Re: Hati hati dengan Gus-Dur

1999-10-29 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

 JA: Untuk tahu sesuatu ngaco tidak perlu menunggu oom.

Yw: Not always. Kalo nggak percaya, silakan lihat di kantor
 pulisi. Para korban-korban yg tertipu dg berbagai cara,
 semuanya baru tahu setelah beberapa waktu, tidak instan.
 Jadi, mereka (yg pada ketipu) perlu waktu utk tahu
 bahwa sesuatu ngaco.

 Jadi validitas kalimat anda di atas sudah terbukti. ;-)

JA: Lho kalau kalimat saya memang valid dari kemarin dulu. Yang nggak
valid adalah kalimat anda. "Not always" menunjukkan sesuatu yg
sifatnya irregularity. Jadi ada juga yang berlaku umum.

Yw: Ya, itulah yg namanya praduga.

JA: Mas, Hikam pulang tahun 1995, dari keluarga pemilik pesantren
beken. Tidak mempunyai prestasi yg membanggakan.

Yw: Jadi dia bilang: Deppen dibubarkan karena dan hanya karena
 ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor, gitu? Kapan bilangnya?
 Salah denger kali...

JA: Lho, Gus Dur yang bilang begitu. Masalah itu alasan satu-satunya
atau bukan Gus Dur lebih tahu dong. Mungkin juga memang cita-cita
sejak 30 tahun yg lalu. Siapa yg tahu.

 JA: Kalau mau dibabat sih jelas Deparpostel yang sudah diobok-obok
 gay dong ah. Justru itu mesti dibersihkan. Kalau mau model babat
 babatan tidak ada yg slamet mas.

Yw: Tepat. Emang Deparpostel sekarang udah nggak ada.

JA: Bagaimana dengan Depkeu? Bagaimana dengan Dep PU? Banyak yg lain.
Intinya bukan masalah kalau ada skandal lalu departemen harus
dibongkar. Apakah anda punya pendapat seperti itu?

  Kemarin saya sudah tulis kalau pejabat baru itu harus orientasi dulu.
 
 Yw: Siapa yg mengharuskan?
 
 JA: Pejabat baru di kantor anda nggak pernah orientasi dulu gitu?
 Pantes nggak pernah untung. Buntung terus.

Yw: Nggak bisa jawab, kan? Nyerah? Siapa yg mengharuskan?
 Kan nggak ada. Orientasi itu TIDAK HARUS (bagi pejabat baru).
 Umumnya memang orientasi, tapi TIDAK HARUS.

 Contohnya yg nggak perlu: sebelum diangkat jadi pejabat, ybs.
 sudah well informed ttg banyak hal... begitu diangkat jadi
 pejabat, ya nggak perlu orientasi lagi lah yau... w, wuuu,
 kukuruyuk ;-)

JA: Hahaha anda sudah tahu ke mana kalimat saya merefer. Jangan
sekedar mengundang debat kusir. Mari kita lihat hal yang umum.
Apakah Gus Dur well-informed? Tour of duty di head quarter saja
butuh orientasi kok, apalagi orang dari luar pemerintahan lalu
jadi presiden. Jangan waa wuuu, malu dengan gelar anda ah.
Mana dari univ. demikian terhotmat di dunia lagi.:)

 JA: Lho, bawahan jelas tahu banyak.

Yw:  Tentang visinya Gus Dur? I don't think so.
  Siapa Gus Dur aja mereka pasti banyak yg belum kenal.

JA: Haha jangan potong kalimat saya hanya untuk memenangkan debat.
Dari kemarin saya tidak bilang para menteri (demisioner) harus
tahu visi Gus Dur. Ini tidak relevan. Kalau mau jujur, justru
setiap presiden sudah harus mengeluarkan visinya sebelum terpilih.
Dalam kasus presentasi, rencana ke depan (dari periode sebelumnya)
jelas harus disampaikan. Jadi semuanya, dari yg lalu, saat ini,
dan rencana ke depan.

 Yang jelas-jelas status quo semua adalah semua pegawai telkom tuh.

Yw: Asik, asik. Perlu direformasi kalo begitu. ;-)

JA: After you got your MBA? O yeah.:) Totally, absolutely,
definitely, you are right my man.

 JA: Nope, semua dimulai dengan koleksi data. Tidak hanya kelas mandor
 ataupun kelas presiden. Semua harus dilengkapi data, baik data
 mati atau data berjalan.

