Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Buku Hadist- Hadist Palsu Seputar Ramadhan Celaan Terhadap Ulama Hadist , Al-Albani Buku yang satu., ini buah pena Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub MA, yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai ahli hadits Indonesia. Pembaca mungkin menduga kalau buku tersebut hanya memuat penjelasan seputar hadits-hadits palsu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan. Ternyata tidak, penulis menyisipkan satu bab terakhir Mengkritisi Pemikiran Hadits al-Albani. Mungkin saja bab ini merupakan kritikan terhadap ketergelinciran Syaikh aL-Albani sesuai kaidah-kaidah ilmiah sebagai wujud nasehat disertai adab, sebab tidak ada orang yang mashum selain Nabi. Syaikh al-Albàni sendiri tidak pernah mengakui bahwa dirinya mashum dari kesalahan (2). Ditambah lagi judul kitabnya memberikan kesan suatu pembahasan ilmiah, bukan pembahasan khusus bersifat bantahan terhadap Syaikh al-Albani. Ternyata tidak demikian, bab tersebut sarat dengan celaan, kebohongan, dan tuduhan palsu terhadap al-Albani seperti: al-Albani menentang ijma ulama, mernbodoh-bodohkan para ulama salaf, mencela kitab shahih Bukhani dan Muslim, serta tuduhan-tuduhan bath lainnya! Ulasan benikut bukanlah bentuk fanatisme kepada Syaikh al-Albani ataupun kultus. Sama sekali bukan, karena kami meyakini, agama kita dibangun di atas dalil, bukan orang. Tetapi tujuan ulasan ini tak lain merupakan pembelaan kepada seorang ulama yang terzhalirni, sekaligus bantahan terhadap gelombang yang ingin meruntuhkan dakwah salafiyah melalui celaan dan hujatan terhadap para ulamanya. Kami hanya.mengangkat beberapa masalah karena keterbatasan. Profesor Tidak Selektif Mengambil Ucapan Orang, yang Pentingg Mengkritik al-Albani. Pada hal.125, bapak profesor mengatakan, Al-Albani akhirnya benar-benar memetik apa yang ía harapkan. Ia digebuk ramai-ramai oleh para ulama, dan Syiria, Libanon, Saudi Arabia, Maroko, India, dan lain-lain. Maka menurut catatan kami, sekurang-kurangnya Ada 17 buah buku yang membantah Al-Albaniseputar fatwa dan pendapat-pendapatnya.Pada hal.137-139 Prof. Menyebutkan nama-nama tersebut. Jawaban : Apakah bapak Profesor telah memeriksa kredibilitas dan kapasitas keilmuan par-a penulisnya menurut pandangan par-a ulama terkemuka? Ataukah bapak sudah tahu dan setuju dengan isinya karena mendukung hasrat anda? Sebenarnya buku-buku tersebut telah dijawab oleh Syaikh al-Albani sendiri, para murid dan simpatisannya dengan argumenargumen yang sangat kuat. Untuk mengetahui jati din para ulama tersebut berikut ulasannya secara ringkas. I. Abdullab al-Harari alHabsyi Dia berasal dan Habasyah (Ethiopia) yang sekarang menetap di Libanon. Lajnah Daimah Saudi Arabia 12/3O8323(3l telah mempelajari sepak terjang, pemikiran, dan penyimpangannya secara detail. Ringkasnya sebagai berikut: Dia orang jelek, tokoh kebidahan dan kesesatan. Di antara kesesatannya, dia dan pengikutnya berfaham irja, membolehkan isti anah, isti adzah dan istighatsah kepada orang-orang yang telah mati, AlQuran hakekatnya bukanlab KaLamullah, wajibnya mentakwiL daliL-dalil tentang sifat-sifat ALloh yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadits, menghina sebagian sahabat Nabi seperti menegaskan Muawiyah adalah fasik, meLecehkan para ulama bahkan mengkafirkan mereka seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Adapun kitab bantahannya terhadap al-Albani Rohimuhullah yang berjudul At-Taaqqub Al-Hatsits ala Man Tha ana Jima Shahha min al-Hadits sudah dijawab secara tuntas oLeh Syaikh aL-Albani sendiri datam Majalah AtTamaddun al-Islami kemudian dibukukan secara khusus dengan judulAr-Raddu ala at-Taaqqub al-Hatsits.(4). 