dari milis sebelah....
B'Rgrds
-Tutik-

----- Original Message ----- 
Sent: Friday, January 05, 2007 7:40 PM
Subject: Ketika Keadilan Menjadi Dendam Pribadi

Ketika Keadilan Menjadi Dendam Pribadi

Walau saya pribadi tidak pernah simpati dengan sepak terjang Sadam Hussain 
dimasa ia memerintah, namun sebagai Muslim saya, kita, merasakan sangat sedih 
dan pirhatin dengan pelaksaan eksekusi tepat dihari raya Idul Adha. Sedih 
menyaksikan kematian dengan cara yang sangat tidak manusiawi, barbaric and 
inhuman. Yang bukan Muslimpun merasakan hal yang sama. Sungguh memuakkan.

Cercaan, hardikan denga penuh dendam dan kebencian betul-betul tidak 
mencerminkan ciri dan pribadi Muslim yang berakhlak, hatta, disaat Saddam akan 
mengakhiri hidupnya, menjalani hukuman eksekusi tersebut. Seakan, kita ingin 
menunjukan aib sendiri kedunia luar, buruknya wajah dan perangai Muslim yang 
saya fikir ini sangat berbahaya bagi Islam, kita sebagai Muslim, juga berbahaya 
bagi orang-orang non, terutama bagi orang-orang yang mulai bersimpati terhadap 
Islam, meninggalkan kesan yang menakutkan.


MUQTADA, MUQTADA, MUQTADA, itulah teriakan yang kita dengar pada detik-detik 
terakhir dan dengan penuh wibawa dan tegar, Saddam menolak kain hitam untuk 
menutup kepala dan wajahnya. Ia ingin tunjukan kepada dunia, bahwa ia hadapi 
kematiannya dengan berani, tenang, ditihang gantungan yang sudah tidak sesuai 
lagi . Semua dosa, kesalahan ia tanggung sendiri sebagai dikatakan dalam 
Al-Quran. 


Konon..belum sempat Saddam menyelesaikan kata-kata 'Mohammad dar 
Rasulullah..'pada ucapan syahadat yang kedua kalinya, ditariknya sang 
penyanggah tubuhnya, maka terjatuhlha sosok Saddam. Seketika...mereka sang 
pendendam, bersorak sorai, berpesta ceria atas kematian Saddam. Berjoged ria 
seakan mereka telah menang perang, keadilan telah membayar semua dendam 
kesumatnya. 

Mereka, sepertinya tak mampu menahan gejolak dendam dan tak mampu membuktikan 
kepada dunia dan Allah bahwa mereka betul-betul pengikut yang Mulia Sayidina 
Ali.a.s. Padahal orang yang beriman itu haruslah berperangai lemah lembut, 
simpatik dan adil. 

Sorak dan pesta kematian Saddam yang dilakukan oleh para pendendam terutama 
beberapa orang Iraq dan Iran dengan di eksekusinya Saddam Hussain, sungguh 
membuat hati teriris. Pesta kematian??? Luar biasa? Betul-betul menunjukan 
kepada dunia, level kejahiliyahan, ketidak tahuan mereka akan agamanya sendiri. 
Atau kelihaian sang media pula untuk mengekspose kedunia..begitulah pecahnya 
Muslim didunia, begitulah jelek dan jahatnya Muslim. Sikap-sikap yang tidak 
terpuji, kontradiksi sebagai Muslim dikala menghadapi kematian, yang semestinya 
tidak demikian walau terhadap musuh sendiri.

Kita semua dan yang lain terpana. Hampir semua diam. Ngeri dan risih. Gutted, 
babaric, menjijikan. Walau air mata menitik, tapi jatuh dan masuk lagi kedalam 
dada. Lebih mengherankan lagi tidak adanya reaksi yang spontan dari negarawan 
kita, entah itu bentuk protes atau pernyataan resmi, tidak juga dari organisasi 
Islam. Kemana suara mereka, mana simpati dan solidaritas ktia ? Semua diam dan 
bungkam.

Kalaupun protes kenapa tidak dilakukan lebih awal sebelum eksekusi dilakukan? 
Kita mengcondem, marah, kecewa...tak ada guna. Its done dan the damage is done. 
Kini tinggal menyisakan dendam lain yang mungkin beruntun. Walau ada beberapa 
simpatisan Saddam, sudah bisa diprediksi bahwa pelaksanaan eksekusinya hanya 
akan akan menambah kebencian terhadap Amerika dan negara-negara Barat lainnya. 
Yang pasti perpecahan antara dua sekta akan menghadirkan dendam tambah dalam.

