Re: [Re: Kasus pornografi]
Pengalaman, saya belum punya pengalaman untuk yang satu ini, umur anak anak saya terlalu dibawah untuk mengerti soal soal begituan. Selain itu lingkungan tmpat tinggalku juga sangat brbeda, di sebelah barat ini khususnya Island, orang orang sangat sensitif terhadap hal hal seperti itu. Aku bilang malah mereka ini mirip mirip orang Timur dibandingkan dengan orang Amerikanya sendiri. Kepeduliannya terhadap lingkungan dan generasi muda sangat tinggi. Begitu pula dengan Kanda tmpat tinggalku yang terdahulu. Kanada sangat memperhatikan generasi mudanya, merek juga sangat keras terhadap pornografi terutama untuk menjaga kemurnian generasi mudanya. Meskipun mereka menganut bebas sex, tetapi tetap aja untuk kalangan dibawah umur mereka mendekatinya secara "bijak". Selain itu skarang ini mulai marak generasi muda AS yang menjaga diri untuk tidak melakukan hubungan sexual sampai hari perkawinan. Jadi sekarang ini kalau mutusin hidup di US, saya cukup lega dengan lingkungan seperti itu, karena paling tidak anak anaku telah ada pilihan lain didepannya yakni pilihan yng jauh lebih baik. Tapi semua itu adalah lingkungan sekunder yang penting adalah kita kita ini, sebagai orang tua, pihak pertama yang akan menanamkan prinsip prinsip khusus kepada mereka. yuni "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote: Itulah kebanyakan tokoh di sini asbun dan carmuk sehingga omongannya kebat-kliwat. Hal yang mendasar dan yang nyata menjadi terlupakan. Lha wong namanya agama itu 'kan biar dibagaimanapun juga tak mempan dengan pornografi. Yang terkena efek buruknya 'kan bukan agama atau budaya, tapi anak-anak di bawah umur. Cara mengatasinya? Yang pertama adalah peran orangtua yang punya anak (di bawah umur) agar memberi penerangan yang benar soal seks dan pornografi. Pemerintah atau lembaga tinggal mengatur prosedur peredarannya. Barangkali mbak Yuni punya tips lain dengan pengalaman di sono? Wassalam, Efron -Original Message- From: Yuni Wilcox [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, 12 July, 1999 22:26 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: [Kasus pornografi] Setuju bung Efron. Lagian budaya timur sendiri juga nggak begitu nggak berarti murni nggak buka bukaan. Buktinya wanita jaman dulu di Bali khan dianggap wajar tanpa memakai baju atasan, dan saya kira juga beberapa tempat lainnya. Nah ini khan salah satu budaya Timur. Begitu pula dengan orang dewasa, mau dikasih nasehat entek ngamek kurang nggolek kalau dasarnya memang seperti itu ya nggak bakalan berhenti. Nah memang tanggung jawab kita pada generasi muda. Kalau generasi tua dan setengah tuanya sudah teler dan setengah teler, ya paling tidak generasi mudanya dijaga agar tidak terlalu teler dimasa mendatang. Tapi ini semua nggak akan gampang, karena ada lembaga kebebasan bicara yang menentang adanya berbabagai macam sensor terutama di Internet.dan kalau pemerintah sampai turun tangan memberikan larangan resmi untuk pornografi, maka lembaga ini akan cari cari alasan untuk menentangnya. Selama ini mereka sudah berusaha menitik beratkan ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia. Saya dukung deh "bebas pornografi" demi anak anak. yuni "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote: Selain soal KPU, Ghalib, dan isu politik lainnya, saat ini sedang marak perdebatan soal pornografi di media. Herannya di sini orang-orang menyerang "pornografi" dengan alasan ini-itu seperti misalnya agama, etika, budaya Timur (Indonesia), moral, dll. Bahkan Gubernur DKI bisa "belekan" kalau melihat pose-pose itu (yang bener aja Bang Yos). Mungkin maksud Bang Yos bisa belekan kalau memandang tanpa terus-menerus tanpa mengedipkan mata. Para tokoh agama pun tak ketinggalan mengomentari (baca: membeli) media "porno" itu sambil berkomentar macam-macam. Anehnya, mereka yang lantang menentang pornografi tidak menitik-beratkan ketidaksetujuan mereka terhadap bahaya kepada anak-anak di bawah umur. Alasan klise (moral, etika, dll.) sangat tak paut bila yang dinasehati adalah orang dewasa. Yang namanya orang dewasa tentu sudah tahu baik-buruknya sebuah pose seronok di media. Mengapa orang-orang itu tak menuntut/mengkritik media itu akan merusak anak-anak di bawah umur? Justru anak-anaklah yang mestinya kita lindungi dari bahaya "pornografi" bukan budaya Timur kita atau yang sejenisnya. Bagaimana kawan-kawan? Wassalam, Efron Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com. Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Kasus pornografi
Selain soal KPU, Ghalib, dan isu politik lainnya, saat ini sedang marak perdebatan soal pornografi di media. Herannya di sini orang-orang menyerang "pornografi" dengan alasan ini-itu seperti misalnya agama, etika, budaya Timur (Indonesia), moral, dll. Bahkan Gubernur DKI bisa "belekan" kalau melihat pose-pose itu (yang bener aja Bang Yos). Mungkin maksud Bang Yos bisa belekan kalau memandang tanpa terus-menerus tanpa mengedipkan mata. Para tokoh agama pun tak ketinggalan mengomentari (baca: membeli) media "porno" itu sambil berkomentar macam-macam. Anehnya, mereka yang lantang menentang pornografi tidak menitik-beratkan ketidaksetujuan mereka terhadap bahaya kepada anak-anak di bawah umur. Alasan klise (moral, etika, dll.) sangat tak paut bila yang dinasehati adalah orang dewasa. Yang namanya orang dewasa tentu sudah tahu baik-buruknya sebuah pose seronok di media. Mengapa orang-orang itu tak menuntut/mengkritik media itu akan merusak anak-anak di bawah umur? Justru anak-anaklah yang mestinya kita lindungi dari bahaya "pornografi" bukan budaya Timur kita atau yang sejenisnya. Bagaimana kawan-kawan? Wassalam, Efron
Re: [Kasus pornografi]
Setuju bung Efron. Lagian budaya timur sendiri juga nggak begitu nggak berarti murni nggak buka bukaan. Buktinya wanita jaman dulu di Bali khan dianggap wajar tanpa memakai baju atasan, dan saya kira juga beberapa tempat lainnya. Nah ini khan salah satu budaya Timur. Begitu pula dengan orang dewasa, mau dikasih nasehat entek ngamek kurang nggolek kalau dasarnya memang seperti itu ya nggak bakalan berhenti. Nah memang tanggung jawab kita pada generasi muda. Kalau generasi tua dan setengah tuanya sudah teler dan setengah teler, ya paling tidak generasi mudanya dijaga agar tidak terlalu teler dimasa mendatang. Tapi ini semua nggak akan gampang, karena ada lembaga kebebasan bicara yang menentang adanya berbabagai macam sensor terutama di Internet.dan kalau pemerintah sampai turun tangan memberikan larangan resmi untuk pornografi, maka lembaga ini akan cari cari alasan untuk menentangnya. Selama ini mereka sudah berusaha menitik beratkan ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia. Saya dukung deh "bebas pornografi" demi anak anak. yuni "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote: Selain soal KPU, Ghalib, dan isu politik lainnya, saat ini sedang marak perdebatan soal pornografi di media. Herannya di sini orang-orang menyerang "pornografi" dengan alasan ini-itu seperti misalnya agama, etika, budaya Timur (Indonesia), moral, dll. Bahkan Gubernur DKI bisa "belekan" kalau melihat pose-pose itu (yang bener aja Bang Yos). Mungkin maksud Bang Yos bisa belekan kalau memandang tanpa terus-menerus tanpa mengedipkan mata. Para tokoh agama pun tak ketinggalan mengomentari (baca: membeli) media "porno" itu sambil berkomentar macam-macam. Anehnya, mereka yang lantang menentang pornografi