mungkin ada yg bisa memberi tanggapan thd komentar pak aziz di bawah ini 
 
wassalam,
tr.-

abdul aziz muslim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: "abdul aziz muslim" <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [media-dakwah] Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah Mulia
To: "trúlÿsøúl" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tue, 27 Sep 2005 17:50:03 +0700

wacana sesat menyesatkan sekarang ini jadi tren umat 
islam. seolah-olah mereka bisa memonopoli kebenaran. 
mereka lah yang seolah-olah memiliki otoritas pemegang 
kunci surga dan menentukan manusia untuk memilih apakah 
masuk surga atau neraka. siapakah kita sehingga bisa 
menuduh orang lain sebagai mukmin, kafir, yahudi atau 
lainnya? tidak juga Gus Dur, dawam raharjo, syafi'i 
maarif, ulil abshar, bahkan termasuk hartono ahmad jaiz, 
Amidhan, Din Syamsudin, KH Ma'ruf AMin dan lain 
sebagainya. itu semua adalah otoritas Allah, sekali lagi 
Allah SWT

religiusitas dan spiritualitas, tidak mungkin sama 
diantara kita semua meski satu agama. bisa jadi iman kita 
sama, tapi agama berbeda. begitu juga sebaliknya, iman 
berbeda, agama sama. apa yang kita yakini dari sebuah 
ajaran agama, adalah sebuah proses penafsiran kita (yang 
tidak bisa lepas dari segala kesalahan dan kekurangan, dan 
juga pengaruh/ setting sosial pendidikan), maka jangan ada 
sebuah pemutlakan dalam pemahaman keagamaan apalagi 
memaksakan kepada orang lain. termasuk juga ahmadiyah, 
JIL, DDII, Persis, NU, Wahabi, siapapun dia. karena ini 
adalah produk pemikiran manusia, yang tidak steril dari 
dosa.

kalau kemarin kita bicara etika dalam milist ini, maka 
sekaranglah kita juga beretika dalam bertaushiyah kepada 
orang lain yang tidak sepaham dan sekeyakinan dengan kita. 
seperti kata al-Qur'an- diperlukan kesabaran dalama 
tausihiyah dan waktu panjang dalam proses untuk melihat 
sebuah hasil. wallahu a'lam bisshowab


abdul aziz muslim



On Mon, 26 Sep 2005 20:50:39 -0700 (PDT)
"trúlÿsøúl" wrote:
> Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah MuliaCounter 
>Liberalisme Oleh : Redaksi 14 Aug 2005 - 1:00 am
> 
> Laporan Abu Qori
> Gus Dur dan Dawam Bukan Ulama, Jadi, siapakah Gus Dur 
>itu? Ya pembela orang kafir
> Alkisah, di tahun 1980-an, sebuah mobil Honda Civic 
>(yang kala itu tergolong mahal), dari sebuah areal 
>perparkiran di Jakarta nyelonong masuk ke jalur bus. 
>Kejadian mendadak itu membuat sopir bis menginjak rem 
>demi menghindari tabrakan, akibatnya sang sopir pun 
>dimarahi penumpang (yang tidak tahu kejadian sebenarnya).
> 
> Pengemudi Honda Civic tadi, ternyata seorang mahasiswa. 
>Si Mahasiswa bukannya merasa bersalah dan minta maaf, 
>malah justru petantang-petenteng memarahi sopir bis, 
>bahkan ia memanggil teman-temannya sesama mahasiswa untuk 
>melakukan tindak pengeroyokan terhadap si sopir. Mengapa 
>mahasiswa itu bersikap demikian? Ternyata di dalam mobil 
>yang ia kemudikan itu, duduk seorang cewek. Rupanya, sang 
>cewek inilah yang telah membangkitkan ‘kejantanan’ si 
>mahasiswa tadi, sehingga ia begitu agresif menyerang 
>sopir bis.
> 
> Di Hotel Mandarin, 4 Agustus 2005 lalu, MBM TEMPO 
>mengadakan sebuah forum sebagai reaksi atas Fatwa MUI. 
>Sebagai pembicara hadir Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, 
>Syafi’i Amin, Ma’ruf Amin (MUI), Fauzan (MMI).
> 
> Di forum itu Musdah Mulia dengan ‘berani’ (baca: kurang 
>ajar) mengecam MUI yang mengharamkan nikah beda agama. 
>Bahkan Musdah menjamin, nikah beda agama antara Muslimah 
>dengan pria non Muslim, tidak akan membuat si Muslimah 
>terseret mengikuti agama suaminya. Setidaknya bila itu 
>terjadi pada dirinya, begitu alasan Musdah.
> 
> Rupanya ‘keberanian’ Musdah mengecam MUI ini telah 
>berhasil membangkitkan ‘kejantanan’ Dawam Rahardjo, yang 
>kini berusia di atas enam puluh tahun namun belum 
>mendapat hidayah.
> 
> Di forum itu, Dawam menuding-nuding (menunjuk-nunjukkan 
>jarinya ke arah Amidhan yang duduk di barisan terdepan), 
>sehingga membuat Amidhan pun bangkit mendekat ke arah 
>Dawam. Suasana sempat menghangat, namun keburu dilerai.
> 
> Pada kesempatan itu Dawam berujar, “bila Gus Dur ingin 
>agar dana untuk MUI distop, maka saya minta agar MUI 
>dibubarkan!”
> 
> Gus Dur dan Dawam Bukan Ulama
> Siapa bilang Gus Dur itu Ulama? Juga siapa bilang Dawam 
>Rahardjo, Djohan Effendi, Ulil Abshar Abdalla dan 
>kawan-kawannya itu ulama? Mereka adalah orang-orang yang 
>berupaya untuk mencabut fatwa MUI (Majelis Ulama 
>Indonesia), terutama tentang sesat dan murtadnya 
>Ahmadiyah, sesatnya sekulerisme, liberalisme, dan 
>pluralisme agama alias menyamakan/menyejajarkan semua 
>agama, haramnya nikah beda agama, dan haramnya 
>perdukunan, serta doa bersama antar agama.
> 
> Dengan gencarnya upaya Gus Dur, Dawam Rahardjo, Ulil dan 
>lain-lain dalam melawan fatwa MUI itu, akibatnya sebagian 
>masyarakat tampak ada yang bingung. Maka dalam kajian di 
>Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jawa Tengah, Rabu 10 
>Agustus 2005, ada beberapa orang yang mengajukan 
>pertanyaan, di antaranya seorang pemuda bertanya:
> 
> “Sekarang ini ulama bertikai dengan ulama. Ini 
>menjadikan masyarakat bingung. (Apakah mengikuti fatwa 
>MUI atau mengikuti yang menolaknya). Bagaimana ini 
>Ustadz?”
> 
> Hartono Ahmad Jaiz yang telah menyampaikan penjelasan di 
>hadapan 300-an jama’ah masjid kampus Universitas 
>Muhammadiyah Purwokerto itu menjawab dengan tenangnya:
> 
> “Siapa bilang Gus Dur itu Ulama? Juga siapa bilang Dawam 
>Rahardjo, Djohan Effendi, Ulil Abshar Abdalla dan 
>kawan-kawannya itu ulama? Jadi pertanyaannya ini sendiri 
>yang harus diperbaiki. Karena yang terjadi bukan 
>pertikaian antara ulama dengan ulama, namun sebenarnya 
>hanyalah para pembela kesesatan menentang para ulama dan 
>pemberantas kesesatan. Itu saja. Jadi kenapa 
>bingung-bingung?” 
> 
> Pengajian kali ini bertema menyikapi aliran sesat masa 
>kini. Yang dibahas adalah aliran-aliran sesat yang 
>difatwakan MUI, juga para pengusung dan pembelanya. Maka 
>mengingat pengajian ini berlangsung di Universitas 
>Muhammadiyah, pembicara bertanya di sela-sela uraiannya:
> 
> “Apa perlu disebut nama para pengusung dan pembela 
>kesesatan yang berasal dari Muhammadiyah?”
