Wah, menarik sekali apa yang diceritakan pak Ahmad Ridha...
Bukannya ingin membuka borok sendiri, tapi saya merasa hal ini perlu kita
sharing untuk menjadi bahan pelajaran bagi kita. Saya juga suka heran dengan
perbedaan prilaku karena penampilan atau warna kulit. Kalau orang mampu
membayar, kenapa harus dipermasalahkan. Walaupun tetep tidak sopan, tetepi
perbedaan perlakuan karena perbedaan uang yang harus dibayar seperti Vip dan
Ekonomi sih masih wajar.
Hi..hi..hi.., saya sampai kesal sekali membaca tulisan ini. Kadang-kadang
ego Lu kira gue ini siapa..! juga suka muncul kalau menerima perlakukan
semodel ini. Saya termasuk yang sering menerima perlakuan tidak nyaman
seperti bapak. Kata orang sih penampilan mencerminkan kepribadian. Untuk
beberapa hal tertentu mungkin benar. Kita perlu menyesuaikan penampilan
berdasarkan tempat. Tetapi kan akan berbeda sekali, kalau kita yang lecek
diperlakukan kurang nyaman, sementara bule lecek bersendal jepit tetap
diperlakukan dengan baik.
Mungkin rasa tidak nyaman mereka karena mereka merasa hotel mereka adalah
hotel berkelas. Sehingga apabila ada orang dari kasta berbeda sekalipun
punya uang, akan mengganggu suasana berkelas mereka. Seperti mungkin
keluhan sebahagian orang saat ini terhadap penumpang pesawat. Dulu yang naik
pesawat cuman orang kaya saja. Sekarang dengan harga bus antar kota itu,
semua orang bisa naik pesawat sehingga kesan exclusive penumpang pesawat
sudah tidak ada lagi.
Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong yang kata beberapa ulama merupakan
sifat Merendahkan orang atau menolak kebenaran. Wallahu a'lam.
Ada baiknya sih cerita semodel ini dikirimkan ke surat pembaca. Sebenarnya
kalau konsumen sudah mulai sedikit galak, setiap usaha mesti berfikir
2kali untuk macem-macem.
- Original Message -
From: Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 29, 2004 10:44 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Pelayanan Hotel di Kota Padang
YPC - 19 Azizar Aras wrote:
Nan tajadi di pak Zamri adolah kasus, bukan bentuk service dari Pangeran
Beach, ambo banyak nan manyampaikan salut
jo service di Sumbar nan umumnyo bule dan kawan kawan luar Sumatera
Mak Azizar, mungkin itulah masalahnya. Mereka sepertinya lebih
menghargai orang bule atau yang perlente.
Ada juga pengalaman pribadi saya sendiri saat pulang ke Padang beberapa
bulan yang lalu setelah melakukan supervisi mahasiswa ke Solok bersama
dua orang rekan dosen. Kami tiba di Padang sekitar pukul 9 malam dari
Bukittinggi dan saya memutuskan untuk menginap di Pangeran Beach karena
lokasinya yang mudah kemana-mana. Tiba di sana kami menanyakan kamar
kepada petugas bernama Ag**g. Sejujurnya kami merasa ia enggan melayani
kami mungkin karena penampilan kami yang agak-agak lecek dan tidak turun
dari mobil mewah.
Walaupun kesal namun kami tetap menginap di sana karena sudah lelah
sekali. Satu hal yang membuat kami agak bingung adalah kami harus
membayar uang jaminan sebesar 1 juta padahal kami hanya menginap 2 hari
dengan total biaya hanya 700rb. Untungnya rekan saya membawa uang tunai
karena ternyata tidak dapat menggunakan kartu kredit.
Setelah mendapatkan kamar dan membayar uang jaminan, ternyata kami harus
membawa barang-barang kami sendiri ke kamar. Padahal di dekat kami
seorang petugas hotel sedang membawa kereta barang. Jadilah kami
menginap dengan rasa kesal. Apalagi ternyata tutup closet di kamar mandi
kami rusak. Tapi ya sudah malas melapor.
Selanjutnya kami ingin memperpanjang masa menginap karena repot pindah
ke hotel lain (walaupun ingin). Akan tetapi saat kami kembali ke hotel
pukul 11.30 ternyata kunci kami sudah tidak dapat digunakan padahal
waktu check-out adalah pukul 12.00. Kami komplain apalagi barang-barang
masih di dalam. Ternyata kami harus menambah uang jaminan 1 juta lagi.
Lagi-lagi tidak dapat menggunakan kartu kredit. Terpaksalah harus
mengambil di ATM dulu yang untungnya dekat.
Kami sangat ingin menemui manajernya namun kami check-in hari Sabtu dan
sepertinya manajernya sedang sibuk atau keluar. Pada saat check-out hari
Senin kami sudah malas untuk mengadu.
In the end, kami sangat kecewa dengan pelayanan Pangeran Beach. Saya
juga malu dengan dua rekan saya yang bukan orang minang. Sangat terasa
bagaimana petugas-petugas di sana memberi pelayanan berdasarkan
penampilan. Penjaga pintu pun enggan membukakan pintu bagi kami padahal
baru saja membukakan pintu dengan tersenyum lebar bagi sekelompok orang
yang turun dari mobil mewah. Mungkin penampilan saya kurang meyakinkan
bagi mereka. Allahu a'lam.
Adapun pengalaman kami di Bukittinggi sangat memuaskan. Saat kami ke
Novotel Bukittinggi ternyata kamarnya sudah penuh namun petugas di sana
dengan ramah memberikan informasi mengenai hotel di sekitar situ.
Akhirnya kami menginap Embun Sari yang menurut saya sangat baik
pelayanannya walaupun tidak terlalu mewah. Itulah kenapa kami sangat
terkejut dengan level pelayanan yang kami dapatkan.
Mohon maaf