Frederik Silaban: Arsitek Mesjid Kemerdekaan Istiqlal
Rabu, 21 April 1999 Berita Utama : "Masjid Istiqlal Dirancang Arsitek Kristen" BETAPA sedih seandainya Bung Karno, Presiden pertama RI, masih hidup, menyaksikan beberapa ruangan di lantai bawah Masjid Istiqlal yang hancur karena terkena bom. Betapa tidak? Sebab Bung Karno-lah yang memberikan nama masjid kebanggaan umat Islam Indonesia itu. Istiqlal artinya adalah merdeka. Tentu ini juga dimaksudkan sebagai lambang kemerdekaan. Rasa bangga dan cintanya umat Islam Indonesia terhadap tempat suci ni, ditunjukkan dari berbagai penjuru Tanah Air dengan selalu mengunjungi masjid yang letaknya tidak jauh dari Istana Negara tersebut. Masjid, di dalam sejarah Islam, bukan saja digunakan untuk kepentingan ibadah seperti salat, itikaf, zikir, dan lain-lain, namun juga dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Demikian juga untuk Istiqlal. Di lantai dasar masjid tersebut digunakan puluhan organisasi yang mengurusi berbagai kepentingan masyarakat. Di tempat itu ada kantor MUI (Masjid Ulama Indonesia), BP-4 (Badan Penyelesaian Perselesihan Perkawinan Pusat), HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam), DMI (Dewan Masjid Indonesia), BKRMI (Badan Koordinasi Remaja Masjid Indonesia), dan lain-lain. Di situ pula, selain digunakan untuk peringatan hari-hari besar Islam yang selalu dihadiri Presiden dan Wakil Presiden RI beserta anggota kabinetnya dan para duta besar negara sahabat, sering diadakan kegiatan yang sifatnya nasional. Sebut saja misalnya Festival Istiqlal tahun 1990 yang cukup spektakuler dengan menghadirkan berbagai acara yang cukup menarik. Seminar-seminar kebudayaan dan keagamaan Islam juga selalu digelar di lokasi masjid tersebut. Keindahan arsitekturnya juga mengundang kekaguman tamu-tamu dari negara asing. Misalnya, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton ketika berkunjung ke Indonesia juga menyempatkan diri berkunjung dan masuk ke masjid tersebut dengan diantar oleh Menteri Agama (waktu itu) Tarmizi Taher. Petinju legendaris Mohamad Ali juga pernah salat jumat di tempat suci ini. Lambang Kemerdekaan Menengok ke belakang sejarah pembangunan tempat ibadah tersebut, juga terdapat kisah yang tidak kalah menariknya. Seperti yang ditulis dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (hak cipta 1988 PT Cipta Adi Pustka) disebutkan, Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Indonesia. Bangunan ini terletak di Taman Wijayakusuma, Jakarta Pusat. Istiqlal berarti kemerdekaan. Nama itu diberikan oleh Presiden pertama Soekarno. Taman Wijayakusuma dikenal sebagai lambang Pemerintah Hindia Belanda. Untuk menghapus lambang pemerintahan Belanda, didirikanlah masjid di tempat itu sebagai lambang kemerdekaan Republik Indonesia. Rancang bangunan masjid yang berkapasitas 100.000 orang ini disayembarakan pada tahun 1954 dan dimenangkan oleh seorang kelahiran Tapanuli, Sumatera, yang kebetulan pemeluk Kristen, arsitek Frederik Silaban. Menurut Silaban, seperti diungkap dalam buku itu, seorang arsitek harus tidak terikat oleh agama atau kesukuannya dan harus dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Menurutnya, perencanaan masjid ini seratus persen asli, tidak meniru masjid mana pun, kecuali memenuhi persyaratan-persyaratan sayembara. Pembangunannya dimulai dengan pemancangan tiang pertama pada