Hehehe demen nih ama statement Pak Budi...
Memang ada asap ada api 'kan? Kalau boleh sedikit berteori (caela!) Karl Marx
(saya bukan Marxist, tapi lebih ke paham institutionalist) bilang kalo tradisi
institustional membentuk kapitalisme sebagai 'a historically bounded social
system'. Berakar dari paham klasik (lalu neoklasik) ini, muncullah teori-teori
institusionalis baru yang mencoba melihat segala kompleksitas dari peran
institusi (orang dan sistem di dalamnya). Eh maap ya, ini ngapal buat ujian
besok juga kok hehehe... transaction costs, political economy, property rights,
hierarchy and organization, and public choice bla bla
Bisa dimengerti 'kan kenapa orang Indonesia kagak bisa maju-maju ampe sekarang?
Ya, itu die... dongeng jaman baheula ampe sekarang mash ajah nilai-nilai
institusional yang burok! Selalu hitam putih melihat segalanya... yang jahat,
jahat banggget. Yang baik, ya harus sengsara sepanjang episode! Gila bener...
Untuk itu saya dukung Pak Budi!
Saya sempat tanya dosen saya waktu itu, 'Eh kalau korupsi sama sekali sulit
diberantas, kenapa tidak jadi ajaran anak-anak sekolah sekarang saja sekalian,
bagaimana agar bisa korupsi yang baik dan benar?' Hehehe jawab Ibu Guruku:
'Nilai-nilai kebaikan adalah universal.'
Jadi nilai kebaikan anak Indonesia sejak dulu hingga sekarang adalah...
Indra Razak
(yang beruntung tidak sempat dididik jadi bandit)
Budi Dharma <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kompas Minggu edisi 2 Juni 2007 kemarin memuat artikel soal kasus bunuh
diri pejabat di Jepang dan penegakan hokum di China. Maksudnya tentu untuk
menyentil karakter kebanyakan politisi maupun aparat di negeri ini, yang
katanya ber-Pancasila, paling sering bolak-balik naik haji, dan tentunya mencap
diri paling beragama.
Yang kurang di negeri ini tentunya adalah contoh, lebih tepatnya teladan dari
mereka yang menamakan dirinya para pemimpin. Pejabat korup, pengusaha hitam,
dan aparat brengsek cuma uneg2 yang tokh dalam bulan puasa bisa âdicuciâ
kadar dosanya untuk terus diulang setelah hari lebaran lewat. Tokh, selain
bangsa kita dikenal sebagai bangsa pelupa, juga pemaaf, jadi diperlakukan tak
adil pun dianggap sebagai cobaan dari atas. Dasar keblinger ! Tidak ada
penyesalan maupun pertobatan, nyaris setiap penyelewengan dilakukan tanpa rasa
malu.
Bila dalam hikayat China kita mengenal sosok tegas Judge Bao, lha Indonesia
punya apa? Oh, menurut babad dongeng leluhur dulu, kita punya sosok Malin
Kundang yang durhaka dan sang ibu yang tega main kutuk anaknya sendiri. Kita
punya kisah Sangkuriang yang pengen selingkuh dengan ibunya. Kita punya sejarah
petaka keris Empu Gandring yang memulai pertumpahan darah dalam generasi Ken
Arok. Jangan lupa dongeng pengantar tidur soal perseteruan Bawang merah vs
bawang putih, yang mau tak mau bisa dibilang mewakili wajah rakyat negeri ini
yang suka sirik dan demen gontok-gontokan.
Sinetron2 Indonesia juga punya andil menampilkan kisah2 azab Tuhan dalam
cerita2 yang diklaim religius. Jadi hukuman atas sang tokoh antagonis tidak
pernah ditampilkan dalam sosok ruang pengadilan, namun lewat adegan kesamber
petir, ketabrak mobil, sampai jenazah dirubung rayap. Apa kabarmu pak hakim,
pak jaksa, pak polisi, dan pak sipir penjara ?