[mediacare] Meia Kompas Anggap Tak Berkhianat

2006-06-26 Terurut Topik Wido Q Supraha




Kompas
Anggap Tak Berkhianat 
Senin, 26 Juni 2006 - 17:15:01 WIB 
Harian Kompas menganggap tak berhianat sebagaimana disebut-sebut oleh
beberapa ormas Islam yang tergabung dalam GASAK yang telah mendemonya
Ahad kemarin

Hidayatullah.com—Harian Kompas menolak jika disebut-sebut telah
berhianat terhadap umat Islam, sebagaimana disebut-sebut Ahmad
Sumargono dari Komite Solidaritas Islam sebagaimana ditulis
hidayatullah.com, Senin (26/6) siang.

“Tidak ada pengkhianatan seperti itu. Pengkhianatan apa?. Prinsip
Kompas justru menciptakan kehidupan berbangsa yang lebih baik, “ ujar
Pimpinan Redaksi Harian Kompas, Suryopratomo, sebagaimana dihubungi
hidayatullah.com melalui sambungan telepon Senin (26/6) sore tadi.

Suryopratomo juga menolak anggapan medianya melanggar perjanjian dengan
elemen Islam yang pernah ditandatangani tahun 1997.  Menurutnya, sampai
saat ini, pihaknya tetap mentaati komitmen tersebut.

Sebagaimana diketahui, tanggal 29 September 1997, bertempat di Hotel
Sahid, Jakarta, bersama sejumlah elemen Islam Harian Kompas terjadi
kesepakatan damai. 

Kala itu, sejumlah elemen Islam, yang terdiri 119 kaum cerdik pandai,
ulama dan tokoh-tokoh Islam memprotes pemberitaan koran itu yang
dinilai banyak merugikan umat Islam. Khususnya pemberitaan masalah
pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia (UU no 1 tahun 1974)
dan peristiwa di Turki dan Aljazair. [cha]

source :
http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3311&Itemid=65


GASAK Anggap Kompas
Berkhianat pada Umat Islam

Senin, 26 Juni 2006 - 16:46:00 WIB 
Sejumlah ormas Islam yang tergabung dalam Gabungan Antisekularisme dan
Anti-Kompas (GASAK) mensomasi Harian Kompas karena dinilai sering
memojokkan umat Islam

Hidayatullah.com--Sejumlah tokoh dan ormas Islam yang tergabung dalam
Gabungan Antisekularisme dan Anti-Kompas (GASAK) menganggap Harian
Kompas berhianat terhadap kesepakat tahun 1997.  Pemberitaan harian
ini, dinilai sering memojokkan umat Islam.

“Kompas telah berhianat terhadap kesepakatan 1997, di mana telah
berjanji tidak akan membuat berita yang memojokkan umat Islam,” ujar
Ahmad Sumargono dari Komite Solidaritas Islam kepada hidayatullah.com,
Senin (26/6) siang tadi.

Sebagaimana diketahui, Ahad (25/6) siang kemarin, sekitar hampir 1000
aktivis Islam yang tergabung dalam Gabungan Antisekularisme dan
Anti-Kompas (GASAK) mendatangi kantor redaksi Harian Kompas untuk
menyampaikan somasi di kantor harian itu, di Jalan Palmerah Selatan,
Jakarta Barat. 

Dengan pengawalan puluhan polisi, massa yang dipimpin puluhan tokoh dan
didampingi Tim Pembela Islam, Lutfie Hakim, SH dan  Munarman, SH
menyampaikan berbagai protes atas kebijakan harian itu yang dinilai
banyak memojokkan umat Islam. Menurut mereka, menilai harian ini sering
merugikan umat dan bahkan menyinggung umat Islam.

Menurut Ahmad Sumargono, salah seorang yang ikut dalam aksi itu,
meminta kenetralan Kompas dalam setiap tulisan menyangkut Islam.
Menurut mereka, belakangan ini pemberitaan Kompas dinilai tak seimbang.


Diantaranya, mereka menyebut, berita Rancangan Undang-Undang
Antipornografi dan Antipornoaksi (RUU APP) yang lebih memihak kalangan
yang kontra RUU. Selain itu,  harian ini juga dianggap secara proaktif
memblow-up berita yang mengkritik peraturan daerah bernuansa syariat
Islam. Dengan alasan itulah sejumlah ormas yang tergabung dalam GASAK
mensomasi Kompas.