Kemarin, sebelum kematiannya, Saddam tercatat dalam sejarah sebagai tyrani, 
kini beberapa orang memberi sebutan syahid, beberapa orang telah menyandangkan 
kata-kata martyr dibahunya. Pelaksanaan eksekusi yang begitu super cepat hanya 
akibat ketidak sabaran Amerika, untuk segera menghilangkan jejak kebenaran, 
peran, skenerio dibalik semua ini. Waktu dan sejarahlah kemudian yang akan 
mengatakan. 

Pelaksanaan eksekusi yang selain atas orkestranya pihak Amerika dan para 
pendendam yang berlebihan yang notabene Muslim yang pernah bersyahadat dan 
pengikut dan penjunjung Sayidina Ali ( yang tidak mncerminkan Muslim yang 
Islami) itu memang sangat menyakitkan dan kita tak diberi kesempatan untuk 
berbuat apapun.
Apapun bentuk dosa dan kesalahan Saddam terhadap mereka dan kemanusiaan. 
Bukankah kita percaya bahwa:

- Ketika seseorang menjalani hukuman didunia atas dosa dan kesalahan menurut 
hukum Islam, bukankah dia telah dilepasbebaskan dari menanggung kriminalitas 
yang ia lakukan. Bukankah hukuman itu telah membersihkan dosanya dari 
kejahatannya yang ia lakukan?
Allahlah yang akan akan memutuskan nanti apakah Ia akan mengampuni atau 
memberikan hukuman lainnya di akhirat nanti ?
Tidakkah sepatutnya, buat mereka yang hadir dan menyaksikan saat pelaksaan 
eksekusi untuk diam sejenak, berkontemplasi, mendoakan kepergiannya dengan 
hormat dan tenang.
Mudah mudahan hukuman gantung tsb membersihkan dosa-dosa Sadam di akhirat 
nanti, itulah yang bisa lakukan sebagai Muslim untuk mendoakan saudaranya yang 
Muslim.

Semoga tali besar yang menjerat leher Saddam akan digantikan oleh kalungan 
bunga, dikalungkan oleh para malaikat dengan ucapan' Salaam ya Saddam'
---

Saat saya mendengar dan melihat berita ini, selintas yang ada dikepala saya ' 
Sudahkan Saddam bertobat, melakukan Taubah kepada Rabbnya, minta ampun dan 
mengakui kesalahannya dihadapan Allah selama ia dipenjara?'. Alhamdulillah ada 
kabar yang cukup menggembirakan kiranya selama dipenjara Saddam berkesempatan 
untuk berTaubat, betul-kembali ke Allah, sholat lima waktu dan melakukan ibadah 
lainnya. 

Kita semua tahu dan maklum bahwa semua ini tentu di atur sedemikaia rupa, bagai 
sebuah tembang dengan sebuah orkerstra yang begitu diatur, yakni dengan 
disegerakannya eksekusi maka kebenaran yang sesungguhnya segera bisa 
dihilangkan dan terhapus. 

Namun mereka lupa bahwa pelaksanaan eksekusi pada hari besar yakni hari 'Eidul 
Adha', miliknya kita, hari yang bagi umat Islam adalah hari saling memaafkan, 
harinya ber-rekonsiliasi antar sesama teman, sahabat dan sanak...tiba tiba 
dicoreng dengan eksekusinya Saddam, bahkan dilakukan lewat dinihari sebelum 
kita pergi melakukan sholat.. Ini sangat melukai hati umat Islam sedunia. Dan 
lebih menyakitkan lagi justru dilakukan oleh Muslim itu sendiri pula. Terlebih 
lagi hari raya Haji Haji tahun ini adalah hari Raya Akbar. Sungguh tidak adil. 
Unforgivable. Unforgetable.

Tidak heran dengan kondisi kita umat Islam yang carut marut karena memang 
sangat kontradiktif dengan apa yang dipesankan oleh Rasulullah saw pada khotbah 
terakahirnya di Padang Arafah "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua 
perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, 
niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya yakni Al-Quran dan Sunnahku". 
Allahu 'alam bisawab

London, 5 Januari 2007

Teteh
yang masih termangu dan subdue

*subdue: menahan perasaan sedih, gejolak marah,_._,___ 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke