahim?
 
 jadi intinya..andai ada or tidakpun, harusnya tidak perlu menjadi
 bahan 

[media-dakwah] Sepatah Kata Sepetak Surga

2007-01-24 Terurut Topik Ica Harahap
  Sepatah Kata Sepetak Surga
  13 Des 06 08:02 WIB
   
   
Oleh Sus Woyo
   
   
  Ketika kecil, saya senang sekali mendengarkan orang-orang berpidato 
  atau ceramah di tempat-tempat pengajian. Sampai suatu saat terbersit 
  keinginan ingin seperti mereka yang pandai bicara.
   
  Atau bahkan dulu saya sering terkagum-kagum jika pada saat menjelang 
  pemilu para juru kampanye yang mewakili partainya masing-masing begitu 
  semangat membakar hati massa. Atau saya juga sangat sering terpukau 
  dengan para politikus yang sedang berbicara atau berdiskusi di layar 
televisi. 
  Yang ada dalam benak saya adalah bahwa mereka termasuk orang-orang hebat.
   
  Akhirnya saya terbuai untuk belajar bagaimana caranya berbicara di depan 
  orang banyak. Baik lewat buku-buku ataupun mengikuti cara guru-guru
  saya ketika ngaji sore hari di surau kampung saya. Sebab ada pelajaran pidato.
   
  Seiring dengan perjalanana waktu dan seringnya ikut berkumpul dengan 
  teman-teman di lingkungan kampung, maka saya makin terbiasa untuk 
  ngomong di depan orang banyak, walaupun -tentu saja- tak sepandai seperti 
  para tokoh yang saya sebut di atas.
   
  Akhirnya saya menjadi terbiasa sering ngomong berbagai macam hal 
  di lingkungan tempat tinggal saya. Pada saat sudah tak ada masalah lagi 
  dalam hal bicara di depan forum, tiba-tiba saya dihantui perasaan sangat 
  khawatir. Tak hanya khawatir, bahkan sering dihantui ketakutan.
   
  Sampai beberapa lama saya malah sangat malas jika diberi mandat untuk 
  sekedar berbicara di depan umum. Apalagi berkaitan dengan memberi pelajaran 
  kepada orang lain. Sebagai contoh, memberi materi kuliah subuh di masjid. 
  Walaupun pada akhirnya tetap saya kebagian untuk bicara juga. Karena tidak 
  ada yang lain.
   
  Bagi saya hal ini merupakan tugas yang sangat berat. Kalau sekedar 
  ngomong, berpidato, orasi, itu sesuatu hal yang mudah. Tapi tanggung jawab 
  di balik kata-kata itu adalah sesuatu yang tidak gampang.
   
  Hasan Basri, sorang ulama shalafussaleh yang terkenal hati-hati dan zuhud, 
  beberapa kali menunda, bahkan menolak membahas suatu hal dalam sebuah 
  kajian keilmuan, bukan karena alasan apa-apa, tapi lebih karena ia sendiri 
  belum pernah melaksanakan hal-hal yang akan diterangkan kepada umat.
   
  Lantas bagaimana dengan saya? Sudahkan saya melaksanakan shalat malam 
  pada saat saya membacakan hadits tentang qiamullail? Sudahkah saya 
  bersedekah, sementara saya sering membacakan nash tentang itu kepada 
  orang lain?
   
  Saya tentu saja bukanlah Hasan Basri si ulama wara’ itu, tapi melihat 
  ke-hati-hati-an beliau dalam membuat “sepatah kata menjadi sepetak surga”, 
  memang perlu ditiru. Dan rupanya bukanlah sesuatu hal yang mudah. 
  Walaupun itu juga tak selamanya menjadi sebuah kesulitan.
   
  Karena kita semua memang sudah paham, bahwa bagi orang mu’min, 
  antara kata dan perbuatan haruslah sama. Tidak boleh seperti orang-orang 
  munafik, yang antara kata dan perbuatan selalu tidak sama. 
  Wallahua’lam.
   
