Tengkyu, Sensei. Infonya sangat lengkap dan jelas. Biar segera diproses deh di 
pengadilan, jadi kita akan tahu ini ulah satu orang saja dalam TNI atau sudah 
"melembaga." Mungkin lewat cara ini reformasi TNI baru betul-betul bisa dimulai.

manneke


-----Original Message-----

> Date: Sat Feb 24 19:32:39 PST 2007
> From: "Deddy Mansyur" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [mediacare] Siapa sebenarnya Erick Wotulo?
> To: mediacare@yahoogroups.com
>
>  http://www.ranesi.nl/arsipaktua/Asia/indonesia060905/erick_wotulo061005
> Siapa sebenarnya Erick Wotulo?
> Erick lahir di Noongan, Laongan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Tenggara 11 Juni 
> 1946. Karir militernya dimulai tahun 1966 ketika ia masuk Akademi Militer, 
> Akmil. Di sana, ia satu angkatan dengan bekas Kepala Staf Angkatan Laut 
> Bernard Kent Sondakh. Sejak menjabat sebagai letnan dua hingga mayor, Erick 
> bertugas di Batalyon Kavaleri Resimen Bantuan Tempur Marinir, Karangpilang, 
> Surabaya. Dia juga sempat menjabat Kepala Seksi Operasi di batalyon tersebut, 
> lalu menjadi komandannya.
> 
> Pada 1995-1996, Erick menjadi perwira penuntut atau dosen di Sekolah Komando 
> ABRI Bandung. Tahun 1996-2002, menjabat Direktur Pengamanan Otorita Batam dan 
> sempat menjadi staf ahli Ketua Pengamanan Otorita Batam Bidang Pengamanan. 
> Tahun 2000 pangkatnya naik menjadi brigadir jendral.
> 
> Istri Erick, Venny Fria Wotulo kepada Radio Utan Kayu bercerita, Erick gemar 
> berolahraga. Jika tidak bermain tenis, waktu luang Erick diisi dengan bermain 
> bridge. Venny mengaku tidak tahu banyak kegiatan suaminya setelah berhenti 
> bekerja dari Otorita Batam. Karena itu ia sangat terkejut ketika Erick 
> tiba-tiba ditangkap di Guam dan dituduh terlibat perdagangan senjata gelap.
> 
> Berikut petikan wawancara Reporter Radio Utan Kayu Dahlia Citra dan Fia Anwar 
> dengan Venny Fria Wotulo.
> 
> Radio Utan Kayu: 'Apa benar Erick terlibat bisnis penjualan senjata?'
> 
> Venny: 'Kami sekeluarga, anak, istri, keluarga besar sangat shock. Kami tidak 
> menduga suami saya terlibat dalam bisnis itu.'
> 
> Radio Utan Kayu: 'Apa keluarga tahu Erick pergi ke Guam?'
> 
> Venny: 'Itu juga blank. Kami punya acara keluarga di Makassar, acara selesai 
> hari Kamis (27 September 2006). Memang waktu itu dia pamit, tapi saya tidak 
> tahu. Jadi blank nya itu dari hari Kamis pekan lalu.'
> 
> Radio Utan Kayu: 'Apa alasan Erick waktu itu tidak ikut acara keluarga?'
> 
> Venny: 'Ikut. Selesai acara keluarga besar, beliau pamit.'
> 
> Radio Utan Kayu: 'Ke mana pamitnya?'
> 
> Venny: 'Saya tidak perlu cerita. Yang penting masih di dalam negeri.'
> 
> Radio Utan Kayu: 'Kalau tentang tiga nama lain dari Indonesia yang ditangkap, 
> apakah Anda kenal?'
> 
> Venny: 'Maaf, kami keluarga tidak kenal mereka.'
> Itu tadi Venny Fria Wotulo, istri Erick Wotulo yang diwawancarai Fia Anwar 
> dan Dahlia Citra dari Radio Utan Kayu.