tahun 1961. Pada tahun 1977 konstruksi beton bertulang dan bangunan gedung utamanya telah selesai. Sejak saat itu, meskipun sarana pelengkap lainnya belum selesai dibangun, masjid ini sudah dapat dipakai untuk beribadat. Masjid raksasa ini dibangun di atas tanah seluas 12 hektare. Bangunannya seluas 7 hektare, terdiri atas bangunan induk bertingkat lima, gedung pendahuluan, dan selasar penghubung, teras raksasa, emper keliling, dan emper tengah, menara, jalan, dan tempat parkir, serta jembatan dan taman air mancur. Luas lantainya mencakup 72.000 meter persegi dan luas atapnya 21.000 meter persegi. Ukuran tinggi, panjang, dan lebar bangunan-bangunan di masjid itu: gedung induk 60 meter, 110,5 meter, dan 110,5 meter, gedung pendahuluan 52 meter, 33 meter, dan 27 meter, teras raksasa dan emper keliling 11 meter, 165 meter, dan 125 meter, sedangkan tinggi menaranya 66 meter. Kubah polihendron di gedung induk memiliki berat sekitar 86 ton dan ditopang oleh 12 tiang utama berukuran garis tengah 2, 60 meter dengan tinggi 26 meter. Kubahnya bergaris tengah 45 meter dan berbentuk setengah bola. Tiap bagian kubahnya terdiri atas segi tiga yang berlainan, sehingga setiap segi tiga memerlukan gambaran teknik tersendiri. Perhitungan rancangan kubah ini dilakukan di Jerman dengan bantuan komputer. Sementara itu, arsitek Frederik Silaban, (1912-1984) merupakan arsitek kelahiran Bonandolok, Tapanuli. Dia menamatkan HIS (sekolah teknik dasar pada masa penjajahan Belanda) di Narumonda, Tapanuli, pada tahun 1927, dan KWS (sekolah teknik) di Batavia pada tahun 1931. Dengan bekal ijazah KWS, dia bekerja sebagai juru gambar bangunan pada Gemeente (Kota Praja) Batavia. Di sini
Re: Frederik Silaban: Arsitek Mesjid Kemerdekaan Istiqlal
Senang juga melihat fakta kebersamaan antara umat kristen dan islam. Mudah-mudahan kita-kita sekarang bisa lebih menjalin persahabatan tersebut, dan bukan malah menghancurkannya. peace. Andrew G Pattiwael wrote: Rabu, 21 April 1999 Berita Utama : "Masjid Istiqlal Dirancang Arsitek Kristen" BETAPA sedih seandainya Bung Karno, Presiden pertama RI, masih hidup, menyaksikan beberapa ruangan di lantai bawah Masjid Istiqlal yang hancur karena terkena bom. Betapa tidak? Sebab Bung Karno-lah yang memberikan nama masjid kebanggaan umat Islam Indonesia itu. Istiqlal artinya adalah merdeka. Tentu ini juga dimaksudkan sebagai lambang kemerdekaan. Rasa bangga dan cintanya umat Islam Indonesia terhadap tempat suci ni, ditunjukkan dari berbagai penjuru Tanah Air dengan selalu mengunjungi masjid yang letaknya tidak jauh dari Istana Negara tersebut. Masjid, di dalam sejarah Islam, bukan saja digunakan untuk kepentingan ibadah seperti salat, itikaf, zikir, dan lain-lain, namun juga dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Demikian juga untuk Istiqlal. Di lantai dasar masjid tersebut digunakan puluhan organisasi yang mengurusi berbagai kepentingan masyarakat. Di tempat itu ada kantor MUI (Masjid Ulama Indonesia), BP-4 (Badan Penyelesaian Perselesihan Perkawinan Pusat), HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam), DMI (Dewan Masjid Indonesia), BKRMI (Badan Koordinasi Remaja Masjid Indonesia), dan lain-lain. Di situ pula, selain digunakan untuk peringatan hari-hari besar Islam yang selalu dihadiri Presiden dan Wakil Presiden RI beserta anggota kabinetnya dan para duta besar negara