   
 Purwokerto, Des 06 [EMAIL PROTECTED]
  
 
-
Cheap Talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Jangan Ragu dengan Rezeki ALLAH

2007-01-24 Terurut Topik Ica Harahap
  Jangan Ragu dengan Rezeki Allah
  26 Sep 06 07:13 WIB
   
  Oleh Sus Woyo
   
  Saya mau pergi ke rumah orang tua saya. Waktu itu, anak saya yang 
  masih berumur lima tahun dan menjelang sekolah TK itu menangis 
  ingin ikut. Awalnya saya tidak berencana untuk membawa dia, namun 
  karena tangisnya tidak mau berhenti, akhirnya saya ajak juga.
   
  Sebelum berangkat, dia saya beri janji. Agar selama perjalanan nanti 
  jangan jajan. Sebab saya sedang tidak punya uang. Saya hanya ada uang 
  untuk ongkos berangkat ke rumah orang tua saya saja. Selebihnya saya 
  tidak punya apa-apa.
   
  Namun, yang namanya anak, walaupun sudah berjanji tidak jajan, begitu 
  melihat berbagai macam barang di pingiran terminal, keinginannya 
  mendadak bangkit. Pertama ia melihat berjejernya para pedagang pakaian. 
  Ia minta dibelikan kaos ala pemain bola dunia. Ia memaksa saya untuk 
  membeli kaos yang bertuliskan salah satu pemain sepak bola Inggris, Beckam. 
  Namun tidak saya kabulkan. Karena saya tidak punya uang untuk itu.
   
  Dengan berbagai cara, ia saya hibur agar tidak minta kaos-kaos itu.
  Ia segera saya bawa ke tempat di mana banyak berjejer delman. 
  Sebab dengan begitu ia akan lupa karena melihat banyak kuda di situ. 
  Namun sial, ternyata di kompleks itu juga ada pedagang buah yang 
  begitu menarik menata dagangannya. Ia minta dibelikan apel. Permintaan 
  itupun tidak saya kabulkan. Sekedar untuk menghibur dia, saya bisikan 
  kalimat padanya. “Sabar ya… nanti di rumah nenek ada apel.”
   
  Cepat-cepat saya bawa anak saya ke tempat bis jurusan daerah orang tua 
  saya. Ia segera saya ajak naik, dan duduk di depan sendiri, di samping sang 
  sopir. Ia agak terhibur, karena banyak berlalu lalang truk gandeng dan 
kendaraan 
  tangki pertamina yang besar-besar itu. Sebab ia sangat senang kalau melihat 
  kendaraan besar semacam itu.
   
  Saya lega. Saya lebih tenang karena sudah tidak akan melewati pasar lagi. 
  Dengan demikian anak saya tidak akan minta jajan lagi. Saya duduk 
  sambil merangkul anak saya. Dia begitu nikmat melihat lalu lalangnya 
  kendaraan di depan kami. Ia sudah lupa dengan apa-apa yang ia minta 
  di sepanjang perjalaan tadi.
   
  Sebenarnya saya juga merasa kasihan. Seandainya saya punya uang 
  cukup, tentu saya tidak akan berbuat sekejam itu. Tentu saya akan menuruti 
  kehendaknya, walaupun mungkin tidak semua saya turuti. Orang tua mana 
  sih yang tidak ingin memberikan sesuatu kepada anaknya?
   
  Sedang asyik-asyiknya, kami menikmati berbagai macam kendaraan di 
  depan bis yang kami tumpangi, tiba-tiba seorang ibu naik dan duduk persis 
  di sebelah saya. Sebuah keranjang kecil berisi berbagai macam barang dari 
  pasar ada dalam keranjang tersebut.
   
