Harga Minyak Mendekati US$ 70
Nurul Qomariyah - detikcom

Jakarta - Harga minyak mentah dunia kembali mendekati level US$ 70 per barel menyusul kabar akan adanya serangan militer AS kepada Iran. Para pialang mengabaikan bantahan dari Presiden AS George W. Bush tentang serangan ke Iran.

Di perdagangan Asia, Selasa (11/4/2006) harga minyak jenis light untuk Mei mencapai level US$ 68,91 per barel, naik dibandingkan penutupan sebelumnya di US$ 68,74 per barel.

"Jelas sekali bahwa beberapa pelaku pasar memang bereaksi atas isu tersebut sehingga pagi ini pasar kembali bulish oleh kabar (serangan ke Iran) itu," ujar Victor Shum, analis dari konsultan energi Purvin Gertz seperti dilansir dari AFP.

Media-media AS memberitakan bahwa pemerintahan Bush sedang mempelajari opsi serangan militer. Bahkan majalah New Yorker menyebut-nyebut kemungkinan pengunaan bom nuklir atas lokasi-lokasi nuklir rahasia Iran.

Namun Bush membantah berita tersebut. "Saya membaca artikel-artikel tersebut. Itu cuma spekulasi liar," kata Bush.

Bush telah berulang kali mengatakan bahwa Iran bisa menjadi tantangan terbesar bagi AS dan negara-negara lain di dunia dengan program nuklir yang dimilikinya. Namun pemerintah Iran menegaskan, fasilitas nuklirnya semata-mata untuk kepentingan sipil, yakni sebagai pembangkit energi.

Iran merupakan penghasil minyak terbesar keempat di dunia dengan produksi mencapai 4 juta barel per hari. Para pialang khawatir, serangan atas Iran dapat mengganggu tingkat produksi dan ekspor minyak di negara kaya raya itu.

Shum menambahkan, harga minyak dunia kemungkinan akan segera menyentuh level US$ 70 per barel. Hal ini seiring akan segera masuknya AS ke masa liburan musim panas dan akan memicu permintaan BBM yang lebih banyak pada Mei mendatang.

"Pasar sekarang dalam kecenderungan naik dan sekarang sedang dalam puncaknya dengan melihat fakta bahwa kita belum memasuki puncak musim di AS. Dan US$ 70 per barel sepertinya sekarang sudah dekat," tambah Shum.

Harga minyak sempat menyentuh level US$ 71 per barel pada Agustus tahun lalu. Hal itu memaksa pemerintah Indonesia melakukan penyesuaian harga BBM sehingga membawa dampak ekonomi yang sangat menyengsarakan. Nilai tukar rupiah pun sempat porak poranda akibat tingginya harga minyak.(qom)

 



YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke