Re: [R@ntau-Net] Pelayanan Hotel di Kota Padang

2004-10-29 Terurut Topik Ahmad Ridha
YPC - 19 Azizar Aras wrote:
Nan tajadi di pak Zamri adolah kasus, bukan bentuk service dari Pangeran Beach, ambo banyak nan manyampaikan salut 
jo service di Sumbar nan umumnyo bule dan kawan kawan luar Sumatera
Mak Azizar, mungkin itulah masalahnya. Mereka sepertinya lebih 
menghargai orang bule atau yang perlente.

Ada juga pengalaman pribadi saya sendiri saat pulang ke Padang beberapa 
bulan yang lalu setelah melakukan supervisi mahasiswa ke Solok bersama 
dua orang rekan dosen. Kami tiba di Padang sekitar pukul 9 malam dari 
Bukittinggi dan saya memutuskan untuk menginap di Pangeran Beach karena 
lokasinya yang mudah kemana-mana. Tiba di sana kami menanyakan kamar 
kepada petugas bernama Ag**g. Sejujurnya kami merasa ia enggan melayani 
kami mungkin karena penampilan kami yang agak-agak lecek dan tidak turun 
dari mobil mewah.

Walaupun kesal namun kami tetap menginap di sana karena sudah lelah 
sekali. Satu hal yang membuat kami agak bingung adalah kami harus 
membayar uang jaminan sebesar 1 juta padahal kami hanya menginap 2 hari 
dengan total biaya hanya 700rb. Untungnya rekan saya membawa uang tunai 
karena ternyata tidak dapat menggunakan kartu kredit.

Setelah mendapatkan kamar dan membayar uang jaminan, ternyata kami harus 
membawa barang-barang kami sendiri ke kamar. Padahal di dekat kami 
seorang petugas hotel sedang membawa kereta barang. Jadilah kami 
menginap dengan rasa kesal. Apalagi ternyata tutup closet di kamar mandi 
kami rusak. Tapi ya sudah malas melapor.

Selanjutnya kami ingin memperpanjang masa menginap karena repot pindah 
ke hotel lain (walaupun ingin). Akan tetapi saat kami kembali ke hotel 
pukul 11.30 ternyata kunci kami sudah tidak dapat digunakan padahal 
waktu check-out adalah pukul 12.00. Kami komplain apalagi barang-barang 
masih di dalam. Ternyata kami harus menambah uang jaminan 1 juta lagi. 
Lagi-lagi tidak dapat menggunakan kartu kredit. Terpaksalah harus 
mengambil di ATM dulu yang untungnya dekat.

Kami sangat ingin menemui manajernya namun kami check-in hari Sabtu dan 
sepertinya manajernya sedang sibuk atau keluar. Pada saat check-out hari 
Senin kami sudah malas untuk mengadu.

In the end, kami sangat kecewa dengan pelayanan Pangeran Beach. Saya 
juga malu dengan dua rekan saya yang bukan orang minang. Sangat terasa 
bagaimana petugas-petugas di sana memberi pelayanan berdasarkan 
penampilan. Penjaga pintu pun enggan membukakan pintu bagi kami padahal 
baru saja membukakan pintu dengan tersenyum lebar bagi sekelompok orang 
yang turun dari mobil mewah. Mungkin penampilan saya kurang meyakinkan 
bagi mereka. Allahu a'lam.

Adapun pengalaman kami di Bukittinggi sangat memuaskan. Saat kami ke 
Novotel Bukittinggi ternyata kamarnya sudah penuh namun petugas di sana 
dengan ramah memberikan informasi mengenai hotel di sekitar situ. 
Akhirnya kami menginap Embun Sari yang menurut saya sangat baik 
pelayanannya walaupun tidak terlalu mewah. Itulah kenapa kami sangat 
terkejut dengan level pelayanan yang kami dapatkan.

Mohon maaf jika keluh kesah ini berkepanjangan namun semoga ada 
manfaatnya. Ada baiknya kalau ada yang terkait dengan manajemen Pangeran 
Beach di milis ini untuk memperhatikan kinerja para petugas di sana.

Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
--
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [R@ntau-Net] Pelayanan Hotel di Kota Padang

2004-10-29 Terurut Topik udrekh
Wah, menarik sekali apa yang diceritakan pak Ahmad Ridha...

Bukannya ingin membuka borok sendiri, tapi saya merasa hal ini perlu kita
sharing untuk menjadi bahan pelajaran bagi kita. Saya juga suka heran dengan
perbedaan prilaku karena penampilan atau warna kulit. Kalau orang mampu
membayar, kenapa harus dipermasalahkan. Walaupun tetep tidak sopan, tetepi
perbedaan perlakuan karena perbedaan uang yang harus dibayar seperti Vip dan
Ekonomi sih masih wajar.