  Kami saling berbasa-basi. Ternyata ia satu jurusan dengan saya. Beberapa 
  menit sebelum bis jalan, perempuan itu menyodorkan tiga buah apel kepada 
  anak saya. Saya kaget. Seolah perempuan itu tahu bahwa anak saya sedang 
  menginginkan apel. Anak saya langsung memakannya dengan lahap. Saya 
  melihat nikmatnya anak saya makan apel itu dengan linangan air mata. 
  Saya tak bisa membelikan buah itu, tapi Allah tahu tentang keinginan anak 
  saya. Sehingga lewat perempuan itu dia dapat menikmati apel. Betul-betul
  tidak saya sangka sebelumnya. Betul-betul di luar jangkauan nalar saya.
   
  Sampai di rumah orang tua, saya lebih kaget lagi. Saya sama sekali tidak 
  membayangkan saudara-saudara saya akan berkerumun menemui saya. Dan 
  mereka seolah berlomba memberikan uang kepada anak saya. Sampai nenek 
  saya yang seharusnya saya beri uang justru memberikan rupiah kepada anak 
  saya. Seolah mereka tahu bahwa kami sedang tidak mempunyai uang. Seolah
  mereka tahu bahwa saya ada dalam keadaan sangat kesulitan dalam hal keuangan.
   
  Sepulang dari rumah bapak ibu saya, saku celana dan baju anak saya tak ada 
  yang kosong dari lembaran-lembaran uang. Ahirnya uang itu bisa dipergunakan 
  anak saya untuk membeli baju bola yang sejak lama ia inginkan. Bisa membeli 
  buah apel dan bakso di pasar. Dan yang lebih mengharukan adalah bisa 
  membantu saya untuk mengisi arisan di lingkungan RT saya.
   
  Sambil melihat anak saya menikmati semangkok bakso, saya hanya bisa 
  bergumam, bahwa rizki Allah datang selalu tak terduga. Walaupun saya 
  sedang tidak punya usaha, karena sedang mengalami kebangkrutan, tapi 
  Allah tetap menyodorkan rizki kepada kami.
   
  Sebuah keyakinan tentang ke-maha besar-an Allah, ahirnya tumbuh kembali. 
  Puing-puing kesusahan hidup dan keraguan tentang rizki Allah semakin 
  terpendam. Apalagi kalau mengingat firman Allah, - Dan tak ada suatu 
  binatang melatapun di muka bumi ini melainka Allah lah yang memberi 
  rezekinya-, maka keraguan itu makin tidak ada. Sayang seribu sayang,
  hamba yang kecil ini masih begitu gampang dan mudah dihinggapi rasa 
  ketakutan tidak kebagian rizki.
   
  
  Purwokerto, Sept 06 [EMAIL PROTECTED] 
  
 
-
Don't 

[media-dakwah] Saat Titipan Harus Diambil Oleh Sang Pemilik

2007-01-24 Terurut Topik Ica Harahap
  Saat Titipan Harus Diambil 
  Oleh Sang Pemilik
  24 Jan 07 06:23 WIB
   
   
  Oleh Nura Maya Sari
   
   
  Terus terang saya pernah merasakan kesedihan yang cukup mendalam 
  karena kehilangan orang tercinta. Terlebih saat itu saya masih sangat 
  butuh bimbingan seorang ibu. Figur yang paling dekat bagi seorang anak 
  perempuan. Beliau diambil oleh Sang Khalik setelah bertahun-tahun 
  sakit keras.
   
  Saat itu, memang saya sedikit kurang mengerti “Kejadian ini mengapa 
  dengan segera menimpa saya? Ini sungguhkah?”. Tapi saya selalu teringat 
  pesan ibu saya bahwa “Allah Pemilik semuanya, kamu, Mamah, Bapakmu, 
  Mas-mas dan Mbakmu bahkan seluruh yang ada di dunia ini. Jadi, ibaratnya 
  titipan, kita harus legowo kalau yang punya sudah memintanya kembali”. 
  Jadi, satu hal yang membesarkan hati saya, bisa jadi ibu saya lebih dicintai 
  Allah SWT sehingga dengan segera diambil, tidak terlalu lama dititipkan.
   