tidak menitik-beratkan ketidaksetujuan mereka terhadap bahaya kepada anak-anak di bawah umur. Alasan klise (moral, etika, dll.) sangat tak paut bila yang dinasehati adalah orang dewasa. Yang namanya orang dewasa tentu sudah tahu baik-buruknya sebuah pose seronok di media. Mengapa orang-orang itu tak menuntut/mengkritik media itu akan merusak anak-anak di bawah umur? Justru anak-anaklah yang mestinya kita lindungi dari bahaya "pornografi" bukan budaya Timur kita atau yang sejenisnya. Bagaimana kawan-kawan? Wassalam, Efron Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: Kasus pornografi
Itulah kebanyakan tokoh di sini asbun dan carmuk sehingga omongannya kebat-kliwat. Hal yang mendasar dan yang nyata menjadi terlupakan. Lha wong namanya agama itu 'kan biar dibagaimanapun juga tak mempan dengan pornografi. Yang terkena efek buruknya 'kan bukan agama atau budaya, tapi anak-anak di bawah umur. Cara mengatasinya? Yang pertama adalah peran orangtua yang punya anak (di bawah umur) agar memberi penerangan yang benar soal seks dan pornografi. Pemerintah atau lembaga tinggal mengatur prosedur peredarannya. Barangkali mbak Yuni punya tips lain dengan pengalaman di sono? Wassalam, Efron -Original Message- From: Yuni Wilcox [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, 12 July, 1999 22:26 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: [Kasus pornografi] Setuju bung Efron. Lagian budaya timur sendiri juga nggak begitu nggak berarti murni nggak buka bukaan. Buktinya wanita jaman dulu di Bali khan dianggap wajar tanpa memakai baju atasan, dan saya kira juga beberapa tempat lainnya. Nah ini khan salah satu budaya Timur. Begitu pula dengan orang dewasa, mau dikasih nasehat entek ngamek kurang nggolek kalau dasarnya memang seperti itu ya nggak bakalan berhenti. Nah memang tanggung jawab kita pada generasi muda. Kalau generasi tua dan setengah tuanya sudah teler dan setengah teler, ya paling tidak generasi mudanya dijaga agar tidak terlalu teler dimasa mendatang. Tapi ini semua nggak akan gampang, karena ada lembaga kebebasan bicara yang menentang adanya berbabagai macam sensor terutama di Internet.dan kalau pemerintah sampai turun tangan memberikan larangan resmi untuk pornografi, maka lembaga ini akan cari cari alasan untuk menentangnya. Selama ini mereka sudah berusaha menitik beratkan ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia. Saya dukung deh "bebas pornografi" demi anak anak. yuni "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote: Selain soal KPU, Ghalib, dan isu politik lainnya, saat ini sedang marak perdebatan soal pornografi di media. Herannya di sini orang-orang menyerang "pornografi" dengan alasan ini-itu seperti misalnya agama, etika, budaya Timur (Indonesia), moral, dll. Bahkan Gubernur DKI bisa "belekan" kalau melihat pose-pose itu (yang bener aja Bang Yos). Mungkin maksud Bang Yos bisa belekan kalau memandang tanpa terus-menerus tanpa mengedipkan mata. Para tokoh agama pun tak ketinggalan mengomentari (baca: membeli) media "porno" itu sambil berkomentar macam-macam. Anehnya, mereka yang lantang menentang pornografi tidak menitik-beratkan ketidaksetujuan mereka terhadap bahaya kepada anak-anak di bawah umur. Alasan klise (moral, etika, dll.) sangat tak paut bila yang dinasehati adalah orang dewasa. Yang namanya orang dewasa tentu sudah tahu baik-buruknya sebuah pose seronok di media. Mengapa orang-orang itu tak menuntut/mengkritik media itu akan merusak anak-anak di bawah umur? Justru anak-anaklah yang mestinya kita lindungi dari bahaya "pornografi" bukan budaya Timur kita atau yang sejenisnya. Bagaimana kawan-kawan? Wassalam, Efron Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.