kineforum Dewan Kesenian Jakarta (d/h Artcinema) mengundang Anda pada
program film

kineforum Dewan Kesenian Jakarta (d/h Artcinema) cordially invites you to
film program

SILANG PANDANG | CROSSING VIEW!
Koleksi Film Etnografi RAGAM Media Network 23 – 30 April 2007

Dalam keberagaman budaya, menjadi Berbeda itu mudah. Tantangannya adalah
bagaimana dalam perbedaan itu kita bisa saling mengerti dan saling
menghidupi. Fokus program ini ialah memperbincangkan berbagai masalah dan
tantangan dalam mendayagunakan media audio visual sebagai katalis dari
kerja-kerja lintas batas demi pemahaman multicultural. Silakan mengunjungi
website ragam: www.ragam.org

It is easy to be Different in a highly differenciated culture. The challenge
is how to tolerate each other and coexist within that difference. The focus
of this program is to talk about many problems and challenges in empowering
audio-visual media as catalyst and inter-disciplinary works for
multicultural understanding. Please visit the website: www.ragam.org


Jadwal Pemutaran:

Senin, 23 April 2007
14.15: Ragam1
17.30: Ragam 2
19.30: Ragam 3

Selasa, 24 April 2007
14.15: Ragam 4
17.30: Ragam 1
19.30: Ragam 2

Rabu, 25 April 2007
14.15: Ragam 3
17.30: Ragam 4 + Diskusi
19.30: Ragam 1

Kamis, 26 April 2007
14.15: Ragam 2
17.30: Ragam 3
19.30: Ragam 4

Jumat, 27 April 2007
14.15: Ragam 1
17.30: Ragam 2
19.30: Ragam 3

Sabtu, 28 April 2007
14.15: Ragam 4
17.30: Ragam1
19.30: Ragam 2

Minggu, 29 April 2007
14.15: Ragam 3
17.30: Ragam 4
19.30: Ragam 1

Senin, 30 April 2007
14.15: Ragam 2
17.30: Ragam 3
19.30: Ragam 4



Sinopsis | Synopsis

Ragam 1: Dokumenter Observasi

A Mail / Sebuah Surat (2005), 5 menit. Sutradara: Aryo Danusiri (MiniDV, in
English and Norwegian)

Sebuah surat untuk istri di Kampung…

The video itself is the letter from the title, sent from a dark, cold and
lonely Norway. A Norway with clean elevators that always function. With
friendly and helpful public servants who still cannot help with your wife's
immigration. A Norway that is so far away from Indonesia. An Indonesia where
ice doesn't form on the windowpanes and where they have so little, but that
you still miss so horribly.


LUKAS' MOMENT / Kala Lukas (2005), 60 menit. Sutradara: Aryo Danusiri
(Indonesian with English Subtitle)

Papua sudah terlalu sering ditampilkan dalam wajahnya yang "primitif". Tapi
film ini, memunculkan citra yang lain: tentang kehidupan keseharian yang
intim dan observasional. Kisahnya befokus pada seorang anak muda nelayan
dari suku Marind bernama Lukas. Dia tinggal di pinggiran kota Merauke di
selatan Papua. Drama dibangun dari tekadnya membangun usaha distribusi udang
yang mandiri, lepas dari ketergantungan jaringan bisnis tengkulak yang
menjerat…

This is about a piece of contemporary everyday life in West Papua, one of
the conflict areas in Indonesia. Instead of reproducing Papua with
stereotyping in chilling and horror images of conflict, the filmmaker is
more interested to treat his camera to create an intimate, observational and
emphatic story about Lukas, a young Marind fisherman who is trying hard to
finance his own education.


Ragam 2: The Moment

The First Step / Langkah Awal (2006), 30 menit. Sutradara: Aryo Danusiri &
IGK Trisna Permana (Indonesian with English Subtitle)

Konflik antar suku yang terjadi di Sambas, Kalimantan Barat, 1999,
meninggalkan trauma yang mendalam bagi sebagian besar imigran di sana.
Beberap perempuan Madura berusaha membangun kembali hubungan dengan
orang-orang Melayu di Sambas. Namun sampai saat ini, langkan pertama menuju
perdamaian masih terasa berat ditempuh…

Conflicts between different ethnic groups in Sambas, West Kalimantan, 1999,
have left indelible traumas for most of the immigrants there. Throughout the
years, some Madurese women have been trying to patch up their relationship
with local Malay people. But after all this time, the first time, the first
step to a peaceful life is still difficult to take.