  Saya mungkin lebih beruntung daripada rekan saya ini. Saat gempa kemarin, 
  dia telah kehilangan 2 orang anggota keluarganya dalam waktu sehari, 
  dan bahkan hanya dalam hitungan jam. Ibu dan adik laki-lakinya telah 
  meninggal tertimpa rumahnya.
   
  Di hari terjadinya gempa itu, rekan akhwat ini telah bersiap-siap pergi 
  kajian pagi ke Masjid Mardliyah dekat kampus. Wajar saja, karena 
  perjalanan dari rumahnya hingga kampus UGM membutuhkan waktu 
  kurang lebih 45 menit-an maka pukul 5.50 WIB, dia sudah berjilbab rapi. 
  Baru selesai mengenakan kaos kaki sebelah kanan, ternyata rumahnya 
  seperti digoncang, kontan dia berlari keluar rumah.
   
  Tapi ternyata dia ingat, ibu, bapak dan 2 orang adiknya masih di dalam. 
  Akhirnya masuklah dia kembali ke dalam rumah. Pada saat yang bersamaan 
  tersebut, ibunya juga sudah keluar lewat pintu belakang. Tapi teringat juga
  dengan suami dan anak-anaknya, masuklah beliau kembali ke dalam rumah. 
  Kedua adiknya ternyata masih di dalam kamar begitu pula bapaknya yang juga 
  tidak sempat menyelamatkan diri. Akhirnya, jadilah mereka sekeluarga tertimpa
  bangunan di dalam rumah.
   
  Begitu pula rekan saya tadi. Ternyata Allah masih memudahkannya 
  untuk bisa keluar dari reruntuhan itu dan mendengar sang bapak 
  merintih-rintih. Dengan dibantu tetangganya, akhirnya bapaknya dan 
  adik perempuannya bisa ditemukan.
   
  Dalam beberapa saat kemudian, ibunya juga ditemukan, tapi sungguh 
  kondisinya sangat menyedihkan. Bagian kepalanya nyaris remuk dan 
  seketika beliau telah diambil oleh Sang Khalik. Adik laki-lakinya saat 
  ditemukan, tertimbun reruntuhan bangunan dan saat akan dibawa ke 
  rumah sakit, adiknya meninggal.
   
  Tak bisa dibayangkan, kesedihan rekan saya saat itu. Dalam hitungan jam, 
  dia kehilangan 2 orang yang dicintainya. Ya.dalam sesaat saja, jika Allah 
  menginginkan, maka dalam sekejab itu pula, titipan itu diambilNya. 
  Oleh sebab itu, seperti rumusnya tukang parkir, yang menjaga amanatnya 
  dengan sebaik-baiknya, dan rela jika diambil oleh sang pemiliknya kembali. 
  Karena titipan adalah titipan, tak bisa selamanya menjadi milik kita.
  
 
-
Now that's room service! Choose from over 150,000 hotels 
in 45,000 destinations on Yahoo! Travel to find your fit.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Ketika Malaikat Maut Menjemput

2007-01-24 Terurut Topik Ica Harahap
  Ketika Malaikat Maut Menjemput
  11 Des 06 06:37 WIB






  Oleh Febty Febriani
  
 
 
  “Dari Abdullah bin Umar: Aku pernah mendatangi 
  Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam sebagai orang 
  kesepuluh dari sepuluh orang yang mendatangi beliau pada saat itu. 
  Kemudian seseorang dari kaum Anshar berdiri dan bertanya, 
  Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang paling cerdik dan 
  terkuat pendiriannya? Beliau menjawab, Orang yang terbanyak 
  mengingat kematian dan yang terbanyak persiapan untuk menghadapi
   kematian. Mereka itulah orang yang paling cerdik di mana mereka 
  berangkat dengan kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat” (HR Thabrani) 
   
   
  Bulan November 2006. Sudah lebih satu minggu berlalu. Saat itu, 
  Bandung mulai diguyur hujan. Langit mendung dan gelap adalah 
  hampir menjadi teman dalam keseharian beraktivitas. Suasana dingin 
  juga menyergap relung badan. Saat itu, belum sederas seperti saat-saat 
  ini. Hanya berupa rintik-rintik. Namun, cukup mampu membuat basahnya 
  tanah. Cukup mampu juga memberi minum pada tanaman-tanaman. 
  Rasa syukur yang terperikan, bagi yang membutuhkan.
   
