Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-09-03 Terurut Topik handri yanto
Buku “ Hadist- Hadist Palsu Seputar  Ramadhan”   
  Celaan Terhadap Ulama Hadist , Al-Albani   
  Buku yang satu., ini buah pena Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub MA, yang oleh 
sementara kalangan dianggap sebagai ahli hadits Indonesia.
   
  Pembaca mungkin menduga kalau buku tersebut hanya memuat penjelasan seputar 
hadits-hadits palsu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan. Ternyata tidak, 
penulis menyisipkan satu bab terakhir  “Mengkritisi Pemikiran Hadits 
al-Albani”. 
   
  Mungkin saja bab ini merupakan kritikan terhadap ketergelinciran Syaikh 
aL-Albani sesuai kaidah-kaidah ilmiah sebagai wujud nasehat disertai adab, 
sebab tidak ada orang yang mashum selain Nabi.
   Syaikh al-Albàni sendiri tidak pernah mengakui bahwa dirinya ma’shum dari 
kesalahan   (2).
   Ditambah lagi judul kitabnya memberikan kesan suatu pembahasan ilmiah, bukan 
pembahasan khusus bersifat bantahan terhadap Syaikh al-Albani. Ternyata tidak 
demikian, bab tersebut sarat dengan celaan, kebohongan, dan tuduhan palsu 
terhadap al-Albani seperti: al-Albani menentang ijma’ ulama, mernbodoh-bodohkan 
para ulama salaf, mencela kitab shahih Bukhani dan Muslim, serta 
tuduhan-tuduhan bath lainnya!
   
  Ulasan benikut bukanlah bentuk fanatisme kepada Syaikh al-Albani ataupun 
kultus. Sama sekali bukan, karena kami meyakini, agama kita dibangun di atas 
dalil, bukan orang. Tetapi tujuan ulasan ini tak lain merupakan pembelaan 
kepada seorang ulama yang terzhalirni, sekaligus bantahan terhadap gelombang 
yang ingin meruntuhkan dakwah salafiyah melalui celaan dan hujatan terhadap 
para ulamanya.
  Kami hanya.mengangkat beberapa masalah karena keterbatasan.
   

   Profesor Tidak Selektif  Mengambil Ucapan Orang, yang Pentingg Mengkritik 
al-Albani.
   
  Pada hal.125, bapak profesor mengatakan, “Al-Albani akhirnya benar-benar 
memetik apa yang ía harapkan. Ia digebuk ramai-ramai oleh para ulama, dan 
Syiria, Libanon, Saudi Arabia, Maroko, India, dan lain-lain. Maka menurut 
catatan kami, sekurang-kurangnya
  Ada 17 buah buku yang membantah Al-Albaniseputar fatwa dan 
pendapat-pendapatnya.Pada hal.137-139 Prof. Menyebutkan nama-nama tersebut.
   
  Jawaban : Apakah bapak Profesor telah memeriksa  kredibilitas dan kapasitas 
keilmuan par-a penulisnya menurut pandangan par-a ulama terkemuka? Ataukah 
bapak sudah tahu dan setuju dengan isinya karena mendukung hasrat anda? 
Sebenarnya buku-buku tersebut telah dijawab oleh Syaikh al-Albani sendiri, para 
murid dan simpatisannya dengan argumenargumen yang sangat kuat. Untuk 
mengetahui jati din ‘para ulama’ tersebut berikut ulasannya secara ringkas.
   
  I. Abdullab al-Harari alHabsyi  Dia berasal dan Habasyah (Ethiopia) yang 
sekarang menetap di Libanon. Lajnah Da’imah Saudi Arabia 12/3O8323(3l telah 
mempelajari sepak terjang, pemikiran, dan penyimpangannya secara detail. 
Ringkasnya sebagai berikut: “Dia orang jelek, tokoh kebid’ahan dan kesesatan. 
Di antara kesesatannya, dia dan pengikutnya berfaham irja’, membolehkan isti 
‘anah, isti adzah dan istighatsah kepada orang-orang yang telah mati, AlQur’an 
hakekatnya bukanlab KaLamullah, wajibnya mentakwiL daliL-dalil tentang 
sifat-sifat ALloh yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits, menghina 
sebagian sahabat Nabi seperti menegaskan Muawiyah adalah fasik, meLecehkan para 
ulama bahkan mengkafirkan mereka seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan 
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
  Adapun kitab bantahannya terhadap al-Albani Rohimuhullah yang 
  berjudul At-Ta’aqqub Al-Hatsits ‘ala Man Tha ‘ana Jima Shahha min al-Hadits 
sudah dijawab 
  secara tuntas oLeh Syaikh aL-Albani sendiri datam Majalah AtTamaddun 
  al-Islami kemudian dibukukan secara khusus dengan judulAr-Raddu ‘ala 
at-Ta’aqqub al-Hatsits.(4).
   
