*Gerakan Paderi di Pantai Sumatera Minum Air Zam-zam Mengampuni Dosa Oleh Redaksi Padang Ekspres, Selasa, 02-Nopember-2004, 05:14:37 0 klik
Oleh: Suryadi, Mahasiswa Universitas Leiden Realitas fiksi yang dibangun dalam syair makah dan madinah (SMMd) mungkin telah melahirkan mimpi dan fantasi yang memperteguh niat (seorang Jawah yang membacanya untuk pergi berziarah ke Makah, tempat Tuhan menjanjikan pahala yang berlimpah. Kiranya tidaklah berlebihan catatan BJO Schrieke dan juga Snackey yang menginformasikan betapa populernya syair ini di Sumatera pada abad ke-19. Anak mengaji di desa-desa dan ulama lokal yang membaca syair ini sekarang dapat membayangkan dengan lebih jelas Kota Makah dengan masjidil Haramnya, memicu iman dan mempertebal tekad untuk mereka suatu kali kiranya akan diberikan kesempatan oleh Tuhan dapat berkunjung ke Tanah Suci yang penuh dengan berkah-Nya itu. Demikian umpamanya tentang indahnya bangunan masjid dan tempat ibadah di kota suci itu, sudah lebih dari cukup apabila penulis mengutipkan salah satu bait pada bagian ini yang efek psikologisnya mungkin dapat kita bayangkan kepada pembaca awam di Sumatera pada abad yang lalu; "Jikalau kita baharu datang. Heranlah hati setengah tercengang. Bukan disangka buatan orang. Entah malaikat menjadi tukang". Gaya yang sama kembali digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan Ka'bah. Syekh Daud menulis; "Sekalian ikhwan, tuan dengarkan. Ka'batullah sahaya khabarkan. Tiada boleh fakir sifatkan. Di dalam dunia tiada teladan". "Daun pintunya emas bersadur. Merah dan kuning rupayanya bercampur. Di tempuh panas cahaya menyembur. Mata memandang bagaikan kabur". "Tangganya itu besarnya sedang. Emas bersadur gelang gemilang. Ukirnya rapat bukan kepalang. Entah dimana kiranya tukang". "Aduhai tuan dan tolan dengarkan. Rupanya tirai sahaya nyatakan. Tiada boleh sahaya katakan. Rupanya berkilat umpama intan". Dan tenang si air Zam-zam, si sumber air suci di Kota Makah pengarang menulis: "Zam-zam itu ditaburkan Tuhan. Rasanya lezat berlain-lainan. Setengahnya bagai manis-manisan. Siapa meminum mati beriman". "Zam-zam itu besar faedah, mengampuni dosa yang telah sudah. Umurnya lanjut rezkinya murah. Imannya tetap ilmunya bertambah". "Di mana negeri yang tuan lihat. Air telaga menjadi obat, memudahkan kita barang yang hajat. Bertambah iman mantapkan hidayat". Dari beberapa kutipan SMMd di atas, dapat dikesan bahwa Syekh Daud, dengan kekuasaan gaya hiperbol yang ia gunakan, benar-benar mencoba mengeksploitasi daya khayal pembacanya. Pendek kata, syair ini mengisahkan berbagai hal yang bagus dan menyenangkan seputar Kota Makah dan Madinah dan daerah sekitarnya-bentuk masjid dan makam imam yang empat (Hanafi, Hambali, Syafii dan Maliki) dan tempat-tempat keramat lainnya. Masjidil Haram dan Ka'batullah, tempat-tempat yang harus dikunjungi dalam rangkaian proses ibadah haji, derajat haji akbar dan pahala haji mabrur, perkembangan berbagai aliran tarekat dan mazhab-mazhab, adat istiadat bangsa Arab, pasar penguasa, rakyat, para sahabat Nabi, kritik terhadap paham keagamaan tradisional, dan terakhir, himbauan Syekh Daud kepada saudara setanah-airnya agar bergiat menuntut ilmu. (bersambung) PS: Mohon maaf, karena saya telah malewakan HAK orang lain.... :p ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________