  Sama seperti saat itu. Seakan mendung juga menyelimuti suasana kantor saya. 
  Hampir tiga minggu berturut-turut, keluarga besar kantor dihadapkan pada 
  suasana duka. Kematian. Peristiwa pertama terjadi pada minggu kedua 
  di bulan November basah itu. Buah hati tercinta seorang rekan kantor 
  menghadap Sang Penciptanya. Masih kecil dia. Bahkan masih balita. 
  Sedang lucu-lucunya. Namun, waktu yang berbicara. Masanya sudah tiba. 
   
  Sang buah hati meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Menuju 
  tempat peraduan abadi. Penyakit bawaan dari lahirlah yang menjadi 
  penyebab. Masih ada goresan luka di wajah kedua orang tuanya saat 
  kami berkunjung ke sana. Masih tersisa sembab di kedua pelupuk mata. 
  Terbata-bata sang bunda bercerita tentang si buah hati. Ketika proses 
  kehamilan. Ketika proses kelahiran. Ketika proses pengobatan yang
  menguras tenaga dan pikiran. Ketika munculnya harapan untuk bisa sembuh. 
  Ketika keduanya –rekan kerja dan isterinya- menunggu si buah hati 
  di rumah sakit. Dan ketika proses kematian menjelang. Runtut saya 
  mendengarnya. Kesedihan menyelimuti ruang tamu rumahnya. 
  Tempat kami bertamu.
   
  Kematian memang meninggalkan duka. Apalagi, oleh kepergian 
  orang yang dicintai. Apalagi, bagi rekan kerja saya, yang pergi adalah 
  sang buah hati. Bukankah, bagi kedua orang tua, sang buah hati adalah 
  setetes embun di padang pasir? Bukankah, bagi kedua orang tua, sang 
  buah hati adalah pengobat rindu bagi kelelahan jiwa? Bukankah, bagi 
  kedua orang tua, sang buah hati adalah harapan? Bukankah, bagi kedua 
  orang tua, sang buah hati adalah penyemangat? Karena itu, adalah wajar 
  ketika saya melihat duka di wajah rekan kerja saya dan isterinya. Sejarah 
  mencatat, hal yang sama juga dirasakan oleh junjungan kita, 
  Nabi Muhammad, ketika ditinggal putra-putra tercintanya yang belum 
  beranjak dewasa. Tengoklah penggalan syair yang dikumandangkan oleh 
  Abu Bakar Ath-Tharthusi tentang perasaan kedua orang tua ketika berpisah 
  dengan anaknya.
   
  ... 
  
 keduanya menelan beban derita atas kematian anaknya dan tersingkap 
  kerinduan-kerinduan yang mereka sembunyikan terhadap anaknya niscaya
   ia akan meratapi sang ibu yang sesak nafas terkena...
   
   
  Sama. Minggu terakhir di bulan yang sama, kembali saya mendengar 
  peristiwa yang sama. Kematian. Saat itu, saya usai menunaikan shalat 
  Ashar di masjid kantor. Seorang rekan kerja bercerita tentang peristiwa itu. 
  Sore itu, ternyata, isteri tercinta seorang rekan kerja yang lain sudah 
  berpulang ke Rahmatullah. Tak diduga secepat itu. Pagi tadi, masih ada 
  rekan kerja saya yang masih bertemu dengan rekan kerja saya itu. Artinya, 
  pagi tadi, ketika menuju ke kantor, rekan kerja saya meninggalkan sang
  isteri yang mungkin dalam keadaan baik. Memang, beberapa bulan terakhir ini,
  kondisi isteri tercinta rekan kerja saya itu tidak dapat dikatakan dalam 
keadaan 
  sehat wal’afiat. Penyakit ginjal telah bersemayam di dalam tubuhnya.
   
