--- In [EMAIL PROTECTED], "henri_sa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Dinar: Solusi Praktis untuk Syndrom Pensiun
Diskusi Sabtuan di kantor INSISTS tanggal 10 Maret 07 yang baru lalu 
menampilkan tema "Penjajahan IMF di Indonesia dan Upaya Solusinya". 
Muhaimin Iqbal, yang bertindak sebagai pemakalah menjabarkan siapa 
dan bagaimana IMF melakukan penjajahan ekonomi di Indonesia. 
Iqbal menjelaskan bahwa penjajahan IMF terhadap ekonomi dunia melalui 
sebuah sistem yang disebut dengan "tiga setan": a) fractional reserve 
banking, b) uang fiat (uang kertas yang tidak memiliki nilai 
intrinsik) c) sistem bunga/riba.
IMF mengawali "karir" penjajahannya di Indonesia melalui perampasan 
kedaulatan ekonomi dengan menekan Presiden Suharto untuk menandatangi 
kesepakatan yang disaksikan oleh petinggi IMF, Michel Camdessus. 
Penekanan IMF dilakukan dengan cara ancaman untuk menggagalkan 
bantuan pinjaman ke Indonesia sebesar US$ 43 milyar yang pada saat 
itu tengah dilanda krisis keuangan. Keraguan Indonesia terhadap 
keampuhan IMF untuk mengatasi krisis sebenarnya telah ada sejak awal 
dan oleh karena itu lebih memilih cara Currency Board (pematokan kurs 
dollar terhadap Rupiah).
Solusi cerdas Indonesia ini banyak mendapat dukungan dari ekonom 
peraih nobel seperti Gari Becker, Milton Friedman, Merton Miller dan 
Robert Mundell. Namun sayangnya, di samping IMF dan Amerika, justru 
serangan terhadap kebijakan currency board justru datang dari 
beberapa ekonom Indonesia hasil didikan Barat. Konspirasi terselubung 
antara IMF dan ekonom liberal Indonesia ini diperkuat dengan peranan 
media massa yang lebih mempopulerkan peranan IMF, sehingga ide 
currency board pun ditinggalkan. (bandingkan dengan para tokoh 
liberal Indonesia pro Barat dalam pemikiran keagamaan dan HAM).
Iqbal tidak larut dengan pemaparan tentang penjajahan ekonomi yang 
dilakukan IMF, beliau pun langsung membahas inti permasalahan yang 
langsung mengarah pada solusi praktis. Yaitu solusi yang tidak 
bersifat coba-coba / trial & error. Kemudian Iqbal, yang sejak 2006 
menjabat sebagai presiden direktur di PT Asuransi Bintang Tbk ini 
menjelaskan ketegaran sistem standar mata uang emas, yaitu Dinar dan 
Dirham. Kedua mata uang ini sepanjang sejarah telah terbukti anti 
inflasi dan sangat adil. Sebab dengan sistem fractional reserve 
terbukti adanya ketidakadilan yang luar biasa. Pencetakan mata uang 
Dolar kertas (US$ 1 s/d US$ 100) yang hanya memakan ongkos US$ 0.05 
(5sen) harus dihargai dengan nilai yang berlipat ganda oleh negara-
negara lain, apalagi Indonesia.
Ayah tiga putri ini pun menunjukkan bukti kesaktian mata uang dinar-
dirham melalui beberapa data ilmiah, di antaranya grafik perkembangan 
index harga dari tahun 1657 s/d 1817 di kekhalifahan Ustmaniah yang 
lebih stabil (lebih datar) dibanding dengan trend liner index harga 
di wilayah Kerajaan Inggris.
Di akhir pemaparannya, sosok yang gemar berdakwah tentang keunggulan 
ekonomi Islam ini, menjelaskan banyaknya manfaat dari penggunaan 
dinar dan dirham yang sangat nyata khususnya untuk menyembuhkan 
syndrom pensiunan. Hal ini sangat berbeda dibandingkan peranan uang 
fiat, yang secara sempurna terbukti sebagai alat tukar yang tidak 
adil, karena nilainya yang selalu berubah, baik dalam peranannya 
sebagai satuan pembukuan maupun sebagai penyimpan nilai kekayaan.
Ketimpangan uang fiat juga ditengerai dari perkembangannya selama 40 
tahun terakhir, di mana Rupiah mengalami penurunan nilai rata-rata 8% 
dan US$ 5%. Sebaliknya nilai dinar mengalami kenaikan nilai rata-rata 
28,73% pertahun terhadap Rupiah dan 10,12% terhadap US Dolar. Bahkan 
Dolar yang diduga sangat perkasa pun, nilainya kini tinggal 41% 
terhadap nilai emas dalam 6 tahun terakhir.
Ringkasnya, dalam masalah ekonomi, khususnya mata uang, telah 
terbukti sabda Rasulullah SAW bahwa umat Islam telah ikut Yahudi dan 
Kristen memasuki lubang biawak (hujra dhabb).
Dari uraian pemakalah, dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai risalah 
wahyu yang final mempunyai sistem ekonomi dan keuangan yang jauh 
lebih adil dibanding dengan sistem ekonomi modern. Sebab ekonomi 
Islam tidak pernah memisahkan antara yang bersifat material dan nilai-
nilai spiritualnya. Sehingga sistem kapitalisme dapat dilawan dengan 
konsep wakaf, infaq dan sedekah yang salah satunya diwujudkan dengan 
mendirikan pasar dalam konsep Islam. Di samping itu sistem ekonomi 
modern dengan "tiga setan"nya membuktikan bahwa pada akhirnya negara-
negara berkembang hanya menjadi dul-dulan dan bulan-bulanan bagi 
negara-negara kaya. Dengan mencermati sepak terjang IMF selama ini, 
kiranya tidak disangsikan lagi kebenaran QS. Al-Naml: 
34 "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya 
mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi 
hina".

--- End forwarded message ---


Kirim email ke