Ikut mendukung somasi itu antara lain; Ridwan Saidi, Ahmad Soemargono,
KH. Ma’ruf Amin, H Syukron Makmun, KH. Abdul Rasyid AB, KH. Cholil
Ridwan. [cha]

source :
http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3309&Itemid=65

-- 





[mediacare] Re: Letat Cest Moi--Timor Leste

2006-06-26 Terurut Topik manneke
Mungkin saja analisis di bawah ini betul, tetapi tindakan memecat 600 tentara 
atau sepertiga jumlah anggota angkatan bersenjata Timor Leste juga bukan suatu 
tindakan bijak. Jika hal ini tak dilakukan, apapun skenario yang digambarkan 
dalam tulisan di bawah ini tak akan terwujud, paling tidak, tidak pada saat ini.

Mengabaikan fakta tentang pemecatan yang berbau favoritisme itu dalam analisis 
sama saja dengan menciptakan teori konspirasi yang tak hirau pada adanya 
kekeliruan kebijakan di pihak Mari Alkatiri sendiri, yang pada gilirannya 
memicu pemberontakan.


manneke 



-Original Message-

> Date: Mon Jun 26 01:23:00 PDT 2006
> From: "Nuniek Sudewo-salman" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [mediacare] Paras Indonesia: Letat Cest Moi
> To: mediacare@yahoogroups.com
>
> http://www.parasindonesia.com/read.php?gid=361
> 
> June, 25 2006 @ 01:12 pm
> 
> L???etat C???est Moi
> 
> ???Kemenangan kamarada Lu Olo dan saya bukan hanya membuat bumi Timor-Leste 
> terguncang, tapi juga di tempat-tempat lain,??? begitu bunyi pidato Perdana 
> Menteri Mari Alkatiri pada penutupan kongres Fretilin, 19 Mei lalu. Empat 
> hari kemudian, meletus pertempuran di Fatuahi, pinggiran timur kota Dili, 
> antara tentara pemberontak yang dipimpin Mayor Alfreido Reinado dengan 
> Falintil-FDTL. Pertempuran ini kemudian disusul dengan terjadinya perpecahan 
> di tubuh PNTL (Polisi Nasional Timor Leste), memicu kerusuhan sosial dan 
> akhirnya mengundang kehadiran kembali pasukan internasional di Timor-Leste, 
> dipimpin pasukan Australia.
>  
> Pada hari Jumat, 6 Juni 2006, dari basis kekuatannya di villa peninggalan 
> kolonial Portugis yang sejuk di kawasan pegunungan sektor tengah Timor Leste, 
> Pousada de Maubisse, Mayor Alfredo Reinado bersama anggotanya menyerahkan 18 
> pucuk senjata otomatis jenis M-16, empat pistol, empat senjata rakitan dan 
> ribuan amunisi kepada pasukan Australia.
>  
> Selama dua bulan terakhir, dari tempat yang asri dengan bunga-bunga yang 
> semerbak di taman, Mayor Alfredo Reinado menuntut ???keadilan???, 
> menganjurkan penggulingan PM Mari Alkatiri, melakukan pertemuan dengan 
> tokoh-tokoh politik dan juga diwawancarai wartawan Timor dan luar negeri yang 
> kemudian mengekspos Mayor Alfredo sebagai figur yang tak kalah populernya 
> dengan Presiden Xanana Gusm???o dan Menteri Luar Negeri Ramos Horta. Media 
> Australia dan Indonesia melakukan reportase yang menguntungkan dan 
> mendongkrak popularitas pimpinan tentara yang memberontak ini. Wartawan David 
> O???Shea dari televisi SBS Australia menyebutnya sebagai tokoh militer yang 
> cerdas dan merupakan pemimpin masa depan yang mendapat pelatihan-pelatihan 
> dari Australia.
>  
> Sesaat setelah penyerahan senjata, perwira menengah yang meninggalkan markas 
> ??? setelah terjadi insiden Tasi Tolu pada 28 April, menolak klaim bahwa 
> dirinya disetir. Selama ini, ???Saya tetap sebagai tentara yang patuh dan 
> loyal pada panglima tertinggi, Presiden Xanana Gusm???o???, ungkap Mayor 
> Alfredo Reinado pada jurnalis di sela-sela penyerahan senjata tersebut. 
> Begitu juga yang diungkapkan oleh Mayor Tara dan Mayor Marcos Tilman yang 
> menyusul meninggalkan markas untuk bergabung dengan kalangan oposisi di 
> distrik Ermera.
> 
> Jika Mayor Alfredo Reinado dan anggotanya yang meninggalkan markas merupakan 
> tentara yang patuh dan loyal pada presiden Xanana Gusm???o, maka media di 
> Australia, Indonesia, juga di Timor-Leste mengeroyok Alkatiri dan 
> menggambarkannya sebagai ???Marxist Mozambique??? yang arogan, yang menyeret 
> Timor Leste menuju failed state, negara yang gagal.
>  
> Sebagai ???Marxist Mozambique??? yang arogan dan memerintah Timor-Leste yang 
> ???gagal???, Alkatiri, dalam 49 bulan pemerintahannya membuat beberapa 
> prestasi yang tidak menyenangkan banyak kalangan. Canberra gerah karena 
> Alkatiri keras dalam negosiasi tentang minyak dan gas di Laut Timor. 
> Partai-partai oposisi, yang hanya memiliki 20 % suara di parlemen, jengkel 
> dan terus-terusan merongrong pemerintahan Alkatiri sejak diawal pemerintahan 
> ini dibentuk karena Alkatiri enggan berbagi jatah kekuasaan. Kamerad-kamerad 
> Alkatiri sendiri di Fretilin dari kelompok mudan???a (perubahan)???yang kalah 
> telak di kongres yang lalu yang dipimpin Jos??? Luis Guterres???dan pro 
> kebijakan pasar juga marah karena Alkatiri ingin mempersempit gerak sektor 
> swasta.
>  
> ???Biarpun Anda berteriak keras dan klaim-mu terdengar sampai ke Alice 
> Spring, sikap kami tetap ??? Biarkan kami memberi Anda sebuah pelajaran 
> politik???bukan sebuah kemungkinan???, begitu rezim Canberra menggertak 
> Alkatiri melalui menteri luar negerinya Alexander Downer. Namun karena 
> keteguhan tim negosiasi Dili yang dipimpin PM Mari Alkatiri, dalam dua kali 
> putaran negosiasi yang alot, Timor-Leste mendapatkankan haknya 50:50 atas 
> kekayaan minyak dan gas di ladang Greatest Sunrise (awalnya Canberra 
> mengajukan 18:82). Dili juga memenangkan 90:10 dari 80:20 yang 