  2. Hasan as-Saqqaf 
  Orang ini tidak jauh beda dengan sebelumnya. Lihat kembati Edisi 1O/Th.IV. 
Sebagai tambahan, dia sering melecehkankan hadits Nabi Shallallahu alaihi wa 
sallam seperti ucapannya pada haL 188, tentang hadits budak perempuan riwayat 
MusLim 537, “Itu lafazh yang keji!” Pada haL 188, “Kita menegaskan bahwa Nabi 
Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengucapkan: ‘Di mana Allah?”, memuji para 
tokoh ahLi bid’ah, Lebih-lebih gurunyà yang bernama Muhammad Zahid aL-Kautsari, 
panglima Jahmiyah pada zaman sekarang, sering metakukan kedustaan, tadlis 
(penipuan), dan talbis (kerancuan). 
   
  Adapun kitab bantahannya terhadap al-Albani Rohimuhullah yang berjudul 
Tanaqudhat al-Albani telah dikomentari oleh Syaikh al-Albani Rohimuhullah 
secara ringkas, “Kitab tersebut sarat dengan tuduhan tuduhan keji dan 
kebohongan sebagaimana adat kebiasaannya.” (Lihat SitsiLah Ahadits ash-Shahihah 
1/17).
   
  Kitab tersebut juga telah dibantah oleh Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi dalam 
kitabnya Al-Anwar al-Kasyifah Ii Tanaqudhat atKhassaf az-Zaifah dan Syaikh 
Khalid al-Anbari, salah seorang murid al-Albani, datam risalahnya If tira’aat 
as-Saqqaf al-Atsim ‘ala al-Albani Syaikh Muhadditsin. (Tuduhan-Tuduhan 
as-Saqqaf, Si Pendosa, Te

RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-09-01 Terurut Topik Arif N.S
Jazakallah khair, ya ustadz atas penjelasannya

Wass
Arif NS

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of Mas No
Sent: Thursday, August 31, 2006 10:34 AM
To: media-dakwah@yahoogroups.com; Arif N.S
Subject: Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani
dalam Bidang Hadits

(musuh sampai hari kiamat tetap ada)

sabar kebenaran pasti "MENANG..."
saya pernah menjumpai buku berjudul: ...DIBAWAH KETIAK AL-BANI"
duh sayang sekali (saya kok tidak jadi beli)

mudah-mudahhan Allah menjumpakan kembali.
mudah-mudahkan "DASAR PEMIKIRAN, KEYAKINAN, PENULIS bisa diketahui.

cuma pernah dibahas saat ta'lim, USTAD saat itu bilang: "MASAK BUKU YANG 
hanya SETEBAL kira-kira 1 CM, akan merobohkan kredibilitas Syekh Al-Bani 
yang telah melambung harum namanya dikalangan: Ahlu Sunnah wal Jamaah.

- Original Message - 
From: "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Thursday, August 31, 2006 8:45 AM
Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani 
dalam Bidang Hadits


> Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
> sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
> tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, 
> ...)
> atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
> pencerahannya.
>
>
>
>
>
> BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH
>
>
>
> 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan 
> datang
> dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan 
> memada
> dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
> menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
> lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi 
> Daud,
> Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
> pentakhrijan hadith2 tadi.
>
>
>
> Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek 
> pengkategorian
> hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
> Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'.  Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' 
> syarah
> Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
> as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
> 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan 
> merujuk
> kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah 
> ditakhrij
> dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 
> Sunan,
> tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan 
> kitab
> sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
> kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
> yang lebih besar.
>
>
>
> Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
> kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
> al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
> banyak lagi.  Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini 
> lemah
> dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
> yang dhoif?
>
>
>
> Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan 
> antara
> hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka?
>
> Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah 
> untuk
> mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, 
> maka
> kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur 
> antara
> sahih dan dhoif.  Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah
> menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid
> terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2
> tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada
> juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji
> hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu
> sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan
> hadith tadi.  Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil
> [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita
> tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu
> tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang.
>
>
>
> KESILAPAN YANG JELAS
>
>
>
> Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini
> adalah Al-aimmah As-sa

RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-09-01 Terurut Topik Arif N.S
Jazakallah khair, ya ustadz atas penjelasannya

Wass
Arif NS

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of Simkuring
Sent: Thursday, August 31, 2006 8:51 PM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani
dalam Bidang Hadits


Ya akhiy, dari kata perkata, saya (yang lainnya juga mengerti) bahwa ini
adalah ungkapan kekecewaan seseorang tentang beliau -rahimahulLaah- syaikh
Nashiruddin alAlbani, afwan, ini adalah pengungkapan seseorang dari negara
tetangga kita yang secara garis besar yang saya kenal bahwa mereka (atau
mungkin saja orang2 yang saya kenal saja) itu adalah para penentang keras
Wahaby. Antum telah banyak memposting artikel yang teramat sangat mulia
selama ini dan ingatlah bahwa artikel2 itu tak lepas dari keikut sertaan,
fatwa dan pernyataan2 beliau (alAlbani) rahimahulLaah beserta para muridnya.

Saya pernah berdebat sengit dengan mereka (dari Negara tetangga kita itu)
tentang Wahabi yang menurut mereka adalah "kafir", saya berlindung kepada
Allah atas perkataan mereka yang pedas dan samasekali tak beralasan, setelah
sekian banyak perdebatan antara saya dengan mereka, mereka ternyata hanyalah
seseorang yang mengedepankan emosi dan miskin ilmu (taqlid buta), bagaimana
mungkin seseorang yang dengan giatnya meluruskan aqidah dibilang kafir hanya
karena berbeda pandangan dengan mereka yang sama sekali awwam!!!

Sebetulnya saya merasa risih sekali dengan kaum Khalaf sekarang ini, dengan
ilmu yang mereka miliki dan kefasihan hapalan yang mereka kuasai ternyata
berujung kepada saling menjatuhkan

Saya hanya bernasihat (khusus kepada diri saya sendiri) bahwa dalam menuntut
ilmu, selektif dalam bersami'naa wa atha'naa harus didasari oleh dasar
penguasaan ilmu yang yakin, beralasan dan berdasar kepada redaksi yang
shahih, tentu mereka lah para ulama, masyaikh yang luhur ilmunya-lah yang
menjadi pedoman kita.
Andai ada sesuatu yang benar2 membingungkan kita, saya menukil perkataan
syaikh Utsaimin, bahwa jika kita menghadapi dua perkara yang dianggap sulit,
maka pilihlah diantara keduanya yang paling kuat (umum), saya lupa lagi
selanjutnya, yang jelas Islam tidak memberikan kesulitan2 dalam melaksanakan
syariat, begitu pula dalam thalabul 'ilmi. Ga usahlah kita terpengaruh oleh
perkataan mereka walau fasih dalam berbahasa.

Para masyaikh ahlusSalaf as-shalih mengatakan, sedikit melakukan ibadah
tetapi sunnah daripada banyak melakukan ibadah tetapi bid'ah.

Afwan, jika pendapat saya ini menyelisihi ahlul Ilmi.

Barakallaahu fiekum.

Wassalamu'alaykum warahmatulLaah wabarakaatuh.  

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of Arif N.S
Sent: Thursday, August 31, 2006 6:46 AM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani
dalam Bidang Hadits

Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

 

 

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

 

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'.  Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

 

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lag

RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik Arif N.S

Jazakallah khair, ya ustadz atas penjelasannya

Wass
Arif NS

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of A Nizami
Sent: Friday, September 01, 2006 8:08 AM
To: media dakwah; sabili; padhang-mbulan; Saksi
Subject: Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani
dalam Bidang Hadits

Assalamu'alaikum wr wb,
Kitab hadits yang utama adalah Kutuubus sittah: Sahih
Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, At Tirmidzi, An
Nasa'i, dan Ibnu Majah.

Para ulama sepakat bahwa Sahih Bukhari dan Sahih
Muslim dari sisi sanad sahih 100%, sehingga disebut
Sahih. Yang lain ada hadits yang hasan dan dlaif.

Sahih dari sisi sanad belum tentu sahih dari sisi isi
(matan). Jika isinya bertentangan dengan ayat Al
Qur'an atau pun banyak hadits sahih lainnya maka tidak
bisa dipakai.

Syaikh Albany sendiri lahir tahun 1914. Dia tidak
maksum, meski demikian menyimpulkan dia salah besar
juga kita harus berhati-hati.

Di bawah ada artikel yg mungkin bermanfaat.
Wassalam

http://www.pks-anz.org/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=922
&mode=thread&order=0&thold=0
Hadits Shahih dan Hadits Dhoif dalam Hukum Islam 
Posted by: Editor on Thursday, August 10, 2006 - 05:11
PM
 
 Ketika ada beberapa dalil hadits yang berbicara pada
tema yang sama namun isinya saling berbeda, maka ada
beberapa cara yang bisa diterapkan, antara lain:

Thariqatul Jam'i, yaitu menggabungkan keduanya sesuai
dengan esensi masing-masing dalil. 

Nasikh mansukh, yaitu melihat ke masa disampaikannya
masing-masing dalil, di mana yang datang belakangan
lebih kuat dari yang datang lebih dahulu. 

Al-'aam wal khash, yaitu mendahulukan hadits yang
lebih erat kaitannya dengan suatu masalah (lebih
khusus) dari pada hadits yang bersifat umum. 

Ar-riwayah, yaitu melihat riwayat untuk menilai
derajat keshahihan masing-masing hadits itu. Namun
penilaian derajat keshahihan suatu hadits bisa saja
berbeda antara satu ulama dengan ulama lainnya. 



Khusus masalah yang keempat ini bisa kita perjelas
dengan keterangan berikut ini:

Hadits berbeda dengan Al-Quran yang sudah pasti shahih
100% dan diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak
orang) dalam setiap level (thabaqat)-nya. Sedangkan
hadits, sebagiannya mutawatir dan selebihnya tidak
(hadits ahad). Tapi baik yang mutawatir maupun yang
ahad, bisa saja sama-sama shahih. Karena keshahihan
suatu hadits tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah
periwayat, melainkan oleh kualitas periwayatnya itu
sendiri.

Bisa saja suatu hadits hanya diriwayatkan oleh satu
orang saja pada satu thabaqat, tapi kualitasnya
shahih.

Tetapi penting juga untuk dipahami bahwa status
keshahihan suatu hadits punya standar yang variatif.
Seorang ahli hadits (muhaddits) bisa saja punya
standar yang berbeda dengan ahli hadits lainnya.
Misalnya, Al-Bukhari seringkali berbeda dalam
penetapan keshahihan suatu hadits dengan Imam Muslim.
Terkadang mereka sepakat menshahihkan suatu hadits,
tapi seringkali mereka berbeda pendapat.

Ada banyak hadits yang dianggap shahih oleh Al-Bukhari
tapi Imam Muslim mengatakannya tidak shahih.
Sebaliknya, banyak juga yang dishahihkan oleh Imam
Muslim tapi Al-Bukhari tidak menshahihkannya. Kalau
kebetulan keduanya sepakat, dinamakan hadits
muttafaqun 'alihi.

Di luar kedua imam ahli hadits itu, ternyata masih
banyak lagi ahli hadits yang punya otoritas dan
kapabilitas untuk menyatakan suatu hadits itu shahih.

Hadits shahih selain yang dishahihkan oleh kedua imam
itu termasuk bahan baku berkualitas tinggi yang tidak
bisa dianggap enteng. Apalagi bila kedua imam itu
tidak mencantumkannya di dalam kedua kitab mereka.
Seperti yang dilakukan oleh Al-Hakim, di mana beliau
'seolah' meneruskan apa yang telah dirintis oleh
Al-Bukhari, lantaran beliau menggunakan metodologi
kritik hadits yang digunakan Al-Bukhari dalam
menshahihkan hadits yang oleh Al-Bukhari belum
dilakukan. Kitab beliau bernama Al-Mustadrak, yaitu
kitab hadits shahih sesuai syarat dari Bukhari.

Selain Al-Bukhari, Muslim, Al-Hakim, masih banyak
kitab hadits lain yang juga mengandung banyak hadits
shahih. Yang paling masyhur adalah kutubus-sittah
(enam kitab).

Tetapi sebenarnya jumlah kitab hadits tidak terbatas
pada yang enam itu saja. Di luar yang enam itu, masih
banyak sekali kitab-kitab hadits yang belum terlalu
dikenal umat Islam. Masih tersimpan rapi di berbagai
perpustakaan di pusat-pusat dunia Islam.

Syeikh Nashiruddin Al-Albani adalah salah satu di
antara sekian banyak ulama ahli hadits yang melakukan
riset untuk memilah hadits-hadits shahih dan hadits
dhaif. Karya beliau banyak menghiasi perpustakaan di
dunia Islam.