  Ada isak tangis ketika sore itu kami melayat. Hampir seluruh rekan-rekan 
  di kantor melayat sore itu. Suasana duka terlihat di sekeliling rumahnya. 
  Ramai. Dipenuhi oleh tetangga dekat rumah. Cuaca sore itu seakan mendukung. 
  Langit mendung. Tidak hujan memang. Sang anak, masih dengan mengenakan 
  pakaian seragam sekolah, terlihat menangis. Tidak hanya berupa tangis 
  sesenggukan. Lebih dari itu. Sang bapak memegang erat tubuh si anak. 
  Mencoba menyabarkannya. Namun, bagi sang anak, kehilangan sang bunda 
  untuk selama-lamanya adalah suatu beban yang berat. Kami menunggu 
  beberapa saat. Agak cukup lama. Saat itu, sang mayit sedang dimandikan.
   
  Setalah sang mayit dimandikan, lalu dibawa ke rumah duka dan 
  disemayamkan.Beberapa pelayat terlihat menyalami rekan kerja saya. 
  Menyampaikan belasungkawa. Begitu juga 

[media-dakwah] Tengoklah ke Dalam sebelum Bicara

2007-01-23 Terurut Topik Ica Harahap
  Tengoklah ke Dalam sebelum Bicara
  1 Peb 06 10:23 WIB
   
   
  Oleh Sus Woyo
   
   
  Ada sebuah kisah kecil, ketika saya masih aktif bersama teman-teman 
  di organisasi remaja masjid kampung saya. Namun kisah kecil ini telah 
  menjadi 'prasasti' indah dalam kehidupan saya sampai sekarang.
   
  Waktu itu kami sedang giat-giatnya menggelar usaha keagamaan. 
  Tiba-tiba di belakang masjid kami, salah seorang warga membuka 
  rumahnya untuk dijadikan tempat judi togel.
   
  Setiap malam orang-orang ramai berkumpul di situ. Karena dari pihak 
  desa tidak ada reaksi apa-apa terhadap judi itu, maka kami bersepakat 
  untuk negosiasi dengan warga itu. Agar kegiatan yang banyak merugikan 
  masyarakat itu dihentikan saja.
   
  Dengan semangat, kami bersepakat untuk mendatangi tempat tersebut. 
  Namun sebelum berangkat, ada salah satu senior kami yang mengingatkan. 
  Ia berkata pada kami. Ini kerja besar.Ini perjuangan berat. Jangan gegabah 
  kita melangkah. Kita harus lebih siap lagi untuk maju ke medan 'jihad' ini. 
  Ada sesuatu yang harus kita laksanakan dulu sebelum kita maju kesana.
   
  Senior kami itu menyarankan agar kami mengoreksi diri dulu. Sudah sejauh 
  mana ibadah harian kita kepada Allah. Sudah sejauh mana komitmen kita 
  terhadap apa yang diperintahNya dan apa yang dilarangNya.
   
  Ahirnya, selama beberapa hari, kami disarankan untuk sebisa mungkin 
  sholat wajib berjamaah. Kita juga harus bangun malam untuk qiamullail. 
  Yang biasanya jarang puasa Senin Kamis, sekarang amalan Nabi itu harus 
  dilaksanakan dengan intensif. Pokoknya, senior kami itu menyarankan agar 
  sebisa mungkin mengaplikasikan bentuk ketakwaan dan keimanan kepada 
  Allah SWT. Tidak hanya bentuk amar ma'ruf saja, tapi mesti diiringi juga 
  dengan nahi mungkar. Seperti yang masih merokok untuk segera meninggalkan
  perbuatan mubah itu.
   
