Terlampir adalah artikel seperti judul di atas, yang saya dapat dari teman.
Salam,
Bambang
-Original Message-
From: Riefqi Muna [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, December 26, 2005 3:08 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Why Does the Muslim World Lag in Science?
Rekan-rekan semua,
Sekedar share bacaan. Berikut artikel yang menarik mengenai Keterbelakangan
Islam di dalam dunia sains. Sebuah petaka yang tragis ditilik dari trajectory
sejarah Islam. Artikel ini ditulis oleh Professor Aaron Segal, seorang yang
tidak asing buat kita yang mengkaji ilmu politik. Walau bisa diperdebatkan,
Islam mengalami kemunduran ketika ethos eksplorasi external semakin
ditinggalkan dan hanya berkutat pada internalitas dan eksklusifisme. Artikel
ini memang tidak anyar, tetapi isinya penting untuk direnungkan.
Berikut weblink ke artikel tersebut. Namun saya juga copy-paste kan usai
pengantar saya)
Weblink ke artikel: http://www.meforum.org/article/306
(kalau ada masalah untuk link-up, hubungi saya untuk dokumen dalam pdf)
Tentu, tulisan ini tetap mengundang beberapa kritik, misalnya, si penulis tidak
mencantumkan periode terburuk sejarah Islam (periode Crusade) yang turut
menurunkan dan menentukan conjuncture dari sejarah Islam sampai saat ini.
Tetapi tentulah blaiming kepada perang salib secara terus-menerus tidak sehat
untuk Islam. Sebab Jepang, Korea, Taiwan bisa mensejajaran dengan negara-negara
Barat, sementara tidak ada satupu negara yang berpenduduk mayoritas Islam
apalagi negara-negara Arab kaya minyak yang sanggup menciptakan kemajuan sains
secara berarti.
Anyway, artikel ini bersifat historis analitis yang menarik dan bisa dijadikan
trigger untuk menjelajah sains yang tertinggal. Sebagai peneliti di sebuah
lembaga riset dan akademik yang menfokuskan kegiatan riset-riset sains
(terutama untuk teknologi militer), saya betul-betul melihat bahwa gap sains di
dalam masyarakat Islam dengan negera maju. Gap tersebut memang seperti yang
digambaran oleh artikel-nya Aaron Segal tersebut atau malahan kondisinya lebih
buruk lagi.
Indonesia secara umum juga mengalami hal yg serupa. Represi yang dilakukan Orde
Baru misalnya, telah menyebabkan kemunduran terutama di dalam ilmu-ilmu sosial
kritis dan sebagainya. Bahkan, sampai sekarang Indonesia tidak memiliki visi di
dalam pengembangan sains. Sebab, seperti Pak Mochtar Pabottingi pernah katakan,
kebijakan negara yang senantiasa bersifat darurat menjadikan negeri ini tidak
pernah bisa beranjak. Benar, dari sisi manajemen juga demikian, manajemen yang
bersifat A-Hoc ia lebih mahal ongkosnya dan tidak bisa memaksimalkan hasil,
sebab resources akan terkuran percuma untuk mengatasi kedaruratan demi
kedarutan secara terus menerus.
Salam dari Oxfordshire
Riefqi Muna
=
WHY DOES THE MUSLIM WORLD LAG IN SCIENCE?
by Aaron Segal
Aaron Segal, professor of political science at the University of Texas, El
Paso, is the author of An Atlas of International Migration (Bowker, 1993) and
Learning by Doing: Science, Technology and the Developing World (Westview,
1987).
By any index, the Muslim world produces a disproportionately small amount of
scientific output, and much of it relatively low in quality.1 In numerical
terms, forty-one predominantly Muslim countries with about 20 percent of the
world's total population generate less than 5 percent of its science. This, for
example, is the proportion of citations of articles published in
internationally circulating science journals.2 Other measures -- annual
expenditures on research and development, numbers of research scientists and
engineers -- confirm the disparity between populations and scientific research.
This situation leads to some hard questions: Is Islam an obstacle to modern
science? If not, how does one explain the huge gap in scientific output between
the Muslim world and the West or East Asia? And what must change so that
science can flourish in Muslim countries?
While Islam has yet to reconcile faith and reason, other factors such as
dictatorial regimes and unstable funding are more important obstacles to
science and technology's again flourishing in the Muslim world. Significant
progress, in other words, depends on changes in values and institutions -- no
small order.
THE HISTORICAL RECORD
We start with a brief history of science and technology in the Muslim world,
the first place to search for clues to these questions. In a nutshell, the
Muslim experience consists of a golden age in the tenth through thirteenth
centuries, a subsequent collapse, a modest rebirth in the nineteenth century,
and a history of frustration in the twentieth century. The deficiency in Muslim
science and technology is particularly intriguing given that Muslims were world
leaders in science and technology a millennium ago -- something that
distinguishes them from, say, the peoples of Latin America or sub-Saharan
Africa.
Golden Age. The period 900-1200 A.D. represents the