Dear nakita-ers,

Teknik ILA dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke urat saraf di tulang belakang bagian bawah. Sehingga, kendati sang ibu tetap sadar, ibu tidak merasakan nyeri.
Semoga artikel ini membantu


Salam,
Uttiek

 
PERSALINAN NORMAL TANPA RASA SAKIT
 K ini para ibu tak perlu cemas lagi akan rasa sakit saat melahirkan normal. Obatnya sudah ada, Bu. Nyaris tanpa efek samping, lo!
"Enggak, deh, saya kapok melahirkan. Sakitnya luar biasa. Saya ngerasain mules dua hari. Pembukaannya lambat, bayinya susah keluar," cerita Ibu Nina. Memang, kasus Ibu Nina kerap juga terjadi pada ibu-ibu lain, kan? Banyak Ibu merasa ngeri untuk melahirkan secara normal karena membayangkan rasa nyeri luar biasa saat melahirkan. Akibatnya, bagi yang tak kuat menahan nyeri tersebut, di tengah proses persalinan tak jarang mereka meminta untuk dibedah sesar.
Mengapa, sih, proses persalinan kerap disertai nyeri? Menurut dr. Nasdaldy, Sp.OG, dalam persalinan pasti ada rasa nyeri karena ada kontraksi uterus (rahim). "Untuk menimbulkan pembukaan jalan lahir dan untuk mengeluarkan bayi maka perlu kontraksi. Nah, kontraksi inilah yang menyebabkan nyeri." Pada setiap orang, kadar nyerinya berbeda. Ada orang yang hanya sedikit saja merasakannya dan pada dasarnya ia bisa mengatasi. Tapi, ada juga yang memang nyerinya luar biasa, sehingga ia tidak bisa mengatasi nyeri tersebut. "Sebetulnya nyeri dalam proses persalinan bisa diatasi dengan obat-obatan anti nyeri," ujar ahli kebidanan dan kandungan dari RSIA Hermina Jatinegara, Jakarta, ini.
Yang jelas, cukup banyak teknik mengatasi rasa nyeri. Pertama, menyuntikkan obat melalui pembuluh darah atau otot. Namun efeknya, bayi dan sang ibu akan tidur atau mengantuk. Kedua, obat bius lokal, terutama yang dipakai untuk menghilangkan nyeri saat penjahitan luka pelebaran jalan lahir. Ketiga, bius total yang diberikan pada keadaan tertentu yang diakhiri dengan operasi. "Efeknya, ibu menjadi tidak sadar sehingga ia tidak dapat langsung melihat bayinya begitu lahir."
Nah, kini dunia kedokteran menyediakan metode terbaru untuk mengatasi nyeri selama persalinan, dikenal dengan Intrathecal Labor Analgesia (ILA). Sesungguhnya teknik ILA sudah lama dikenal di Amerika Serikat. "Sudah sejak seabad lalu diterapkan di Amerika. Namun, di Indonesia baru tahun ini dipakai dan baru ada di RS Hermina Jatinegara," terang dr. Susilo, Sp.AnK.
Apa itu ILA? Mari kita mengenalnya lebih jauh.

