Re: [media-dakwah] KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal
Assalaamu'alaikum wr. wb. Mas Indrawan, pembahasan seputar thariqah atau manhaj menegakkan diinul Islam, yang sering dimuarai pada pembentukan khilafah, negara Islam, atau yang sejenisnya, sebetulnya melahirkan keragaman. Jika mas Indrawan baca Manhaj Haraki dalam Sirah Nabawiyah, maka di situ ada lima tahapan. Kalau membaca Mitsaq amal Islami, mas Indrawan akan dapatkan yang lainnya. Kalau membaca A Thariq ilaa Jamaatul Muslimum, akan lain pula. Dalam keragaman tersebut, namun demikian, ada satu kesamaan, yakni semuanya adalah upaya pengkajian sirah Nabawiyah untuk memformulasikan tahapan penegakan diinul Islam oleh Nabi dan para Sahabat, sebagai panduan bagi pergerakan Islam modern. Jadi thariqah atau manhaj yang kemudian terformulasikan jelas tidak bernilai mutlak, bahwa sewajarnya adalah dalam posisi saling melengkapi. Sayang sekali, aktivis harakah tidak mensifatinya seperti itu. Mereka menganggap thariqah atau manhaj ini bernilai mutlak. Maaf, seakan thariqah ini menjadi semacam tambahan bagi rukun iman, sehingga rukun iman aktivis harakah menjadi 7: Percaya pada thariqah yang diformulasikan oleh pendiri atau ilmuwan harakah kita. Nah mas Indrawan, justru karena aktivis harakah sering memposisikan thariqah seperti itu, lembaga yang lebih besar sulit terbentuk. Harakah-harakah menjadi terserak-serak. Saya sendiri tidak lagi memegangi sebuah thariqah tertentu, sebab ada perbedaan mendasar antara kita dan Nabi. Nabi memulai hanya dari satu jamaah dan kita tidak. Nabi menghadapi satu kondisi umat, ditinjau dari kacamata Islam. Kita menghadapi banyak kondisi umat. Kondisi kaum muslimin saat ini berbeda-beda. Dengan demikian thariqah yang diformulasikan dari gerakan Nabi, implementasinya tidak bisa begitu saja. Saya contohkan, mereka yang berpegang pada thariqah yang mas Indrawan posting sering antijihad. Alasannya jihad hanya boleh dilakukan setelah khilafah tegak. Alasan semacam ini jelas tidak berlaku untuk kondisi Palestina, Afghanistan, dan yang sejenisnya. Mereka ya harus jihad, memilih amir Jihad, dan bergerak. Tidak perlu menunggu khalifah diangkat. Bahkan ada kemungkinan, jihadlah yang nantinya justru akan menjadi thariqah yang lebih tepat di negara bersangkutan untuk menegakkan diinul Islam. Tanpa jihad, diinul Islam justru musykil diperjuangkan. Wassalaamu'alaikum wr. wb. B. Samparan --- indrawan dwi p [EMAIL PROTECTED] wrote: Afwan Saya tergelitik untuk menyampaikan tulisan ini agar kita semua bisa memenej opini rakyat (meminjam istilah Bp. B. Samparan) dan menbuat opini umum kepada masyarakat indonesia serta menghasilkan tekanan yang lebih besar kepada pemerintah untuk lebih memberi ruang pada pemahaman Islam yang standar. (ini pun istilah Bp. B. Samparan) ..he..he.. maaf yach pak istilahnya dipinjam.. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [media-dakwah] KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal
aturannya pun tidak lahir dari akidah dan syariat Islam. Karena itu, perubahan masyarakat dewasa ini haruslah meneladani apa yang dicontohkan Rasulullah saw. ketika beliau berdakwah di Makkah, yaitu melalui pergolakan pemikiran dan perjuangan politik tanpa kekerasan senjata (kekuatan fisik). Menyimpang dari metode ini berarti menyimpang dari metode Rasulullah saw. dalam menegakkan Daulah Islam, yang hanya akan bermuara pada kegagalan. Dampak Kekerasan Penggunaan kekerasan dalam menghadapi dan mengalahkan kekuatan batil serta dalam mengubah masyarakat tidak islami menjadi masyarakat islami mengandung dampak yang tidak kecil. Uang, senjata, pasukan, pers, peralatan, dan berbagai lembaga-lembaga kemiliteran maupun lainnya ada di tangan para penguasa yang tidak menghendaki Islam. Apa yang bisa dibangun secara mandiri sangatlah kecil dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh para penguasa dan negara yang menentang Islam; jauh dikatakan seimbang. Dakwah dengan kekerasan juga akan menimbulkan dampak negatif lainnya, yakni munculnya opini yang mengepung para pelaku dakwah yang benar dengan memojokkannya sebagai pelaku keonaran. Siapapun tidak ada yang dapat menghalangi sistem/rezim kufur mengebom berbagai kota dan menghancurkan penduduknya jika sistem/rezim itu merasakan bahaya Islam. Semua itu dilakukan dengan dorongan dan pengerahan seluruh sistem negara. Apa yang terjadi di Afganistan, misalnya, merupakan bukti kongkret. Konfrontasi fisik militer menjadikan para pengemban dakwah memerlukan dukungan keuangan, pasukan, dan keahlian militer yang terus-menerus demi mengatasi kelemahan dan meningkatkan kemampuan. Untuk memenuhi hal itu, dicarilah orang yang memberikan bantuan dana. Ketika ada orang yang datang, terbukalah jalan setan untuk melegalisasi apa yang tidak ada landasannya secara syar'i. Setan akan menggerakkan agen-agennya yang berpura-pura sebagai orang yang berpegang pada agama, menawarkan 'bantuan', melakukan infiltrasi, radikalisasi, provokasi, aksi, dan jatuhlah dakwah pada perangkap stigmatisasi. Penggunaan kekerasan fisik akan mengalihkan konfrontasi pemikiran dan politik menjadi konfrontasi fisik. Padahal hanya dengan fokus pada pergulatan pemikiran dan politiklah akan tersingkap kesesatan negara kufur, para pembesarnya, kebohongannya, kezalimannya, pengkhianatannya, dan rencana-rencana jahatnya atas Islam dan kaum Muslim. Konsistensi hal ini melahirkan kesadaran dan kekuatan politik masyarakat. Inilah pintu gerbang perubahan menuju tegaknya syariat dan kekuasaan Islam. Berbeda dengan itu, konfrontasi kekuatan fisik sangat mungkin dimenangkan oleh negara kufur beserta para pengikutnya. Sebab, perimbangan kekuatan fisik amatlah jauh. Opini umum yang tegak di atas kesadaran umum, atmosfir tegaknya syariat Islam, dan kesadaran masyarakat pun akan melenyap. Yang dimunculkan dan dipropagandakan mereka adalah sifat kekerasannya itu. Kondisi demikian akan menjadikan masyarakat makin jauh dari dakwah dan perjuangan Islam. Sekalipun Allah Swt. menjelaskan, sering golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak (QS al-Baqarah [2]: 249), tidak berarti penggunaan kekerasan dalam perubahan masyarakat tidak mengapa. Sebab, Rasulullah saw. sendiri tidak mencontohkannya. Ringkasnya, mengubah masyarakat tidak islami menjadi masyarakat yang menegakkan Islam secara kâffah haruslah dilakukan dalam wujud pertarungan pemikiran dan perjuangan politik, bukan dengan kekuatan fisik. Inilah metode yang dicontohkan Nabi saw. Janganlah kaum Muslim terperosok ke dalam jebakan yang hendak mengalihkan konfrontasi pemikiran dan politik menjadi konfrontasi kekuatan fisik. Wallâhu a'lam bi ash-shawâb. SEMOGA BERMANFAAT DAN MEMBUKA WAWASAN KITA SEMUA Regards DP - Original Message - From: Bango Samparan [EMAIL PROTECTED] To: media-dakwah@yahoogroups.com Sent: Thursday, July 28, 2005 7:36 AM Subject: Re: [media-dakwah] KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal Coba mas sekarang bandingkan adakah organisasi Islam yang fundamentalis (maaf saya menggunakan istilah nggak bener ini) yang sebesar Muhammadiyah dan NU. Rasanya sih tidak. Organisasi Islam yang fundamentalis berserak dan bergerak dengan spesialisasi-nya sendiri-sendiri dan - mohon maaf mas - dengan arogansinya masing-masing. Nah kalau sudah begitu mengapa tidak terpikir untuk merger dalam arti yang sebenarnya tentu saja. Dengan lembaga yang lebih besar, rasanya kita akan lebih mudah memenej opini rakyat dan menghasilkan tekanan yang lebih besar kepada pemerintah untuk lebih memberi ruang pada pemahaman Islam yang standar. Saya dengar dulu akan yang mengkonsep lembaga majlis umat, nggak tahu sampai di mana sekarang? Wassalaamu'alaikum wr. wb. B. Samparan Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email
Re: [media-dakwah] KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal
Assalaamu'alaikum wr. wb. Mohon penjelasan .. - Original Message - From: Bango Samparan [EMAIL PROTECTED] To: media-dakwah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, July 27, 2005 11:51 AM Subject: Re: [media-dakwah] KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal Assalaamu'alaikum wr. wb. Sebuah realitas mas Nizami, negara kita bukan negara Islam. Negara kita maunya didesign demokratis (walau yang lahir kemudian adalah negara klepokratis). Jadi, mau tak mau kita terikat oleh aturan main demokrasi. Negara Kita bukan negara Islam ...lalu apakah kita pasrah saja untuk menerima sistem demokrasi mengatur segala aktivitas kehidupan kita yang muslim...? Padahal Alla SWT telah menurunkan aturan yang jelas untuk kita kaum muslim... manakah yang lebih baik... aturan dari Allah SWT atau aturan yang dibuat manusia.??? Berkenaan dengan kasus Ahmadiyah, kasus ini adalah kasus lama. Dan kenyataannya, toh mereka bisa terus hidup dan perlahan berkembang. Saya yakin kasus-kasus yang identik jatuh akhirnya juga akan sama: JIL, Jamaah Lia Aminuddin, dll. Cobalah tengok masa ketika Abu Bakar ra. menjadi Khalifah ...banyak diantara kaum munafik yang mengaku nabi ... tapi itu semua terselesaikan dengan tindakan Khalifah Abu Bakar yang memberangusnya... lalu disaat sekarang siapa..? Dengan demikian rasanya kita harus mulai lebih melihat internal kita, yakni menganalisis mengapa terjadi keterluangan besar pendidikan islam yang standar di kalangan umat Islam Indonesia, sehingga mereka tidak memiliki kekebalan terhadap pemikiran non-standar. Rasanya selama ini ketika kita menghadapi persoalan-persoalan semacam itu, dilambari rasa marah kita cenderung mengangkat ayat-ayat dan hadist-hadist yang berkenaan dengan ancaman hukuman terhadap penyelewengan yang sedang terjadi. Tapi, apa mau dikata, karena tak ada lembaga yang memiliki otoritas, hukuman toh tak terjatuhkan. Akhirnya, pelan dan pasti, tak terjadi apa-apa. Lihat Ulil, dia toh masih cengengesan di mana-mana. lembaga yang memiliki otoritas seperti apa yang Bapak maksud ...? karena dalam hukum formal kita, itu hanya dimiliki oleh pemerintah lewat lemabaga kehakimannya...! Jadi mas, ... mestinya kita sadar ada kelemahan di kita, dan kelemahan itu belum juga tertutupi. Aneh ... apa kita memang tidak sadar. Dengan apa kita harus menutupinya...??? Wassalaamu'alaikum wr. wb. DP Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/