  Beberapa hari kemudian, saat hari 'H' sudah tiba, kami berkumpul lagi. 
  Namun kami tidak jadi menemui bandar togel itu. Sebab, dengan izin Allah, 
  orang itu sudah menutup total usahanya. Rupanya ia sudah kembali berprofesi 
  seperti biasa, yaitu sebagai kuli bangunan. Kami merasa gembira sekali. Dan 
  semua ini sudah jelas merupakan pertolongan dariNya. Entah apa yang terjadi 
  seandainya kami menyikapi perbuatan salah seorang warga di dekat masjid itu 
  dengan emosional pada waktu itu, tanpa mengindahkan nasehat senior kami.
   
  Apakah ini sebuah kemenangan sebelum bertanding? Tidak juga. 
  Sebab kami telah berjuang dulu, berjuang menaklukan napsu diri. 
  Bukankah ini juga jihad besar?
   
  Pantas, jika sahabat Umar ra. sebelum berangkat perang dengan orang kafir, 
  selalu memeriksa pasukannya sedetil mungkin. Mereka yang malamnya 
  tidak qiamullail, sementara jangan ikut ke medan jihad dulu. Kata Khalifah
  kedua itu: Saya tidak takut dengan musuh yang banyak, tapi saya lebih takut 
  kepada banyaknya dosa yang kita bawa. Sehingga kita akan kesulitan 
  mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.
   
  Dan sejarah juga mencatat gemilangnya perang Badar bagi kaum muslimin. 
  Padahal erbandingan jumlah pasukan antara kaum muslimin dan kafir sama 
  sekali tidak seimbang. Tentu sudah bisa dipastikan bahwa salah satu faktor 
  kemenangan kaum muslimin adalah karena kwalitas iman orang muslim masa 
  itu yang sangat prima. Dan tentunya sangat minim dengan dosa-dosa. Tidak 
  seperti kami di jaman ini.
   
  Saya hanya bisa berpikir, seandainya saya, keluarga saya, lingkungan saya, 
  atau skup yang lebih luas lagi negri saya, dalam mengatasi masalah berkiblat 
  dengan cara mereka, mungkin Allah pun akan memberi kemudahan dalam 
  mengatasi berbagai masalah.
   
  Ya, tentunya harus dimulai dari pribadi masing-masing. Sebab tak mustahil, 
  bahwa saya, kita-kita inipun ternyata ada dalam barisan orang-orang yang 
  menghambat pertolongan Allah.
   
  Sampai sekarang pesan senior kami di organisasi remaja masjid bertahun-tahun 
  lalu itu, selalu terngiang ditelinga saya, manakala ada sesuatu pekerjaan 
yang 
  harus berhubungan dengan orang banyak. Pesan yang pendek, namun sangat 
  berarti: Bacalah dirimu! Sebelum kau baca orang lain! 
  Atau dalam bahasa populer penyanyi ballada Ebiet G Ade: 
  Tengoklah ke 'dalam', sebelum bicara.
   
  # [EMAIL PROTECTED] #
  
 
-
Want to start your own business? Learn how on Yahoo! Small Business.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Nikmat...begitu banyak yang telah terlewatkan tanpa mensyukurinya

2007-01-23 Terurut Topik Ica Harahap
  Nikmat...begitu banyak yang telah 
  terlewatkan tanpa mensyukurinya
  30 Jan 06 12:53 WIB
   
   
   
  Oleh Bunda Shafiya
   
   
  Saat itu kami; aku, bapak dan Shafiya sedang berada dalam perjalanan 
  pulang ke rumah. Kami baru saja pulang dari menikmati semangkuk 
  Soto Lamongan Cak Har *slruup* yang terkenal itu. Tepat di traffic light 
  menuju ke arah Margorejo, mobil berhenti karena traffic light menunjukkan 
  warna merah. Aku melayangkan pandangan ke seberang jalan. Nampak 
  olehku sosok ibu pengemis dan anaknya yang sedang mesra bersenda gurau. 
  Si anak rupanya haus dan alhamdulillah saat itu sang ibu ada rezeki untuk 
  membelikan sekantung plastik es teh bagi si anak.
   
