Re: [R@ntau-Net] antara Tokyo dan Jakarta 8 : Takana jo Kampuang (1)

2004-10-23 Terurut Topik udrekh
Tarimokasi banyak sanak Arfian.

Tulisan ambo ko memang direncanakan banyak seri.
Ambo indak mamuncuakan carito antara Tokyo dan Jakarta 1s/d7 :  nan bajudua
Sakit-oh sakit 1s/d 7 di milis ko. Ambo mulai dari nomor 8, dek karano
rencana ambo, tulisan sakit-oh sakit itu memang sampai nomor 7.
Baitu juo tulisan takana jo kampuang iko indak ka ambo kirimkan di milis
lain. Ambo arok bana ka mandapek masukan dari niniak mamak, cadiak pandai,
maupun kawan jo adiak-adiak kasadonyo. Ingin ambo rasonyo mampagunoan
saketek tanago ambo untuak mambangun nagari awak ko.
Ado beberapa isu nan mungkin akan ambo angkek di milis ko (insya Allah).
Yaitu:
1. Perdagangan
2. Pendidikan.
3. Budaya dan Wisata.

Sia tau, ada karajo nyato nan bisa dangkek dunsanak kasadonya dari carito
ko.
- Original Message -
From: Muhammad Arfian [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, October 23, 2004 11:55 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] antara Tokyo dan Jakarta 8 : Takana jo Kampuang
(1)


 Assalaamu'alaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu

 Sanak Udrekh ko terkenal sebagai provokator kami di Tokyo. Kami pun di
siko
 sekarang sedang menikmati caritonyo. Kalau di Tokyo serinyo baru sampai 5,
 di Rantau-Net alah sampai nomor 8, ma nan sabalunnyo sanak? ;-)

 Mambaco caritonyo taragak awak dibueknyo. Sapangatahuan ambo, waktu pulang
 terakhir ampek tahun yang lalu, keadaan Padang masih sangat jauh babedo
 dengan nan dicaritokan Sanak Udrekh. Kalau memang seperti itu keadaannyo
 Alhamdulillah, tetapi mungkin masih paralu ditingkekkan lebih baik lagi
yo.





Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[R@ntau-Net] antara Tokyo dan Jakarta 8 : Takana jo Kampuang (1)

2004-10-22 Terurut Topik Udrekh
Assalaamu 'alaikum Wr.Wb.

Mungkin memang sedikit sekali orang minang yang tidak pernah mengecap
rasanya merantau. Saya adalah salah satu yang Allah takdirkan untuk hidup
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Lahir di Bukittinggi -
Sumatera Barat, kecil di Jakarta, tetapi sempat merasakan kehidupan 5 tahun
lamanya sekolah di kota kelahiran, sebelum kembali ke Jakarta untuk
menamatkan SMA. Kuliah di Surabaya dan berencana untuk bekerja di sana,
tetapi nasib membawa saya bekerja di Jakarta, dan selanjutnya selama 4 tahun
terakhir ini, saya harus hidup merantau ke tanah Jepang.


Ada satu hal yang menarik untuk saya cermati pada prilaku merantau orang
minang ini. Sepertinya ada kecenderungan bagi orang minang untuk kembali ke
kampung. Baik itu untuk sesekali pulang, maupun menghabiskan masa tua untuk
beribadah di kampung halaman. Saya mungkin salah satu di antara orang yang
merasakan hal yang serupa. Sekalipun tidak banyak waktu yang saya habiskan
di kampung halaman, tetapi seperti ada yang selalu memanggil-manggil untuk
pulang. Ada sesuatu yang dirindu dan membuat diri ini tidak tahan
berlama-lama tidak menjenguk negeri tercinta itu. Entah dari mana rasa cinta
itu datang, yang jelas, sayapun ingin selalu pulang dan berniat menghabiskan
hari tua saya dikampung halaman, seperti impian para dunsanak yang telah
lama merantau.

