[mediacare] Pesantren menolak sumbangan?
Dewasa ini dunia pesantren (santri dan kyai serta semua elemen di dalamnya), menyedot perhatian dunia publik. Bayangkan saja dalam pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 yang baru pertama kali dilaksanakan secara langsung di Indonesia ternyata banyak pihak yang berusaha menggandeng pesantren dalam meraih dukungan. Hal ini kalau kita cermati, sebenarnya dunia pesantren merupakan tiket berharga yang dapat dijadikan sebagai penyumbang terbesar dalam kehidupan. Tidak itu saja, banyak pihak luar, LSM, atau lembaga luar negeri yang juga menawarkan jasa untuk bekerjasama dengan pesantren dalam hal pemenuhan fasilitas komputer, internet, pembangunan gedung-gedung, hingga kerjasama pendirian sekolah atau kursus. Dalam hal ini pesantren harus berfikir ulang, apakah berbagai tawaran di atas misalnya, harus diterima mentah-mentah ataukah ditolak begitu saja dengan berdalih bahwa pesantren tidak berkecimpung di dunia perpolitikan, tidak mendalami ilmu selain ilmu-ilmu keislaman, ataukah lainnya?
[mediacare] SBY datang ke YOGYA gempa 5,2 SR untuk mengingatkan peduli korban gempa 27 Mei 2006
Gempa bumi masih membuat trauma korban gempa 27 Mei 2006 di Yogya dan Klaten. Gempa yang terjadi pada hari Kamis pukul 09.52 wib yang berkekuatan 5,2 SR yang terjadi sebelas bulan setelah gempa besar pada tahun lalu. Penanganan korban gempa sampai sekarang masih belum memuaskan korban gempa di yogya dan Klaten permasalahan dilapangan sangat kompleks hingga dalam bantuan rumah untuk rekontruksi dan rehabilitasi rumah korban sampai sekarang belum selesai juga. Masih bertahap dan bertahap, korban gempa hanya bisa sabar dan mengingatkan kepada pemerintah dan jejaring LSM/NGO yang peduli dalam penanganan korban gempa di Yogya dan Klaten untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Korban gempa juga manusia biasa, bisa stress dan depresi. salam yudi Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] Manusia Tanpa Nama
Manusia Tanpa Nama YUDI Kita hidup di negeri mimpi Seperti kata-kata penguasa begitu manis, sangat manis Hingga mau muntah. Kita manusia tanpa nama Hidup di tempat gelap dan kotor Pinggir jalan yang berdebu Gubuk-gubuk liar stasiun, terminal dan pasar. Sisa-sisa makanan dari restoran mewah kita makan Hanya untuk bertahan hidup. Kita manusia tanpa nama Hidup tanpa ada Keamanan Kenyamanan Ketenangan dan Masa depan. Alat-alat penguasa Selalu jijik melihat kita Diusir dari jalanan Diusir dari gubuk-gubuk liar dan tempat-tempat Untuk mencari sesuap nasi. Manusia tanpa nama Lalu kita harus tinggal di mana Ini negeri bukan milik rakyat miskin. selamat datang di http://groups.yahoo.com/group/SASTRA_SANTRI/join Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] ITPDN sekolah otot tanpa otak
Sekolah yang didirikan oleh Rudin jaman orba, dengan gaya/disiplin militer dan mahasiswanya masuk dari SMA/MA dan sederajat tidak pernah diajarkan disiplin seperti militer kecuali pramuka. Setelah masuk IPDN menjadi balas dendam seniornya seperti preman digebuk, ditendang, ditelanjangi dan dibunuh. Setelah terjadi ada korban hanya pelaku yang dihukum. Mahasiswa IPDN hanya melakukan sistem/aturan yang dibuat oleh lembaga IPDN bukan oleh mahasiswanya itu sendiri. Lalu ada apa dengan IPDN tetap dipertahankan? Anak-anak cerdas harus dididik dengan nurani, budi pekerti bukan kekerasan. salam yudi http://groups.yahoo.com/group/awasi_dpr_dprd/join Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] DPR Batal Dapat Laptop