[mediacare] Konghuchu

2006-06-26 Terurut Topik Holy Uncle
***Pemulihan status Konghuchu sebagai agama resmi, telah dijadikan satu 
obyek diskusi di milis2 Indonesia, mengkritik pemerintah dan SBY.

***Pahami dulu apa Konghuchu itu satu agama atau hanya satu filosofi, 
kemudian renungkan apakah Konghuchu diakui sebagai agama resmi akan 
menyatukan suku Tionghoa dalam memperjuangkan status suku Tionghoa di 
Indonesia. Atau, dengan mengurangnya jumlah penganut ajaran Konghuchu, suku 
Tionghoa lebih baik bersatu, misalnya, dibawah kekuatan agama Kristen ?

***Keluarkan isi hati kalian. Laskar Jihad tidak malu2 membanggakan 
kekuatannya, kenapa Laskar Kristus masih malu2 kucing ?



Agama Khonghucu
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
(Dialihkan dari Konghucu)
Langsung ke: panduan arah, cari
Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari keadaan 
politik di Indonesia. Agama Khonghucu lazim dikaburkan makna dan hakikatnya 
dengan Konfusianisme sebagai filsafat.

Daftar isi [sembunyikan]
1 Sejarah
1.1 Konfusianisme sebagai agama dan filsafat
1.2 Agama Khonghucu di zaman Orde Baru
1.3 Agama Khonghucu di zaman Orde Reformasi
2 Perbedaan definisi agama Khonghucu di Indonesia dan luar negeri
3 Ajaran Konfusius
4 Intisari ajaran Khong Hu Cu
5 Lihat pula



[sunting]
Sejarah
[sunting]
Konfusianisme sebagai agama dan filsafat
Konfusianisme muncul dalam bentuk agama di beberapa negara seperti Korea, 
Jepang, Taiwan, Hong Kong dan RRT. Dalam bahasa Tionghoa, agama Khonghucu 
seringkali disebut sebagai Kongjiao (E‹³) atau Rujiao (Žò‹³). Namun, secara 
hakikat sebenarnya isi agama Khonghucu berbeda dengan Kongjiao atau Rujiao 
di negara-negara tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia merujuk kepada 
pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa yang sebenarnya bukan merupakan 
suatu agama. Namun karena sebenarnya pemeluk kepercayaan tradisional 
Tionghoa tidak dapat digolongkan ke salah satu agama yang diakui di 
Indonesia, maka muncullah agama Khonghucu sebagai penaung pemeluk 
kepercayaan tadi.