Yw: Lha, emangnya selama puluhan tahun ini Gus Dur
 nggak koleksi Informasi? Wiranto nggak koleksi Informasi?
 Mega, Amien Rais, Akbar tanjung nggak koleksi Informasi?
 Tiduu kali ya

JA: Hahaha, seberapa valid koleksi informasinya Gus Dur? Seberapa luas
cakupannya? Dari ucapan Gus Dur yg menyinggung-nyinggung masalah
wanita, saya mendapat indikasi bahwa keputusan tidak dibuat secara
profesional.

 JA: Dia bilang keputusan diambil oleh dia seorang berdasarkan
 pengamatan 30 tahun.

Yw: Lha, itu ente baru bilang harus koleksi data, nyatanya
 dibantah sama ente sendiri... ternyata sudah dilakukan.
 Pegimana, nih, lenong?

JA: Kembali lagi, koleksi datanya macam apa? Anda jangan lepas dari
konteks. Koleksi data Gus Dur selama 30 tahun menyimpulkan bahwa
pemerintah tidak boleh melakukan penerangan. Justru masyarakat
yang melakukan penerangan. Ini adalah konsep yang salah. Sifat
informasi harus dua arah. Lagi pula ucapan Gus Dur entah ke mana
arahnya. Apa maksudnya masyarakat yg melakukan penerangan?

Yw: Represif itu kadang-kadang perlu, Mas.
 Setuju nggak? Pasti setuju deh kalo anda berpikiran luas dan luwes.

JA: Hohohojelas perlu. Justru saya yang paling sering berpendapat
demikian. Cuma lihat-lihat penerapannya. Contoh tindakan represif
yg perlu tetapi tidak diambil adalah kasus Sambas dan kasus Ambon.
(Sayang malah Ambon jadi komoditas petualangan politik). Keputusan
yang 

Re: Hati hati dengan Gus-Dur

1999-10-29 Terurut Topik Paten Deh

Yang kingkong yang mana bung Budi? he.hehe. juga

Salam,
Dika

From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Hati hati dengan Gus-Dur
Date: Fri, 29 Oct 1999 09:33:03 -0700

He he. he..,
King Kong lu lawan.. (kata mendiang Benjamin S.)

Salam,
Budi


At 11:22 AM 10/29/99 -0400, you wrote:
  JA: Untuk tahu sesuatu ngaco tidak perlu menunggu oom.
 
 Yw: Not always. Kalo nggak percaya, silakan lihat di kantor
  pulisi. Para korban-korban yg tertipu dg berbagai cara,
  semuanya baru tahu setelah beberapa waktu, tidak instan.
  Jadi, mereka (yg pada ketipu) perlu waktu utk tahu
  bahwa sesuatu ngaco.
 
  Jadi validitas kalimat anda di atas sudah terbukti. ;-)
 
 JA: Lho kalau kalimat saya memang valid dari kemarin dulu. Yang nggak
 valid adalah kalimat anda. "Not always" menunjukkan sesuatu yg
 sifatnya irregularity. Jadi ada juga yang berlaku umum.
 
 Yw: Ya, itulah yg namanya praduga.
 
 JA: Mas, Hikam pulang tahun 1995, dari keluarga pemilik pesantren
 beken. Tidak mempunyai prestasi yg membanggakan.
 
 Yw: Jadi dia bilang: Deppen dibubarkan karena dan hanya karena
  ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor, gitu? Kapan bilangnya?
  Salah denger kali...
 
 JA: Lho, Gus Dur yang bilang begitu. Masalah itu alasan satu-satunya
 atau bukan Gus Dur lebih tahu dong. Mungkin juga memang cita-cita
 sejak 30 tahun yg lalu. Siapa yg tahu.
 
  JA: Kalau mau dibabat sih jelas Deparpostel yang sudah diobok-obok
  gay dong ah. Justru itu mesti dibersihkan. Kalau mau model babat
  babatan tidak ada yg slamet mas.
 
 Yw: Tepat. Emang Deparpostel sekarang udah nggak ada.
 
 JA: Bagaimana dengan Depkeu? Bagaimana dengan Dep PU? Banyak yg lain.
 Intinya bukan masalah kalau ada skandal lalu departemen harus
 dibongkar. Apakah anda punya pendapat seperti itu?
 
   Kemarin saya sudah tulis kalau pejabat baru itu harus orientasi
dulu.
  
  Yw: Siapa yg mengharuskan?
  
  JA: Pejabat baru di kantor anda nggak pernah orientasi dulu gitu?
  Pantes nggak pernah untung. Buntung terus.
 
