[mediacare] Meia Kompas Anggap Tak Berkhianat
Kompas Anggap Tak Berkhianat Senin, 26 Juni 2006 - 17:15:01 WIB Harian Kompas menganggap tak berhianat sebagaimana disebut-sebut oleh beberapa ormas Islam yang tergabung dalam GASAK yang telah mendemonya Ahad kemarin Hidayatullah.com—Harian Kompas menolak jika disebut-sebut telah berhianat terhadap umat Islam, sebagaimana disebut-sebut Ahmad Sumargono dari Komite Solidaritas Islam sebagaimana ditulis hidayatullah.com, Senin (26/6) siang. “Tidak ada pengkhianatan seperti itu. Pengkhianatan apa?. Prinsip Kompas justru menciptakan kehidupan berbangsa yang lebih baik, “ ujar Pimpinan Redaksi Harian Kompas, Suryopratomo, sebagaimana dihubungi hidayatullah.com melalui sambungan telepon Senin (26/6) sore tadi. Suryopratomo juga menolak anggapan medianya melanggar perjanjian dengan elemen Islam yang pernah ditandatangani tahun 1997. Menurutnya, sampai saat ini, pihaknya tetap mentaati komitmen tersebut. Sebagaimana diketahui, tanggal 29 September 1997, bertempat di Hotel Sahid, Jakarta, bersama sejumlah elemen Islam Harian Kompas terjadi kesepakatan damai. Kala itu, sejumlah elemen Islam, yang terdiri 119 kaum cerdik pandai, ulama dan tokoh-tokoh Islam memprotes pemberitaan koran itu yang dinilai banyak merugikan umat Islam. Khususnya pemberitaan masalah pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia (UU no 1 tahun 1974) dan peristiwa di Turki dan Aljazair. [cha] source : http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3311&Itemid=65 GASAK Anggap Kompas Berkhianat pada Umat Islam Senin, 26 Juni 2006 - 16:46:00 WIB Sejumlah ormas Islam yang tergabung dalam Gabungan Antisekularisme dan Anti-Kompas (GASAK) mensomasi Harian Kompas karena dinilai sering memojokkan umat Islam Hidayatullah.com--Sejumlah tokoh dan ormas Islam yang tergabung dalam Gabungan Antisekularisme dan Anti-Kompas (GASAK) menganggap Harian Kompas berhianat terhadap kesepakat tahun 1997. Pemberitaan harian ini, dinilai sering memojokkan umat Islam. “Kompas telah berhianat terhadap kesepakatan 1997, di mana telah berjanji tidak akan membuat berita yang memojokkan umat Islam,” ujar Ahmad Sumargono dari Komite Solidaritas Islam kepada hidayatullah.com, Senin (26/6) siang tadi. Sebagaimana diketahui, Ahad (25/6) siang kemarin, sekitar hampir 1000 aktivis Islam yang tergabung dalam Gabungan Antisekularisme dan Anti-Kompas (GASAK) mendatangi kantor redaksi Harian Kompas untuk menyampaikan somasi di kantor harian itu, di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Barat. Dengan pengawalan puluhan polisi, massa yang dipimpin puluhan tokoh dan didampingi Tim Pembela Islam, Lutfie Hakim, SH dan Munarman, SH menyampaikan berbagai protes atas kebijakan harian itu yang dinilai banyak memojokkan umat Islam. Menurut mereka, menilai harian ini sering merugikan umat dan bahkan menyinggung umat Islam. Menurut Ahmad Sumargono, salah seorang yang ikut dalam aksi itu, meminta kenetralan Kompas dalam setiap tulisan menyangkut Islam. Menurut mereka, belakangan ini pemberitaan Kompas dinilai tak seimbang. Diantaranya, mereka menyebut, berita Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Antipornoaksi (RUU APP) yang lebih memihak kalangan yang kontra RUU. Selain itu, harian ini juga dianggap secara proaktif memblow-up berita yang mengkritik peraturan daerah bernuansa syariat Islam. Dengan alasan itulah sejumlah ormas yang tergabung dalam GASAK mensomasi Kompas. Ikut mendukung somasi itu antara lain; Ridwan Saidi, Ahmad Soemargono, KH. Ma’ruf Amin, H Syukron Makmun, KH. Abdul Rasyid AB, KH. Cholil Ridwan. [cha] source : http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3309&Itemid=65 --
[mediacare] Re: Letat Cest Moi--Timor Leste
Mungkin saja analisis di bawah ini betul, tetapi tindakan memecat 600 tentara atau sepertiga jumlah anggota angkatan bersenjata Timor Leste juga bukan suatu tindakan bijak. Jika hal ini tak dilakukan, apapun skenario yang digambarkan dalam tulisan di bawah ini tak akan terwujud, paling tidak, tidak pada saat ini. Mengabaikan fakta tentang pemecatan yang berbau favoritisme itu dalam analisis sama saja dengan menciptakan teori konspirasi yang tak hirau pada adanya kekeliruan kebijakan di pihak Mari Alkatiri sendiri, yang pada gilirannya memicu pemberontakan. manneke -Original Message- > Date: Mon Jun 26 01:23:00 PDT 2006 > From: "Nuniek Sudewo-salman" <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [mediacare] Paras Indonesia: Letat Cest Moi > To: mediacare@yahoogroups.com > > http://www.parasindonesia.com/read.php?gid=361 > > June, 25 2006 @ 01:12 pm > > L???etat C???est Moi > > ???Kemenangan kamarada Lu Olo dan saya bukan hanya membuat bumi Timor-Leste > terguncang, tapi juga di tempat-tempat lain,??? begitu bunyi pidato Perdana > Menteri Mari Alkatiri pada penutupan kongres Fretilin, 19 Mei lalu. Empat > hari kemudian, meletus pertempuran di Fatuahi, pinggiran timur kota Dili, > antara tentara pemberontak yang dipimpin Mayor Alfreido Reinado dengan > Falintil-FDTL. Pertempuran ini kemudian disusul dengan terjadinya perpecahan > di tubuh PNTL (Polisi Nasional Timor Leste), memicu kerusuhan sosial dan > akhirnya mengundang kehadiran kembali pasukan internasional di Timor-Leste, > dipimpin pasukan Australia. > > Pada hari Jumat, 6 Juni 2006, dari basis kekuatannya di villa peninggalan > kolonial Portugis yang sejuk di kawasan pegunungan sektor tengah Timor Leste, > Pousada de Maubisse, Mayor Alfredo Reinado bersama anggotanya menyerahkan 18 > pucuk senjata otomatis jenis M-16, empat pistol, empat senjata rakitan dan > ribuan amunisi kepada pasukan Australia. > > Selama dua bulan terakhir, dari tempat yang asri dengan bunga-bunga yang > semerbak di taman, Mayor Alfredo Reinado menuntut ???keadilan???, > menganjurkan penggulingan PM Mari Alkatiri, melakukan pertemuan dengan > tokoh-tokoh politik dan juga diwawancarai wartawan Timor dan luar negeri yang > kemudian mengekspos Mayor Alfredo sebagai figur yang tak kalah populernya > dengan Presiden Xanana Gusm???o dan Menteri Luar Negeri Ramos Horta. Media > Australia dan Indonesia melakukan reportase yang menguntungkan dan > mendongkrak popularitas pimpinan tentara yang memberontak ini. Wartawan David > O???Shea dari televisi SBS Australia menyebutnya sebagai tokoh militer yang > cerdas dan merupakan pemimpin masa depan yang mendapat pelatihan-pelatihan > dari Australia. > > Sesaat setelah penyerahan senjata, perwira menengah yang meninggalkan markas > ??? setelah terjadi insiden Tasi Tolu pada 28 April, menolak klaim bahwa > dirinya disetir. Selama ini, ???Saya tetap sebagai tentara yang patuh dan > loyal pada panglima tertinggi, Presiden Xanana Gusm???o???, ungkap Mayor > Alfredo Reinado pada jurnalis di sela-sela penyerahan senjata tersebut. > Begitu juga yang diungkapkan oleh Mayor Tara dan Mayor Marcos Tilman yang > menyusul meninggalkan markas untuk bergabung dengan kalangan oposisi di > distrik Ermera. > > Jika Mayor Alfredo Reinado dan anggotanya yang meninggalkan markas merupakan > tentara