DPR Batal Dapat Laptop var ygrp_p = new yg_cookie(); function set_gmp(p){ if (p == ) ygrp_p.remove(GMP); else ygrp_p.set(GMP,p); } function clear_gmp() { ygrp_p.remove(GMP); } var ygrp_ck = new yg_cookie(); var envPref = ygrp_ck.get('GMI'); function pref(){ if (envPref){ // if pref is open msgInfo(); // toggle the display, default is close } // otherwise, don't do anything default is close getDocumentCharset(); } function getDocumentCharset() { var charset = (typeof document.charset == undefined || document.charset == null) ? document.characterSet : document.charset; var msxml = ['Microsoft.XMLHTTP','MSXML2.XMLHTTP.5.0','MSXML2.XMLHTTP.4.0','MSXML2.XMLHTTP.3.0','MSXML2.XMLHTTP']; var http;try{http=new XMLHttpRequest();}catch(e){for(var i=0;i Perdebatan yang panjang tentang laptop untuk DPR hingga menjadi batal, karena banyak opini dan wacana yang tidak urgent mengenai laptop untuk anggota DPR. Pertanyaan saya kembali mengenai SDM anggota DPR. Berapa yang profesor? Berapa yang tamatan S1, S2, S3? Berapa yang tamatan Diploma? Berapa yang tamatan SMA/Paket C? Berapa orang yang bisa bahasa Inggris? Sudah berapa tahun mengenal komputer dan menggunakan komputer? Sudah berapakah anggota DPR yang punya komputer dan laptop? Masak harus dibelikan semua, uang itu, uang rakyat dengan membayar pajak untuk menjalankan roda negara/pemerintahan yang tujuan dasar adalah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia bukan untuk 'bancaan' yang katanya Arbi Sanit Kinerjanya anggota DPR masih jelek kok minta laptop lagi. Saya saja korban gempa di Klaten masih pusing, bagaimana rumah saya bisa saya perbaiki seperti semula. Anggota DPR ya peduli sama orang kecil?! Namanya saja wakil rakyat ya harus merakyat. salam Yudi selamat datang di http://groups.yahoo.com/group/awasi_dpr_dprd/join Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] Acara film telivisi sangat membosankan
Hampir semua acara telivisi menayangkan film-film yang sudah diputar/diulang-ulang lagi. Pemirsa televisi dianggap sebagai pembantu rumah tangga hanya diam saja. Stasion televisi dengan menayangkan ulang film-film yang dianggap laris dan tidak menayangkan film-film baru, sangat menguntungkan stasion televisi dengan kontrak batas waktu siar digunakan untuk menayangkan berulang-ulang dan dapat pemasukan dari iklan-iklan. Penonton tidak dihargai dan dihormati sebagai pemirsa telivisi dan peminat/pecinta film. Daripada acara film-film yang diulang-ulang hanya membosankan penonton lebih baik diisi iklan-iklan saja. Dan pencinta film sementara ini dialihkan untuk membaca buku saja. Atau stasion televisi sudah tidak kuat lagi untuk membeli film baru. salam yudi selamat datang di http://groups.yahoo.com/group/KERETA_API_KITA/join Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] Masalah Perkeretaapian: Wapres Diminta Tak Cuma Tebar Pesona
Masalah Perkeretaapian: Wapres Diminta Tak Cuma Tebar Pesona Masyarakat Pencinta Kereta Api (Maska) meminta agar Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak hanya melakukan tebar pesona dengan cara memimpin langsung rapat koordinasi di atas kereta api, khusus untuk menyelesaikan permasalahan perkeretaapian nasional. Akan tetapi, Wapres harus melakukan langkah nyata dengan berbuat dan mengambil keputusan konkrit untuk menyuntik dana segar kepada manajemen PT Kereta Api Indonesia (KAI). Dana segar yang dibutuhkan bagi perbaikan dan peningkatan