 Yw: Nggak bisa jawab, kan? Nyerah? Siapa yg mengharuskan?
  Kan nggak ada. Orientasi itu TIDAK HARUS (bagi pejabat baru).
  Umumnya memang orientasi, tapi TIDAK HARUS.
 
  Contohnya yg nggak perlu: sebelum diangkat jadi pejabat, ybs.
  sudah well informed ttg banyak hal... begitu diangkat jadi
  pejabat, ya nggak perlu orientasi lagi lah yau... w, wuuu,
  kukuruyuk ;-)
 
 JA: Hahaha anda sudah tahu ke mana kalimat saya merefer. Jangan
 sekedar mengundang debat kusir. Mari kita lihat hal yang umum.
 Apakah Gus Dur well-informed? Tour of duty di head quarter saja
 butuh orientasi kok, apalagi orang dari luar pemerintahan lalu
 jadi presiden. Jangan waa wuuu, malu dengan gelar anda ah.
 Mana dari univ. demikian terhotmat di dunia lagi.:)
 
  JA: Lho, bawahan jelas tahu banyak.
 
 Yw:  Tentang visinya Gus Dur? I don't think so.
   Siapa Gus Dur aja mereka pasti banyak yg belum kenal.
 
 JA: Haha jangan potong kalimat saya hanya untuk memenangkan debat.
 Dari kemarin saya tidak bilang para menteri (demisioner) harus
 tahu visi Gus Dur. Ini tidak relevan. Kalau mau jujur, justru
 setiap presiden sudah harus mengeluarkan visinya sebelum terpilih.
 Dalam kasus presentasi, rencana ke depan (dari periode sebelumnya)
 jelas harus disampaikan. Jadi semuanya, dari yg lalu, saat ini,
 dan rencana ke depan.
 
  Yang jelas-jelas status quo semua adalah semua pegawai telkom tuh.
 
 Yw: Asik, asik. Perlu direformasi kalo begitu. ;-)
 
 JA: After you got your MBA? O yeah.:) Totally, absolutely,
 definitely, you are right my man.
 
  JA: Nope, semua dimulai dengan koleksi data. Tidak hanya kelas mandor
  ataupun kelas presiden. Semua harus dilengkapi data, baik data
  mati atau data berjalan.
 
 Yw: Lha, emangnya selama puluhan tahun ini Gus Dur
  nggak koleksi Informasi? Wiranto nggak koleksi Informasi?
  Mega, Amien Rais, Akbar tanjung nggak koleksi Informasi?
  Tiduu kali ya
 
 JA: Hahaha, seberapa valid koleksi informasinya Gus Dur? Seberapa luas
 cakupannya? Dari ucapan Gus Dur yg menyinggung-nyinggung masalah
 wanita, saya mendapat indikasi bahwa keputusan tidak dibuat secara
 profesional.
 
  JA: Dia bilang keputusan diambil oleh dia seorang berdasarkan
  pengamatan 30 tahun.
 
 Yw: Lha, itu ente baru bilang harus koleksi data, nyatanya
  dibantah sama ente sendiri... ternyata sudah dilakukan.
  Pegimana, nih, lenong?
 
 JA: Kembali lagi, koleksi datanya macam apa? Anda jangan lepas dari
 konteks. Koleksi data Gus Dur selama 30 tahun menyimpulkan bahwa
 pemerintah tidak boleh melakukan penerangan. Justru masyarakat
 yang melakukan penerangan. Ini adalah konsep yang salah. Sifat
 informasi haru

Re: Hati hati dengan Gus-Dur

1999-10-29 Terurut Topik Budi Haryanto

Apanya yang nggak ada?

At 11:50 AM 10/29/99 -0700, you wrote:
Jadi nggak ada nih???


From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Hati hati dengan Gus-Dur
Date: Fri, 29 Oct 1999 11:52:46 -0700

Ups.., emang ada kingkongnya ya...?

Paten Deh wrote:
 
  Yang kingkong yang mana bung Budi? he.hehe. juga
 
  Salam,
  Dika
 
  From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED]
  Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: Re: Hati hati dengan Gus-Dur
  Date: Fri, 29 Oct 1999 09:33:03 -0700
  
  He he. he..,
  King Kong lu lawan.. (kata mendiang Benjamin S.)
  
  Salam,
  Budi
  
  
  At 11:22 AM 10/29/99 -0400, you wrote:
JA: Untuk tahu sesuatu ngaco tidak perlu menunggu oom.
   