> 
> “Perlu!” Sahut hadirin. 
> 
> Lantas ketika Hartono Ahmad Jaiz baru menyebut nama Ulil 
>Abshar Abdalla (bukan dari Muhammadiyah tapi dari NU dan 
>kordinatror JIL –Jaringan Islam Liberal), sudah ada suara 
>dari hadirin menyebut Dawam Rahardjo, yang lain menyebut 
>Syafi’i Ma’arif, dan lainnya lagi menyebut Amien Rais, 
>yaitu tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ditengarai membela 
>Ahmadiyah dan bersuara miring terhadap Fatwa MUI. 
> 
> Hartono Ahmad Jaiz menegaskan, orang-orang yang membela 
>Ahmadiyah, JIL (Jaringan Islam Liberal), nikah beda 
>agama, do’a bersama antar agama, perdukunan dan kesesatan 
>lainnya seperti liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme 
>agama itu pada dasarnya bukan sekadar menentang fatwa MUI 
>namun menentang hukum Allah swt. Menentang Al-Qur’an dan 
>As-Sunnah. 
> 
> Untuk apa? Untuk mencari duit dari lembaga-lembaga 
>kafir. 
> 
> Contohnya, Musdah Mulia dan 26 konconya yang kini di 
>barisan depan dalam menentang fatwa MUI itu, dalam 
>upayanya untuk menentang hukum Allah swt, mereka membuat 
>Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam. Buku setipis 
>117 halaman yang berisi penentangan hukum Allah, dengan 
>memunculkan hukum kontroversi yaitu laki-laki dikenai 
>‘iddah (masa tunggu, tidak boleh nikah selama masa 
>tunggu) 130 hari, membolehkan nikah dan waris beda agama; 
>itu adalah untuk menentang hukum Allah dalam rangka 
>mencari duit. Dan itu dibiayai sebesar Rp 6 miliar oleh 
>lembaga kafir The Asia Foundation yang berpusat di 
>Amerika, yang cabangnya di Jakarta dekat Blok M. 
> 
> Maka benarlah sabda Nabi saw: “Inna likulli ummatin 
>fitnah. Wa innafitnata ummatii almaal.” Artinya: 
> “Sesungguhnya setiap umat itu ada ujiannya. Dan ujian 
>bagi ummatku adalah maal, yaitu duit,” kata Hartono Ahmad 
>Jaiz mengutip sabda Nabi saw.
> 
> Selaku pembela kesesatan, orang-orang liberal itu 
>mengajukan argumen-argumen berupa kebohongan, tegas 
>Hartono. Dicontohkan, alasan mereka dalam membela 
>Ahmadiyah sering dikemukakan dengan ungkapan: Islam tidak 
>mengajarkan kekerasan, kenapa mereka berbuat kekerasan 
>terhadap Ahmadiyah, itu melanggar HAM (Hak asasi 
>manusia). Sesama muslim kenapa sesat menyesatkan, itu 
>namanya memecah belah persatuan umat dan semacamnya. 
> 
> Dalam kasus Ahmadiyah, para pembela Ahmadiyah itu tidak 
>pernah mengkaji ajaran Ahmadiyah. Padahal kalau mau 
>membaca kitab suci Ahmadiyah, yaitu Tadzkirah yang 
>tebalnya melebihi Al-Qur’an, maka mestinya tidak akan 
>beralasan dengan ukhuwah Islamiyah ataupun persatuan. 
>Karena di Tadzkirah itu sendiri ditegaskan, orang yang 
>tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Utusan Allah 
>swt itu dinyatakan sebagai musuh. Bunyi ayatnya:
> 
> “Sayaquulul ‘aduwwu lasta mursalan.” Artinya: “Musuh 
>akan berkata, engkau (wahai Mirza Ghulam Ahmad) bukan 
>orang yang diutus (Allah).” (Tadzkirah, halaman 402). 