2. Hasan as-Saqqaf Orang ini tidak jauh beda dengan sebelumnya. Lihat kembati Edisi 1O/Th.IV. Sebagai tambahan, dia sering melecehkankan hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seperti ucapannya pada haL 188, tentang hadits budak perempuan riwayat MusLim 537, Itu lafazh yang keji! Pada haL 188, Kita menegaskan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengucapkan: Di mana Allah?, memuji para tokoh ahLi bidah, Lebih-lebih gurunyà yang bernama Muhammad Zahid aL-Kautsari, panglima Jahmiyah pada zaman sekarang, sering metakukan kedustaan, tadlis (penipuan), dan talbis (kerancuan). Adapun kitab bantahannya terhadap al-Albani Rohimuhullah yang berjudul Tanaqudhat al-Albani telah dikomentari oleh Syaikh al-Albani Rohimuhullah secara ringkas, Kitab tersebut sarat dengan tuduhan tuduhan keji dan kebohongan sebagaimana adat kebiasaannya. (Lihat SitsiLah Ahadits ash-Shahihah 1/17). Kitab tersebut juga telah dibantah oleh Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi dalam kitabnya Al-Anwar al-Kasyifah Ii Tanaqudhat atKhassaf az-Zaifah dan Syaikh Khalid al-Anbari, salah seorang murid al-Albani, datam risalahnya If tiraaat as-Saqqaf al-Atsim ala al-Albani Syaikh Muhadditsin. (Tuduhan-Tuduhan as-Saqqaf, Si Pendosa, Te
RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Jazakallah khair, ya ustadz atas penjelasannya Wass Arif NS -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mas No Sent: Thursday, August 31, 2006 10:34 AM To: media-dakwah@yahoogroups.com; Arif N.S Subject: Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits (musuh sampai hari kiamat tetap ada) sabar kebenaran pasti "MENANG..." saya pernah menjumpai buku berjudul: ...DIBAWAH KETIAK AL-BANI" duh sayang sekali (saya kok tidak jadi beli) mudah-mudahhan Allah menjumpakan kembali. mudah-mudahkan "DASAR PEMIKIRAN, KEYAKINAN, PENULIS bisa diketahui. cuma pernah dibahas saat ta'lim, USTAD saat itu bilang: "MASAK BUKU YANG hanya SETEBAL kira-kira 1 CM, akan merobohkan kredibilitas Syekh Al-Bani yang telah melambung harum namanya dikalangan: Ahlu Sunnah wal Jamaah. - Original Message - From: "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, August 31, 2006 8:45 AM Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits > Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya > sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang > tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, > ...) > atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon > pencerahannya. > > > > > > BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH > > > > 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan > datang > dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan > memada > dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan > menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu > lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi > Daud, > Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam > pentakhrijan hadith2 tadi. > > > > Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek > pengkategorian > hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. > Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' > syarah > Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah > as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan > 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan > merujuk > kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah > ditakhrij > dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 > Sunan, > tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan > kitab > sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara > kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara > yang lebih besar. > > > > Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan > kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih > al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan > banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini > lemah > dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 > yang dhoif? > > > > Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan > antara > hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? > > Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah > untuk > mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, > maka > kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur > antara > sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah > menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid > terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2 > tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada > juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji > hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu > sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan > hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil > [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita > tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu > tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang. > > > > KESILAPAN YANG JELAS > > > > Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini > adalah Al-aimmah As-sa
RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Jazakallah khair, ya ustadz atas penjelasannya Wass Arif NS -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Simkuring Sent: Thursday, August 31, 2006 8:51 PM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits Ya akhiy, dari kata perkata, saya (yang lainnya juga mengerti) bahwa ini adalah ungkapan kekecewaan seseorang tentang beliau -rahimahulLaah- syaikh Nashiruddin alAlbani, afwan, ini adalah pengungkapan seseorang dari negara tetangga kita yang secara garis besar yang saya kenal bahwa mereka (atau mungkin saja orang2 yang saya kenal saja) itu adalah para penentang keras Wahaby. Antum telah banyak memposting artikel yang teramat sangat mulia selama ini dan ingatlah bahwa artikel2 itu tak lepas dari keikut sertaan, fatwa dan pernyataan2 beliau (alAlbani) rahimahulLaah beserta para muridnya. Saya pernah berdebat sengit dengan mereka (dari Negara tetangga kita itu) tentang Wahabi yang menurut mereka adalah "kafir", saya berlindung kepada Allah atas perkataan mereka yang pedas dan samasekali tak beralasan, setelah sekian banyak perdebatan antara saya dengan mereka, mereka ternyata hanyalah seseorang yang mengedepankan emosi dan miskin ilmu (taqlid buta), bagaimana mungkin seseorang yang dengan giatnya meluruskan aqidah dibilang kafir hanya karena berbeda pandangan dengan mereka yang sama sekali awwam!!! Sebetulnya saya merasa risih sekali dengan kaum Khalaf sekarang ini, dengan ilmu yang mereka miliki dan kefasihan hapalan yang mereka kuasai ternyata berujung kepada saling menjatuhkan Saya hanya bernasihat (khusus kepada diri saya sendiri) bahwa dalam menuntut ilmu, selektif dalam bersami'naa wa atha'naa harus didasari oleh dasar penguasaan ilmu yang yakin, beralasan dan berdasar kepada redaksi yang shahih, tentu mereka lah para ulama, masyaikh yang luhur ilmunya-lah yang menjadi pedoman kita. Andai ada sesuatu yang benar2 membingungkan kita, saya menukil perkataan syaikh Utsaimin, bahwa jika kita menghadapi dua perkara yang dianggap sulit, maka pilihlah diantara keduanya yang paling kuat (umum), saya lupa lagi selanjutnya, yang jelas Islam tidak memberikan kesulitan2 dalam melaksanakan syariat, begitu pula dalam thalabul 'ilmi. Ga usahlah kita terpengaruh oleh perkataan mereka walau fasih dalam berbahasa. Para masyaikh ahlusSalaf as-shalih mengatakan, sedikit melakukan ibadah tetapi sunnah daripada banyak melakukan ibadah tetapi bid'ah. Afwan, jika pendapat saya ini menyelisihi ahlul Ilmi. Barakallaahu fiekum. Wassalamu'alaykum warahmatulLaah wabarakaatuh. -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Arif N.S Sent: Thursday, August 31, 2006 6:46 AM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lag
RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Jazakallah khair, ya ustadz atas penjelasannya Wass Arif NS -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of A Nizami Sent: Friday, September 01, 2006 8:08 AM To: media dakwah; sabili; padhang-mbulan; Saksi Subject: Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits Assalamu'alaikum wr wb, Kitab hadits yang utama adalah Kutuubus sittah: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa'i, dan Ibnu Majah. Para ulama sepakat bahwa Sahih Bukhari dan Sahih Muslim dari sisi sanad sahih 100%, sehingga disebut Sahih. Yang lain ada hadits yang hasan dan dlaif. Sahih dari sisi sanad belum tentu sahih dari sisi isi (matan). Jika isinya bertentangan dengan ayat Al Qur'an atau pun banyak hadits sahih lainnya maka tidak bisa dipakai. Syaikh Albany sendiri lahir tahun 1914. Dia tidak maksum, meski demikian menyimpulkan dia salah besar juga kita harus berhati-hati. Di bawah ada artikel yg mungkin bermanfaat. Wassalam http://www.pks-anz.org/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=922 &mode=thread&order=0&thold=0 Hadits Shahih dan Hadits Dhoif dalam Hukum Islam Posted by: Editor on Thursday, August 10, 2006 - 05:11 PM Ketika ada beberapa dalil hadits yang berbicara pada tema yang sama namun isinya saling berbeda, maka ada beberapa cara yang bisa diterapkan, antara lain: Thariqatul Jam'i, yaitu menggabungkan keduanya sesuai dengan esensi masing-masing dalil. Nasikh mansukh, yaitu melihat ke masa disampaikannya masing-masing dalil, di mana yang datang belakangan lebih kuat dari yang datang lebih dahulu. Al-'aam wal khash, yaitu mendahulukan hadits yang lebih erat kaitannya dengan suatu masalah (lebih khusus) dari pada hadits yang bersifat umum. Ar-riwayah, yaitu melihat riwayat untuk menilai derajat keshahihan masing-masing hadits itu. Namun penilaian derajat keshahihan suatu hadits bisa saja berbeda antara satu ulama dengan ulama lainnya. Khusus masalah yang keempat ini bisa kita perjelas dengan keterangan berikut ini: Hadits berbeda dengan Al-Quran yang sudah pasti shahih 100% dan diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak orang) dalam setiap level (thabaqat)-nya. Sedangkan hadits, sebagiannya mutawatir dan selebihnya tidak (hadits ahad). Tapi baik yang mutawatir maupun yang ahad, bisa saja sama-sama shahih. Karena keshahihan suatu hadits tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah periwayat, melainkan oleh kualitas periwayatnya itu sendiri. Bisa saja suatu hadits hanya diriwayatkan oleh satu orang saja pada satu thabaqat, tapi kualitasnya shahih. Tetapi penting juga untuk dipahami bahwa status keshahihan suatu hadits punya standar yang variatif. Seorang ahli hadits (muhaddits) bisa saja punya standar yang berbeda dengan ahli hadits lainnya. Misalnya, Al-Bukhari seringkali berbeda dalam penetapan keshahihan suatu hadits dengan Imam Muslim. Terkadang mereka sepakat menshahihkan suatu hadits, tapi seringkali mereka berbeda pendapat. Ada banyak hadits yang dianggap shahih oleh Al-Bukhari tapi Imam Muslim mengatakannya tidak shahih. Sebaliknya, banyak juga yang dishahihkan oleh Imam Muslim tapi Al-Bukhari tidak menshahihkannya. Kalau kebetulan keduanya sepakat, dinamakan hadits muttafaqun 'alihi. Di luar kedua imam ahli hadits itu, ternyata masih banyak lagi ahli hadits yang punya otoritas dan kapabilitas untuk menyatakan suatu hadits itu shahih. Hadits shahih selain yang dishahihkan oleh kedua imam itu termasuk bahan baku berkualitas tinggi yang tidak bisa dianggap enteng. Apalagi bila kedua imam itu tidak mencantumkannya di dalam