sahabat, sering diadakan kegiatan yang sifatnya nasional. Sebut saja misalnya Festival Istiqlal tahun 1990 yang cukup spektakuler dengan menghadirkan berbagai acara yang cukup menarik. Seminar-seminar kebudayaan dan keagamaan Islam juga selalu digelar di lokasi masjid tersebut. Keindahan arsitekturnya juga mengundang kekaguman tamu-tamu dari negara asing. Misalnya, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton ketika berkunjung ke Indonesia juga menyempatkan diri berkunjung dan masuk ke masjid tersebut dengan diantar oleh Menteri Agama (waktu itu) Tarmizi Taher. Petinju legendaris Mohamad Ali juga pernah salat jumat di tempat suci ini. Lambang Kemerdekaan Menengok ke belakang sejarah pembangunan tempat ibadah tersebut, juga terdapat kisah yang tidak kalah menariknya. Seperti yang ditulis dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (hak cipta 1988 PT Cipta Adi Pustka) disebutkan, Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Indonesia. Bangunan ini terletak di Taman Wijayakusuma, Jakarta Pusat. Istiqlal berarti kemerdekaan. Nama itu diberikan oleh Presiden pertama Soekarno. Taman Wijayakusuma dikenal sebagai lambang Pemerintah Hindia Belanda. Untuk menghapus lambang pemerintahan Belanda, didirikanlah masjid di tempat itu sebagai lambang kemerdekaan Republik Indonesia. Rancang bangunan masjid yang berkapasitas 100.000 orang ini disayembarakan pada tahun 1954 dan dimenangkan oleh seorang kelahiran Tapanuli, Sumatera, yang kebetulan pemeluk Kristen, arsitek Frederik Silaban. Menurut Silaban, seperti diungkap dalam buku itu, seorang arsitek harus tidak terikat oleh agama atau kesukuannya dan harus dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Menurutnya, perencanaan masjid ini seratus persen asli, tidak meniru masjid mana pun, kecuali memenuhi persyaratan-persyaratan sayembara. Pembangunannya dimulai dengan pemancangan tiang pertama pada tahun 1961. Pada tahun 1977 konstruksi beton bertulang dan bangunan gedung utamanya telah selesai. Sejak saat itu, meskipun sarana pelengkap lainnya belum selesai dibangun, masjid ini sudah dapat dipakai untuk beribadat. Masjid raksasa ini dibangun di atas tanah seluas 12 hektare. Bangunannya seluas 7 hektare, terdiri atas bangunan induk bertingkat lima, gedung pendahuluan, dan selasar penghubung, teras raksasa, emper keliling, dan emper tengah, menara, jalan, dan tempat parkir, serta jembatan dan taman air mancur. Luas lantainya mencakup 72.000 meter persegi dan luas atapnya 21.000 meter persegi. Ukuran tinggi, panjang, dan lebar bangunan-bangunan di masjid itu: gedung induk 60 meter, 110,5 meter, dan 110,5 meter, gedung pendahuluan 52 meter, 33 meter, dan 27 meter, teras raksasa dan emper keliling 11 meter, 165 meter, dan 125 meter, sedangkan tinggi menaranya 66 meter. Kubah polihendron di gedung induk memiliki berat sekitar 86 ton dan ditopang oleh 12 tiang utama berukuran garis tengah 2, 60 meter dengan tinggi 26 meter. Kubahnya bergaris tengah 45 meter dan berbentuk setengah bola. Tiap bagian kubahnya terdiri atas segi tiga yang berlainan, sehingga setiap segi tiga memerlukan gambaran teknik tersendiri. Perhitungan rancangan kubah ini dilakukan di Jerman dengan bantuan komputer. Sementara itu, arsitek Frederik Silaban, (1912-1984) merupakan arsitek kelahiran Bonandolok, Tapanuli. Dia menamatkan HIS (sekolah teknik dasar pada masa