serta pengembangan seluruh sarana dan prasara kereta api nasional, yaitu sebesar Rp 11 triliun. Demikian disampaikan Ketua Umum Masyarakat Pencinta Kereta Api (Maska) Moech Hendrowijono saat dihubungi Kompas melalui telepon seluler, Rabu (28/2) di Jakarta. Hendro sebelumnya dimintai pendapat apakah efektif jika Wapres langsung memimpin rakor di atas kereta api untuk menyelesaikan masalah kereta api. Kalau Pak Wapres tidak berani mengambil keputusan untuk memenuhi kekurangan dana yang sangat besar dalam mengatasi masalah perkeretaapian nasinal, maka apa yang dilakukan Pak Wapres hanya tebar pesona saja. Keputusan rapat yang dihasilkan, saya kira hanya menambah daftar panjang catatan-catatan persoalan KAI yang selama ini sudah ada. Jadi, pemerintahan Presiden Yudhoyono dan Wapres Kalla harus menutup kekurangan itu. Karena persoalan utama KAI adalah kekurangan dana, tandasnya. Menurut Hendro, Wapres Kalla dan pemerintah-nya hanya akan seperti mantan Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, yang menanyakan masalah, akan tetapi tidak menyelesaikan masalah. Sejak zaman Pak Harto dulu, setiap kali naik kereta api, Pak Harto selalu bertanya, apa yang menjadi masalah di KAI? Selalu dijawab hal yang sama oleh direksi KAI dulu, sampai sekarang ini. Contohnya, Dirut KAI yang sekarang ini, menghadapi masalah yang sama. Kita lihat apakah masalah itu bisa diatasi oleh pemerintah sekarang ini atau tidak? tambah Hendro. Hendro menyatakan, Kalau tidak ada komitmen itu, apa yang dilakukan Pak Wapres hanya pengulangan saja seperti yang dulu. Jalan-jalan dan hura-hura, sambil tebar pesona. selamat datang ke http://groups.yahoo.com/group/KERETA_API_KITA/join Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] Ibu Pertiwi Menangis
Negeri indah adalah Indonesia, sekarang negeri penuh kekayaan; seperti kaya korupsi, kemiskinan, pengangguran, musibah dan bencana alam. Negeri yang sumberdaya alamnya banyak tapi diambil oleh orang asing. Kita hanya menjadi buruh, kuli dan budak di negeri sendiri. Negeri ini milik siapa pemodal asing atau milik rakyat Indonesia. Ibu pertiwi menangis melihat anak bangsa saling bertengkar, saling memaki dan saling menyalahkan orang lain. Di berita tadi malam anggota dpr bertengkar sambil memukul-mukulkan gelas di meja, penonton bola saling lempar batu saling menyerang, sesama menteri kabinet saling menyerang dan menyanggah soal korupsi, presiden tebar pesona karena tidak bisa mengatasi persoalan-persoalan yang ada di negeri ini, partai politik pasang kuda-kuda untuk pemilu 2009. Rakyat miskin Indonesia yang lagi pusing masalah mengurusi perut tentang beras, harga-harga sembakau mahal dan penghasilan yang di bawah UMR kota. Pemimpin pada lupa, lupa akan asal-usulnya yang lahir dari negeri ini yaitu INDONESIA. Atau negeri ini sedang sakit atau pemimpinnya yang sakit? silah kunjungi http://groups.yahoo.com/group/SANTRI_KIRI/join Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] Nh. DiniMenulis Nafkah Saya
SENIMAN Menulis Nafkah Saya MODAL keterampilan saja tidak cukup untuk menjadi penulis profesional di negeri ini. Ada prasyarat lain yang harus dipunyai. Itulah ketabahan dan semangat tinggi. Satu dari sedikit orang yang memenuhi prasyarat itu adalah Nh Dini. Sebagai penulis, perempuan kelahiran Semarang, 29 Februari 1936, itu sudah melalui proses panjang dan teruji. Dia menuturkan mulai menulis saat duduk di bangku kelas III sekolah dasar. Dini kecil biasa menumpahkan pikiran dan rasa hatinya ke dalam buku pelajaran. Kegemarannya membaca buku dan mendengar cerita dari sang ibu melempangkan jalan sebagai penulis. Bakat Dini kian terasah di sekolah menengah. Dia membuat sajak dan cerpen untuk majalah dinding sekolah. Usia 15 tahun, Dini membacakan sajak dan prosanya di RRI Semarang. Setelah itu dia kerap mengirimkan sajak-sajak ke RRI Jakarta dalam acara Tunas Mekar. Bungsu lima bersaudara pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah itu memilih jurusan sastra di bangku SMA. Dia pun mengirimkan cerpen-cerpennya ke media massa dan aktif dalam kelompok sandiwara radio Kuncup Berseri. Sesekali dia menulis naskah sendiri. Di luar itu banyak aktivitas dia lakukan. Selain menjadi redaksi budaya majalah remaja Gelora Muda, dia membentuk kelompok sandiwara di sekolah: Pura Bhakti. Langkahnya kian mantap ketika memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Meski telah bekerja sebagai pramugari Garuda Indonesia Airways dan disunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini tetap menulis. Tahun 1956, kumpulan cerpennya diterbitkan. Bagai mengalir, karya-karya berikutnya lahir, baik kumpulan cerpen, novel, maupun cerita kenangan. Beberapa di antaranya adalah Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998). Banyak karya dia tulis di luar negeri, saat mengiringi tugas sang suami. Kini, saat berusia senja, Dini masih menulis, menumpahkan gagasan dan kegelisahan yang tak habis-habis. Baru-baru ini, perempuan bernama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin ini meluncurkan La Grande Borne. Itulah cerita kenangan tentang perselingkuhan. Sampai kapan Dini menulis? Menulis adalah sumber nafkah saya. Ia adalah profesi yang menghidupi. Saya akan terus menulis, sampai maut menghentikannya. (Rukardi-53) sumber suara merdeka silah kunjugi: http://groups.yahoo.com/group/SASTRA_SANTRI/join Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[mediacare] Taman Bacaan Masyarakat
Taman Bacaan Masyarakat Catatan yang tertinggal namun patut untuk disimak. Perjuangan Membangun Budaya Membaca dan Menulis Oleh : Virgina Veryastuti Negeri ini semakin terpuruk setiap harinya, ketika semua yang diinginkan dapat diraih dengan mudah alias serba instant, masyarakat tak lagi menyukai sebuah proses yang membutuhkan waktu lebih lama. Mulai dari pemrosesan makanan hingga budaya belajar dapat dilakukan secara instant. Membuat generasi muda tak lagi mau belajar apalagi membaca, sebuah ancaman serius bagi masa depan sebuah bangsa. Jakarta (21/2) Dalam sebuah acara diskusi pengantar literasi yang bertajuk : Pengalaman Komunitas Basis Membangun Budaya Membaca dan Menulis Berbasis Perpustakaan bertempat di Perpustakaan Diknas, Siti Nuraini ketua harian Family Education Series (FEDus) mengungkapkan bahwa Wajah anak bangsa saat ini begitu mengkhawatirkan, menurut data diknas tahun 2004-2005, sekitar setengah dari 85 juta jumlah anak Indonesia tidak bersekolah. Dan peringkat pendidikan menurut Human Deviasi Index termasuk dalam nomor urut 112 dari 157 negara dan anak-anak tidak memiliki pemahaman apa yang mereka baca . Hampir seluruh anak-anak saat ini memiliki sifat senang membentak, mampu melawan, menyukai hal-hal instant, tidak peduli terhadap orang lain dan yang mencemaskan adalah mereka tidak menyukai sebuah proses. Hal ini disebabkan karena banyak orang tua yang juga suka membentak di rumah, dan sebagian besar dari orang tua tersebut mempunyai anak usia 