> 
> Venny juga menuturkan, dari Makassar Erick pamit ke Denpasar, Bali untuk 
> sebuah urusan bisnis. Lantas kabar terakhir menyebut Erick tertangkap di 
> Guam. Menurut Venny, hingga kini keluarga belum berhasil berhubungan dengan 
> Erick. Aparat dari pemerintah Indonesia sampai saat ini sama sekali tidak 
> menghubungi keluarga.
> 
> Dugaan keterlibatan Erick dalam perdagangan senjata gelap juga mengejutkan 
> teman dekatnya semasa di di Angkatan Laut, Djoko Pramono. Bekas komandan 
> marinir ini mengatakan, di mata rekan-rekannya Erick adalah orang yang jujur. 
> Karir Erick terus menanjak dari komandan peleton hingga komandan resimen. 
> Djoko mengatakan, Erick memang adalah seorang yang ahli persenjataan. Itu 
> karena ia pernah berdinas di batalyon kavaleri.
> 
> Djoko Pramono: (Ada yang mengatakan Pak Erick terjun ke bisnis senjata karena 
> beliau punya keahlian di bidang tersebut. Bagaimana Anda melihatnya?) Saya 
> kurang tahu soal itu. (Tapi kalau latar belakangnya militer punya pemahaman 
> senjata yang cukup baik kan Pak?) Tentunya begitu. Apalagi dia (Erick) kan 
> orang kavaleri. Kavaleri itu katanya material heavy kan. Jadi hal-hal itu dia 
> sedikit banyak mengetahui.
> 
> Delapan tahun silam, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Bintang Reformasi Ade 
> Daud Nasution mengaku pernah bertemu Erick Wotulo di Amerika Serikat. Di lain 
> kesempatan, pernah bertemu juga saat Erick Wotulo berdinas di Surabaya dan 
> masih berpangkat kolonel. Ade menduga keterlibatan Erick Wotulo dalam bisnis 
> senjata tak lepas dari latar belakang militernya.
> 
> Ade Daud Nasution: 'Dia kan sebagai militer, tahu senjata, marinir, pensiunan 
> dan diajak teman-temannya. Lagian hanya menjadi broker aja. Ini kan mengulang 
> skandal lagi. Dulu orang kita ada yang menyuplai senjata ke Afrika waktu 
> perang di Kongo. Itu melibatkan Rahmad Wiranat Kusumah almarhum. Itukan bisa 
> menjadi skandal internasional.'
> 
> Erick Wotulo dan ketiga rekannya, Haji Subandi, Reinhard Rusli, dan Helmi 
> Soedirdja sekarang berada di penjara di Guam. Keterangan mereka menjadi kunci 
> untuk mengungkap soal dugaan keterlibatan TNI atau aparat-aparat di 
> pemerintah Indonesia dalam perdagangan senjata gelap.
> 
> Menurut pengacara Erick di Amerika, keempat warga negara Indonesia itu akan 
> diterbangkan ke Maryland dalam waktu dekat. Pada pertengahan bulan ini, 
> pengadilan di Maryland akan memulai proses persidangan dengan mendengarkan 
> keterangan dari keempat warga negara Indonesia itu.
> 
> 
> 
> ----- Original Message -----
> From: "manneke" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <mediacare@yahoogroups.com>
> Sent: Saturday, February 24, 2007 8:00 PM
> Subject: [mediacare] Re: FORMER INDONESIAN MILITARY GENERAL ERICK WOTULO 
> PLEADS GUILTY IN THE TAMIL TIGER ARMS SUPPLY CASE
> 
> 
> >
> > Kok belum pernah denger ada jendral namanya Erick Wotulo? Adakah yang tau 
> > siapa ini?
> >
> > manneke
> >
> >
> > -----Original Message-----
> >
> >> Date: Sat Feb 24 12:19:46 PST 2007
> >> From: "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]>
> >> Subject: [mediacare] FORMER INDONESIAN MILITARY GENERAL ERICK WOTULO 
> >> PLEADS GUILTY IN THE TAMIL TIGER ARMS SUPPLY CASE
> >> To: Undisclosed-Recipient:;@unspecified-domain
> >>
> >> http://www.lankaweb.com/news/items07/250207-3.html
> >>
> >> FORMER INDONESIAN MILITARY GENERAL ERICK WOTULO PLEADS GUILTY IN THE TAMIL 
> >> TIGER ARMS SUPPLY CASE
> >> By Walter Jayawardhana
> >> A former Indonesian military General , Erick Wotulo (59) pleaded guilty in 
> >> the United States Federal court in Baltimore to the charges of money 
> >> laundering and conspiring to supply sophisticated arms to the proscribed 
> >> Sri Lankan terrorist group, the Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE).
> >>
> >> Wotulo faces a maximum sentence of 15 years in prison for conspiracy to 
> >> provide material support to a terrorist group and a maximum sentence of 20 
> >> years in prison for money laundering. U.S. District Judge Catherine C. 
> >> Blake scheduled sentencing for May 25.
> >>
> >> In this case it was alleged Wotulo and other were conspiring to supply the 
> >> Sri Lankan terrorist group, the Liberation Tigers of Tamil Eelam also 
> >> known as the Tamil Tigers with the state of the art firearms, machine guns 
> >> and ammunition , surface to air missiles, and night vision goggles to 
> >> fight the Sri Lankan government.
> >>
> >> The alleged conspirators in this case were dealing with a fictitious 
> >> company set up by the FBI in Maryland about the purchasing of military 
> >> weapons . Wotulo helped acquire and arranged the proposed delivery to the 
> >> Tamil Tigers. Wotulo was ensnared in Guam when he went there to transact 
> >> the business and meet other conspirators and FBI agents posing as arms 
> >> dealers. He was accused of paying hundreds of thousand dollars of LTTE 
> >> money to ship high tech weapons restricted by law to the Sri Lankan rebels 
> >> and Indonesian army.
> >>
> >> In a an elaborate sting operation Federal undercover agents put up a 
> >> Singapore Arms broker in an inner harbor hotel in Baltimore and took him 
> >> to a camouflaged Police shooting range in the nearby Harford Country to 
> >> test fire the weapons he was planning to buy .
> >>
> >> The 59 year old retired Indonesian General pleaded guilty to the charges 
> >> of conspiracy to provide material support to a designated foreign 
> >> terrorist organization and money laundering.
> >> Before this two other Indonesians accused in the case have pleaded guilty.
> >>
> >> The Acting special agent in charge of the Baltimore office of the 
> >> Immigration and Custom Enforcement James Denkins said, "This case 
> >> demonstrates the real threat posed by international arms trafficking and 
> >> money laundering. Criminals or terrorists can wire funds anywhere in the 
> >> world in an effort to further their illegal activity, often with no 
> >> questions asked."
> >>
> >> According to the plea agreement revealed in the courts Wotulo conspired 
> >> with the others beginning in April last year to supply the weapons to the 
> >> Tamil Tigers in Sri Lanka to seek a separate state there.
> >>
> >> The prosecutors in the case said that Wotulo helped his associates, to 
> >> acquire military technology for the Tamil Tigers requesting prices, 
> >> negotiating purchases and providing details of ocean routes for the 
> >> transfer of the arms to the Tamil group in Sri Lanka.
> >>
> >> According to the prosecution he also contacted the undercover business in 
> >> Maryland on June 5 last year and said he and his colleagues wanted to buy 
> >> weapons. Wotulo said that the Chief of the Tamil Tigers requested that he 
> >> and another co-defendant travel to Baltimore to arrange weapons purchases.
> >>
> >> On September 29 Wotulo arrived in Guam to meet everybody to discuss the 
> >> shipboard loading of the arms and the munitions destined for the Tamil 
> >> Tigers. It was in Guam where he and the five others were arrested by US 
> >> agents.
> >>
> >>
> >>
> >>
> >
> >
> >
> >
> > Web:
> > http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
> >
> > Klik:
> >
> > http://mediacare.blogspot.com
> >
> > atau
> >
> > www.mediacare.biz
> >
> > ====================
> > Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke:
> > [EMAIL PROTECTED]
> >
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >

Kirim email ke