Bahan Baku dan Pengolahannya

Sumber-sumber hukum Islam ibarat bahan baku dari
sebuah hidangan. Hidangan akan memenuhi standar gizi
dan standar rasa yang tinggi manakala dibuat dari
bahan yang berkualitas. Tentu saja bukan hanya sekedar
bahan berkualitas yang paling menentukan, tetapi juga
keahlian ju

RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik Simkuring

Ya akhiy, dari kata perkata, saya (yang lainnya juga mengerti) bahwa ini
adalah ungkapan kekecewaan seseorang tentang beliau -rahimahulLaah- syaikh
Nashiruddin alAlbani, afwan, ini adalah pengungkapan seseorang dari negara
tetangga kita yang secara garis besar yang saya kenal bahwa mereka (atau
mungkin saja orang2 yang saya kenal saja) itu adalah para penentang keras
Wahaby. Antum telah banyak memposting artikel yang teramat sangat mulia
selama ini dan ingatlah bahwa artikel2 itu tak lepas dari keikut sertaan,
fatwa dan pernyataan2 beliau (alAlbani) rahimahulLaah beserta para muridnya.

Saya pernah berdebat sengit dengan mereka (dari Negara tetangga kita itu)
tentang Wahabi yang menurut mereka adalah "kafir", saya berlindung kepada
Allah atas perkataan mereka yang pedas dan samasekali tak beralasan, setelah
sekian banyak perdebatan antara saya dengan mereka, mereka ternyata hanyalah
seseorang yang mengedepankan emosi dan miskin ilmu (taqlid buta), bagaimana
mungkin seseorang yang dengan giatnya meluruskan aqidah dibilang kafir hanya
karena berbeda pandangan dengan mereka yang sama sekali awwam!!!

Sebetulnya saya merasa risih sekali dengan kaum Khalaf sekarang ini, dengan
ilmu yang mereka miliki dan kefasihan hapalan yang mereka kuasai ternyata
berujung kepada saling menjatuhkan

Saya hanya bernasihat (khusus kepada diri saya sendiri) bahwa dalam menuntut
ilmu, selektif dalam bersami'naa wa atha'naa harus didasari oleh dasar
penguasaan ilmu yang yakin, beralasan dan berdasar kepada redaksi yang
shahih, tentu mereka lah para ulama, masyaikh yang luhur ilmunya-lah yang
menjadi pedoman kita.
Andai ada sesuatu yang benar2 membingungkan kita, saya menukil perkataan
syaikh Utsaimin, bahwa jika kita menghadapi dua perkara yang dianggap sulit,
maka pilihlah diantara keduanya yang paling kuat (umum), saya lupa lagi
selanjutnya, yang jelas Islam tidak memberikan kesulitan2 dalam melaksanakan
syariat, begitu pula dalam thalabul 'ilmi. Ga usahlah kita terpengaruh oleh
perkataan mereka walau fasih dalam berbahasa.

Para masyaikh ahlusSalaf as-shalih mengatakan, sedikit melakukan ibadah
tetapi sunnah daripada banyak melakukan ibadah tetapi bid'ah.

Afwan, jika pendapat saya ini menyelisihi ahlul Ilmi.

Barakallaahu fiekum.

Wassalamu'alaykum warahmatulLaah wabarakaatuh.  

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of Arif N.S
Sent: Thursday, August 31, 2006 6:46 AM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani
dalam Bidang Hadits

Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

 

 

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

 

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'.  Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

 

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lagi.  Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah
dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
yang dhoif? 

 

Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara
hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka?  

Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manh

Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik handri yanto
  Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani 
Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh 
ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul 
tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan 
muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
  Abu Fahmi.   



"Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:   Dari milis sebelah, mohon 
diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah
dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
yang dhoif? 

Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara
hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? 

Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk
mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka
kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara
sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah
menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid
terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2
tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada
juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji
hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu
sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan
hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil
[bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita
tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu
tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang.

KESILAPAN YANG JELAS 

Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini
adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori,
Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis
ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi,
Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya."

Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya
al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal
dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan
dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if
boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu
Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga
kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi
al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir.

Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam
kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang
mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2
yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal
dengan hadith2 dhoif

RE: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik Simkuring
Ya akhiy, dari kata perkata, saya (yang lainnya juga mengerti) bahwa ini
adalah ungkapan kekecewaan seseorang tentang beliau -rahimahulLaah- syaikh
Nashiruddin alAlbani, afwan, ini adalah pengungkapan seseorang dari negara
tetangga kita yang secara garis besar yang saya kenal bahwa mereka (atau
mungkin saja orang2 yang saya kenal saja) itu adalah para penentang keras
Wahaby. Antum telah banyak memposting artikel yang teramat sangat mulia
selama ini dan ingatlah bahwa artikel2 itu tak lepas dari keikut sertaan,
fatwa dan pernyataan2 beliau (alAlbani) rahimahulLaah beserta para muridnya.

Saya pernah berdebat sengit dengan mereka (dari Negara tetangga kita itu)
tentang Wahabi yang menurut mereka adalah "kafir", saya berlindung kepada
Allah atas perkataan mereka yang pedas dan samasekali tak beralasan, setelah
sekian banyak perdebatan antara saya dengan mereka, mereka ternyata hanyalah
seseorang yang mengedepankan emosi dan miskin ilmu (taqlid buta), bagaimana
mungkin seseorang yang dengan giatnya meluruskan aqidah dibilang kafir hanya
karena berbeda pandangan dengan mereka yang sama sekali awwam!!!

Sebetulnya saya merasa risih sekali dengan kaum Khalaf sekarang ini, dengan
ilmu yang mereka miliki dan kefasihan hapalan yang mereka kuasai ternyata
berujung kepada saling menjatuhkan

Saya hanya bernasihat (khusus kepada diri saya sendiri) bahwa dalam menuntut
ilmu, selektif dalam bersami'naa wa atha'naa harus didasari oleh dasar
penguasaan ilmu yang yakin, beralasan dan berdasar kepada redaksi yang
shahih, tentu mereka lah para ulama, masyaikh yang luhur ilmunya-lah yang
menjadi pedoman kita.
Andai ada sesuatu yang benar2 membingungkan kita, saya menukil perkataan
syaikh Utsaimin, bahwa jika kita menghadapi dua perkara yang dianggap sulit,
maka pilihlah diantara keduanya yang paling kuat (umum), saya lupa lagi
selanjutnya, yang jelas Islam tidak memberikan kesulitan2 dalam melaksanakan
syariat, begitu pula dalam thalabul 'ilmi. Ga usahlah kita terpengaruh oleh
perkataan mereka walau fasih dalam berbahasa.

Para masyaikh ahlusSalaf as-shalih mengatakan, sedikit melakukan ibadah
tetapi sunnah daripada banyak melakukan ibadah tetapi bid'ah.

Afwan, jika pendapat saya ini menyelisihi ahlul Ilmi.

Barakallaahu fiekum.

Wassalamu'alaykum warahmatulLaah wabarakaatuh.  

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of Arif N.S
Sent: Thursday, August 31, 2006 6:46 AM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani
dalam Bidang Hadits

Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

 

 

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

 

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'.  Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

 

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lagi.  Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah
dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
yang dhoif? 

 

Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara
hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka?  

Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manh

Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik handri yanto
  Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani 
Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh 
ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul 
tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan 
muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
  Abu Fahmi.   



"Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Dari milis sebelah, mohon 
diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah
dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
yang dhoif? 

Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara
hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? 

Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk
mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka
kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara
sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah
menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid
terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2
tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada
juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji
hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu
sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan
hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil
[bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita
tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu
tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang.

KESILAPAN YANG JELAS 

Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini
adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori,
Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis
ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi,
Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya."

Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya
al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal
dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan
dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if
boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu
Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga
kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi
al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir.

Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam
kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang
mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2
yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal
dengan hadith2 dhoif.

Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik Mas No
(musuh sampai hari kiamat tetap ada)

sabar kebenaran pasti "MENANG..."
saya pernah menjumpai buku berjudul: ...DIBAWAH KETIAK AL-BANI"
duh sayang sekali (saya kok tidak jadi beli)

mudah-mudahhan Allah menjumpakan kembali.
mudah-mudahkan "DASAR PEMIKIRAN, KEYAKINAN, PENULIS bisa diketahui.

cuma pernah dibahas saat ta'lim, USTAD saat itu bilang: "MASAK BUKU YANG 
hanya SETEBAL kira-kira 1 CM, akan merobohkan kredibilitas Syekh Al-Bani 
yang telah melambung harum namanya dikalangan: Ahlu Sunnah wal Jamaah.

