***Sudah lama saya laporkan keinginan rakyat Timor Leste kembali ke pangkuan 
NKRI.  TNI perlu longgarkan penjagaan di perbatasan, memudahkan rakyat Timor 
Leste masuk Kupang. Kasih mereka beras dan makanan gratis. bawa balik ke 
Dili.

***Komunitas Tionghoa di Dili dan di Kupang ada hubungan dagang. Saya desak 
saudara2 kita membantu misi agung kita : Pengembalian Timor Leste ke 
pangkuan NKRI.

***Selamat berkerja saudara2 kita di Kupang dan di Dili.

Masyarakat Timor Leste Mulai Sesali Perpisahan Dengan NKRI

Mataram (ANTARA News) - Sebagian besar masyarakat Timor Leste yang 
memisahkan diri dengan Negara Kesatuan Repubkil Indonesia (NKRI) melalui 
referendum
mulai menyesali perpisahan tersebut.

"Yang menikmati kemerdekaan Timor Leste hanyalah kelompok tertentu saja, 
sementara kehidupan mayoritas masyarakat Timor Leste yang tersebar di 
berbagai pelosok desa kian menderita, ketidakstabilan keamanan terjadi 
hingga saat ini," kata Ny.
Domingos kepada wartawan di Mataram, Jumat.

Ny. Domingos yang kebetulan datang berkunjung ke Mataram guna menjenguk 
saudaranya menuturkan kehidupan masyarakat Timor Leste setelah merdeka 
dibandingkan saat menjadi bagian integral dengan NKRI, sangatlah 
memprihatinkan.

Sebagian besar penduduk pedesaaan Timor Leste yang hidup di masa integrasi 
dengan NKRI merasa menyesal, mereka berkeinginan untuk kembali merasakan 
hidup bebas seperti dulu.

Masyarakat Timor Leste dalam dua tahun terakhir merasakan hidup tidak aman 
di negaranya sendiri, karena pertikaian antara kelompok, khususnya 
masyarakat Timor Leste bagian Timur dengan masyarakat Timor Leste bagian 
Barat hingga saat ini belum reda.

Hampir setiap hari terjadi pertikaian kelompok yang menyebabkan tewasnya 
sejumlah warga Timor Leste. Suasana itu telah menyebabkan banyak pengusaha 
dari Indonesia (Jakarta, Surabaya, Kupang dan Atambua) yang terpaksa 
meninggalkan kota
Dili.

Di samping itu, biaya hidup di negara Timor Leste yang baru merdeka tersebut 
cukup tinggi, harga BBM jenis premium maupun minyak tanah harganya lebih dua 
kali lipat dari harga yang ada di Indonesia.

Harga eceran premium bisa mencapai 2,5 dolar US atau setara dengan Rp15.000 
per liter, demikian juga harga minyak tanah bisa mencapai hampir 
Rp10.000/liter, sehingga minyak tanah banyak yang didapat dari daerah 
perbatasan melalui
para pelintas batas.

"Kondisi kehidupan mereka yang kian sulit itu menyebabkan sebagian dari 
mereka sering mengungkapkan rasa penyesalan berpisah dengan NKRI, karena di 
masa integrasi masyarakat Timor Leste memiliki kehidupan yang lebih baik, 
padahal tujuan mereka merdeka sebelumnya agar mendapatkan kehidupan yang 
lebih dibanding sebelumnya,"
katanya.

Menjawab pertanyaan, Ny. Domingos mengemukakan hingga kini belum ada 
perubahan pembangunan yang dilakukan pemerintahan Presiden Xanana Gusmao, 
karena bangunan-bangunan yang terbakar di masa jajak pendapat tahun 1999, 
tidak satupun yang diperbaiki.

Bangunan peninggalan orang-orang Indonesia tersebut hingga kini masih tampak 
jelas, tidak ada upaya rehabilitasi, sehingga sekarang situasinya semakin 
kacau karena di saat terjadi konflik hingga lengsernya Perdana Menteri Mari 
Al-Katiri beberapa
bulan lalu, banyak bangunan yang dibakar sehingga suasana kota Dili kian 
mencekam.

Kondisi itu banyak mengakibatkan pengusaha yang datang dari Indonesia 
terpaksa meninggalkan kota-kota di Timor Leste, karena sudah tidak tahan.

Menurut cerita Ny. Domingos, selain mereka terpaksa mengalami kerugian besar 
karena tempat usahanya banyak yang dijarah pada saat kerusuhan, merekapun 
tidak tahan menghadapi ganasnya pertikaian antar kelompok yang hingga kini 
belum bisa
diatasi aparat keamanan yang dibantu tentara asing.

"Konflik perang saudara sekarang lebih sadis dibanding saat jajak pendapat 
dulu, membunuh sesama warga Timor Leste yang berbeda kelompok kerap terjadi, 
bahkan wanita hamilpun tidak segan-segan dibunuh," katanya.

Fasilitas kesehatan minim

Mengenai fasilitas kesehatan, Ny. Domingos menyatakan rumah sakit 
peninggalan Pemerintah Indonesia di Bidau itu tidak optimal, karena tenaga 
dokternya sangat minim dan tidak jarang mereka lari berobat ke Kupang (NTT).

Bagi keluarga yang kurang mampu, tentunya bisa dibayangkan ke mana mereka 
akan pergi berobat, sedang yang datang berobat ke Kupang itu adalah keluarga 
yang punya banyak uang.

Sedangkan rumah sakit milik TNI dulu, kini diperuntukkan bagi warga asing 
yang bertugas di Timor Leste, jadi fasilitas kesehatan masyarakat sangat 
minim.

Suasana keamanan yang kurang kondusif tersebut diperkirakan kian memanas, 
sehubungan akan dilangsungkannya Pemilihan Umum tahun 2007.

"Banyak warga Timor Leste yang ingin keluar, tetapi terbatas oleh penjagaan 
yang kian ketat di daerah perbatasan, demikian juga pengusaha dari Atambua 
ke Dili kian jarang karena mereka takut," katanya. (*)

http://www.antara.co.id/seenws/?id=47121

_________________________________________________________________
Get free, personalized commercial-free online radio with MSN Radio powered 
by Pandora http://radio.msn.com/?icid=T002MSN03A07001


Kirim email ke