> 
> Kesesatan lain pun banyak, di antaranya:
> a. Perkataan Mirza Ghulam Ahmad: Seseorang yang tidak 
>beriman kepadaku, ia tidak beriman kepada Allah dan 
>Rasul-Nya. (Haqiqat ul-Wahyi, hal. 163). 
> 
> b. “Sikap orang yang sampai da’wahku kepadanya tapi ia 
>tak mau beriman kepadaku, maka ia kafir. (S.k. al-Fazal, 
>15 Januari 1935).
> 
> c. Basyiruddin, anak Mirza Ghulam Ahmad, berkisah: “Di 
>Lucknow, seseorang menemuiku dan bertanya: ‘Seperti 
>tersiar di kalangan orang ramai, betulkah anda 
>mengafirkan kaum Muslimin yang tidak menganut agama 
>Ahmadiyah?’ Kujawab: ‘Tak syak lagi, kami memang telah 
>mengafirkan kalian!’ Mendengar jawabanku, orang tadi 
>terkejut dan tercengang keheranan.” (Anwar Khilafat, h. 
>92).
> 
> d. Ucapannya lagi: “Barangsiapa mengingkari Ghulam Ahmad 
>sebagai ‘nabi’ dan ‘rasul’ Allah, sesungguhnya ia telah 
>kufur kepada nash Quran. Kami mengafirkan kaum Muslimin 
>karena mereka membeda-bedakan para rasul, mempercayai 
>sebagian dan mengingkari sebagian lainnya. Jadi, mereka 
>itu kuffar!” (S.k. al-Fazal, 26 Juni 1922).
> 
> e. Katanya lagi: “Setiap orang yang tidak beriman kepada 
>Ghulam Ahmad, maka dia kafir, ke luar dari agama walaupun 
>dia Muslim, walaupun ia sama sekali belum mendengar nama 
>Ghulam Ahmad.” (Ainah Shadaqat, h. 35).
> 
> f. Dan Basyir Ahmad meningkahi ucapan abang kandungnya: 
>“….. Setiap orang yang beriman kepada Muhammad tapi tidak 
>beriman kepada Ghulam Ahmad, dia kafir, kafir, tak 
>diragukan lagi kekafirannya”. (Review of Religions,No. 
>35; Vol. XIV, h. 110). 
> 
> 
> Ahmadiyah dan kemusyrikan
> Kesesatan Ahmadiyah yang sampai kepada kemusyrikan, di 
>antaranya dikemukakan oleh Ahmad Haryadi mantan 
>propagandis Ahmadiyah. Ketika dia jadi pembicara bersama 
>Hartono Ahmad Jaiz dan M Amin Djamaluddin dari LPPI 
>(Lembaga penelitian dan Pengkajian Islam) Jakarta, dalam 
>kajian tentang sesatnya Ahmadiyah di Masjid Taman Kartini 
>Bekasi Jawa Barat, Ahad 7 Agustus 2005, Haryadi 
>mengemukakan ayat Tadzkirah yang isinya kemusyrikan. 
>Bunyinya:
> 
> “Anta minnii bi manzilati waladii.” Artinya: “Engkau 
>(Mirza Ghulam Ahmad) terhadapku pada posisi anakku.” 
>(Tadzkirah, halaman 636).
> 
> Ayat-ayat Tadzkirah yang jelas sesat menyesatkan dan 
>amat jauh kesesatannya itupun dibuka langsung oleh 
>Hartono Ahmad Jaiz, Ahmad Haryadi, dan Amin Djamaluddin 
>di berbagai tempat. Hanya saja yang kebagian getah 
>biasanya adalah Amin Djamaluddin. Ketua LPPI ini 
>dibanjiri sms (pesan singkat lewat telepon genggam) di 
>antara isinya, menjuluki Amin Djamaluddin sebagai Abu 
>Lahab yang menenteng-nenteng Tadzkirah ke mana-mana.
> 
> “Dasar sesat, masa’ saya dibilang sebagai Abu Lahab,” 
>kata Amin Djamaluddin. 