[sunting]
Agama Khonghucu di zaman Orde Baru
Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas 
berbau kebudayaaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak 
pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai 
pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan 
politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tadi 
kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas 
menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Klenteng yang merupakan tempat 
ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa juga terpaksa merubah nama dan 
menaungkan diri menjadi vihara yang merupakan tempat ibadah agama Buddha.

[sunting]
Agama Khonghucu di zaman Orde Reformasi
Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mencari 
kembali pengakuan atas identitas mereka. Untuk memenuhi syarat sebagai agama 
yang diakui menurut hukum Indonesia, maka beberapa lokalisasi dilancarkan 
menimbulkan perbedaan pengertian agama Khonghucu di Indonesia dengan 
Konfusianisme di luar negeri.

[sunting]
Perbedaan definisi agama Khonghucu di Indonesia dan luar negeri

Agama Khonghucu di Indonesia:
Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi (æ’m)
Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi, namun 
dikarenakan tidak banyak akses ke litang, masyarakat umumnya menganggap 
klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu.
Menetapkan Sishu Wujing (Žl‘ŒÜãS) sebagai kitab suci resmi
Menetapkan tahun baru Imlek sebagai hari raya keagamaan resmi

Konfusianisme di luar negeri:
Konfusius hanya sebagai orang bijak (¹l)
Kelenteng sebagai tempat ibadah pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa, 
tempat ibadah Konfusianis adalah litang (âX“°)
Jumlah kitab mengulas tentang Konfusianisme tak terhitung banyaknya, tidak 
ada yang khusus disucikan

Tahun baru Imlek tidak ada hubungannya dengan Konfusius, hari lahir 
Konfusius jatuh pada tanggal 28 September setiap tahunnya dan diperingati 
sebagai hari raya penganut Konfusianisme
[sunting]

Ajaran Konfusius
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) 
dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (Žò‹³) yang berarti 
agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. 
Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya 
menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa 
yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan 
ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu 
adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan 
menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan 
utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam 
agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh 
para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana 
hubungan antar sesama manusia atau diseb

[mediacare] Paras Indonesia: L�etat C�est Moi

2006-06-26 Terurut Topik Nuniek Sudewo-salman
http://www.parasindonesia.com/read.php?gid=361

June, 25 2006 @ 01:12 pm

L’etat C’est Moi

“Kemenangan kamarada Lu Olo dan saya bukan hanya membuat bumi Timor-Leste 
terguncang, tapi juga di tempat-tempat lain,” begitu bunyi pidato Perdana 
Menteri Mari Alkatiri pada penutupan kongres Fretilin, 19 Mei lalu. Empat hari 
kemudian, meletus pertempuran di Fatuahi, pinggiran timur kota Dili, antara 
tentara pemberontak yang dipimpin Mayor Alfreido Reinado dengan Falintil-FDTL. 
Pertempuran ini kemudian disusul dengan terjadinya perpecahan di tubuh PNTL 
(Polisi Nasional Timor Leste), memicu kerusuhan sosial dan akhirnya mengundang 
kehadiran kembali pasukan internasional di Timor-Leste, dipimpin pasukan 
Australia.
 
Pada hari Jumat, 6 Juni 2006, dari basis kekuatannya di villa peninggalan 
kolonial Portugis yang sejuk di kawasan pegunungan sektor tengah Timor Leste, 
Pousada de Maubisse, Mayor Alfredo Reinado bersama anggotanya menyerahkan 18 
pucuk senjata otomatis jenis M-16, empat pistol, empat senjata rakitan dan 
ribuan amunisi kepada pasukan Australia.
 
Selama dua bulan terakhir, dari tempat yang asri dengan bunga-bunga yang 
semerbak di taman, Mayor Alfredo Reinado menuntut ‘keadilan’, menganjurkan 
penggulingan PM Mari Alkatiri, melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh politik 
dan juga diwawancarai wartawan Timor dan luar negeri yang kemudian mengekspos 
Mayor Alfredo sebagai figur yang tak kalah populernya dengan Presiden Xanana 
Gusmão dan Menteri Luar Negeri Ramos Horta. Media Australia dan Indonesia 
melakukan reportase yang menguntungkan dan mendongkrak popularitas pimpinan 
tentara yang memberontak ini. Wartawan David O’Shea dari televisi SBS Australia 
menyebutnya sebagai tokoh militer yang cerdas dan merupakan pemimpin masa depan 
yang mendapat pelatihan-pelatihan dari Australia.
 