   Yw: Not always. Kalo nggak percaya, silakan lihat di kantor
pulisi. Para korban-korban yg tertipu dg berbagai cara,
semuanya baru tahu setelah beberapa waktu, tidak instan.
Jadi, mereka (yg pada ketipu) perlu waktu utk tahu
bahwa sesuatu ngaco.
   
Jadi validitas kalimat anda di atas sudah terbukti. ;-)
   
   JA: Lho kalau kalimat saya memang valid dari kemarin dulu. Yang nggak
   valid adalah kalimat anda. "Not always" menunjukkan sesuatu yg
   sifatnya irregularity. Jadi ada juga yang berlaku umum.
   
   Yw: Ya, itulah yg namanya praduga.
   
   JA: Mas, Hikam pulang tahun 1995, dari keluarga pemilik pesantren
   beken. Tidak mempunyai prestasi yg membanggakan.
   
   Yw: Jadi dia bilang: Deppen dibubarkan karena dan hanya karena
ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor, gitu? Kapan
bilangnya?
Salah denger kali...
   
   JA: Lho, Gus Dur yang bilang begitu. Masalah itu alasan satu-satunya
   atau bukan Gus Dur lebih tahu dong. Mungkin juga memang cita-cita
   sejak 30 tahun yg lalu. Siapa yg tahu.
   
JA: Kalau mau dibabat sih jelas Deparpostel yang sudah diobok-obok
gay dong ah. Justru itu mesti dibersihkan. Kalau mau model
babat
babatan tidak ada yg slamet mas.
   
   Yw: Tepat. Emang Deparpostel sekarang udah nggak ada.
   
   JA: Bagaimana dengan Depkeu? Bagaimana dengan Dep PU? Banyak yg lain.
   Intinya bukan masalah kalau ada skandal lalu departemen harus
   dibongkar. Apakah anda punya pendapat seperti itu?
   
 Kemarin saya sudah tulis kalau pejabat baru itu harus orientasi
  dulu.

Yw: Siapa yg mengharuskan?

JA: Pejabat baru di kantor anda nggak pernah orientasi dulu gitu?
Pantes nggak pernah untung. Buntung terus.
   
   Yw: Nggak bisa jawab, kan? Nyerah? Siapa yg mengharuskan?
Kan nggak ada. Orientasi itu TIDAK HARUS (bagi pejabat baru).
Umumnya memang orientasi, tapi TIDAK HARUS.
   
Contohnya yg nggak perlu: sebelum diangkat jadi pejabat, ybs.
sudah well informed ttg banyak hal... begitu diangkat jadi
pejabat, ya nggak perlu orientasi lagi lah yau... w, wuuu,
kukuruyuk ;-)
   
   JA: Hahaha anda sudah tahu ke mana kalimat saya merefer. Jangan
   sekedar mengundang debat kusir. Mari kita lihat hal yang umum.
   Apakah Gus Dur well-informed? Tour of duty di head quarter saja
   butuh orientasi kok, apalagi orang dari luar pemerintahan lalu
   jadi presiden. Jangan waa wuuu, malu dengan gelar anda ah.
   Mana dari univ. demikian terhotmat di dunia lagi.:)
   
JA: Lho, bawahan jelas tahu banyak.
   
   Yw:  Tentang visinya Gus Dur? I don't think so.
 Siapa Gus Dur aja mereka pasti banyak yg belum kenal.
   
   JA: Haha jangan potong kalimat saya hanya untuk memenangkan
debat.
   Dari kemarin saya tidak bilang para menteri (demisioner) harus
   tahu visi Gus Dur. Ini tidak relevan. Kalau mau jujur, justru
   setiap presiden sudah harus mengeluarkan visinya sebelum
terpilih.
   Dalam kasus presentasi, rencana ke depan (dari periode
sebelumnya)
   jelas harus disampaikan. Jadi semuanya, dari yg lalu, saat ini,
   dan rencana ke depan.
   
Yang jelas-jelas status quo semua adalah semua pegawai telkom
tuh.
   
   Yw: Asik, asik. Perlu direformasi kalo begitu. ;-)
   
   JA: After you got your MBA? O yeah.:) Totally, absolutely,
   definitely, you are right my man.
   
JA: Nope, semua dimulai dengan koleksi data. Tidak hanya kelas
mandor
ataupun kelas presiden. Semua harus dilengkapi data, baik data
mati atau data berjalan.
   