> 
> Kisah itu mirip dengan reaksi kelompok sesat LDII 
>(Lembaga Dakwah Islam Indonesia) terhadap H Nasifan di 
>Tulungagung Jawa Timur. Ketika H Nasifan pulang dari 
>Saudi Arabia, dia menceritakan bahwa dia berguru di Darul 
>Ifta’ Saudi Arabia, dan sempat memberitahu kepada 
>Syaikhnya itu tentang penipuan-penipuan Nurhasan 
> Ubaidah pendiri Islam Jama’ah (LDII), di antaranya 
>menarik saham Rp 10.000 per orang seharga satu sapi tahun 
>1960-an, lalu kalau saham itu ditanyakan, justru Nurhasan 
>Ubaidah berbalik dengan menyatakan bahwa yang bertanya 
>itu tidak taat Amir, jadi akan masuk neraka selamanya. 
> 
> 
> Syaikh Darul Itfa’, Syaikh Al-Amudi, menjawab: “Kalau 
>seperti itu maka dia Dajjal.” Kisah itu dipidatokan 
>langsung oleh H Nasifan di rumahnya, Tulungagung, 
>tahu-tahu orang LDII (Islam Jama’ah) berdemo dan 
>mencoret-coret dinding rumah H Nasifan dengan tulisan 
>yang bunyinya “Abu Lahab”. (Kisah ini bisa dibaca di buku 
>Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, karya Hartono Ahmad 
>Jaiz).
> 
> Tentang kekerasan yang dijadikan alasan kelompok liberal 
>dalam membela aliran sesat Ahmadiyah, menurut Hartono 
>Ahmad Jaiz, perlu ditelusuri kebenarannya. Mereka hanya 
>melihat berita sepotong-sepotong dari televisi dan 
>lainnya, yang belum tentu obyektif. 
> 
> Buktinya, ketika KISDI (Komite Indonesia untuk 
>Solidaritas Dunia Islam) mengadakan konferensi pers 24 
>Juli 2005 di Kantor Pusat Muhammadiyah Jakarta, dan 
>Hartono Ahmad Jaiz menjelaskan kesesatan-kesesatan 
>Ahmadiyah dengan membawa bukti kitab suci mereka, 
>Tadzkirah, lima stasiun televisi yang meliput konferensi 
>pers itu tidak ada satu pun yang menyiarkannya. 
> 
> Dari sisi lain, umat Islam yang membawa pentungan bambu 
>ketika mengepung kompleks Ahmadiyah di 
> Parung Bogor, sudah dipermasalahkan di Koran Republika 
>oleh Azyumardi Azra, orang liberal yang jadi rector UIN 
>(IAIN) Jakarta. Padahal, pentungan bambu itu tidak untuk 
>memukuli orang Ahmadiyah sama sekali. 
> 
> Dan ketika ada insiden lempar melempar antara orang 
>Ahmadiyah di dalam pagar dan umat Islam di luar pagar, 
>tidak ada kejelasan, siapa yang melempar duluan. Ada 
>khabar, dari Ahmadiyah yang di dalam pagar lah yang 
>melempar duluan, sehingga terjadi lempar melempar. Dan di 
>pihak umat Islam pun 7 orang terluka. Tetapi yang jelas, 
>kejadian saling melempar itu tidak dikomandoi pemimpin 
>umat Islam, bahkan pemimpinnya memberi aba-aba agar tidak 
>anarkis. Kalau seperti itu, sebenarnya yang bertindak 
>kekerasan siapa? 
> 
> Dan kalau mau menengok sejarah, sebagai ahli tarikh, 
>Azyumardi Azra, kalau memang berani, coba kecam itu Abu 
>Bakar ra yang mengerahkan tentara untuk menyerang nabi 
>palsu Musailamah Al-Kaddzab dan para pengikutnya hingga 
>nabi palsu itu tewas bersama sebagian pengikutnya. 
>Padahal, kepalsuan yang dibuat Musailamah sama sekali 
>lebih sederhana dibanding wahyu palsu yang dibuat Mirza 
>Ghulam Ahmad yang dikumpulkan menjadi kitab suci palsu, 
>Tadzkirah.