Sesaat setelah penyerahan senjata, perwira menengah yang meninggalkan markas — 
setelah terjadi insiden Tasi Tolu pada 28 April, menolak klaim bahwa dirinya 
disetir. Selama ini, “Saya tetap sebagai tentara yang patuh dan loyal pada 
panglima tertinggi, Presiden Xanana Gusmão”, ungkap Mayor Alfredo Reinado pada 
jurnalis di sela-sela penyerahan senjata tersebut. Begitu juga yang diungkapkan 
oleh Mayor Tara dan Mayor Marcos Tilman yang menyusul meninggalkan markas untuk 
bergabung dengan kalangan oposisi di distrik Ermera.

Jika Mayor Alfredo Reinado dan anggotanya yang meninggalkan markas merupakan 
tentara yang patuh dan loyal pada presiden Xanana Gusmão, maka media di 
Australia, Indonesia, juga di Timor-Leste mengeroyok Alkatiri dan 
menggambarkannya sebagai ‘Marxist Mozambique’ yang arogan, yang menyeret Timor 
Leste menuju failed state, negara yang gagal.
 
Sebagai ‘Marxist Mozambique’ yang arogan dan memerintah Timor-Leste yang 
‘gagal’, Alkatiri, dalam 49 bulan pemerintahannya membuat beberapa prestasi 
yang tidak menyenangkan banyak kalangan. Canberra gerah karena Alkatiri keras 
dalam negosiasi tentang minyak dan gas di Laut Timor. Partai-partai oposisi, 
yang hanya memiliki 20 % suara di parlemen, jengkel dan terus-terusan 
merongrong pemerintahan Alkatiri sejak diawal pemerintahan ini dibentuk karena 
Alkatiri enggan berbagi jatah kekuasaan. Kamerad-kamerad Alkatiri sendiri di 
Fretilin dari kelompok mudança (perubahan)—yang kalah telak di kongres yang 
lalu yang dipimpin José Luis Guterres—dan pro kebijakan pasar juga marah karena 
Alkatiri ingin mempersempit gerak sektor swasta.
 
“Biarpun Anda berteriak keras dan klaim-mu terdengar sampai ke Alice Spring, 
sikap kami tetap … Biarkan kami memberi Anda sebuah pelajaran politik—bukan 
sebuah kemungkinan”, begitu rezim Canberra menggertak Alkatiri melalui menteri 
luar negerinya Alexander Downer. Namun karena keteguhan tim negosiasi Dili yang 
dipimpin PM Mari Alkatiri, dalam dua kali putaran negosiasi yang alot, 
Timor-Leste mendapatkankan haknya 50:50 atas kekayaan minyak dan gas di ladang 
Greatest Sunrise (awalnya Canberra mengajukan 18:82). Dili juga memenangkan 
90:10 dari 80:20 yang diajukan Canberra untuk ladang Bayu Undan, Elang Kakaktua 
dan sekitarnya. Sebuah pelajaran politik yang menarik. Timor-Leste yang kecil 
dan miskin berani menghadapi Australia yang telah mengangkat dirinya sebagai 
Deputy Sheriff Amerika Serikat di kawasan Asia-Pasifik.
 
Sejalan dengan kebijakan Australia dan Amerika, Bank Dunia mengelola dana 
proyek-proyek rekontruksi Timor-Leste yang bersumber dari negara-negara donor. 
Proyek-proyek rekonstruksi yang berlangsung pada masa transisi ini sangat 
menguntungkan sektor swasta. Berbagai usaha pemerintah untuk meningkatkan 
pelayanan publik, seperti rencana mendirikan perusahaan transportasi publik, 
perusahaan listrik dan rencana mendirikan perusaahan minyak negara, mendapat 
hambatan yang keras dari Bank Dunia yang menginginkan sektor tersebut diurus 
oleh swasta.
 
Di tengah permasalahan kemiskinan, dengan tidak tunduk pada kebijakan 
pertumbuhan ekonomi, pemerintah Alkatiri memberi pelayanan

[mediacare] Sineas Inggris Filmkan Derita Warga Irak di Penjara Pasukan Koalisi

2006-06-26 Terurut Topik Wido Q Supraha




Sineas
Inggris Filmkan Derita Warga Irak di Penjara Pasukan Koalisi
Senin, 26 Jun 06 11:35 WIB



Para penggemar film di Inggris dan di seluruh dunia, sebentar lagi bisa
menyaksikan bagaimana penyiksaan yang dialami rakyat Irak melalui layar
lebar.