2 tahun terakhir ini, saya tetap menyempatkan diri untuk pulang ke Kampung
halaman, setiap pulang ke Indonesia. Beberapa bulan yang lalupun, walaupun
hanya 3 hari, saya tetap memaksa pulang untuk malapeh taragak. Belum ada
buku yang saya baca terkait dengan prilaku merantau dan takana jo kampuang
ini. Tetapi hal ini adalah salah satu potensi yang ingin saya bahas.

a. Bak Tumbuhnya Jamur di musim hujan
Walaupun hanya pendapat dan pengamatan pribadi. Banyaknya rumah mewah yang
dibangun di setiap sudut kampung, adalah sebuah parameter yang memperkuat
analisis saya. Pulang kampuang kemarin ini, benar-benar membuat saya
geleng-geleng kepala melihat perobahan kota bukittinggi dan sekitarnya yang
begitu cepat. Rumah baru dan bagus bertebaran di mana-mana, bak tumbuhnya
jamur di musim hujan. Saya bahkan sempat masuk ke kampung-kampung di sekitar
padang luar. Sukar sekali rasanya melihat rumah reot di pelosok-pelosok
kampung. Sekalipun hanya dihubungi oleh jalan yang sempit, tetapi hal itu
tidak membuat kurangnya animo orang untuk membangun rumah yang cantik
sekalipun mungil. Kita tidak perlu bercerita bagaimana kondisi belakang
balok, tangah sawah apalagi daerah yang disebut tangah jua, yang sudah
seperti rumah-rumah di pondok indah saja layaknya.

Dari mana pembangunan yang pesat itu berasal..? Kalau menurut analisis bodoh
saya, kebanyakan berasal dari dana orang rantau yang ingin punya rumah bagus
di kampung. Konon kabarnya, uang yang masuk ke sumatera barat setiap
tahunnya, lebih besar dari APBD propinsi itu sendiri. Walaupun ada, tapi
sepertinya sangat sedikit rumah yang dibangun sebagai hasil bekerja
orang-orang yang tinggal di kampung halaman.

b. Aman dan Damai
Kalau diambil rata-rata, mungkin saya pulang kampung setiap 2-3 tahun
sekali. Walaupun tidak bisa dikatakan cukup rutin, tetapi saya sempat
mengamati kondisi negeri ini dari masa sebelum resesi, terjadinya resesi,
dan pasca resesi. Kesan yang timbul adalah: kondisi gonjang-ganjiing di
luar, tidak banyak mempengaruhi ketenangan dan keamanan negeri. Kakak saya
sempat membuat kesimpulan, bahwa masyarakat pedagang sangat membutuhkan
suasana yang tentram dan nyaman, karena terisi atau tidaknya perut, sangat
dipengaruhi oleh buka dan tidaknya pasar, serta ada tidaknya yang membeli.
Berbeda dengan pekerjaan sebagai pegawai, baik pegawai pemerintah maupun
karyawan swasta. Gangguan yang menyebabkan terhentinya kegiatan ekonomi,
tidak langsung berpengaruh kepada orang yang memiliki pendapatan berupa gaji
rutin setiap bulan.

Cukup mengherankan memang. Masa resesi di mana harga-harga sedemikian mahal
pun, tidak menyebabkan goncangnya kondisi masyarakat di sana. Sekalipun
harga-harga memang bergerak naik, tetapi kehidupan masyarakat terlihat
tenang-tenang saja. Memang sih, observasi saya hanya di Bukittinggi dan
sekitarnya saja, tetapi koran yang saya bacapun jarang memunculkan
kesengsaraan atau keributan di Sumatera Barat. Mungkin salah satu
penyebabnya adalah adanya pendapatan cadangan dalam bentuk pitih dari
rantau.

c. Perputaran roda ekonomi
Membandingkan bukittinggi sekarang dengan beberapa tahun yang lalu, terasa
sekali kemudahan yang saya peroleh dari fasiltias perbankan. Menurut berita
yang saya dengar. Bukittinggi adalah salah satu tempat dengan pertumbuhan
bank syari'ah paling pesat. Cerita dari saudara saya yang sempat melakukan
penelitian, salah satu pemicu yang paling dominan adalah besarnya perputaran
uang di pasar Aur Kuning. Walaupun tidak sempat melihat, menurut kabar,
pasar tersebut sekarang telah dikelilingi banyak sekali bank.Angka yang saya
terima mengenai besarnya transaksi harian di pasar ini, cukup membuat