- Original Message - 
From: "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Thursday, August 31, 2006 8:45 AM
Subject: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani 
dalam Bidang Hadits


> Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
> sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
> tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, 
> ...)
> atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
> pencerahannya.
>
>
>
>
>
> BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH
>
>
>
> 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan 
> datang
> dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan 
> memada
> dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
> menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
> lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi 
> Daud,
> Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
> pentakhrijan hadith2 tadi.
>
>
>
> Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek 
> pengkategorian
> hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
> Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'.  Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' 
> syarah
> Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
> as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
> 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan 
> merujuk
> kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah 
> ditakhrij
> dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 
> Sunan,
> tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan 
> kitab
> sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
> kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
> yang lebih besar.
>
>
>
> Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
> kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
> al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
> banyak lagi.  Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini 
> lemah
> dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
> yang dhoif?
>
>
>
> Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan 
> antara
> hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka?
>
> Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah 
> untuk
> mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, 
> maka
> kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur 
> antara
> sahih dan dhoif.  Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah
> menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid
> terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2
> tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada
> juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji
> hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu
> sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan
> hadith tadi.  Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil
> [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita
> tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu
> tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang.
>
>
>
> KESILAPAN YANG JELAS
>
>
>
> Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini
> adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti 
> Bukhori,
> Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang 
> menulis
> ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir 
> al-muqaddisi,
> Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya."
>
> Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan She

Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik A Nizami
Assalamu'alaikum wr wb,
Kitab hadits yang utama adalah Kutuubus sittah: Sahih
Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, At Tirmidzi, An
Nasa'i, dan Ibnu Majah.

Para ulama sepakat bahwa Sahih Bukhari dan Sahih
Muslim dari sisi sanad sahih 100%, sehingga disebut
Sahih. Yang lain ada hadits yang hasan dan dlaif.

Sahih dari sisi sanad belum tentu sahih dari sisi isi
(matan). Jika isinya bertentangan dengan ayat Al
Qur'an atau pun banyak hadits sahih lainnya maka tidak
bisa dipakai.

Syaikh Albany sendiri lahir tahun 1914. Dia tidak
maksum, meski demikian menyimpulkan dia salah besar
juga kita harus berhati-hati.

Di bawah ada artikel yg mungkin bermanfaat.
Wassalam

http://www.pks-anz.org/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=922&mode=thread&order=0&thold=0
Hadits Shahih dan Hadits Dhoif dalam Hukum Islam 
Posted by: Editor on Thursday, August 10, 2006 - 05:11
PM
 
 Ketika ada beberapa dalil hadits yang berbicara pada
tema yang sama namun isinya saling berbeda, maka ada
beberapa cara yang bisa diterapkan, antara lain:

Thariqatul Jam'i, yaitu menggabungkan keduanya sesuai
dengan esensi masing-masing dalil. 

Nasikh mansukh, yaitu melihat ke masa disampaikannya
masing-masing dalil, di mana yang datang belakangan
lebih kuat dari yang datang lebih dahulu. 

Al-'aam wal khash, yaitu mendahulukan hadits yang
lebih erat kaitannya dengan suatu masalah (lebih
khusus) dari pada hadits yang bersifat umum. 

Ar-riwayah, yaitu melihat riwayat untuk menilai
derajat keshahihan masing-masing hadits itu. Namun
penilaian derajat keshahihan suatu hadits bisa saja
berbeda antara satu ulama dengan ulama lainnya. 



Khusus masalah yang keempat ini bisa kita perjelas
dengan keterangan berikut ini:

Hadits berbeda dengan Al-Quran yang sudah pasti shahih
100% dan diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak
orang) dalam setiap level (thabaqat)-nya. Sedangkan
hadits, sebagiannya mutawatir dan selebihnya tidak
(hadits ahad). Tapi baik yang mutawatir maupun yang
ahad, bisa saja sama-sama shahih. Karena keshahihan
suatu hadits tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah
periwayat, melainkan oleh kualitas periwayatnya itu
sendiri.

Bisa saja suatu hadits hanya diriwayatkan oleh satu
orang saja pada satu thabaqat, tapi kualitasnya
shahih.

Tetapi penting juga untuk dipahami bahwa status
keshahihan suatu hadits punya standar yang variatif.
Seorang ahli hadits (muhaddits) bisa saja punya
standar yang berbeda dengan ahli hadits lainnya.
Misalnya, Al-Bukhari seringkali berbeda dalam
penetapan keshahihan suatu hadits dengan Imam Muslim.
Terkadang mereka sepakat menshahihkan suatu hadits,
tapi seringkali mereka berbeda pendapat.

