Selamat pagi rekans, ikutan bersharing ria,boleh kan ?
setuju aja sama pendapat mas Nizam.
ditunggu terus, klarifikasi MUI sebagai pengawas penggunaan Dana Umat (dalam
kasus skandal korupsi Haji).
Kemudian, karena sebagian besar Koruptor di Indonesia adalah Umat Muslim (itu
karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim), maka kenapa tidak
diharamkan saja Korupsi dan Mati hukumnya bagi para Koruptor.
Pingin banget Islam jaya seperti zaman dahulu.
secara global, Islam dengan karunia Allah SWT atas kekayaan Sumber Daya Alam
dan Manusia, seharusnya bisa jaya dan makmur.
Sekian dan terima kasih.
Mohon maaf atas kesalahan kata.
Salam,
-Danny-
A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:
Assalamu'alaikum wr wb,
Kelompok Islam Liberal dan beberapa non Muslim
menyayangkan fatwa MUI yang menyatakan bahwa Ahmadiyah
adalah sesat. Seolah-olah MUI tidak menghargai
kebebasan beragama.
Sesungguhnya ummat Islam dan MUI menghargai kebebasan
beragama. Buktinya kita tidak pernah memaksa orang
beragama lain seperti Kristen, Katolik, dsb untuk
masuk agama Islam.
Namun jika ada aliran sesat yang mengaku sebagai
Islam, tapi menyebarkan paham yang berbeda seperti
adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, atau
menyebarkan Al Qur'an yang lain terjemahannya, itu
sudah tak bisa ditolerir.
Bahkan di agama Kristen pun aliran sesat buktinya
tidak ditolerir. Contohnya pemimpin aliran sesat
Sekte Hari Kiamat dituntut ke pengadilan dan
dituntut 3 tahun penjara (lihat berita di bawah).
Nah, mengapakah sebagian pendeta yang mungkin turut
menuntut pentolan aliran sesat di agamanya, tiba-tiba
turut melecehkan MUI dan mencampuri urusan agama
Islam?
Sekte Keblinger
Oleh
Nirwanto Ki S. Hendrowinoto
Unik bin ajaib, lucu tapi konyol. Masih saja ada
sekelompok gerombolan orang yang meng-amin-kan bahwa
10 November 2003 sebagai hari pembebasan manusia dari
segala kehidupannya di muka bumi. Mereka meyakininya
kabar mempelai dalam konteks teologi sebagai hari
kiamat.
Tentu saja kebodohan pola berpikir seperti itu, bukan
saja keliru tetapi sudah kebablasan dalam mereformasi
rahasia kepunyaan Tuhan. Termasuk salah satunya adalah
kesombongan manusia dalam hal ini, Pendeta Mangapin
Sibuea yang mentahbiskan dirinya sebagai nabi palsu
mengajak ke jalan sesat dan tidak taat.
Terhitung sebanyak dua ratus lima puluhan jemaat yang
datang dari berbagai daerah terprovokasi jadi korban
propaganda masuk sorga.
Kiamat bagi semua orang beragama dipercayai sebagai
hari akhir dan usainya kehidupan di muka bumi secara
serentak dan merata pasti akan datang. Namun, satu hal
yang terbatas dari diri manusia adalah keterbatasan
untuk mengetahui peristiwa maha-rahasia itu,
menentukan waktunya , kapan ?.
Oleh karenanya, sangatlah ironis ramalan yang
diucapkan Mangapin tidak memiliki dasar terhadap
kebenaran firman Tuhan secara kontekstual alkitabiah.
Terlebih lagi, jemaat yang datang dari berbagai daerah
bisa terkena sihir sehingga mereka tidak sadar kalau
yang dilakukan hanya sebuah kepicikan selama
berbulan-bulan lamanya.
Seperti kita ketahui, ajaran sesat identik dengan
kekuasaan pola berpikir setan. Dimana kebenaran firman
Tuhan selalu diselewengkan dan diperkosa. Akibatnya,
bagi yang tidak memiliki dasar imani yang kuat, mereka
mudah tergerus oleh situasi dan emosi.
Kesalahan besar inilah yang pada akhirnya menyeret
mereka pada upah dosa adalah maut . Ketika mereka
dibubarkan oleh pihak yang berwajib, bagaikan anak
ayam kehilangan induknya. Mereka tidak tahu harus
kemana dan bagaimana mencari kebenaran yang sejati
dalam mencari Tuhan. Orang semacam inilah yang patut
dikasihani dan perlu diubah dalam pola berpikirnya,
termasuk tingkat keimanannya yang perlu dipurifikasi
(disucikan).
Penyakit Sosial
Secara sadar produk dari masyarakat yang beraneka
ragam dan majemuk, cenderung mengindap penyakit
social. Perubahan itu sangat mempengaruhi sikap dan
prilaku yang neko-neko dan aneh.
Contoh konkrit adalah sekte sesat yang mengadakan
acara ritual kebaktian di Jalan Siliwangi, Baleendah,
Kabupaten Bandung bersedia percaya menunggu waktu
pengangkatan seluruh jemaatnya ke surga dan lalu
menghilang.
Meyakini atas kebenaran itu, tidak tanggung-tanggung
mereka datang dari wilayah Timor, Papua, Manado dan
Sumatra yang telah mengeluarkan biaya cukup besar.
Bahkan mereka sudi meninggalkan sanak keluarga dan
famili supaya bisa ikut antrean masuk sorga lebih
dulu.
Tingkat kejiwaan yang sakit inilah memaksa mereka
menjadi percaya dan tidak segan-segannya mengajak
orang lain untuk ikut bersama-sama. Mereka tidak lagi
mengandalkan logika dan cara berpikir yang sehat.
Mereka hanya mengandalkan rayuan manis dari nabi palsu
yang tidak lebih orang yang tidak memiliki identitas
diri yang jelas.
Sebenarnya, peristiwa serupa jemaat yang memuja
setan dan aliran sesat di Indonesia bukan hanya sekali
ini saja. Melainkan dari dulu hingga sekarang,
komunitas yang keblinger ini ada saja pengikutnya dan
bertumbuh. Anehnya, semakin mereka dilarang
populasinya bukan bertambah