yang patuh dan loyal pada presiden Xanana Gusm???o, maka media di > Australia, Indonesia, juga di Timor-Leste mengeroyok Alkatiri dan > menggambarkannya sebagai ???Marxist Mozambique??? yang arogan, yang menyeret > Timor Leste menuju failed state, negara yang gagal. > > Sebagai ???Marxist Mozambique??? yang arogan dan memerintah Timor-Leste yang > ???gagal???, Alkatiri, dalam 49 bulan pemerintahannya membuat beberapa > prestasi yang tidak menyenangkan banyak kalangan. Canberra gerah karena > Alkatiri keras dalam negosiasi tentang minyak dan gas di Laut Timor. > Partai-partai oposisi, yang hanya memiliki 20 % suara di parlemen, jengkel > dan terus-terusan merongrong pemerintahan Alkatiri sejak diawal pemerintahan > ini dibentuk karena Alkatiri enggan berbagi jatah kekuasaan. Kamerad-kamerad > Alkatiri sendiri di Fretilin dari kelompok mudan???a (perubahan)???yang kalah > telak di kongres yang lalu yang dipimpin Jos??? Luis Guterres???dan pro > kebijakan pasar juga marah karena Alkatiri ingin mempersempit gerak sektor > swasta. > > ???Biarpun Anda berteriak keras dan klaim-mu terdengar sampai ke Alice > Spring, sikap kami tetap ??? Biarkan kami memberi Anda sebuah pelajaran > politik???bukan sebuah kemungkinan???, begitu rezim Canberra menggertak > Alkatiri melalui menteri luar negerinya Alexander Downer. Namun karena > keteguhan tim negosiasi Dili yang dipimpin PM Mari Alkatiri, dalam dua kali > putaran negosiasi yang alot, Timor-Leste mendapatkankan haknya 50:50 atas > kekayaan minyak dan gas di ladang Greatest Sunrise (awalnya Canberra > mengajukan 18:82). Dili juga memenangkan 90:10 dari 80:20 yang
[mediacare] Konghuchu
***Pemulihan status Konghuchu sebagai agama resmi, telah dijadikan satu obyek diskusi di milis2 Indonesia, mengkritik pemerintah dan SBY. ***Pahami dulu apa Konghuchu itu satu agama atau hanya satu filosofi, kemudian renungkan apakah Konghuchu diakui sebagai agama resmi akan menyatukan suku Tionghoa dalam memperjuangkan status suku Tionghoa di Indonesia. Atau, dengan mengurangnya jumlah penganut ajaran Konghuchu, suku Tionghoa lebih baik bersatu, misalnya, dibawah kekuatan agama Kristen ? ***Keluarkan isi hati kalian. Laskar Jihad tidak malu2 membanggakan kekuatannya, kenapa Laskar Kristus masih malu2 kucing ? Agama Khonghucu Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. (Dialihkan dari Konghucu) Langsung ke: panduan arah, cari Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari keadaan politik di Indonesia. Agama Khonghucu lazim dikaburkan makna dan hakikatnya dengan Konfusianisme sebagai filsafat. Daftar isi [sembunyikan] 1 Sejarah 1.1 Konfusianisme sebagai agama dan filsafat 1.2 Agama Khonghucu di zaman Orde Baru 1.3 Agama Khonghucu di zaman Orde Reformasi 2 Perbedaan definisi agama Khonghucu di Indonesia dan luar negeri 3 Ajaran Konfusius 4 Intisari ajaran Khong Hu Cu 5 Lihat pula [sunting] Sejarah [sunting] Konfusianisme sebagai agama dan filsafat Konfusianisme muncul dalam bentuk agama di beberapa negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan RRT. Dalam bahasa Tionghoa, agama Khonghucu seringkali disebut sebagai Kongjiao (E³) atau Rujiao (ò³). Namun, secara hakikat sebenarnya isi agama Khonghucu berbeda dengan Kongjiao atau Rujiao di negara-negara tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia merujuk kepada pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa yang sebenarnya bukan merupakan suatu agama. Namun karena sebenarnya pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa tidak dapat digolongkan ke salah satu agama yang diakui di Indonesia, maka muncullah agama Khonghucu sebagai penaung pemeluk kepercayaan tadi. [sunting] Agama Khonghucu di zaman Orde Baru Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa juga terpaksa merubah nama dan menaungkan diri menjadi vihara yang merupakan tempat ibadah agama Buddha. [sunting] Agama Khonghucu di zaman Orde Reformasi Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mencari kembali pengakuan atas identitas mereka. Untuk memenuhi syarat sebagai agama yang diakui menurut hukum Indonesia, maka beberapa lokalisasi dilancarkan menimbulkan perbedaan pengertian agama Khonghucu di Indonesia dengan Konfusianisme di luar negeri. [sunting] Perbedaan definisi agama Khonghucu di Indonesia dan luar negeri Agama Khonghucu di Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi (æm) Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi, namun dikarenakan tidak banyak akses ke litang, masyarakat umumnya menganggap klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu. Menetapkan Sishu Wujing (lÜãS) sebagai kitab suci resmi Menetapkan tahun baru Imlek sebagai hari raya keagamaan resmi Konfusianisme di luar negeri: Konfusius hanya sebagai orang bijak (¹l) Kelenteng sebagai tempat ibadah pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa, tempat ibadah Konfusianis adalah litang (âX°) Jumlah kitab mengulas tentang Konfusianisme tak terhitung banyaknya, tidak ada yang khusus disucikan Tahun baru Imlek tidak ada hubungannya dengan Konfusius, hari lahir Konfusius jatuh pada tanggal 28 September setiap tahunnya dan diperingati sebagai hari raya penganut Konfusianisme [sunting] Ajaran Konfusius Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (ò³) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau diseb
[mediacare] Paras Indonesia: L�etat C�est Moi
http://www.parasindonesia.com/read.php?gid=361 June, 25 2006 @ 01:12 pm LÂetat CÂest Moi ÂKemenangan kamarada Lu Olo dan saya bukan hanya membuat bumi Timor-Leste terguncang, tapi juga di tempat-tempat lain, begitu bunyi pidato Perdana Menteri Mari Alkatiri pada penutupan kongres Fretilin, 19 Mei lalu. Empat hari kemudian, meletus pertempuran di Fatuahi, pinggiran timur kota Dili, antara tentara pemberontak yang dipimpin Mayor Alfreido Reinado dengan Falintil-FDTL. Pertempuran ini kemudian disusul dengan terjadinya perpecahan di tubuh PNTL (Polisi Nasional Timor Leste), memicu kerusuhan sosial dan akhirnya mengundang kehadiran kembali pasukan internasional di Timor-Leste, dipimpin pasukan Australia. Pada hari Jumat, 6 Juni 2006, dari basis kekuatannya di villa peninggalan kolonial Portugis yang sejuk di kawasan pegunungan sektor tengah Timor Leste, Pousada de Maubisse, Mayor Alfredo Reinado bersama anggotanya menyerahkan 18 pucuk senjata otomatis jenis M-16, empat pistol, empat senjata rakitan dan ribuan amunisi kepada pasukan Australia. Selama dua bulan terakhir, dari tempat yang asri dengan bunga-bunga yang semerbak di taman, Mayor Alfredo Reinado menuntut ÂkeadilanÂ, menganjurkan penggulingan PM Mari Alkatiri, melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh politik dan juga diwawancarai wartawan Timor dan luar negeri yang kemudian mengekspos Mayor Alfredo sebagai figur yang tak kalah populernya dengan Presiden Xanana Gusmão dan Menteri Luar Negeri Ramos Horta. Media Australia dan Indonesia melakukan reportase yang menguntungkan dan mendongkrak popularitas pimpinan tentara yang memberontak ini. Wartawan David OÂShea dari