Kemunduran Sains Umat Islam

Republika Online, Jumat, 23 Maret 2007


Syamsuddin Arif

Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought
and Civilizations (INSISTS) Jakarta

Pekan depan Pameran Kegemilangan Sains dalam Tamadun
Islam yang digelar di Kuala Lumpur akan berakhir.
Seperti diberitakan harian ini (10/01/07), pameran
yang diselenggarakan oleh Kementerian Sains,
Teknologi, dan Inovasi bekerja sama dengan Institute
for the History of Arabic-Islamic Science Johann
Wolfgang Goethe University Frankfurt itu bertujuan
membangkitkan kembali semangat dan kesadaran generasi
muda akan pentingnya mempelajari dan menguasai sains
dan teknologi.

Lebih dari seratus artefak dan manuskrip dalam
pelbagai bidang ditampilkan menawan, sekaligus
mengundang pertanyaan, bagaimana umat Islam berhasil
mencapai kejayaan itu? Yang lebih mengherankan lagi,
mengapa semua itu kemudian lenyap?

Sains di dunia Islam
Awal kemunculan dan perkembangan sains di dunia Islam
tidak dapat dipisahkan dari sejarah ekspansi Islam itu
sendiri. Dalam tempo sekitar 25 tahun setelah wafatnya
Nabi Muhammad saw (632 M), kaum Muslim telah
menaklukkan seluruh jazirah Arab. Ekspansi dakwah yang
diistilahkan 'pembukaan negeri-negeri' itu berlangsung
pesat.

Pelebaran sayap dakwah Islam ini tentu bukan tanpa
konsekuensi. Seiring dengan terjadinya konversi massal
dari agama asal atau kepercayaan lokal ke dalam Islam,
terjadi pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan
peradaban setempat. Proses interaksi yang berlangsung
alami namun intensif ini tidak lain adalah gerakan
islamisasi. Unsur-unsur dan nilai-nilai masyarakat
lokal ditampung, ditampih, dan disaring dulu sebelum
kemudian diserap. Dalam proses interaksi tersebut,
kaum Muslim pun terdorong untuk mempelajari dan
memahami tradisi intelektual negeri-negeri yang
ditaklukkannya.

Melihat prestasi gemilang itu, wajarlah jika kemudian
muncul pertanyaan bagaimana semua itu dapat terjadi?
Jika dikaji dan ditelusuri dengan teliti,
faktor-faktor yang telah memungkinkan dan mendorong
kemajuan sains di dunia Islam saat itu ada lima.
Pertama, berkat kesungguhan dalam mengimani
mempraktikkan ajaran Islam sebagaimana tertuang dalam
Alquran dan Sunah itu lahirlah individu-individu
unggul. Kedua, adanya motivasi agama. Ketiga adalah
faktor sosial politik. Keempat adalah faktor ekonomi.
Faktor keempat, yang tak kalah pentingnya adalah
dukungan dan perlindungan penguasa saat itu.

Pemicu Kemunduran
Lantas mengapa perjalanan sains di dunia Islam
seolah-olah mendadak berhenti? Menjawab pertanyaan ini
tidaklah sesederhana melontarkannya. Secara umum,
faktor-faktor penyebab kematian sains di dunia Islam
dapat dikelompokkan menjadi dua, internal dan
eksternal.

Menurut Profesor Sabra (Harvard) dan David King
(Frankfurt), kemunduran itu dikarenakan pada masa
berikutnya, kegiatan saintifik lebih diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan praktis agama. Aritmatika
dipelajari karena penting untuk menghitung pembagian
harta warisan. Astronomi dan geometri (atau lebih
tepatnya trigonometri) diajarkan terutama untuk
membantu para muwaqqit menentukan arah kiblat dan
menetapkan jadwal shalat. Penjelasan semacam ini tidak
terlalu tepat, sebab asas manfaat ini acapkali justru
berperan sebaliknya, menjadi faktor pemicu
perkembangan dan kemajuan sains.

Jawaban lain menyatakan bahwa oposisi kaum
konservatif, krisis ekonomi dan politik, serta
keterasingan dan keterpinggiran sebagai tiga faktor
utama penyebab kematian sains di dunia Islam. Ini
pendapat David Lindberg (1992). Menurut dia, sains dan
saintis pada masa itu seringkali ditentang dan
disudutkan. Ia menunjuk kasus pembakaran buku-buku
sains dan filsafat yang terjadi antara lain di
Cordoba. Krisis ekonomi dan kekacauan politik amat
berpengaruh terhadap perkembangan sains.

Selain itu, beberapa faktor internal seperti kelemahan
metodologi, kurangnya matematisasi, langkanya
imajinasi teoritis, dan jarangnya eksperimentasi, juga
dianggap sebagai penyebab stagnasi sains di dunia
Islam. Pendapat ini disanggah oleh Toby Huff. Menurut
dia, mengapa di dunia Islam yang terjadi justru
kejumudan dan bukan revolusi sains lebih disebabkan
oleh masalah sosial budaya ketimbang oleh hal-hal
tersebut. Buktinya, Copernicus pun didapati
menggunakan model dan instrumen yang didesain oleh At
Tusi. Tradisi saintifik Islam, tegas Huff, juga
terbukti cukup kaya dengan pelbagai teknik eksperimen
dalam bidang astronomi, optik maupun kedokteran.

Ada juga klaim yang menghubungkan kemunduran sains
dengan sufisme. Memang benar, seiring dengan kemajuan
peradaban Islam saat itu, muncul berbagai gerakan
moral spiritual yang dipelopori oleh kaum sufi.
Intinya, adalah penyucian jiwa dan pembinaan diri
secara lebih intensif dan terencana. Pada
perkembangannya, gerakan-gerakan tersebut kemudian
mengkristal jadi tarekat-tarekat dengan pengikut yang
kebanyakannya orang awam.

Popularisasi tasawuf inilah yang bertanggung jawab
melahirkan sufi-sufi palsu (pseudo-sufis) dan
menumbuhkan sikap irrasional di masyarakat. Tidak
sedikit dari mereka yang lebih tertarik pada
aspek-aspek mistik supernatural seperti keramat,
kesaktian, dan sebagainya ketimbang pada aspek ritual
dan moralnya. Obsesi untuk memperoleh kesaktian dan
kegandrungan pada hal-hal tersebut pada gilirannya
menyuburkan berbagai bentuk bid'ah, takhayyul dan
khurafat. Akibatnya yang berkembang bukan sains,
tetapi ilmu sihir, pedukunan dan aneka pseudo-sains
seperti astrologi, primbon, dan perjimatan.

Memasuki era modern, sikap kaum Muslim terhadap sains
terpecah menjadi tiga. Ada yang anti dan menolak
mentah-mentah, ada yang menelan bulat-bulat tanpa
curiga sedikitpun, dan ada yang menerima dengan penuh
kewaspadaan. Sikap yang pertama maupun yang kedua
kurang tepat karena sama-sama ekstrem. Sikap yang
paling bijak adalah bersikap adil, pandai menghargai
sesuatu dan meletakkannya pada tempatnya. Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ataupun
kemunduran sains dipengaruhi oleh dan tergantung pada
banyak faktor internal maupun eksternal. 


 
____________________________________________________________________________________
Expecting? Get great news right away with email Auto-Check. 
Try the Yahoo! Mail Beta.
http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/newmail_tools.html 

Kirim email ke