Ada banyak hadits yang dianggap shahih oleh Al-Bukhari
tapi Imam Muslim mengatakannya tidak shahih.
Sebaliknya, banyak juga yang dishahihkan oleh Imam
Muslim tapi Al-Bukhari tidak menshahihkannya. Kalau
kebetulan keduanya sepakat, dinamakan hadits
muttafaqun 'alihi.

Di luar kedua imam ahli hadits itu, ternyata masih
banyak lagi ahli hadits yang punya otoritas dan
kapabilitas untuk menyatakan suatu hadits itu shahih.

Hadits shahih selain yang dishahihkan oleh kedua imam
itu termasuk bahan baku berkualitas tinggi yang tidak
bisa dianggap enteng. Apalagi bila kedua imam itu
tidak mencantumkannya di dalam kedua kitab mereka.
Seperti yang dilakukan oleh Al-Hakim, di mana beliau
'seolah' meneruskan apa yang telah dirintis oleh
Al-Bukhari, lantaran beliau menggunakan metodologi
kritik hadits yang digunakan Al-Bukhari dalam
menshahihkan hadits yang oleh Al-Bukhari belum
dilakukan. Kitab beliau bernama Al-Mustadrak, yaitu
kitab hadits shahih sesuai syarat dari Bukhari.

Selain Al-Bukhari, Muslim, Al-Hakim, masih banyak
kitab hadits lain yang juga mengandung banyak hadits
shahih. Yang paling masyhur adalah kutubus-sittah
(enam kitab).

Tetapi sebenarnya jumlah kitab hadits tidak terbatas
pada yang enam itu saja. Di luar yang enam itu, masih
banyak sekali kitab-kitab hadits yang belum terlalu
dikenal umat Islam. Masih tersimpan rapi di berbagai
perpustakaan di pusat-pusat dunia Islam.

Syeikh Nashiruddin Al-Albani adalah salah satu di
antara sekian banyak ulama ahli hadits yang melakukan
riset untuk memilah hadits-hadits shahih dan hadits
dhaif. Karya beliau banyak menghiasi perpustakaan di
dunia Islam.

Bahan Baku dan Pengolahannya

Sumber-sumber hukum Islam ibarat bahan baku dari
sebuah hidangan. Hidangan akan memenuhi standar gizi
dan standar rasa yang tinggi manakala dibuat dari
bahan yang berkualitas. Tentu saja bukan hanya sekedar
bahan berkualitas yang paling menentukan, tetapi juga
keahlian juru masak dalam mengolah dan menentuan kadar
tiap-tiap bahan baku.

Kalau kita kaitkan dengan ilmu hadits dalam perspektif
hukum Islam, maka hadits-hadits itu ibarat salah satu
bahan baku sebuah masakan. Semakin shahih suatu hadits
akan semakin meningkatkan mutu masakan tersebut.

Ketika bicara tetang hukum Islam, masih ada satu
bagian pekerjaan maha penting setelah kita bicara
tentang keshahihan hadits, yaitu proses istimbath

[media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-30 Terurut Topik Arif N.S
Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

 

 

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

 

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'.  Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

 

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lagi.  Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah
dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
yang dhoif? 

 

Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara
hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka?  

Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk
mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka
kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara
sahih dan dhoif.  Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah
menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid
terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2
tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada
juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji
hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu
sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan
hadith tadi.  Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil
[bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita
tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu
tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang.

 

KESILAPAN YANG JELAS 

 

Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini
adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori,
Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis
ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi,
Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya."

Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya
al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal
dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan
dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if
boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu
Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga
kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi
al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir.

 

Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam
kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang
mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2
yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal
dengan hadith2 dhoif. Mereka hanya menjelaskan dan membahagikan jenis2
kedhoifan hadith2 tersebut.  

 

LAYAKKAH BELIAU DIGELAR SEBAGAI MUHADDITH?? 

 

Sebelum menjawabnya, mari kita lihat apa takrif [pengertian] ulama pada
kalimah muhaddith [ahli hadis]:

  

1- Imam As-Suyuti : Al-musnid itu adalah orang yang meriwayatkan hadith
beserta sanadnya, sama ada ia mengetahui tentangnya ataupun semata2
meriwayat sahaja. Adapun Muhaddith lebih tinggi daripada itu. 

 

2- Imam Ar-Rafie' : Iaitu orang yang mendengar hadith (meriwayat) dan tah