LEBIH BAIK DARI EPIDURAL

Teknik ILA dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke urat saraf di tulang belakang bagian bawah. "Sehingga, kendati sang ibu tetap sadar, ibu tidak merasakan nyeri," terang Susilo. Kendati caranya hampir mirip dengan teknik anestesi regional (epidural), tapi ada perbedaan yang cukup mencolok antara ILA dan epidural. "Epidural memakai dosis obat cukup tinggi dan disuntikkan ke ruangan sebelum mencapai selaput otak. Pemasangannya juga menggunakan kateter, sehingga bisa saja kateternya false route, nyasar ke mana-mana. Nah, kalau sudah nyasar, kan, bisa masuk ke pembuluh darah sehingga menimbulkan komplikasi. Misalnya, ibu jadi kejang. Selain itu, ada kemungkinan masuk ke tubuh bayi juga. Dengan demikian bisa dikatakan komplikasi teknik epidural cukup tinggi," tambah Susilo lebih rinci. Tak cuma itu, teknik epidural pun mengakibatkan persalinan jadi sedikit terhambat. "Karena otot-ototnya terpengaruh. Saat mengedan, kekuatan ibu jadi lemah karena ada bagian saraf yang diblok."
Sedangkan dalam teknik ILA, dosis obat yang digunakan hanya sepersepuluh obat epidural. "Dengan jarum yang lebih lembut, dan dimasukkan langsung ke dalam selaput otak, jadi bercampur dengan cairan otak. Selain itu, di dalam selaput otak itu tidak ada pembuluh darah sehingga tidak menyebar. Selain itu, ILA hanya memblok rasa nyerinya saja tanpa harus memblok motorik bergeraknya. Jadi, menghilangkan rasa nyeri tanpa harus mempengaruhi otot-ototnya. Bahkan, setelah diberi ILA, ibu hamil tetap bebas berjalan-jalan."
Kekuatan ILA pun lebih lama dari epidural. Jika masa kerja epidural hanya 1-2 jam, maka ILA antara 10-12 jam. "Akibatnya jika memakai epidural setiap 2 jam harus ditambah lagi. Itu, kan, berarti volume dan dosis obat akan bertambah terus. Sehingga akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah dan bisa masuk ke dalam janin. Akibatnya, janinnya bisa terpengaruh, misalnya, saat lahir akan terlihat mengantuk. Sedangkan ILA hanya bekerja di susunan saraf pusat ibunya."
Idealnya, tambah Nasdaldy, karena masa kerjanya yang terbatas, maka ILA baru disuntikkan setelah pembukaan 3. "Pada pembukaan 4 atau 5, biasanya ibu mulai merasakan kesakitan yang sangat, sehingga saat itulah diperlukan suntikan ILA." Jadi, pemberian ILA cukup ideal, baik dari segi pasien maupun persalinannya. "Karena kalau persalinannya lebih dari 10 jam, maka hal ini masih bisa teratasi.
Bukankah secara matematik, setiap 1 jam itu berlangsung pembukaan 1 cm." Bahkan, ILA pun mampu mempercepat proses persalinan. "Umumnya untuk menunggu hingga pembukaan lengkap; pembukaan 10, diperlukan waktu antara 4-5 jam lagi. Nah, dengan ILA pembukaan lengkap hanya memakan waktu 2-3 jam. Hal ini karena ibu tidak merasakan nyeri, maka pembukaan jalan rahim berjalan lebih efektif."
Uniknya lagi, terang Nasdaldy, ibu tetap bisa merasakan kontraksi; berupa perutnya terasa kencang. "Dengan demikian ibu tetap bisa mengetahui tanda-tanda persalinan. Lain halnya dengan epidural, pasien bisa tidak tahu sama sekali kala ia kontraksi. Sehingga kerap kali persalinan memakan waktu yang sangat lama."
Selain itu, dengan ILA, saat peregangan bagian paha dan vagina juga akan terasa. "Jadi, kalau tadinya saat kontraksi nyerinya hilang sama sekali, nah, saat bayinya sudah di dasar panggul dan mau keluar kepala akan terasa sakit sedikit. Sekitar 10 persen dari sakit yang sesungguhnya. Hal ini berguna, baik buat dokter atau penolong persalinan maupun pasien, sehingga keduanya bisa mengerti, kapan harus mengedan," tambah Susilo.