televisi SBS Australia menyebutnya sebagai tokoh militer yang cerdas dan merupakan pemimpin masa depan yang mendapat pelatihan-pelatihan dari Australia. Sesaat setelah penyerahan senjata, perwira menengah yang meninggalkan markas  setelah terjadi insiden Tasi Tolu pada 28 April, menolak klaim bahwa dirinya disetir. Selama ini, ÂSaya tetap sebagai tentara yang patuh dan loyal pada panglima tertinggi, Presiden Xanana GusmãoÂ, ungkap Mayor Alfredo Reinado pada jurnalis di sela-sela penyerahan senjata tersebut. Begitu juga yang diungkapkan oleh Mayor Tara dan Mayor Marcos Tilman yang menyusul meninggalkan markas untuk bergabung dengan kalangan oposisi di distrik Ermera. Jika Mayor Alfredo Reinado dan anggotanya yang meninggalkan markas merupakan tentara yang patuh dan loyal pada presiden Xanana Gusmão, maka media di Australia, Indonesia, juga di Timor-Leste mengeroyok Alkatiri dan menggambarkannya sebagai ÂMarxist Mozambique yang arogan, yang menyeret Timor Leste menuju failed state, negara yang gagal. Sebagai ÂMarxist Mozambique yang arogan dan memerintah Timor-Leste yang ÂgagalÂ, Alkatiri, dalam 49 bulan pemerintahannya membuat beberapa prestasi yang tidak menyenangkan banyak kalangan. Canberra gerah karena Alkatiri keras dalam negosiasi tentang minyak dan gas di Laut Timor. Partai-partai oposisi, yang hanya memiliki 20 % suara di parlemen, jengkel dan terus-terusan merongrong pemerintahan Alkatiri sejak diawal pemerintahan ini dibentuk karena Alkatiri enggan berbagi jatah kekuasaan. Kamerad-kamerad Alkatiri sendiri di Fretilin dari kelompok mudança (perubahan)Âyang kalah telak di kongres yang lalu yang dipimpin José Luis GuterresÂdan pro kebijakan pasar juga marah karena Alkatiri ingin mempersempit gerak sektor swasta. ÂBiarpun Anda berteriak keras dan klaim-mu terdengar sampai ke Alice Spring, sikap kami tetap  Biarkan kami memberi Anda sebuah pelajaran politikÂbukan sebuah kemungkinanÂ, begitu rezim Canberra menggertak Alkatiri melalui menteri luar negerinya Alexander Downer. Namun karena keteguhan tim negosiasi Dili yang dipimpin PM Mari Alkatiri, dalam dua kali putaran negosiasi yang alot, Timor-Leste mendapatkankan haknya 50:50 atas kekayaan minyak dan gas di ladang Greatest Sunrise (awalnya Canberra mengajukan 18:82). Dili juga memenangkan 90:10 dari 80:20 yang diajukan Canberra untuk ladang Bayu Undan, Elang Kakaktua dan sekitarnya. Sebuah pelajaran politik yang menarik. Timor-Leste yang kecil dan miskin berani menghadapi Australia yang telah mengangkat dirinya sebagai Deputy Sheriff Amerika Serikat di kawasan Asia-Pasifik. Sejalan dengan kebijakan Australia dan Amerika, Bank Dunia mengelola dana proyek-proyek rekontruksi Timor-Leste yang bersumber dari negara-negara donor. Proyek-proyek rekonstruksi yang berlangsung pada masa transisi ini sangat menguntungkan sektor swasta. Berbagai usaha pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik, seperti rencana mendirikan perusahaan transportasi publik, perusahaan listrik dan rencana mendirikan perusaahan minyak negara, mendapat hambatan yang keras dari Bank Dunia yang menginginkan sektor tersebut diurus oleh swasta. Di tengah permasalahan kemiskinan, dengan tidak tunduk pada kebijakan pertumbuhan ekonomi, pemerintah Alkatiri memberi pelayanan
[mediacare] Sineas Inggris Filmkan Derita Warga Irak di Penjara Pasukan Koalisi