> 
> Lain lagi ulil Abshar Abdalla, Masdar Farid Mas’udi, 
>Abdul Muqsith Ghozali, dan Muslim Abdurrahman bekas 
>pengurus di Muhammadiyah, yang menganggap bahwa keyakinan 
>tidak boleh dihukumi. Karena definisi hukum Islam itu 
>menurut Ulil adalah mengenai af’alul ‘ibad (perbuatan 
>manusia) hamba, sedang pemikiran bukanlah perbuatan.
> 
> Ulil dan Muslim Abdurrahman lupa barangkali, dalam 
>Islam, niat pun dihukumi, apalagi pemikiran yang 
>disebarkan. Kalau tidak, maka orang akan bebas 
>menyebarkan pemikiran yang destruktif alias merusak. 
> Misalnya, pemikiran yang membolehkan untuk mencuri, 
>disebarkan, lalu diikuti. Ketika pencuri tertangkap lalu 
>diusut dan mengaku bahwa dia mencuri itu karena mengikuti 
>pemikiran yang membolehkan pencurian, maka dicarilah 
>penyebar dan pencetus pemikiran jahat itu. Apakah bisa, 
>beralasan bahwa pemikiran itu tidak boleh dihukumi? Oleh 
>karena itu, pemikiran liberalisme, sekulerisme, dan 
>pluralisme yang semuanya itu telah difatwakan sebagai 
>yang bertentangan dengan Islam, maka keputusan itu sah, 
>dan bahkan mesti ditindak 
> lanjuti dengan pelarangan. 
> 
> Kalangan liberal juga beralasan, fatwa MUI jangan sampai 
>ditindak-lanjuti dengan pelarangan dari pemerintah, 
>karena negara tidak boleh mencampuri keyakinan orang. 
>Alasan itu sangat naïf. Karena, yang difatwakan MUI 
>tentang sesatnya Ahmadiyah, liberalisme, sekulerisme, 
>pluralisme agama, dan nikah beda agama itu kalau 
>dibiarkan maka akan merusak aqidah umat Islam. 
> 
> Perusakan di bidang fisik saja tidak boleh berlangsung, 
>hingga pemerintah mengangkat dan menugaskan puluhan ribu 
>polisi. Lha ini perusakan yang lebih drastis dibanding 
>perusakan fisik, yaitu perusakan aqidah/agama malah tidak 
>boleh ditangani, ini pemikiran yang tidak mungkin muncul 
>kecuali dari orang-orang yang anti agama. Padahal, negara 
>menjamin kebebasan beragama, maka bentuk jaminanannya itu 
>salah satunya adalah memberantas segala bentuk yang 
>merusak aqidah agama. 
> 
> Jadi semua yang difatwakan MUI sebagai sesat menyesatkan 
>ataupun haram, atau bertentangan dengan Islam, itu wajib 
>diberantas oleh negara, demi menjaga kebebasan umat dalam 
>beragama. Kalau sekarang wadah pelaksananya belum ada, 
>maka mesti dibentuk, lantas berbuat, agar agama umat ini 
>terjaga dari aneka perusakan. Untuk menjaga keamanan 
>fisik saja diperlukan puluhan ribu polisi, lha untuk yang 
>lebih penting dibanding fisik, yaitu rohani yang bentuk 
>konkritnya aqidah agama malah tidak ada polisinya yang 
>menjaga, ini sudah terbalik. Maka pencuri-pencuri aqidah 
>sekarang ini berpesta pora dengan menikmati kebebasan 
>sambil mendapatkan sponsor dari pihak-pihak anti agama. 
> 
> Seiring dengan bebasnya orang untuk merusak agama, maka 
>tidak hanya lelaki yang berani merusak agama. Bahkan 
>wanita pun ada yang berani. Contohnya, Musdah Mulia, 
>wanita dari UIN Jakarta dan bersuamikan orang UIN Jakarta 
>pula itu dalam upayanya untuk merusak agama, dia rela 
>mencontohkan dirinya, seandainya dia kawin dengan lelaki 
>non Islam maka tidak bakalan dia akan terseret ke agama 
>suami sebagaimana yang dikhawatirkan MUI. Ungkapan Musdah 
>Mulia itu kalau kelak 
> diijabahi Allah swt dengan dikawini oleh orang kafir 
>yang super galak dan menyeretnya ke kekafiran, maka siapa 
>tahu. 
