Gerakan Paderi di Pantai Sumatera : Makah Tiada Henti Memberi Kuliah
Oleh Redaksi Padang Ekspres (http://www.padangekspres.com)

Kuat dugaan penulis, kolofon yang penuh teka-teki ini mengarah kepada
tunggal penulisan asli SSMd, bukan tanggal penyalinan kedua tulisan
litografi ini. Alasan penulis, mengapa dalam versi salinan di atas catatan
itu relatif sama. Padahal diterbitkan tahun 1886.

Jika istilah ilmu falak ini bisa dipecahkan, mungkin akan lebih jelas kapan
dan dimana SSMd itu ditulis oleh Syekh Daud. Keterangan samar-samar yang
mengarah pada dugaan syair ini ditulis di Makah hanyalah pada kata-kata
"kepada bilangan takwim ihram". Istilah "takwim ihram" membawa asosiasi
dengan Makah dan profesional haji.

Walaupun ibadah haji dilaksanakan pada bulan Zulhijjah, tapi kolofon itu
sepertinya menunjukkan bahwa SMMd selesai ditulis bukan pada saat musim
haji, tapi mukim musim umrah yang dapat dilakukan kapan saja, termasuk bulan
Muharam.

Yang jelas sulit membayangkan kalimat-kalimat di atas akan muncul dalam
kolofon sebuah naskah yang ditulis di Sumatera. Lagi pula, dapat dipahami
Syekh Daud tidak dapat mengatakan secara eksplisit dalam SSMd bahwa syair
itu ditulisnya di Makah. Secara psikologis seorang yang menulis tentang
Makah di Kota Makah sendiri mungkin merasa tidak perlu lagi
mengeksplisitkannya di dalam tulisannya.

Menurut dugaan penulis, mungkin SSMd ditulis oleh Syekh Daud di Makah pada
tahun-tahun terakhir dasawarsa 20-an atau tahun pertama dasawarsa 30-an abad
ke-19.

Menurut hemat penulis, kemungkinannya adalah; para penerbit itu telah
menggunakan dua naskah salinan tangan yang berbeda untuk menyalin
versi-versi litografi yang akan mereka terbitkan. Ini membawa dugaan bahwa
sangat mungkin dalam salinan-salinan SSMd yang berbentuk menuskrip pun ada
perbedaan hari itu.

Namun, menurut Edwin Wieringa, tak ada salinan tangan SSMd yang membubuhkan
kolofon. Jika demikian halnya, ada kemungkinan perbedaan itu disebabkan oleh
ketidakpastian para penyalin tentang kapan persisnya teks SSMd ditulis Syekh
daud. Dengan demikian ada kemungkinan dalam naskah aslinya pun tidak
penerbit Singapura itu mungkin mendengarnya secara lisan saja dari para
jamaah yang lalu lalang di Kota pelabuhan itu.

Berdasarkan teks SMMd yang sampai pada kita sekarang, penulis mencoba
merekonstruksikan Syekh Daud dan pandangan keagamaannya. Hal yang paling
menonjol dalam teks SMMd yang segera menarik perhatian kita adalah
penjelasan Syekh Daud yang cukup rinci tentang kehidupan intelektual dan
tradisi akademis di Kota Makah.

Mulai sejak pagi (waktu subuh) sampai malam (waktu isyah) "berlaksa-laksa"
ulama termasyhur yang berasal dari Mesir (yang katanya banyak yang buta,
tapi "sungguhpun buta tiada melihat" dalam mengajar, "satupun masalah tiada
sesat") dan Makah tiada henti-hentinya memberi kuliah berbagai ilmu.
(bersambung)


RaNK MaRoLa
http://groups.yahoo.com/group/solok-selatan/



____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Reply via email to