"Sementara makin banyak kisah yang terungkap, yang paling penting
adalah memahami apa yang telah menimbulkan kekejaman ini," kata penulis
skenario, Tony Marchant pada surat kabar Inggris The Observer edisi
Minggu (25/6).

Film drama berjudul The Mark of Cain ini akan memperlihatkan bagaimana
pasukan Inggris memukuli para tahanan warga Irak yang dalam keadaan
terikat dan wajahnya diselubungi. Dan atas perbuatannya itu, pasukan
Inggris malah mendapatkan 'tropi' berupa foto-foto ketika mereka
melakukan penyiksaan tersebut.

Marchant mengatakan, cerita film yang ditulisnya berdasarkan pada
sekitar delapan kisah nyata, termasuk kisah Gary Bartlam, seorang
tentara Inggris yang ditangkap pada tahun 2003 setelah berupaya
mencetak satu rol film yang antara lain berisi foto-foto yang
mengabadikan tentang penyiksaan tahanan di Irak. Di antara foto-foto
itu adalah foto yang memperlihatkan seorang tahanan yang digantung
dengan menggunakan mesin pengangkut barang, foto tahanan yang sengaja
diinjak dan foto tahanan yang diposisikan seperti sedang melakukan
hubungan seksual.

Bartlam dan tiga orang rekannya dari pasukan Inggris Royal Regiment of
Fusilier dalam pengadilan militer tahun 2004 lalu, dinyatakan bersalah
atas penyiksaan yang mereka lakukan di Camp Breadbasket di Basra, Irak.

Pembuatan film The Mark of Chain sudah dimulai pada bulan Juni ini
dengan mengambil lokasi di Tunisia. Rencananya, film ini sudah bisa
diputar tahun 2007 mendatang. Dalam film ini dikisahkan dua orang
tentara muda yang masih berusia 18 tahun, yang tergabung dalam pasukan
Northdale Rifles Regiment dan bertugas Basra pada tahun 2003. Dalam
film ini akan ditampilkan dilema yang dihadapi kedua tentara tadi,
antara perang yang memaksa mereka untuk loyal pada resimennya dan moral
mereka sendiri.

"Apa yang menarik dari ketentaraan adalah hal yang disebut sebagai
semangat moral. Ketika anda diperintahkan untuk terlibat dalam sesuatu
yang menurut anda salah, ketika rekan anda yang lain melakukannya dan
anda sendiri yang tidak melakukannya, anda bisa diasingkan oleh
kelompok anda dan hidup anda dalam resiko," papar Marchant.

Film Embeds

Selain The Mark of Chain, BBC Film juga akan memproduksi film berjudul
Embeds, yang mengisahkan kerja keras seorang jurnalis di Irak yang
bekerja untuk sebuah surat kabar AS.

Kepala BBC Film, David Thompson mengatakan, perang merupakan agenda
utama yang paling menyedihkan terkait dengan isu-isu yang terjadi di
dunia. "Tentu saja, film ingin menjadikan tema-tema kuat seperti ini
agar bisa mempengaruhi kehidupan orang," katanya.

Pernyataan itu dibenarkan oleh sutradara Peter Kosminsky. "Saya pikir,
orang berjuang untuk memahami mengapa perang menjadi sedemikian
mengerikannya dan mengapa orang-orang di AS dan Inggris mendukung
perang dengan alasan yang salah," kata Kosminsky pada The Observer.

"Jurnalisme punya andil didalamnya," sambungnya.

Sebelumnya, Kosminsky menulis skenario dan menyutradarai film berjudul
The Government Inspector, sebuah film drama yang mengisahkan pengalaman
mendiang Dr David Kelly, salah seorang pakar senjata pemusnah massal di
pemerintahan. Dia terjebak dalam polemik tudingan kepemilikan senjata
pemusnah massal Irak antara pemerintah Inggris dan BBC, sampai akhirnya
Kelly ditemukan tewas pada 17 Juli sekitar lima mil dari rumahnya.
Menurut tim penyelidik Inggris, Kelly tewas karena bunuh diri. (ln/iol)

source : http://www.eramuslim.com/news/int/449f63f2.htm

--