7 tahun. Usia dimana anak-anak mulai belajar untuk mengikuti kebiasaan yang mereka pelajari dilingkungannya. Oleh karena hal tersebut diatas dibutuhkan orangtua yang smart, orangtua yang mampu bertindak sebagai guru yang cerdas, teman yang mengetahui perkembangan lingkungan, pemimpin di rumah dan orang tua yang konsisten dan disiplin. Hal ini diperlukan agar anak dapat memiliki bekal yang baik bagi masa depannya. jelas ibu Nur lebih lanjut. Fakta-fakta tersebut menjadi salah satu pendorong timbulnya perpustakaan- perpustakaan atau taman-taman baca masyarakat berbasis komunitas. Sebuah upaya menyelamatkan bangsa dengan meningkatkan budaya membaca dan menulis untuk anak-anak yang dilakukan oleh orang-orang yang peduli akan masa depan bangsa ini. Gunawan Julianto, sebagai salah seorang penggerak Rumah Pelangi dari Dusun Kadirejo, Muntilan, Jogjakarta, melakukan beragam aktifitas untuk anak-anak di daerahnya. Kegiatan mulai dari membaca, menulis, observasi, membuat peta lingkungan hingga kreativitas yang sangat diminati oleh anak-anak disana. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh Soimah dari Taman Baca Mutiara Ilmu. Dua tahun lalu, ia membangun taman baca di tempat tinggalnya didaerah Bekasi dengan biaya sendiri. Tempat tinggal yang luasnya terbatas bukan halangan baginya untuk memberikan sarana bagi anak untuk membaca dan berkreatifitas, dengan tenda sederhana di depan rumah dan beberapa kursi plastik menjadikan kegiatan membaca lebih asyik dan menyenangkan. Muak dengan keadaan saat ini, pembudayaan doktrinisasi orang tua yang membatasi anak untuk melakukan hal-hal yang diinginkan, menjadi salah satu alasan untuk membuat taman baca dalam bentuk sanggar di lingkungan perkampungan 'grass root' dilakukan oleh Robi Maulana dan teman-temannya dari Sanggar Belajar Miskin Kota. Kondisi masyarakat yang susah untuk mencari makan bagi keluarganya sendiri, menjadi salah satu penyebab utama mengapa budaya baca/belajar di tingkatan Grass Root sulit dilakukan. Para orangtua lebih mementingkan anak dapat membantu mereka mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari daripada belajar dan membaca. Bersama teman-temannya, Robi dengan sabar mengajak dan mendekati para orangtua untuk terus meminimalisir anak-anak yang turun kembali ke jalan mengajak mereka untuk membaca dan belajar di sanggar, sehingga cita-cita mereka agar jangan ada anak kecil di jalanan menjadi kenyataan. Saat ini, Sanggar Belajar Miskin Kota tak hanya sebagai tempat untuk belajar namun juga berkembang sebagai tempat pengaduan dari para orang tua yang anaknya belajar di sanggar tersebut. Kesulitan-kesulitan mengenai ketidakmampuan orangtua untuk membiayai pendidikan anaknya membuat Robi dan teman-temannya membuat tim advokasi pendidikan yang bertugas untuk menangani masalah-masalah seperti ini. Sudah puluhan anak-anak miskin kota yang terbantukan dengan adanya tim advokasi ini. Tidak hanya belajar membaca dan menulis, mereka juga berkesenian. Pembuatan street performance untuk masyarakat yang dilakukan di daerah perkampungan menjadi salah satu ajang menarik tersendiri bagi masyarakat. Menurut Robi, berkesenian tidak hanya untuk masyarakat tertentu, masyarakat miskin pun berhak untuk berkesenian. Bapak Ganda Purnama, seorang bapak yang mengawali taman bacanya dari sebuah keprihatinannya di tahun 2001 ketika beliau sering menemui anak-anak penggembala kambing di dekat perumahannya sedang berebut majalah hingga berkelahi.