kedua kitab mereka. Seperti yang dilakukan oleh Al-Hakim, di mana beliau 'seolah' meneruskan apa yang telah dirintis oleh Al-Bukhari, lantaran beliau menggunakan metodologi kritik hadits yang digunakan Al-Bukhari dalam menshahihkan hadits yang oleh Al-Bukhari belum dilakukan. Kitab beliau bernama Al-Mustadrak, yaitu kitab hadits shahih sesuai syarat dari Bukhari. Selain Al-Bukhari, Muslim, Al-Hakim, masih banyak kitab hadits lain yang juga mengandung banyak hadits shahih. Yang paling masyhur adalah kutubus-sittah (enam kitab). Tetapi sebenarnya jumlah kitab hadits tidak terbatas pada yang enam itu saja. Di luar yang enam itu, masih banyak sekali kitab-kitab hadits yang belum terlalu dikenal umat Islam. Masih tersimpan rapi di berbagai perpustakaan di pusat-pusat dunia Islam. Syeikh Nashiruddin Al-Albani adalah salah satu di antara sekian banyak ulama ahli hadits yang melakukan riset untuk memilah hadits-hadits shahih dan hadits dhaif. Karya beliau banyak menghiasi perpustakaan di dunia Islam. Bahan Baku dan Pengolahannya Sumber-sumber hukum Islam ibarat bahan baku dari sebuah hidangan. Hidangan akan memenuhi standar gizi dan standar rasa yang tinggi manakala dibuat dari bahan yang berkualitas. Tentu saja bukan hanya sekedar bahan berkualitas yang paling menentukan, tetapi juga keahlian ju
RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Ya akhiy, dari kata perkata, saya (yang lainnya juga mengerti) bahwa ini adalah ungkapan kekecewaan seseorang tentang beliau -rahimahulLaah- syaikh Nashiruddin alAlbani, afwan, ini adalah pengungkapan seseorang dari negara tetangga kita yang secara garis besar yang saya kenal bahwa mereka (atau mungkin saja orang2 yang saya kenal saja) itu adalah para penentang keras Wahaby. Antum telah banyak memposting artikel yang teramat sangat mulia selama ini dan ingatlah bahwa artikel2 itu tak lepas dari keikut sertaan, fatwa dan pernyataan2 beliau (alAlbani) rahimahulLaah beserta para muridnya. Saya pernah berdebat sengit dengan mereka (dari Negara tetangga kita itu) tentang Wahabi yang menurut mereka adalah "kafir", saya berlindung kepada Allah atas perkataan mereka yang pedas dan samasekali tak beralasan, setelah sekian banyak perdebatan antara saya dengan mereka, mereka ternyata hanyalah seseorang yang mengedepankan emosi dan miskin ilmu (taqlid buta), bagaimana mungkin seseorang yang dengan giatnya meluruskan aqidah dibilang kafir hanya karena berbeda pandangan dengan mereka yang sama sekali awwam!!! Sebetulnya saya merasa risih sekali dengan kaum Khalaf sekarang ini, dengan ilmu yang mereka miliki dan kefasihan hapalan yang mereka kuasai ternyata berujung kepada saling menjatuhkan Saya hanya bernasihat (khusus kepada diri saya sendiri) bahwa dalam menuntut ilmu, selektif dalam bersami'naa wa atha'naa harus didasari oleh dasar penguasaan ilmu yang yakin, beralasan dan berdasar kepada redaksi yang shahih, tentu mereka lah para ulama, masyaikh yang luhur ilmunya-lah yang menjadi pedoman kita. Andai ada sesuatu yang benar2 membingungkan kita, saya menukil perkataan syaikh Utsaimin, bahwa jika kita menghadapi dua perkara yang dianggap sulit, maka pilihlah diantara keduanya yang paling kuat (umum), saya lupa lagi selanjutnya, yang jelas Islam tidak memberikan kesulitan2 dalam melaksanakan syariat, begitu pula dalam thalabul 'ilmi. Ga usahlah kita terpengaruh oleh perkataan mereka walau fasih dalam berbahasa. Para masyaikh ahlusSalaf as-shalih mengatakan, sedikit melakukan ibadah tetapi sunnah daripada banyak melakukan ibadah tetapi bid'ah. Afwan, jika pendapat saya ini menyelisihi ahlul Ilmi. Barakallaahu fiekum. Wassalamu'alaykum warahmatulLaah wabarakaatuh. -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Arif N.S Sent: Thursday, August 31, 2006 6:46 AM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 yang dhoif? Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manh
Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Abu Fahmi. "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 yang dhoif? Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2 tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang. KESILAPAN YANG JELAS Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi, Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya." Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir. Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2 yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal dengan hadith2 dhoif
RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Ya akhiy, dari kata perkata, saya (yang lainnya juga mengerti) bahwa ini adalah ungkapan kekecewaan seseorang tentang beliau -rahimahulLaah- syaikh Nashiruddin alAlbani, afwan, ini adalah pengungkapan seseorang dari negara tetangga kita yang secara garis besar yang saya kenal bahwa mereka (atau mungkin saja orang2 yang saya kenal saja) itu adalah para penentang keras Wahaby. Antum telah banyak memposting artikel yang teramat sangat mulia selama ini dan ingatlah bahwa artikel2 itu tak lepas dari keikut sertaan, fatwa dan pernyataan2 beliau (alAlbani) rahimahulLaah beserta para muridnya. Saya pernah berdebat sengit dengan mereka (dari Negara tetangga kita itu) tentang Wahabi yang menurut mereka adalah "kafir", saya berlindung kepada Allah atas perkataan mereka yang pedas dan samasekali tak beralasan, setelah sekian banyak perdebatan antara saya dengan mereka, mereka ternyata hanyalah seseorang yang mengedepankan emosi dan miskin ilmu (taqlid buta), bagaimana mungkin seseorang yang dengan giatnya meluruskan aqidah dibilang kafir hanya karena berbeda pandangan dengan mereka yang sama sekali awwam!!! Sebetulnya saya merasa risih sekali dengan kaum Khalaf sekarang ini, dengan ilmu yang mereka miliki dan kefasihan hapalan yang mereka kuasai ternyata berujung kepada saling menjatuhkan Saya hanya bernasihat (khusus kepada diri saya sendiri) bahwa dalam menuntut ilmu, selektif dalam bersami'naa wa atha'naa harus didasari oleh dasar penguasaan ilmu yang yakin, beralasan dan berdasar kepada redaksi yang shahih, tentu mereka lah para ulama, masyaikh yang luhur ilmunya-lah yang menjadi pedoman kita. Andai ada sesuatu yang benar2 membingungkan kita, saya menukil perkataan syaikh Utsaimin, bahwa jika kita menghadapi dua perkara yang dianggap sulit, maka pilihlah diantara keduanya yang paling kuat (umum), saya lupa lagi selanjutnya, yang jelas Islam tidak memberikan kesulitan2 dalam melaksanakan syariat, begitu pula dalam thalabul 'ilmi. Ga usahlah kita terpengaruh oleh perkataan mereka walau fasih dalam berbahasa. Para masyaikh ahlusSalaf as-shalih mengatakan, sedikit melakukan ibadah tetapi sunnah daripada banyak melakukan ibadah tetapi bid'ah. Afwan, jika pendapat saya ini menyelisihi ahlul Ilmi. Barakallaahu fiekum. Wassalamu'alaykum warahmatulLaah wabarakaatuh. -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Arif N.S Sent: Thursday, August 31, 2006 6:46 AM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 yang dhoif? Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manh
Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Abu Fahmi. "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 yang dhoif? Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2 tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang. KESILAPAN YANG JELAS Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi, Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya." Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir. Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2 yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal dengan hadith2 dhoif.
Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
(musuh sampai hari kiamat tetap ada) sabar kebenaran pasti "MENANG..." saya pernah menjumpai buku berjudul: ...DIBAWAH KETIAK AL-BANI" duh sayang sekali (saya kok tidak jadi beli) mudah-mudahhan Allah menjumpakan kembali. mudah-mudahkan "DASAR PEMIKIRAN, KEYAKINAN, PENULIS bisa diketahui. cuma pernah dibahas saat ta'lim, USTAD saat itu bilang: "MASAK BUKU YANG hanya SETEBAL kira-kira 1 CM, akan merobohkan kredibilitas Syekh Al-Bani yang telah melambung harum namanya dikalangan: Ahlu Sunnah wal Jamaah. - Original Message - From: "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, August 31, 2006 8:45 AM Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits > Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya > sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang > tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, > ...) > atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon > pencerahannya. > > > > > > BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH > > > > 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan > datang > dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan > memada > dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan > menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu > lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi > Daud, > Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam > pentakhrijan hadith2 tadi. > > > > Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek > pengkategorian > hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. > Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' > syarah > Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah > as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan > 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan > merujuk > kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah > ditakhrij > dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 > Sunan, > tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan > kitab > sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara > kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara > yang lebih besar. > > > > Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan > kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih > al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan > banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini > lemah > dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 > yang dhoif? > > > > Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan > antara > hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? > > Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah > untuk > mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, > maka > kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur > antara > sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah > menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid > terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2 > tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada > juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji > hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu > sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan > hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil > [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita > tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu > tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang. > > > > KESILAPAN YANG JELAS > > > > Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini > adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti > Bukhori, > Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang > menulis > ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir > al-muqaddisi, > Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya." > > Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan She
Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Assalamu'alaikum wr wb, Kitab hadits yang utama adalah Kutuubus sittah: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa'i, dan Ibnu Majah. Para ulama sepakat bahwa Sahih Bukhari dan Sahih Muslim dari sisi sanad sahih 100%, sehingga disebut Sahih. Yang lain ada hadits yang hasan dan dlaif. Sahih dari sisi sanad belum tentu sahih dari sisi isi (matan). Jika isinya bertentangan dengan ayat Al Qur'an atau pun banyak hadits sahih lainnya maka tidak bisa dipakai. Syaikh Albany sendiri lahir tahun 1914. Dia tidak maksum, meski demikian menyimpulkan dia salah besar juga kita harus berhati-hati. Di bawah ada artikel yg mungkin bermanfaat. Wassalam http://www.pks-anz.org/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=922&mode=thread&order=0&thold=0 Hadits Shahih dan Hadits Dhoif dalam Hukum Islam Posted by: Editor on Thursday, August 10, 2006 - 05:11 PM Ketika ada beberapa dalil hadits yang berbicara pada tema yang sama namun isinya saling berbeda, maka ada beberapa cara yang bisa