   Yw: Lha, emangnya selama puluhan tahun ini Gus Dur
nggak koleksi Informasi? Wiranto nggak koleksi Informasi?
Mega, Amien Rais, Akbar tanjung nggak koleksi Informasi?
Tiduu kali ya
   
   JA: Hahaha, seberapa valid koleksi informasinya Gus Dur? Seberapa
luas
   cakupannya? Dari ucapan Gus Dur yg menyinggung-nyinggung masalah
   wanita, saya mendapat indikasi bahwa keputusan tidak dib

Hati hati dengan Gus-Dur

1999-10-28 Terurut Topik Arya Indrathama

kalau nusukin arya...mau gue...he...he..he...

ichal


Chal..chal. loe tuh isengnya kagak ade abis abisnya. Tau ngga, gue udah tiga
kali nih reply email di permias hari ini. Coba di tambah 2 email lagi...bisa
bisa dimaki orang sekampung. Mendingan loe baca deh emailnya Nasrullah Idris
dan renungi..( biar diem )
hehehe...


Email yang diposting oleh [EMAIL PROTECTED] (Nasrullah Idris)


''Kami khawatir staf Bapak yang mengelola ini --mungkin di atas-- tetapi
tidak langsung turun ke bawah mengecek seperti apa sebenarnya kondisinya,
Pak. Maaf ini ...'' kata Yunus dengan intonasi suara yang sedikit keras.

Gus Dur kemudian menyatakan simpatinya atas nasib Yunus. Tapi entah kenapa
Gus Dur sempat menyebut Yunus sebagai Menpen. Saat itu pula Yunus memotong
pembicaraan Presiden dengan mengatakan sejak Presiden dilantik dia tak
pernah lagi datang ke Deppen untuk menjaga jangan sampai ada orang lain
mengutak-atik departemen itu. ''Jangan sampai kedatangan kami juga dianggap
menuntut-nuntut jabatan. Maaf, tidak, Pak.''

Jawaban itu agaknya membuat Gus Dur terpancing emosinya. Keputusan itu,
katanya, sesuai prinsipnya sejak dulu yakni pemerintah sebaiknya tidak
terlalu banyak campur tangan urusan masyarakat. Rakyat, menurutnya, sudah
terlalu lama menderita di tangan pemerintah, sehingga ia mencoba
memperbaikinya dari sedikit termasuk penataan, efisiensi, dan penghapusan
Deppen.

(GusDur) ''Tidak ada urusannya dengan penasihat. Memangnya saya orang bodo.
Saya
bikin kabinet sendiri kok, berlima Bu Mega, Pak Amien, Pak Akbar Tanjung,
dan Pak Wiranto,''

(GusDur) "Penghapusan Deppen pada prinsipnya agar pemerintah tak terlalu
banyak turut campur urusan masyarakat,''

Pekerjaan penerangan, tambahnya, dapat dilakukan masyarakat sendiri. Kendati
pemerintah ikut membantu, tapi bantuan itu tidak harus dalam bentuk
departemen. Karena, departemen terlalu besar hanya untuk urusan demikian.
''Masa urusan menerangkan kepada masyarakat saja harus ada departemen. Kalau
begitu nanti ada departemen macam-macam dong,'' ujar Kepala Negara.

Gus Dur juga mengungkapkan kekecewaannya, karena selama ini Deppen lebih
mirip pasar, tempat dilakukan tawar-menawar. Karena, ada departemen di mana
ada pedagang menunggu di bawah sementara pejabat enak-enakan dengan 'wanita'
yang dibawa sang pedagang. ''Apaan ini, departemen kok begini. Malu saya
sebagai warga negara melihat departemen dijadikan begitu. Negara ini
diinjak-injak orang,'' papar Gus Dur.

Ketika Gus Dur akan menyudahi acara, Yunus justru kembali angkat bicara
dengan menyatakan tindakan Presiden amat mengecewakannya, karena Gus Dur
yang semula dianggap pemimpin umat dan kini pemimpin negara yang diharapkan
dapat membantu kesulitan rakyat justru menimbulkan kesulitan baru dengan
langkah mendadaknya. ''Seyogianya pemerintah memiliki sense of crisis,
seperti Depsos,'' kata Yunus.

( BACA YANG INI )
Mendapat kecaman pedas itu Gus Dur ganti angkat bicara. ''Satu hal, kalau
Bapak katakan kecewa, yang paling kecewa itu rakyat. Yang tahu rakyat itu
saya, bukan Bapak, karena yang menang [pemilu] saya kok. Masyarakat sudah
lama jengkel dengan pemerintah, tahu? Bapak enak, jadi Letjen, jadi menteri,
tidak merasakan yang di bawah kayak apa,'' kata Gus Dur dengan nada
membentak.

Menurut Gus Dur, sudah waktunya efisiensi dilakukan, kendati diakui memakan
korban. Ia berjanji tidak akan menelantarkan nasib karyawan Deppen. ''Tetapi
untuk menghidupkan kembali Deppen, maaf saya tidak bisa. Ketuk hati,
dibilang arif atau tidak arif, itu urusan Bapak, bukan urusan saya. Urusan
saya adalah keyakinan yang tumbuh perlahan-lahan selama 30 tahun saya
memperhatikan negara ini,'' tegas Gus Dur.



Tuh..debatnya GusDur ama Yunus. Sebetulnya bener ngga sih rakyat ngga butuh
departemen penerangan? Ichal..loe mending bahas nyang ginian deh daripada
macem macem. Jeffrey juga mungkin minat ikut bicara..Yang lain?
silahkan...topiknya saya buka.



Re: Hati hati dengan Gus-Dur

1999-10-28 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

From: Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED]
 Terus terang saya sangat kecewa dengan Gus Dur. Gus Dur yang saya
bela-bela.
 Gus Dur yang PKB-nya saya coblos kemudian saya maki-maki karena malah
 merangkul PDIP. Sekarang Gus Dur yang satu bulanpun belum beres sudah
 membuat keputusan ngaco.

Yw: Keputusan ngaco tidaknya itu bisa dilihat nanti,
 bukan sekarang. Sabar dulu, lah. Kontroversial, mungkin
 saja, tapi kalo dibilang ngaco... sepertinya anda
 menujum masa depan. ;-)

JA: Untuk tahu sesuatu ngaco tidak perlu menunggu oom.

 Kemarin saya masih mengira para penasihat macam Hikam yang jadi menteri
 bermodal bapaknya yg santri itu yang mempengaruhi Gus Dur.

Yw: Bermodal bapaknya yg santri? Jangan berprasangka, Bung.
 Gus Dur sudah kenal ybs. long ago. He knows a lot of thing
 (that you don't know)(about that particular guy).

JA: O Yeah? Of course wong anaknya pimpinan pesantren.
Jelas kenal mas.

 Kalau departemen ngaco sih hampir semua juga ngaco.

Yw: Tapi ada yg 'bernilai strategis', ada yg tidak... ;-)

JA: Justru itu harus dilihat dulu, dipresentasikan dulu. Bukan
main hajar bleh gitu. Emang kayak telkom itu strategis? Strategis
menurut siapa? Nggak tahu kan?


 Kalau ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor sih dari dulu pasti ada.
 Tetapi ini BUKAN alasan untuk membubarkannya.

Yw: MEMANG BUKAN! Emangnya yg bilang itu alasan pembubaran siapa?

JA: Ah, Gus Dur kan yang bilang tho mas.

 Jelas Deppen lebih berpeluang dengan skandal
 wanita karena juga melingkupi dunia hiburan macam TVRI. Juga Aneka Ria
 Safari dulu itu. Kantor di mana TVRI terletak (dekat senayan) juga sering
 dipakai rendesvouz bagi kalangan penyeleweng yg paling populer setelah
 Ancol. Tetapi ini bukan alasan untuk membubarkannya!

Yw: Ya, kalo gitu faktanya, ya udah bener dong dibabat aja. ;-)
 Tanya dikit: apakah bagi anda, itu semua oke-oke aja?

JA: Kalau mau dibabat sih jelas Deparpostel yang sudah diobok-obok
gay dong ah. Justru itu mesti dibersihkan. Kalau mau model babat
babatan tidak ada yg slamet mas.

 Kemarin saya sudah tulis kalau pejabat baru itu harus orientasi dulu.

Yw: Siapa yg mengharuskan?

JA: Pejabat baru di kantor anda nggak pernah orientasi dulu gitu?
Pantes nggak pernah untung. Buntung terus.

 Minta para bawahan menjelaskan programnya, setiap bawahan presentasi.

Yw: Bawahan tahu apa? Siapa yg punya visi?
 Kalo terus bawahannya status quo-an semua gimana? Ancur, dong.

 Yang presiden emangnya siapa?
 Tiap-tiap orang punya cara terbaiknya masing-masing.
 Kalo anda punya cara itu, okelah, silakan diterapkan nanti
 kalo anda sempat jadi presiden.


JA: Lho, bawahan jelas tahu banyak. Mereka ini yang melaksanakan tugas
sehari-hari. Masak pejabat lama mesti mentraining pejabat baru? Ya
jelas para bawahan ini yang harus ngasih tahu pejabat baru.
Yang jelas-jelas status quo semua adalah semua pegawai telkom tuh.
Ngabis-ngabisin dana doang. Ngawur aja main bilang status quo
semua. Ini namanya baru main generalisasi yg nggak ketahuan
juntrungannya. Ini boleh dikata sebagai fitnah.

Ini bukan masalah visi baru, ini masalah apa yg sudah dilakukan
di masa lalu, tantangan yg ada, dan visi yg sedang
dilaksanakannya. Untuk hal ini sampai eselon IV juga tahu bung.
Sementara itu yg mesti presentasi cukup existing menteri dibantu
para dirjen (eselon I). Emang di Telkom orang sekelas seperti elu
nggak tahu visi perusahaan? Pantes saja buntung mulu.:)


 Setelah itu baru si pejabat baru bikin kebijakan baru. Ini adalah
 prosedur standar!

Yw: Tidak ada yg standar dalam strategic leadership.
 Kalo leader yg levelnya mandor bangunan, ya pake standar-
 standaran; tapi kalo top level, everything is unstructured.

JA: Nope, semua dimulai dengan koleksi data. Tidak hanya kelas mandor
ataupun kelas presiden. Semua harus dilengkapi data, baik data
mati atau data berjalan.

 Kalau benar Gus Dur tidak butuh penasihat, berarti memang Gus Dur
orangnya
 bodo.

Yw: Tapi nyatanya dia butuh. Jadi dia orangnya pinter, gitu maksudnya?

JA: Dia bilang keputusan diambil oleh dia seorang berdasarkan
pengamatan 30 tahun.


 Adalah manusiawi kalau setiap orang tidak mampu menguasai semua hal
 dan tahu semua hal. Adalah bijaksana bagi orang dalam untuk melihat
rumahnya
 dari luar. Sebaliknya adalah bijaksana bila orang luar memerlukan masuk
dulu
 ke rumah untuk mengetahui tentang seluk beluk rumah itu. Bukan cuma
melihat
 dari luar lalu main cap rumahnya bobrok sehingga mesti diratakan dengan
 tanah!

Yw: Mau langsung diratakan dg tanah juga bisa aja (dan sering terjadi);
 apa salahnya, wong dia yg mimpin rumah itu... ;-)

JA: Nah ini yang bikin kacau. Kepemimpinan model diktator kok mau
diteruskan. Yang sering terjadi adalah sistem diktator, lalu apa
gunanya arus reformasi?


 Pemimpin yg besar itu (menurut saya) justru jangan terlalu
 ngeliat detil (pake anak buah disuruh presentasi 

Re: Hati hati dengan Gus-Dur

1999-10-28 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

...

Yw: Keputusan ngaco tidaknya itu bisa dilihat nanti,
 bukan sekarang. Sabar dulu, lah. Kontroversial, mungkin
 saja, tapi kalo dibilang ngaco... sepertinya anda
 menujum masa depan. ;-)

JA: Untuk tahu sesuatu ngaco tidak perlu menunggu oom.

Yw: Not always. Kalo nggak percaya, silakan lihat di kantor
pulisi. Para korban-korban yg tertipu dg berbagai cara,
semuanya baru tahu setelah beberapa waktu, tidak instan.
Jadi, mereka (yg pada ketipu) perlu waktu utk tahu
bahwa sesuatu ngaco.

Jadi validitas kalimat anda di atas sudah terbukti. ;-)

 Kemarin saya masih mengira para penasihat macam Hikam yang jadi menteri
 bermodal bapaknya yg santri itu yang mempengaruhi Gus Dur.

Yw: Bermodal bapaknya yg santri? Jangan berprasangka, Bung.
 Gus Dur sudah kenal ybs. long ago. He knows a lot of thing
 (that you don't know)(about that particular guy).

JA: O Yeah? Of course wong anaknya pimpinan pesantren.
Jelas kenal mas.

Yw: Ya, itulah yg namanya praduga.

...

 Kalau ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor sih dari dulu pasti ada.
 Tetapi ini BUKAN alasan untuk membubarkannya.

Yw: MEMANG BUKAN! Emangnya yg bilang itu alasan pembubaran siapa?

JA: Ah, Gus Dur kan yang bilang tho mas.

Yw: Jadi dia bilang: Deppen dibubarkan karena dan hanya karena
ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor, gitu? Kapan bilangnya?
Salah denger kali...

