BETUL!
Ini sangat memalukan, betapa tidak amannya kita beribadah di Indonesia, bangsa
yang mengaku beragama dan mengagung-agungkan sopan-santun sebagai adat
ketimuran--padahal sih nggak tau adat. Terus terang gue MUNTAH tiap kali ada
yang ngomong: Kita kan orang timur... Biasa aja deh, mendingan kita jadi orang
yang MANUSIA dan MANUSIAWI, gak usah ribut dengan agama.
Seperti kata Gus Dur: TUHAN KOK DIBELA...
Mas, melanggar kode etik jurnalistik kalau seandainya Anda ngomong: ini artikel
saya. Ini kan enggak. Lagian, milis ini --walopun publik space-- tapi bukan
media massa. Atau Anda hanya sedang sarkastik? :)
Original Message -
From: Danny Lim
To: KincirAngin
Cc: PMKRI Petojo ; Media Care
Sent: Friday, March 09, 2007 3:15 AM
Subject: [mediacare] 7.400 Polisi Siap Amankan Nyepi di Bali
DL - Kebaktian Natal di Jakarta setiap tahun harus dijaga belasan ribu
polisi, barisan pemuda dan metal detector. Perayaan Nyepi di Bali pun mesti
dikawal 7400 polisi. Dan itu semua terjadi di negara yang hampir 100%
penduduknya beragama. Di Belanda, penduduk yang beragama tinggal (barangkali)
60%, tapi merayakan Idul Fitri bisa dengan gembira 'tuh. What's wrong with (the
people of) Indonesia? :-(.
Pertanyaan teknis: copy paste artikel koran (Suara Pembaruan) untuk dikirim
ke beberapa milis (Kincir Angin, Media Care, PMKRI Petojo)seperti saya lakukan
sekarang ini, apakah melanggar tata krama jurnalistik? Mohon pendapat pakar
media, terima kasih sebelumnya.
SUARA PEMBARUAN DAILY
--
7.400 Polisi Siap Amankan Nyepi di Bali
[DENPASAR] Sebanyak 7.400 polisi siap mengamankan Nyepi di Bali dan pawai
ogoh-ogoh yang melibatkan massa sehingga berpotensi terjadi keributan. Selain
menyiapkan tim berkekuatan sekitar 7.000 personel, masih ada 400 anggota Brimob
yang stand by di markas. Kesepakatan antardesa pakraman diyakini mampu mencegah
keributan di lapangan.
"Polri lebih banyak siaga di markas, menunggu komando operasi jika terjadi
keributan. Fungsi pecalang diefektifkan, namun tetap kita back up untuk
mencegah tindakan anarkis," tegas Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Bali Irjen
Pol Paulus Purwoko pada acara tatap muka dengan para wartawan, di Denpasar,
Rabu (7/3).
Sistem pengamanan yang menerjunkan kekuatan penuh di lapangan dinilai kurang
efisien. Kehadiran polisi terlalu berlebihan di tengah-tengah masyarakat juga
terkesan mengganggu kegiatan ritual. Pola yang diterapkan Kapolda, mengandalkan
kekuatan intelijen dan menyiagakan pasukan di markas. 'Petugas di lapangan
secukupnya, sementara kekuatan di markas bisa diterjunkan tiap saat, tambahnya.
Upaya yang dilakukan Polri menjaga Kamtibmas saat Nyepi 2007 bukan hanya
mengandalkan kekuatan 7.000 personel plus dua kompi pasukan Brimob. Polda
justru sudah membahas pengamanan pawai ogoh-ogoh bersama instansi terkait,
seperti Majelis desa pakraman, Kanwil Agama, Forum Komunikasi Umat Beragama
(FKUB), para pemangku, Muspida Denpasar, Badung, dan seluruh Bali.
Ada lima kesepakatan yang dihasilkan terkait perayaan Nyepi 2007 yang jatuh
pada tanggal 19 Maret mendatang, antara lain pengusungan ogoh-ogoh agar
dilakukan di desa pakraman masing-masing.
"Jika ada yang ingin pawai ogoh-ogoh keluar dari wilayah desa pakraman, agar
berkoordinasi dengan desa pakraman yang dilalui," ucapnya.
Mengantisipasi perayaan Nyepi, pihaknya memerintahkan seluruh jajarannya
untuk melakukan operasi pemberantasan minuman keras (miras) sampai ke pelosok
desa. Peredaran miras, khususnya miras lokal jenis arak banyak dikonsumsi
anak-anak muda dan dikhawatirkan mereka akan meminumnya saat terjadi pawai
ogoh-ogoh.
"Kami berharap dan mengimbau supaya generasi muda di Bali jangan
mabuk-mabukan. Apalagi hal itu dilarang agama," katanya.
Kepala Kepolisian Kota Besar (Kapoltabes) Denpasar Kombes Pol Ari Dono
Sukmanto mengaku telah mensosialisasikan pola pengamanan pawai ogoh- ogoh.
Wilayah Denpasar dibagi beberapa titik, seperti Kuta, Kuta Selatan, Sanur, dan
kota. Kekuatan polisi yang diterjunkan hanya mem-back up pengamanan yang
dilakukan satuan pecalang. Sudah ada 150 ogoh-ogoh yang terdaftar. [137]
--
Last modified: 9/3/07