  Dengan penuh rasa kasih sayang kantung plastik es teh itu dibuka 
  dari ikatannya dan diminumkan ke si anak dengan menggunakan sedotan. 
  Tampak si anak sangat menikmatinya, kehausan barangkali. Setelah si anak 
  puas, ibu itu pun mencicipi es teh itu sedikit dan ternyata walaupun es teh 
itu 
  hanya bersisa sangat sedikit, mungkin hanya satu tegukan lagi sisanya, 
  sang ibu itu tetap menyimpan sisa itu dengan hati-hati dengan mengikat 
  kembali kantung plastik es teh itu.. Subhanallah! Betapa orang seperti 
  mereka sangat menghargai dan mensyukuri nikmat Allah yang diberikan 
  kepada mereka serta menjaganya dengan sangat hati-hati.
   
  Dadaku terasa sesak, bersamaan dengan itu air mata mulai menetes.. 
  Teringat akan percakapanku dengan Shafiya di depot soto itu, Nak, udah deh,
  ice tea-nya nggak usah dihabiskan. Ayo.. cepetan, Bapak sudah menunggu 
  di mobil. Betapa bodohnya aku yang malah mengajarkan anakku untuk 
  berbuat suatu hal yang mubazir yang mencerminkan rasa tidak bersyukur 
  padaNya. Astagfirullah.
   
  Bagi orang lain, peristiwa ini mungkin bukan sesuatu yang menarik untuk 
  diceritakan. Tapi saya memaknainya lain. Alhamdulillah.Allah memberi 
  saya petunjuk untuk selalu mensyukuri nikmatNya dalam ketaatan kepadaNya. 
  Syukur Alhamdulillah. Ibu pengemis itu telah mengajarkan kepada saya cara 
  untuk menghargai nikmatNya.
   
  Fabiayyi aalaa irabbikumaa tukadzdzibaan? Maka nikmat Tuhan kamu 
  manakah yang engkau dustakan? Pertanyaan retoris ini membuat saya 
  tertunduk malu tiap kali mendengarnya. Betapa tidak! saya sering kali iri 
  dengan nikmat yang ada pada orang lain. Saya memang tidak pernah 
  sampai dalam tahap merasa dengki dan menginginkan agar nikmat 
  orang lain itu hilang. Naudzubillah min Dzalik.. Tapi rasa iri saya 
  membawa saya menjadi orang yang kufur nikmat. Padahal Allah selalu 
  baik kepada saya. Dalam studi dan karir insya Allah saya selalu lancar. 
  Ketika saya berdoa agar mendapat pendamping hidup yang sholeh, 
  Allah dengan cepat mengabulkan permintaan saya. Ketika saya berdoa 
  agar dikarunai anak yang menyejukkan pandangan orang tuanya, Allah 
  dengan berbaik hati mengabulkan permohonan saya itu.. Namun.dari 
  banyak nikmat yang ada, sedikit sekali saya mampu menyentuhkan dahi 
  bersujud pada Allah untuk menyampaikan rasa terima kasih saya.
   
  Nikmat.. begitu banyak yang saya lewatkan tanpa mensyukurinya. 
  Ya Allah.. janganlah golongkan saya menjadi orang-orang yang merugi 
  karena kufur terhadap nikmatMu... (Tuhan) yang Maha Pemurah, yang telah 
  mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai 
  berbicara. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. Dan 
  tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan keduanya tunduk kepadaNya. 
  Dan Allah meninggikan langit dan Dia melektakkan neraca keadilan. 
  Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah 
  timbangan itu dengan adil dan jangan kamu mengurangi neraca itu. 
  Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluknya, di bumi itu ada 
  buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
  Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bungaan yang harum baunya. 
  Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? 
  (Surat Ar Rahman: 1-13)
  
 
-
 Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.

[Non-text portions of this message have been removed]



  1   2   >