...

Yw: Ya, kalo gitu faktanya, ya udah bener dong dibabat aja. ;-)
 Tanya dikit: apakah bagi anda, itu semua oke-oke aja?

JA: Kalau mau dibabat sih jelas Deparpostel yang sudah diobok-obok
gay dong ah. Justru itu mesti dibersihkan. Kalau mau model babat
babatan tidak ada yg slamet mas.

Yw: Tepat. Emang Deparpostel sekarang udah nggak ada.

 Kemarin saya sudah tulis kalau pejabat baru itu harus orientasi dulu.

Yw: Siapa yg mengharuskan?

JA: Pejabat baru di kantor anda nggak pernah orientasi dulu gitu?
Pantes nggak pernah untung. Buntung terus.

Yw: Nggak bisa jawab, kan? Nyerah? Siapa yg mengharuskan?
Kan nggak ada. Orientasi itu TIDAK HARUS (bagi pejabat baru).
Umumnya memang orientasi, tapi TIDAK HARUS.

Contohnya yg nggak perlu: sebelum diangkat jadi pejabat, ybs.
sudah well informed ttg banyak hal... begitu diangkat jadi
pejabat, ya nggak perlu orientasi lagi lah yau... w, wuuu,
kukuruyuk ;-)

 Minta para bawahan menjelaskan programnya, setiap bawahan presentasi.

Yw: Bawahan tahu apa? Siapa yg punya visi?
 Kalo terus bawahannya status quo-an semua gimana? Ancur, dong.

 Yang presiden emangnya siapa?
 Tiap-tiap orang punya cara terbaiknya masing-masing.
 Kalo anda punya cara itu, okelah, silakan diterapkan nanti
 kalo anda sempat jadi presiden.

JA: Lho, bawahan jelas tahu banyak.

Yw:  Tentang visinya Gus Dur? I don't think so.
 Siapa Gus Dur aja mereka pasti banyak yg belum kenal.

...

Yang jelas-jelas status quo semua adalah semua pegawai telkom tuh.

Yw: Asik, asik. Perlu direformasi kalo begitu. ;-)

...

 Setelah itu baru si pejabat baru bikin kebijakan baru. Ini adalah
 prosedur standar!

Yw: Tidak ada yg standar dalam strategic leadership.
 Kalo leader yg levelnya mandor bangunan, ya pake standar-
 standaran; tapi kalo top level, everything is unstructured.

JA: Nope, semua dimulai dengan koleksi data. Tidak hanya kelas mandor
ataupun kelas presiden. Semua harus dilengkapi data, baik data
mati atau data berjalan.

Yw: Lha, emangnya selama puluhan tahun ini Gus Dur
nggak koleksi Informasi? Wiranto nggak koleksi Informasi?
Mega, Amien Rais, Akbar tanjung nggak koleksi Informasi?
Tiduu kali ya

 Kalau benar Gus Dur tidak butuh penasihat, berarti memang Gus Dur
orangnya
 bodo.

Yw: Tapi nyatanya dia butuh. Jadi dia orangnya pinter, gitu maksudnya?

JA: Dia bilang keputusan diambil oleh dia seorang berdasarkan
pengamatan 30 tahun.

Yw: Lha, itu ente baru bilang harus koleksi data, nyatanya
dibantah sama ente sendiri... ternyata sudah dilakukan.
Pegimana, nih, lenong?

...

Yw: Mau langsung diratakan dg tanah juga bisa aja (dan sering terjadi);
 apa salahnya, wong dia yg mimpin rumah itu... ;-)

JA: Nah ini yang bikin kacau. Kepemimpinan model diktator kok mau
diteruskan. Yang sering terjadi adalah sistem diktator, lalu apa
gunanya arus reformasi?

Yw: Represif itu kadang-kadang perlu, Mas.
Setuju nggak? Pasti setuju deh kalo anda berpikiran luas dan luwes.

 Pemimpin yg besar itu (menurut saya) justru jangan terlalu
 ngeliat detil (pake anak buah disuruh presentasi satu-satu
 segala).

JA: Itu adalah pandangan "klasik konon kabarnya".
Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang mampu menseleksi mana
yang harus dilihat secara detil dan mana yang cukup di-skimming.

Yw: Exactly. That's what I said. Kalo dia anggep dalam nyusun kabinet,
nggak perlu presentasi satu-satu, tapi cukup kumpulin lima orang
yg dipercaya sebagai kredibel... ya orang lain