Sineas Inggris Filmkan Derita Warga Irak di Penjara Pasukan Koalisi Senin, 26 Jun 06 11:35 WIB Para penggemar film di Inggris dan di seluruh dunia, sebentar lagi bisa menyaksikan bagaimana penyiksaan yang dialami rakyat Irak melalui layar lebar. "Sementara makin banyak kisah yang terungkap, yang paling penting adalah memahami apa yang telah menimbulkan kekejaman ini," kata penulis skenario, Tony Marchant pada surat kabar Inggris The Observer edisi Minggu (25/6). Film drama berjudul The Mark of Cain ini akan memperlihatkan bagaimana pasukan Inggris memukuli para tahanan warga Irak yang dalam keadaan terikat dan wajahnya diselubungi. Dan atas perbuatannya itu, pasukan Inggris malah mendapatkan 'tropi' berupa foto-foto ketika mereka melakukan penyiksaan tersebut. Marchant mengatakan, cerita film yang ditulisnya berdasarkan pada sekitar delapan kisah nyata, termasuk kisah Gary Bartlam, seorang tentara Inggris yang ditangkap pada tahun 2003 setelah berupaya mencetak satu rol film yang antara lain berisi foto-foto yang mengabadikan tentang penyiksaan tahanan di Irak. Di antara foto-foto itu adalah foto yang memperlihatkan seorang tahanan yang digantung dengan menggunakan mesin pengangkut barang, foto tahanan yang sengaja diinjak dan foto tahanan yang diposisikan seperti sedang melakukan hubungan seksual. Bartlam dan tiga orang rekannya dari pasukan Inggris Royal Regiment of Fusilier dalam pengadilan militer tahun 2004 lalu, dinyatakan bersalah atas penyiksaan yang mereka lakukan di Camp Breadbasket di Basra, Irak. Pembuatan film The Mark of Chain sudah dimulai pada bulan Juni ini dengan mengambil lokasi di Tunisia. Rencananya, film ini sudah bisa diputar tahun 2007 mendatang. Dalam film ini dikisahkan dua orang tentara muda yang masih berusia 18 tahun, yang tergabung dalam pasukan Northdale Rifles Regiment dan bertugas Basra pada tahun 2003. Dalam film ini akan ditampilkan dilema yang dihadapi kedua tentara tadi, antara perang yang memaksa mereka untuk loyal pada resimennya dan moral mereka sendiri. "Apa yang menarik dari ketentaraan adalah hal yang disebut sebagai semangat moral. Ketika anda diperintahkan untuk terlibat dalam sesuatu yang menurut anda salah, ketika rekan anda yang lain melakukannya dan anda sendiri yang tidak melakukannya, anda bisa diasingkan oleh kelompok anda dan hidup anda dalam resiko," papar Marchant. Film Embeds Selain The Mark of Chain, BBC Film juga akan memproduksi film berjudul Embeds, yang mengisahkan kerja keras seorang jurnalis di Irak yang bekerja untuk sebuah surat kabar AS. Kepala BBC Film, David Thompson mengatakan, perang merupakan agenda utama yang paling menyedihkan terkait dengan isu-isu yang terjadi di dunia. "Tentu saja, film ingin menjadikan tema-tema kuat seperti ini agar bisa mempengaruhi kehidupan orang," katanya. Pernyataan itu dibenarkan oleh sutradara Peter Kosminsky. "Saya pikir, orang berjuang untuk memahami mengapa perang menjadi sedemikian mengerikannya dan mengapa orang-orang di AS dan Inggris mendukung perang dengan alasan yang salah," kata Kosminsky pada The Observer. "Jurnalisme punya andil didalamnya," sambungnya. Sebelumnya, Kosminsky menulis skenario dan menyutradarai film berjudul The Government Inspector, sebuah film drama yang mengisahkan pengalaman mendiang Dr David Kelly, salah seorang pakar senjata pemusnah massal di pemerintahan. Dia terjebak dalam polemik tudingan kepemilikan senjata pemusnah massal Irak antara pemerintah Inggris dan BBC, sampai akhirnya Kelly ditemukan tewas pada 17 Juli sekitar lima mil dari rumahnya. Menurut tim penyelidik Inggris, Kelly tewas karena bunuh diri. (ln/iol) source : http://www.eramuslim.com/news/int/449f63f2.htm --