diterapkan, antara lain: Thariqatul Jam'i, yaitu menggabungkan keduanya sesuai dengan esensi masing-masing dalil. Nasikh mansukh, yaitu melihat ke masa disampaikannya masing-masing dalil, di mana yang datang belakangan lebih kuat dari yang datang lebih dahulu. Al-'aam wal khash, yaitu mendahulukan hadits yang lebih erat kaitannya dengan suatu masalah (lebih khusus) dari pada hadits yang bersifat umum. Ar-riwayah, yaitu melihat riwayat untuk menilai derajat keshahihan masing-masing hadits itu. Namun penilaian derajat keshahihan suatu hadits bisa saja berbeda antara satu ulama dengan ulama lainnya. Khusus masalah yang keempat ini bisa kita perjelas dengan keterangan berikut ini: Hadits berbeda dengan Al-Quran yang sudah pasti shahih 100% dan diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak orang) dalam setiap level (thabaqat)-nya. Sedangkan hadits, sebagiannya mutawatir dan selebihnya tidak (hadits ahad). Tapi baik yang mutawatir maupun yang ahad, bisa saja sama-sama shahih. Karena keshahihan suatu hadits tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah periwayat, melainkan oleh kualitas periwayatnya itu sendiri. Bisa saja suatu hadits hanya diriwayatkan oleh satu orang saja pada satu thabaqat, tapi kualitasnya shahih. Tetapi penting juga untuk dipahami bahwa status keshahihan suatu hadits punya standar yang variatif. Seorang ahli hadits (muhaddits) bisa saja punya standar yang berbeda dengan ahli hadits lainnya. Misalnya, Al-Bukhari seringkali berbeda dalam penetapan keshahihan suatu hadits dengan Imam Muslim. Terkadang mereka sepakat menshahihkan suatu hadits, tapi seringkali mereka berbeda pendapat. Ada banyak hadits yang dianggap shahih oleh Al-Bukhari tapi Imam Muslim mengatakannya tidak shahih. Sebaliknya, banyak juga yang dishahihkan oleh Imam Muslim tapi Al-Bukhari tidak menshahihkannya. Kalau kebetulan keduanya sepakat, dinamakan hadits muttafaqun 'alihi. Di luar kedua imam ahli hadits itu, ternyata masih banyak lagi ahli hadits yang punya otoritas dan kapabilitas untuk menyatakan suatu hadits itu shahih. Hadits shahih selain yang dishahihkan oleh kedua imam itu termasuk bahan baku berkualitas tinggi yang tidak bisa dianggap enteng. Apalagi bila kedua imam itu tidak mencantumkannya di dalam kedua kitab mereka. Seperti yang dilakukan oleh Al-Hakim, di mana beliau 'seolah' meneruskan apa yang telah dirintis oleh Al-Bukhari, lantaran beliau menggunakan metodologi kritik hadits yang digunakan Al-Bukhari dalam menshahihkan hadits yang oleh Al-Bukhari belum dilakukan. Kitab beliau bernama Al-Mustadrak, yaitu kitab hadits shahih sesuai syarat dari Bukhari. Selain Al-Bukhari, Muslim, Al-Hakim, masih banyak kitab hadits lain yang juga mengandung banyak hadits shahih. Yang paling masyhur adalah kutubus-sittah (enam kitab). Tetapi sebenarnya jumlah kitab hadits tidak terbatas pada yang enam itu saja. Di luar yang enam itu, masih banyak sekali kitab-kitab hadits yang belum terlalu dikenal umat Islam. Masih tersimpan rapi di berbagai perpustakaan di pusat-pusat dunia Islam. Syeikh Nashiruddin Al-Albani adalah salah satu di antara sekian banyak ulama ahli hadits yang melakukan riset untuk memilah hadits-hadits shahih dan hadits dhaif. Karya beliau banyak menghiasi perpustakaan di dunia Islam. Bahan Baku dan Pengolahannya Sumber-sumber hukum Islam ibarat bahan baku dari sebuah hidangan. Hidangan akan memenuhi standar gizi dan standar rasa yang tinggi manakala dibuat dari bahan yang berkualitas. Tentu saja bukan hanya sekedar bahan berkualitas yang paling menentukan, tetapi juga keahlian juru masak dalam mengolah dan menentuan kadar tiap-tiap bahan baku. Kalau kita kaitkan dengan ilmu hadits dalam perspektif hukum Islam, maka hadits-hadits itu ibarat salah satu bahan baku sebuah masakan. Semakin shahih suatu hadits akan semakin meningkatkan mutu masakan tersebut. Ketika bicara tetang hukum Islam, masih ada satu bagian pekerjaan maha penting setelah kita bicara tentang keshahihan hadits, yaitu proses istimbath
[media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 yang dhoif? Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2 tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang. KESILAPAN YANG JELAS Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi, Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya." Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir. Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2 yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal dengan hadith2 dhoif. Mereka hanya menjelaskan dan membahagikan jenis2 kedhoifan hadith2 tersebut. LAYAKKAH BELIAU DIGELAR SEBAGAI MUHADDITH?? Sebelum menjawabnya, mari kita lihat apa takrif [pengertian] ulama pada kalimah muhaddith [ahli hadis]: 1- Imam As-Suyuti : Al-musnid itu adalah orang yang meriwayatkan hadith beserta sanadnya, sama ada ia mengetahui tentangnya ataupun semata2 meriwayat sahaja. Adapun Muhaddith lebih tinggi daripada itu. 2- Imam Ar-Rafie' : Iaitu orang yang mendengar hadith (meriwayat) dan tah