VILLAGE GOAT TAKES THE BEATING / Kambing Kampung Yang Kena Pukul (1999), 45
menit. Sutradara: Aryo Danusiri (Indonesian, Acehnese with English Subtitle)

Film ini dibuat di Aceh pada akhir tahun 1999. Film ini merupakan kumpulan
data pelanggaran HAM yang terjadi di Tiro, sebuah wilayah di Pidie, yang
didapatkan dari wawancara dengan para korban atau keluarga korban.

The Village Goat Takes the Beating, filmed in Aceh in late 1999, through
lengthy interviews with victims or with relatives of deceased victims, and
through partial re-enactments, records allegations of human right abuses
perpetrated by the Indonesian army in Aceh during the 1990s, particularly in
the Tiro subdistrict of Pidie.



ABRACADABRA! / Abracadabra! (2003), 40 menit. Sutradara: Aryo Danusiri
(Indonesian, Acehnese, English with English Subtitle)

Dokumenter tentang proses perdamaian di Aceh. Pembuat film memadukan footage
mengenai spiral kekerasan dan hasil wawancara berbagai pihak yang terlibat
dalam negosiasi dengan footage seorang penjual obat keliling.

A documentary about the unraveling of the Aceh peace process. The filmmaker
intersperses footage on the spiralling violence and interviews with all
parties to the negotiations with his coverage of a snake-oil merchant
selling his formula that cures all ills to gullible Acehnese buyers.


Ragam 3: Video Komunitas

Stories from Papua / Kisah-kisah dari Papua (2002), 30 menit. Pembuat Film:
Para Pekerja LSM di Papua. Fasilitator: Search for Common Ground in
Indonesia.

Ada seorang ayah yang melarang anaknya sekolah karena di sekolah tidak
diajarkan sejarah perjuangan Papua. Ada pula kisah mengenai bagaimana Pasar
menjadi wilayah konflik antar-etnik. Inilah sebagian kisah-kisah yang akan
muncul ketika beberapa pekerja LSM di Papua membuat sendiri video dokumenter
mengenai persoalan-persoalan Papua hari ini.

A father forbids his son to attend school because they are not taught about
Papuans' struggle.

Stories from Serangan / Kisah-kisah dari Serangan (2006), 30 menit. Pembuat
Film & Fasilitator: Anggota Jaringan Video Komunitas Indonesia (
www.videokomunitas.com)
Setelah proyek reklamasi di Pulau Serangan, Bali dijalankan pada akhir 90-an
dan terbengkalai karena krisis moneter, kerusakan lingkungan dan dampak
sosial budayanya sangatlah mengenaskan. Sekelompok pekerja LSM lingkungan
dari 16 organisasi berlatih membuat video dokumenter mereka sendiri dengan
menangkap kisah dan pandangan masyarakat mengenai tantangan hidup yang
mereka hadapi.

A result of community video program in Serangan Island, Bali. Serangan is a
reclamated coast, abandoned after economic crisis in late 1990s and
suffering from grave environmental problem.



Ragam 4: Diversity on TV

Planes, Pigs, and the Price of Brides, 52 menit. Sutradara: John Bulmer
(English, Indonesian with English Subtitle)

Tentang tradisi dan modernisasi di tengah masyarakat yang tinggal di dataran
tinggi Papua. Judul film ini menunjukkan betapa kompleksnya hidup mereka dan
persoalan sosial yang dialami komunitas kecil ini.

About tradition and modernization among a society in the highlands of Papua.
The film title shows how complex their life is and the social problems
inside this small community.



Diskusi "Filming Fact and Fantasy: Discovery Channel Goes to Papua"
Speaker: James B. Hoesterey, Anthropologist
Moderator: Olin Monteiro

Antropolog James B. Hoesterey membagi pengalamannya sebagai konsultan
antropologi untuk beberapa proyek film dokumenter di Indonesia dan Afrika.
Diskusi akan mengangkat tema bagaimana kekuatan pasar dalam dunia televisi
dan imajinasi Barat tentang "orang-orang primitif" di Papua membentuk genre
tertentu dalam film dokumenter maupun dokumenter televisi.

Anthropologist James B. Hoesterey shares his experiences as  consulting
anthropologist on several documentary film projects in Indonesia and Africa.
After screening the 2003 documentary film  "Planes, Pigs, and The Price of
Brides" about tradition and modernity in the highlands of Papua, Hoesterey
will discuss the ways in which market forces of television and the Western
imagination of  "primitives"  in Papua shape a particular documentary
film/television genre.

--
"crossing boundaries, negotiating diversity"
www.ragam.org

Kirim email ke