> 
> Hanya saja, ungkapan lantang itu sudah jelas merusak 
>agama dengan menantang Al-Qur’an Surat Al-Mumtahanah (60) 
>ayat 10: Laa hunna hillul lahum walaa hum yahilluuna 
>lahunna. Tidaklah wanita muslimah halal bagi laki-laki 
>kafir, dan tidaklah laki-laki kafir halal bagi wanita 
>muslimah.
> 
> Musdah Mulia yang sudah sampai senekad itu ketika 
>berdampingan dengan Dawam di acara diskusi yang 
>diselenggarakan Tempo di Hotel Mandarin Jakarta (4/8 
>2005) rupanya menjadikan Dawam Rahardjo lebih tertantang 
>untuk lebih berani lagi. Sehingga Dawam sampai berteriak 
>lantang di acara ulang Tahun Gus Dur pada malam harinya 
>(4/8 2005) bahwa yang sesat itu, menurut teriakan Dawam, 
>adalah MUI.
> 
> Ungkapan Dawam Rahardjo itu tak berapa lama disindir 
>pula oleh Muslim Abdurrahman, yang walau sesama pengusung 
>liberal, tampaknya ada juga ungkapan warasnya. Muslim 
>menceritakan, bahwa di Muhammadiyah, ada pertanyaan: 
>Apakah Pak Dawam itu sudah masuk Ahmadiyah, ya? Cerita 
>itu kemudian disusul dengan berita radio, kata Muslim 
>Abdurrahman, orang Ahmadiyah di Cianjur sudah ramai-ramai 
>masuk Islam. Jadi kalau yang keluar dari Ahmadiyah itu 
>masuk Islam, berarti Pak Dawam keluar dari Islam. “Ini 
>berita di radio, lho Pak Dawam…,” ucap Muslim Abdurrahman 
>dengan gaya cengengesannya tapi mengaku serius saat mau 
>memuji Gus Dur di ulang tahunnya ke-65 itu.
> 
> Karena Muslim Abdurrahman mengaku serius, maka pidatonya 
>itupun dikutip oleh seorang penceramah di Pesantren Darun 
>Najah Jakarta (6/8 2005), pimpinan KH Mahrus Amin. Dalam 
>ceramah tentang aliran sesat Ahmadiyah, penceramah 
>ditanya oleh seorang santriwati, sebenarnya siapa 
>Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu, kok selalu 
>berseberangan dengan ulama. Jawab penceramah, menurut 
>pidato Muslim Abdurrahman dalam ultah Gus Dur, bahwa yang 
>diwariskan Gus Dur bila 25 atau 20 tahun nanti Gus Dur 
>sudah tidak ada adalah pembelaannya terhadap minoritas. 
>Pembelaan terhadap minoritas, menurut penceramah di Darun 
>Najah itu, maksudnya adalah pembelaan terhadap orang 
>kafir. Jadi, siapakah Gus Dur itu? Ya pembela orang 
>kafir. (Laporan Abu Qori). 
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection 
>around 
> http://mail.yahoo.com 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media 
>Dakwah.
> Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
> 
> 
> YAHOO! GROUPS LINKS 
> Visit your group "media-dakwah" on the web.
> To unsubscribe from this group, send an email to:
> [EMAIL PROTECTED]
> Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! 
>Terms of Service. 
> 

========================================================================================
Semarakkan Ulang Tahun Kemerdekaan RI dengan mengikuti TelkomNet Netkuis 17-an
Dari 17-08-2005 s.d 17-09-2005. Dan dapatkan hadiahnya..!! hanya di 
http://netkuis.telkom.net
========================================================================================
 

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke