Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh 
  
  
  Beda Pendapat Tak Harus Berpecah Belah
  Jum'at, 14 April 06 
   
  Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah 
ditanya tentang keanekaragaman jama'ah-jama'ah Islamiyah yang tak jarang di 
antara mereka saling menerapkan bara' (berlepas diri), dan juga sikap yang 
harus diambil ketika terjadi perbedaan pendapat. Beliau memberikan penjelasan 
sebagai berikut: 
  Tidak dapat disangkal lagi bahwa perpecahan, saling memvonis sesat, 
permusuhan, dan kebencian yang terjadi di kalangan para pemuda yang komitmen, 
sebagian terhadap sebagian yang lainnya yang tidak sepaham dengan manhaj 
masing-masing, adalah suatu hal yang menyedihkan dan sangat disayang-kan, 
bahkan bisa jadi menimbulkan dampak yang serius. 
  Perpecahan seperti ini ibarat penyejuk mata hati para syaithan dari bangsa 
jin dan manusia, sebab mereka tidak menyenangi apabila ahli kebajikan bersatu. 
Mereka menginginkan ahli kebajikan tersebut berpecah-belah karena mereka (para 
syaithan tersebut) mengetahui bahwa perpecahan akan meluluhlantakkan kekuatan 
yang dihasilkan oleh sikap komitmen dan ketaatan kepada Allah subhanahu 
wata'ala. Hal ini telah disinyalir oleh firman-Nya, artinya, 
  "Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar 
dan hilang kekuatanmu". (Q.S. Al-Anfal: 46). 
  "Dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka". (Q.S. 
Ali 'Imran: 105) 
  "Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) 
menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap 
mereka". (Q.S. Al-An'am: 159) 
  "Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah 
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, 
Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah 
tentangnya.". (Q.S. Asy-Syuro: 13) 
  Allah subhanahu wata'ala telah melarang kita berpecah-belah dan menjelaskan 
tentang akibatnya yang sangat buruk. Sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk 
menjadi umat yang bersatu dan satu kata (bersepakat). Perpecahan hanyalah akan 
merusak dan meluluhlantakkan urusan serta mengakibatkan lemahnya umat Islam. Di 
antara para shahabat pun terjadi perbedaan pendapat, akan tetapi hal itu tidak 
menimbulkan perpecahan, permusuhan dan kebencian. Bahkan perbedaan pendapat itu 
terjadi pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. 
  Sepulang beliau dari perang Ahzab (Khandaq), ketika itu, Jibril datang dan 
memerintahkannya agar bergerak menuju perkampungan Bani Quraizhah sebab mereka 
telah membatalkan perjanjian. Beliau lalu bersabda kepada para shahabatnya, 
"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian melakukan shalat 'Ashar 
kecuali (bila sudah tiba) di perkampungan Bani Quraizhah". Mereka pun bergerak 
dari Madinah menuju perkampungan Bani Quraizhah, sementara waktu 'Ashar pun 
sudah tiba, lalu sebagian mereka berkata, "Kita tidak boleh melakukan shalat, 
melainkan di perkampungan Bani Quraizhah meskipun matahari sudah terbenam sebab 
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Janganlah sekali-kali salah 
seorang di antara kalian melakukan shalat 'Ashar melainkan (bila sudah tiba) di 
perkampungan Bani Quraizhah", karenanya kita harus mengatakan, 
"Sami'n$B!&(Bwa atha'n$B!&(Bquot; (Kami dengar dan kami patuh). 
  Sebagian mereka yang lain berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 
'alaihi wasallam bermaksud agar kita bergegas dan bergerak-cepat keluar, dan 
bukan bermaksud agar mengakhirkan shalat". Perihal tersebut kemudian sampai ke 
telinga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, namun beliau tidak mencerca 
salah seorang pun di antara mereka, tidak pula mencemooh pemahaman mereka. 
Jadi, mereka sendiri tidak berpecah-belah hanya karena berbeda pendapat di 
dalam memahami hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 
  Demikian juga dengan kita, wajib untuk tidak berpecah-belah dan menjadi umat 
yang bersatu. Sedangkan bila yang terjadi justru perpecahan, maka bahayanya 
sangat besar. Optimisme yang kita harapkan dan cita-citakan dari kebangkitan 
Islam ini akan menjadi sirna, manakala kita mengetahui bahwa ia hanya akan 
dimiliki oleh kelompok-kelompok yang berpecah-belah, satu sama lain saling 
memvonis sesat dan mencela. 
  Solusi dari problematika ini adalah hanya dengan meniti jalan yang telah 
ditempuh oleh para shahabat, mengetahui bahwa perbedaan pendapat yang bersumber 
dari ijtihad ini adalah dalam taraf masalah yang masih bisa ditolerir 
berijtihad di dalamnya dan mengetahui bahwa perbedaan pendapat ini tidak 
berpengaruh bahkan ia sebenarnya adalah persepakatan. 
  Bagaimana bisa demikian? Saya berbeda pendapat dengan anda dalam satu masalah 
dari sekian banyak masalah karena indikasi dari dalil yang ada pada anda 
berbeda dengan yang ada pada pendapat saya. Realitasnya, kita bukan berbeda 
pendapat sebab pendapat kita diambil berdasarkan asumsi bahwa inilah indikasi 
dari dalil tersebut. Jadi, indikasi dari dalil itu ada di depan mata kita semua 
dan masing-masing kita tidak mengambil pendapatnya sendiri saja melainkan 
karena menganggapnya sebagai indikasi dari dalil. Karenanya, saya berterima 
kasih dan memuji anda karena anda telah berani berbeda pendapat dengan saya. 
Saya adalah saudara dan teman anda sebab perbedaan pendapat ini merupakan 
bagian dari indikasi dari dalil yang menurut anda, sehingga wajib bagi saya 
untuk tidak menyimpan sesuatu ganjalan pun di hati saya terhadap anda bahkan 
saya memuji anda atas pendapat anda tersebut, demikian juga halnya dengan anda. 
Andaikata masing-masing kita memaksakan pendapatnya untuk diambil
  pihak lain, niscaya pemaksaan yang saya lakukan terhadapnya agar mengambil 
pendapat saya tersebut, tidak lebih utama dari sikap pemaksaan yang sama yang 
dilakukannya terhadap saya. 
  Oleh karena itu, saya tegaskan: Wajib bagi kita menjadikan perbedaan pendapat 
yang dibangun atas suatu ijtihad bukan sebagai perpecahan, tetapi persepakatan 
sehingga terjadi titik temu dan kebaikan dapat diraih. 
  Akan tetapi, bila ada yang berkata, "Bisa jadi solusi seperti ini tidak mudah 
direalisasikan oleh kalangan orang awam, lalu apa solusi lainnya?". 
  Solusinya, hendaknya para pemimpin kaum dan pemukanya yang meliputi semua 
pihak berkumpul untuk mengadakan tela'ah dan kajian terhadap beberapa 
permasalahan yang diper-selisihkan di antara kita, sehingga kita bisa bersatu 
dan berpadu hati. 
  Pada suatu tahun pernah terjadi suatu kasus di Mina yang sempat saya dan 
sebagian saudara saya tangani. Barangkali masalahnya terdengar aneh bagi anda. 
Ada dua pihak dihadirkan, masing-masing pihak beranggotakan 3-4 orang 
laki-laki, masing-masing saling menuduh kafir dan melaknat, padahal mereka 
sedang melaksanakan haji. Ceritanya begini; salah satu pihak menyatakan, 
"Sesungguhnya pihak yang lain itu ketika berdiri untuk melakukan shalat, 
meletakkan tangan kanan mereka di atas tangan kiri pada posisi atas dada." Ini 
adalah kekufuran terhadap sunnah di mana sunnahnya menurut pihak ini mengulur 
tangan ke bawah, di atas kedua paha. Sementara pihak yang lain mengatakan, 
"Sesungguhnya mengulur tangan ke bawah, di atas kedua paha dengan tidak 
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri merupakan perbuatan kufur yang 
membolehkan laknatan." Perseteruan di antara mereka sangat tajam. Akan tetapi, 
berkat anugerah dari Allah subhanahu wata'ala, usaha yang dilakukan sebagian 
saudara
  saya itu dibarengi dengan penjelasan mengenai pentingnya perpaduan hati di 
antara umat Islam, mereka pun mau pergi dari tempat itu dan masing-masing 
mereka akhirnya saling ridla. 
  Lihatlah, betapa syaithan telah mempermainkan mereka di dalam masalah yang 
mereka perselisihkan ini sampai kepada taraf saling mengafirkan satu sama 
lainnya. Padahal sebenarnya ia hanyalah salah satu amalan sunnah, bukan 
termasuk rukun Islam, bukan juga fardlu atau wajibnya. Inti dari permasalahan 
itu, ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa meletakkan tangan di atas tangan 
kiri pada posisi di atas dada adalah sunnah hukumnya, sementara ulama yang lain 
menyatakan bahwa sunnahnya adalah mengulur tangan ke bawah. Padahal pendapat 
yang tepat dan didukung oleh as-Sunnah (hadits) adalah meletakkan tangan kanan 
di atas pergelangan tangan kiri sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam 
al-Bukhari dari Sahl bin Sa'd radhiyallau 'anhu, dia berkata, "Dulu orang-orang 
diperintahkan agar seseorang meletakkan tangan kanan di atas pergelangan tangan 
kirinya di dalam shalat". 
  Saya memohon kepada Allah subhanahu wata'ala agar menganugerahkan perpaduan 
hati, kecintaan dan kelurusan hati kepada saudara-saudara kami yang memiliki 
manhaj tersendiri di dalam sarana berdakwah. Bila niat sudah betul, maka akan 
mudahlah solusinya. Sedangkan bila niat belum betul dan masing-masing di antara 
mereka berbangga diri terhadap pendapatnya serta tidak menghiraukan pendapat 
yang lainnya, maka semakin jauhlah upaya mencapai kesuksesan . 
   
  Sumber: Fat$BcX(Ba asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaim$B{O(B, 
D$BcS(B 'Alam al-Kutub, Riyadh 1991, Cet. I, juz. II, hal. 939-944, dengan 
meringkas. 
  Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran adalah 
kewajiban setiap Muslim. Kesempatan ini kami menyampaikan "Artikel Beda 
Pendapat Tidak boleh berpecah belah" kepada saudara-saudara kita yang belum 
mengetahuinya. 
  Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita semuanya. Amiin
  Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
  ---------------------------------------------------------------------
  YAYASAN AL-SOFWA
  Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810 
  Jakarta Selatan - Indonesia
  Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326. 
  e-mail: [EMAIL PROTECTED] 
  website: www.alsofwah.or.id 
  Rekening Donasi : Bank Muamalat Indonesia - Cabang Fatmawati No.Rek. 304. 
001.8515 an. SIWAKZ - Yayasan Al-Sofwa (isi berita : Website)
  Artikel yang dimuat di situs ini boleh di copy & diperbanyak dengan syarat 
mencantumkan sumber: alsofwah.or.id serta tidak untuk komersil. 
  "Bersama Al-Sofwah Menapak Jalan Dakwah Salafusshalih"

                
---------------------------------
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke