Senin, 01 Oktober 2007

Republika,Senin 1 Oktober 2007
  Fenomena Qasidah Modern 
   
  oleh Denny Sakrie




  Setiap bulan suci Ramadhan, tak syak lagi begitu banyak album-album berlabel 
religius Islami dirilis oleh berbagai perusahaan rekaman. Ini merupakan 
fenomena yang berkembang sejak dasawarsa 1970-an. Artis maupun kelompok musik 
yang sesungguhnya menapak di jalur musik pop, melakukan terobosan dengan 
merilis album bertajuk Qasidah Modern. 
  Mungkin masih lekat dalam ingatan bahwa pada paruh dasawarsa 70-an, tiba-tiba 
begitu banyak kelompok musik yang menjejali industri musik kita dengan musik 
ber-label qasidah modern. Ada Koes Plus (Tonny, Yon, Yok, dan Murry) dari label 
Remaco yang merilis album qasidah dengan sederet lagu seperti Nabi Terakhir, Ya 
Allah, Sejahtera dan Bahagia, Zaman Wis Akhir, Ikut Perintah-Nya, Karena Ilahi, 
atau Kesyukuran yang Suci. Kelompok rock asal Surabaya AKA yang didukung Utjok 
Harahap, Arthur Kaunang, Soenatha Tandjung, dan Syech Abidin, di perusahaan 
rekaman yang sama pun mengeluarkan album qasidah modern. 
  Uniknya, baik Koes Plus maupun AKA beberapa personelnya seperti Yon Koeswoyo 
(Koes Plus), Soenatha Tandjung, dan Arthur Kaunang (AKA) justeru bukan penganut 
Islam. Lalu Bimbo pun tak ketinggalan merilis album qasidah modern dengan 
lagu-lagu, seperti Rindu Kami pada-Mu, Qasidah Matahari dan Rembulan, Dikaulah 
Tuhan Terindah, hingga Anak Bertanya pada Bapaknya. Menariknya dalam penulisan 
lirik lagu, Bimbo menjalin kolaborasi dengan penyair Muslim, Taufiq Ismail. 
Selain itu, Bimbo yang didukung Sam, Acil, Jaka, dan Iin Parlina, juga 
memperoleh kontribusi penulisan lirik dari KH Miftah Faridl, E.Z Muttaqien, 
Endang Sjaifuddin Anshari, dan banyak lagi. 
  Tak semuanya menuai sukses. Itu patut diakui. Namun, dari pergulatan yang 
kompetitif, mencuat salah satu di antaranya adalah kelompok Bimbo asal Bandung, 
Jawa Barat, yang kemudian berlanjut hingga sekarang ini. Bahkan, Bimbo yang 
tahun ini genap berusia 40 tahun, memperoleh predikat sebagai kelompok musik 
religius. 
  Penggagas
  
Lalu siapakah sesungguhnya yang menggagas munculnya terminology qasidah modern 
dalam industri musik (pop) Indonesia? Dalam catatan, ada pemusik bernama Agus 
Sunaryo yang memimpin kelompok musik Bintang-bintang Ilahi berupaya memasukkan 
unsur modern dalam musik yang mengiringi qasidah. Instrumen combo band mulai 
dilibatkan di dalamnya, seperti keyboard, gitar elektrik, dan bass elektrik. 
  Tersebutlah Rofiqoh Darto Wahab, penyanyi qasidah yang telah mencuri 
perhatian ketika tampil dengan qasidah modern pada sebuah acara keagamaan yang 
berlangsung di kota kelahirannya, Pekalongan, pada tahun 1964. Lalu ada 
kelompok qasidah wanita yang bermain dengan setumpuk instrumen band bernama 
Nasyidah Ria, yang antara lain memopulerkan lagu Perdamaian, lagu yang kemudian 
dibawakan dalam versi rock oleh kelompok Gigi. Artis lainnya yang mencoba 
berqasidah modern, antara lain penyanyi Fenty Effendy serta Djamain Sisters 
yang didukung Rien Djamain. 
  Pro dan kontra perihal qasidah modern pun menyembur. Mochtar Luthfy El 
Anshary, salah seorang ahli musik qasidah, yang pernah memimpin Orkes Gambus Al 
Wardah dan Hasan Alaydrus dari Orkes Gambus Al Wathan, menilai bahwa apa yang 
dilakukan oleh Agus Sunaryo dengan embel-embel qasidah modern sebetulnya tak 
bermuatan anasir modernisasi qasidah. ''Saya hanya melihat musik band yang pop 
telah dipaksakan dengan syair-syair lama,'' kata Alaydrus, seperti yang ditulis 
majalah Tempo edisi 37/IV/16/ 22 November 1974. 
  Mochtar Luthfy El Anshary berpendapat, ''Pantun-pantun bahasa Arab itu 
diletakkan dalam irama yang tidak tepat.'' Namun, niat untuk 'memodernisasi' 
qasidah tiada pernah berhenti. Dari tahun ke tahun pergeseran telah terlihat 
dengan nyata. Saat itu, pada tahun 1974, Koes Plus yang menoreh kontroversi, 
karena juga merilis album Natal, menyanyikan syair religius dengan menggunakan 
bahasa Jawa pada lagu bertajuk Zaman Wis Akhir. 
  Bimbo sendiri banyak mengadopsi musik Flamenco dalam racikan musik 
qasidahannya. Dan, Bimbo bahkan telah mencoba melepaskan diri dari pakem 
qasidah yang berbasis bahasa Arab. ''Kami menggunakan syair berbahasa 
Indonesia,'' ujar Samsudin Hardjakusumah atau lebih dikenal dengan Sam Bimbo. 
   
  Keragaman
Saat ini keragaman musik religius sangat terasa. Ada yang menyelusupkan 
pengaruh musik R&B (rhythm and blues), seperti yang dilakukan oleh kelompok 
Shaka hingga Nawaitu Project. Kelompok Gigi bahkan seolah meneruskan apa yang 
pernah dilakukan oleh kelompok rock, AKA, pada tahun 1975, memasukkan anasir 
musik rock yang dinamis dan sarat gegap gempita. 
  Debby Nasution dari Gank Pegangsaan dalam album solo religiusnya malah 
memasukkan repertoar klasik milik Johann Sebastian Bach. Ada pula yang 
membaurkannya dalam musik jazz, seperti album Sound of Beliefe. Gito Rollies 
mendaur ulang dua hit dari The Rollies yakni Hari Hari dan Kau yang Kusayang, 
tetapi dengan lirik yang telah mengalami perubahan, dari tema hedonistic 
materialistic menjadi kontemplasi religi. 
  Hingga saat ini, sudah tak terhitung lagi jumlah album religius yang beredar 
di tengah masyarakat. Opick, seorang pemusik rock yang gagal dalam karier musik 
rocknya, malah menemukan jati diri musikal yang sesungguhnya pada musik 
religius. 
(Denny Sakrie) 

                                 BERITA LAIN         •   Hewan di Gunung Kelud 
Mulai Turun 

         •   Stop Merokok! 

         •   Amazing Race Asia 2 ';" 
href="http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=309551&kat_id=383";>Kinaryosih
 Tampil di Amazing Race Asia 2 

         •   Misi Mulia Cokelat 

         •   Album untuk Pulang Kampung 

         •   Pilih Jakarta 

         •   Busway Koridor IX Ditunda ';" 
href="http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=309541&kat_id=286";>Warga 
Minta Busway Koridor IX Ditunda 

         •   Republika Bagikan 1.000 Takjil pada Loper Koran ';" 
href="http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=309546&kat_id=286";>Republika
 Bagikan 1.000 Takjil pada Loper Koran 

         •   Pencuri Kabel Bawah Laut Ditangkap 

         •   Sutiyoso: Jakarta Sudah Padat 

                              function load() {    lebar = 
(window.screen.availWidth / 2) - 250;    tinggi = (window.screen.availHeight / 
2) - 200;    window.open('cahaya.htm', "", 
"toolbar=0,location=0,menubar=0,scrollbars=1,resizable=0,width=500,height=286,left="
 + lebar + ",top=" + tinggi);       }       -->   -->
       
---------------------------------
Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out.

Kirim email ke