ATAS PERSETUJUAN DOKTER

Wah, sepertinya kita bisa langsung berteriak senang, ya, Bu, karena ternyata ada cara melahirkan tanpa rasa sakit. Tapi, tentu saja tak semuanya bisa menggunakan ILA. Toh, masih cukup banyak ibu hamil yang tak merasakan sakit saat kontraksi sehingga tak perlu ILA. "Karena itu ILA dikatakan alternatif. Bisa diminta oleh pasien yang tidak bisa menahan sakit saat proses persalinan." Sebab, terang Nasdaldy, kendati ada anggapan nyeri persalinan adalah sesuatu yang wajar dan dianggap sebagai ungkapan ikatan tali kasih seorang ibu terhadap anaknya. "Namun harap diingat, nyeri juga akan membuat ibu jadi cemas. Nah, cemas yang berlebihan, kan, bisa mengakibatkan pernapasan jadi cepat, tensi akan menaik, denyut jantung meningkat, dan gelisah. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi janin."
Toh, ILA bisa dilakukan bukan hanya semata-mata atas permintaan pasien. "Harus tetap mendapat persetujuan dari dokter kebidanan karena ada kondisi-kondisi persalinan yang justru tidak boleh hilang rasa nyerinya," terang Nasdaldy. Terutama, tambah Nasdaldy, sangat tidak dianjurkan untuk pasien-pasien yang akan melahirkan normal, jika persalinan sebelumnya melalui operasi sesar. "Dikhawatirkan saat mulas atau kontraksi, bekas jahitan rahim akan robek di dalam. Jika tanpa ILA, maka baru robek sedikit saja, pasien sudah akan berteriak. Nah, karena dengan ILA pasien tidak merasakan sakit apa pun, maka robekan tidak akan ketahuan. Padahal kalau terjadi robek rahim, maka bayi bisa meninggal dan timbul perdarahan."
Selain itu, lanjut Nasdaldy, ILA juga tidak dianjurkan pada ibu yang bayinya dicurigai sangat besar. Imbang antara rongga panggul dengan kepala bayi menjadi tidak sesuai atau kepala bayi lebih besar dari rongga panggul. "Nah, karena kepala bayi tak masuk, saat kontraksi kuat bisa saja robek. Kalau menggunakan ILA, maka saat perobekan terjadi tidak akan ketahuan."
Dengan kata lain, ILA hanya bisa digunakan untuk persalinan normal tanpa penyulit. Namun demikian, teknik ILA justru bermanfaat bila dalam proses persalinan terdapat kontraksi rahim yang tidak terkoordinasi. Dengan ILA, maka kontraksi jadi bagus. Selain itu, karena bersifat bisa menurunkan tensi darah, ILA juga berguna untuk menurunkan tensi pada ibu yang preeklampsia.
Jika setelah diberi ILA, persalinan tetap tak bisa normal, maka dokter tinggal menambahi obatnya saja. "Karena obat ILA dan sesar sebenarnya sama saja. Hanya dosis ILA sangat kecil." Sehingga saat harus diputuskan sesar dosis tersebut tak akan cukup. "Penambahan dosis obat ini tak ada dampaknya. Bahkan si ibu akan merasakan keuntungannya karena ILA bisa bertahan sampai 12 jam, sedangkan sesar hanya 2 jam. Maka jika kemudian dilakukan sesar, rasa nyeri itu tak akan terasa sampai 12 jam kemudian."
Nah, Bu, kini sudah tahu begitu banyak manfaat ILA. Tentu saja ini bisa dijadikan pilihan saat melahirkan nanti. Jadi, kita bisa ngomong dengan yakin, "melahirkan normal, siapa takut?"
 
MUAL DAN MUNTAH
 
Kendati ringan, ILA tetap memiliki efek samping. Namun, tukas dr. Susilo, SpAnK ibu tak perlu khawatir karena bisa segera diatasi. "Lagi pula hanya berefek buat ibunya saja, kan. Tidak akan sampai ke bayinya." Karena disuntikkan ke selaput otak, maka akan membuat tensi ibu jadi turun. Tak heran jika kemudian timbul mual, muntah, dan rasa gatal di hidung. "Itulah mengapa, sebelum disuntikkan ILA, kita berikan obat untuk mengatasinya, sehingga tidak terjadi dampak seperti itu."

Yang pasti, terang Susilo, dengan ILA, pasien bebas makan-minum, bahkan berjalan-jalan. "Tidak seperti epidural yang harus berbaring." Setelah bayi lahir, maka si ibu juga akan diberi obat yang dapat menetralisir efek kerja ILA.
 
TAK LANGSUNG SESAR
 
Diakui dr. Nasdaldy SpOG, angka permintaan persalinan dengan operasi sesar jadi menurun dengan adanya teknik ILA. "Dulu kalau sudah kesakitan yang sangat, pasien akan menyerah dan langsung minta sesar saja." Dengan adanya ILA, pasien punya alternatif, mau sesar atau cukup di-ILA saja. "Ternyata, banyak yang memilih ILA karena biayanya lebih murah dibandingkan biaya sesar, juga komplikasinya lebih kecil."

Indah Mulatsih



=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke