JAKARTA (Bisnis.com): Investor direkomendasikan untuk menahan posisi saham UNVR, BBCA, INDF dan BTEL karena dalam jangka pendek berpotensi bullish.
Riset analis Bali Securities Ketut Tri Bayuna mengatakan beberapa saham kembali menguat dan tercatat mengalami kelanjutan tren. Harga saham Unilever (UNVR) menunjukan tren naik sejak satu setengah bulan terakhir dan diprediksi dapat melewati level tertinggi setahun dalam waktu dekat. Indikasi kuatnya tren ini dilihat pada analisa MACD dan Directional Index movement yang bergerak bersama-sama dan belum ada tanda-tanda akan turun. "Walaupun UNVR secara fundamental dapat mendukung penguatan harga sahamnya, investor harus berhati-hati terhadap aksi profit taking yang biasanya terjadi bila harga saham mencapai tertinggi 52 pekan ," kata Ketut, hari ini. Sementara itu Bank Central Asia (BBCA) telah melampui level resistannya dan masih berpeluang naik lagi ke posisi selanjutnya, walaupun rentan profit taking karena sentimen negatif akibat perkiraan kenaikan suku bunga Bank Indonesia. Saham Bakrie Telecom (BTEL) juga telah menembus resistan, dan resistan selanjutnya berada di level 380. INDF telah terkoreksi dan turun kemarin karena tidak mendapat dorongan untuk menembus level resitan di posisi 2.250. Beberapa saham secara umum tidak terpengaruh lagi oleh sentimen global dan melanjutkan tren sesuai dengan faktor fundamental masing-masing emiten. Masing-masing saham mulai bergerak tidak secara tandem, seperti sektor perkebunan dan tambang, saham Bumi Resources (BUMI) tidak sejalan dengan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Beberapa saham mencuat dipengaruhi oleh aksi korporat. Ini merupakan perkembangan yang baik dan suatu indikasi sentimen investor lebih masuk akal dan mengandalkan faktor fundamental daripada gejolak ekonomi global dan ekonomi AS. "Oleh karena itu, jika investor percaya akan fundamental ekonomi Indonesia dan ketahanan bursa dalam negeri tentunya saat ini tepat untuk masuk kembali ke pasar saham," saran Ketut. Pada perdagangan kemarin indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia melemah tipis 1 poin atau minus 0,06% ke level 2.164,62. IHSG bergerak fluktuatif pada daerah yang negatif di pagi dan siang harinya. Namun menjelang sore indeks menguat dan akhirnya ditutup pada level yang sama seperti minggu lalu. Volume transaksi kembali menurun seperti minggu lalu di tengah melemahnya indeks bursa regional dan AS. Namun demikian, indeks sektor perkebunan naik dibandingkan minggu lalu. Hampir semua saham CPO naik secara bersamaan, sementara itu sektor lain mix. Ini merupakan berita yang cukup baik bagi investor dan merupakan indikasi kembalinya minat investor ke sektor ini. Namun secara umum kebanyakan investor tampaknya masih menunggu dan masih mencermati arah indikator ekonomi dalam negeri maupun luar negeri. Indikator ekonomi yang sedang ditunggu itu adalah kemungkinan kenaikan suku bunga BI, termasuk sinyal kenaikan suku bunga kredit perbankan lebih lanjut dan harga minyak global yang belum menentu, meski pagi ini sudah turun ke level US$111,40 per barel dan indikator ekonomi AS membaik. "Indikator-indikator ini akan menentukan strategi investasi investor selama beberapa bulan ke depan. Beberapa saham kembali menguat dan tercatat mengalami kelanjutan tren," tutur Ketut. oleh : Berliana Elisabeth S. Ikuti perkembangan bursa terkini di www.bisnis.com <http://web.bisnis.com/bursa/emiten/1id77076.html>