GODAM TERSENYUM SINIS,
jingkalao waktu ituh,dakupun di TIM,
mangka dengen jelas daku akan tanyakan.
wahae topik si anti komunis tulen.
APAHKAH PULIGAMIHANNYAH DEN AA KIAI KONDANG
ITUH BISAK DIKATEGORIKEN,
KEMERDEKAAN MELAMPIASKEN SAHWAT ISLAMIH???
dan dari kalianlah daku ingin jawaban si topik ituh.-
-- In mediacare@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Agaknya Allah telah keliru menciptakan manusia dengan aspirasi
kebutuhan biologisnya, karena dengan aspirasi kebutuhan serta
fantasinya tidak memudahkan, tetapi menambah problem dalam
kehidupan manusia .
>
> - Original Message -
> From: Wido Q Supraha
> To: mediacare@yahoogroups.com
> Cc: [EMAIL PROTECTED] ; FD-
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ;
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ;
[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, December 22, 2006 5:30 AM
> Subject: [mediacare] Gerakan Syahwat Merdeka Mengepung Indonesia
>
>
>
> Jumat, 22 Desember 2006
>
> Gerakan Syahwat Merdeka Mengepung Indonesia
>
> Seorang bule bertubuh tinggi besar bergegas ke luar ruangan
Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini Raya, Jakarta Pusat.
Langkahnya acuh saja. Sembari berjalan lurus, dia kemudian mendekati
penyair Taufiq Ismail yang tengah dirubung banyak orang. Setelah
sampai di dekat Taufiq, ia menyalaminya.
>
> ''Selamat ya. Pidato kebudayaan Anda bagus sekali. Tapi ingat,
media massa Indonesia juga banyak sampahnya. Lihat siaran televisi
Anda. Bayangkan kalau di Amerika tayangan itu diputar pada pukul
03.00 pagi, di sini malah diputar pada prime time,'' kata si bule
sembari memegang tangan Taufiq. Yang disalaminya pun membalas dengan
senyum simpul. ''Terima kasih Tuchrello. Memang demikian adanya.
Maaf, kalau banyak mengambil contoh negara Anda,'' jawab Taufiq.
>
> Sesaat dia lantas menerangkan sahabatnya itu adalah Will
Tuchrello, direktur Perpustakaan Kongres AS Perwakilan
Indonesia. ''Bayangkan, mereka saja resah atas menggejalanya budaya
bebas tanpa batas itu. Tapi, kok kita tidak ya?'' ujar penulis lirik
lagu-lagu hits Bimbo ini.
>
> Taufiq, Rabu (20/12) malam, melalui pidato kebudayaannya di
depan kalangan Akademi Jakarta mengguncangkan kesadaran publik untuk
kembali menengok nurani pada hilangnya rasa malu orang Indonesia.
Bahkan, Taufiq lugas menyebutkan hilangnya rasa malu itu telah mulai
meruntuhkan bangunan bangsa.
>
> Tagihan rekening reformasi, menurut Taufiq, ternyata mahal
sekali. Indonesia dikepung gerakan 'Syahwat Merdeka'! ''Gerakan
syahwat merdeka ini tak bersosok organisasi resmi, dan jelas tidak
berdiri sendiri. Tapi, bekerja sama bahu-membahu melalui jaringan
mendunia, dengan kapital raksasa mendanainya. Ideologi gabungan yang
melandasinya, dan banyak media massa cetak dan eletronik menjadi
pengeras suaranya,'' kata Taufiq dalam pidatonya.
>
> Ketika mendengar 'kesaksian' Taufiq, sesaat ruangan Teater Kecil
yang penuh dipadati puluhan pengunjung mendadak berubah. Ketua Umum
PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, misalnya, segera membuka buku kecil
yang memuat pidato Taufiq Ismail.
>
> Dari arah bangku belakang, kemudian terdengar lenguhan panjang.
Seorang ibu berguman. Penulis skenario film senior, Misbach Yusa
Biran, menggeleng-gelangkan kepala. Pemusik kontemporer Slamet Abdul
Syukur tepekur di kursinya.
>
> Ruangan teater pun terus senyap. Suhu udara berpendingin kini
mulai terasa merambahi kulit. Taufiq kemudian meneruskan pidatonya
dengan menjelaskan mengenai siapa saja yang menjadi
komponen 'syahwat merdeka' itu.
>
> Paling tidak ada 13 pihak yang menjadi pendukung fanatik gerakan
ini. Pertama adalah praktisi sehari-hari kehidupan pribadi dan
kelompok seks bebas hetero dan homo, terang-terangan dan sembunyi-
sembunyi. Kedua, para penerbit majalah dan tabloid mesum yang telah
menikmati tiada perlunya SIUPP. Ketiga, produser, penulis skrip, dan
pengiklan televisi.
>
> ''Semua orang tahu betapa ekstentifnya pengaruh layar kaca.
Setiap tayangan televisi rata-rata 170 juta pemirsa. Untuk situs
porno kini tersedia 4,2 juta di dunia dan 100 ribu di internet
Indonesia. Untuk mengaksesnya malah tanpa biaya, sama mudahnya
dilakukan baik dari San Fransisco, maupun Klaten,'' tegasnya.
>
> Pendukung keempat adalah penulis, penerbit, dan propagandanis
buku-buku sastra dan bukan sastra. Di Malaysia, penulis yang
mencabul-cabulkan karyanya adalah penulis pria. Di Indonesia
sebaliknya. Penulis yang asyik menulis wilayah 'selangkangan dan
sekitarnya' mayoritas perempuan. ''Dalam hal ini ada kritikus
Malaysia berkata, 'Wah Pak Taufiq, pengarang Indonesia berani-
berani. Kok mereka tidak malu?'' ungkap Taufiq Ismail.
>
> Kelima, penerbit dan pengedar komik cabul. Keenam, produsen
VCD/DVD porno. Ketujuh, pabrikan alkohol. Kedelapan, produsen,
pengedar, dan pengguna narkoba. Kesembilan, pabrikan, pengiklan, dan
pengisap rokok. Hal ini dilatarbelakangi kenyataan dalam masyarakat
permisif, interaksi antara seks, narkoba