Hi..hi..hi.., saya sampai kesal sekali membaca tulisan ini. Kadang-kadang
ego Lu kira gue ini siapa..! juga suka muncul kalau menerima perlakukan
semodel ini. Saya termasuk yang sering menerima perlakuan tidak nyaman
seperti bapak. Kata orang sih penampilan mencerminkan kepribadian. Untuk
beberapa hal tertentu mungkin benar. Kita perlu menyesuaikan penampilan
berdasarkan tempat. Tetapi kan akan berbeda sekali, kalau kita yang lecek
diperlakukan kurang nyaman, sementara bule lecek bersendal jepit tetap
diperlakukan dengan baik.

Mungkin rasa tidak nyaman mereka karena mereka merasa hotel mereka adalah
hotel berkelas. Sehingga apabila ada orang dari kasta berbeda sekalipun
punya uang, akan mengganggu suasana berkelas mereka. Seperti mungkin
keluhan sebahagian orang saat ini terhadap penumpang pesawat. Dulu yang naik
pesawat cuman orang kaya saja. Sekarang dengan harga bus antar kota itu,
semua orang bisa naik pesawat sehingga kesan exclusive penumpang pesawat
sudah tidak ada lagi.

Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong yang kata beberapa ulama merupakan
sifat Merendahkan orang atau menolak kebenaran. Wallahu a'lam.

Ada baiknya sih cerita semodel ini dikirimkan ke surat pembaca. Sebenarnya
kalau konsumen sudah mulai sedikit galak, setiap usaha mesti berfikir
2kali untuk macem-macem.
- Original Message -
From: Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 29, 2004 10:44 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Pelayanan Hotel di Kota Padang


 YPC - 19 Azizar Aras wrote:

  Nan tajadi di pak Zamri adolah kasus, bukan bentuk service dari Pangeran
Beach, ambo banyak nan manyampaikan salut
  jo service di Sumbar nan umumnyo bule dan kawan kawan luar Sumatera

 Mak Azizar, mungkin itulah masalahnya. Mereka sepertinya lebih
 menghargai orang bule atau yang perlente.

 Ada juga pengalaman pribadi saya sendiri saat pulang ke Padang beberapa
 bulan yang lalu setelah melakukan supervisi mahasiswa ke Solok bersama
 dua orang rekan dosen. Kami tiba di Padang sekitar pukul 9 malam dari
 Bukittinggi dan saya memutuskan untuk menginap di Pangeran Beach karena
 lokasinya yang mudah kemana-mana. Tiba di sana kami menanyakan kamar
 kepada petugas bernama Ag**g. Sejujurnya kami merasa ia enggan melayani
 kami mungkin karena penampilan kami yang agak-agak lecek dan tidak turun
 dari mobil mewah.

 Walaupun kesal namun kami tetap menginap di sana karena sudah lelah
 sekali. Satu hal yang membuat kami agak bingung adalah kami harus
 membayar uang jaminan sebesar 1 juta padahal kami hanya menginap 2 hari
 dengan total biaya hanya 700rb. Untungnya rekan saya membawa uang tunai
 karena ternyata tidak dapat menggunakan kartu kredit.

 Setelah mendapatkan kamar dan membayar uang jaminan, ternyata kami harus
 membawa barang-barang kami sendiri ke kamar. Padahal di dekat kami
 seorang petugas hotel sedang membawa kereta barang. Jadilah kami
 menginap dengan rasa kesal. Apalagi ternyata tutup closet di kamar mandi
 kami rusak. Tapi ya sudah malas melapor.

 Selanjutnya kami ingin memperpanjang masa menginap karena repot pindah
 ke hotel lain (walaupun ingin). Akan tetapi saat kami kembali ke hotel
 pukul 11.30 ternyata kunci kami sudah tidak dapat digunakan padahal
 waktu check-out adalah pukul 12.00. Kami komplain apalagi barang-barang
 masih di dalam. Ternyata kami harus menambah uang jaminan 1 juta lagi.
 Lagi-lagi tidak dapat menggunakan kartu kredit. Terpaksalah harus
 mengambil di ATM dulu yang untungnya dekat.

 Kami sangat ingin menemui manajernya namun kami check-in hari Sabtu dan
 sepertinya manajernya sedang sibuk atau keluar. Pada saat check-out hari
 Senin kami sudah malas untuk mengadu.

 In the end, kami sangat kecewa dengan pelayanan Pangeran Beach. Saya
 juga malu dengan dua rekan saya yang bukan orang minang. Sangat terasa
 bagaimana petugas-petugas di sana memberi pelayanan berdasarkan
 penampilan. Penjaga pintu pun enggan membukakan pintu bagi kami padahal
 baru saja membukakan pintu dengan tersenyum lebar bagi sekelompok orang
 yang turun dari mobil mewah. Mungkin penampilan saya kurang meyakinkan
 bagi mereka. Allahu a'lam.

 Adapun pengalaman kami di Bukittinggi sangat memuaskan. Saat kami ke
 Novotel Bukittinggi ternyata kamarnya sudah penuh namun petugas di sana
 dengan ramah memberikan informasi mengenai hotel di sekitar situ.
 Akhirnya kami menginap Embun Sari yang menurut saya sangat baik
 pelayanannya walaupun tidak terlalu mewah. Itulah kenapa kami sangat
 terkejut dengan level pelayanan yang kami dapatkan.

 Mohon maaf