Ulama Wajib Berpolitik
Dari Redaksi April 1st, 2007 

Dulu di antara tradisi para ulama adalah mengoreksi dan mengawal penguasa untuk 
menerapkan hukum Allah. Mereka mengikhlaskan niat dan pernyataan mereka 
membekas di hati. Sebaliknya sekarang, terdapat penguasa yang tamak, namun 
ulama hanya diam. Andai mereka berbicara, pernyataannya berbeda dengan 
perbuatannya sehingga tidak mencapai keberhasilan. 

Kerusakan masyarakat itu adalah akibat kerusakan penguasa dan kerusakan 
penguasa itu adalah akibat kerusakan ulama. Kerusakan ulama adalah akibat 
digenggam cinta harta dan jabatan. Siapa saja yang digenggam oleh cinta dunia, 
niscaya dia tidak mampu menguasai ‘kerikilnya’; bagaimana lagi dapat 
mengingatkan penguasa dan para pembesar. (Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, 
VII/92).

Subhânallâh! Berabad-abad yang lampau, Imam al-Ghazali telah mengingatkan kita 
tentang peran penting ulama dalam mengoreksi dan menjaga penguasa untuk 
menerapkan hukum-hukum Allah Swt.

Sebagaimana kita ketahui, masyarakat dan negara yang tidak diatur oleh hukum 
Allah Swt. dipastikan akan menuai kehancuran. Dengan sangat jelas Allah Swt. 
berfirman (yang artinya): Telah nyata kerusakan (fasad) di daratan dan di 
lautan akibat ulah tangan manusia (QS ar-Rum [21]: 41). Dalam berbagai kitab 
tafsir disebutkan, yang dimaksud akibat ulah tangan manusia adalah akibat 
kemaksiatan mereka, sementara yang disebut maksiat adalah setiap pelanggaran 
terhadap hukum Allah Swt. Karena itu, masyarakat dan negara yang tidak 
melaksanakan hukum Allah Swt. akan menuai kehancuran.


Hanya oleh negaralah hukum-hukum Allah Swt. bisa dilaksanakan seluruhnya. Tanpa 
penerapan syariah Islam oleh negara, umat Islam akan dikuasai oleh para 
penguasa zalim; umat tidak bisa lagi diurus secara benar; umat pun tidak lagi 
memiliki penjaga yang benar-benar melindunginya. Kehancuran itu akan terjadi 
kalau ulama hanya diam tidak melakukan koreksi terhadap penguasa yang 
menyimpang. Seperti yang disebut oleh Imam al-Ghazali di atas, kalau penguasa 
menyimpang, masyarakatnya pasti akan hancur.
Tugas mengoreksi penguasa ini memang berat. Tugas ini bisa menuai penderitaan 
berupa tindakan kejam dari penguasa. Namun, tugas ini sangat mulia. Rasulullah 
saw. bahkan menyebut aktivitas mengoreksi penguasa ini sebagai afdhal al-jihâd 
(jihad yang paling utama):  اَفْضَلُ اْلجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ 
سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Jihad yang paling utama adalah menyatakan  keadilan (menyampaikan kebenaran) di 
hadapan penguasa jahat. (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Aktivitas mengoreksi 
penguasa agar hukum Allah tetap terjaga dan terpelihara jelas aktivitas 
politik. Bahkan inilah aktivitas politik sejati dalam pandangan Islam, yakni 
aktivitas politik yang berporos pada upaya pengaturan urusan-urusan umat dengan 
syariah Islam. Aktivitas politik sejati ini, yakni mengatur urusan umat, adalah 
aktivitas utama para nabi, termasuk Rasulullah saw., dan para Khalifah penerus 
Beliau, sebagaimana sabda Beliau:«كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ 
اْلأَنْبِيَاءُ. كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ, وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ 
بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ.
Dulu Bani Israel diurusi oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia 
digantikan oleh nabi yang lain. Namun,  sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku. 
Yang ada adalah para khalifah dan mereka banyak. (HR Muslim).

Jadi, jelaslah bagi kita, bahwa politik (sâsa-yasûsu-siyâsat[an]) dalam 
pengertian sejatinya—yakni mengatur urusan-urusan umat berdasarkan syariah 
Islam—adalah wajib. Politik sejati ini akan terbengkalai kalau para ulama 
mendiamkan para penguasa yang mengabaikan rakyat. Karena itu, mengoreksi 
penguasa—yang merupakan bagian terbesar dari aktivitas amar makruf nahi 
mungkar—menjadi wajib pula hukumnya. Kewajiban ini dipertegas oleh Rasulullah 
saw. melalui sabdanya:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ 
الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ 
ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ

Demi Zat Yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, kalian harus melakukan amar 
makruf nahi mungkar atau Allah akan menimpakan azab atas kalian, kemudian 
kalian berdoa kepada-Nya, lalu doa kalian tidak akan dikabulkan. (HR 
at-Tirmidzi).

Dengan demikian, upaya memisahkan ulama dan politik jelas merupakan upaya 
memperlemah umat dan negara. Inilah justru yang merupakan strategi penting 
penjajah. Dengan ide sekularismenya, mereka memisahkan agama—termasuk 
ulamanya—dari politik. Sebab, mereka sangat tahu persis, kalau ulama 
berpolitik, umat akan terjaga, karena para penguasa ada yang mengoreksi. 
Politik yang dimaksud di sini tentu adalah politik sejati yang didasarkan pada 
pelaksanaan seluruh hukum Allah Swt. dalam mengatur urusan umat, bukan politik 
kotor. Politik kotor justru menjadikan ulama sebatas makelar politikus jahat, 
sekadar sebagai vote getter bagi para penguasa jahat, dan hanya menjadi alat 
legitimasi kejahatan penguasa atau penjajah asing. Ulama seperti ini adalah 
ulama jahat yang dosanya sangat besar, karena telah menggunakan posisinya untuk 
menghancurkan masyarakat dan negaranya.

Ulama seperti ini adalah ulama yang menjual agamanya demi keuntungkan material. 
Imam al-Ghazali mengingatkan kita, bahwa kerusakan ulama seperti ini, adalah 
karena mereka telah digenggam oleh kecintaan akan harta dan jabatan. Inilah 
yang membungkam sang ulama untuk mengingatkan para penguasa. Padahal mendiamkan 
penguasa jahat  adalah dosa besar, apalagi menjadi letigimasi kejahatan 
penguasa atau menjadi alat penjajah untuk menguasai kaum Muslim.

Wallâhu a‘lam



--------------------------------------------------------------------------------


********************************************************
Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP
********************************************************
Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA :
http://www.usahamulia.net

Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]

Untuk keluar dari Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]
********************************************************


--------------------------------------------------------------------------------


********************************************************
Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP
********************************************************
Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA :
http://www.usahamulia.net



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke