Re: Racist (Re: Nasib Kawin Dengan Peranakan)

1999-01-13 Terurut Topik Mohammad Rosadi

Allo bung Ian..., Sebelumnya saya mohon maaf ni karena salah menduga
orang.., saya pikir anda adalah Ian yang saya kenal. maafkan saya ya
Oh ya.., terima kasih atas tanggapannya..., saya tau kok kita semua yang
ada di Milis ini berusaha untuk mencari kebenaran dan memberikan yang
terbaik bagi kita semua. Hanya saja karena ketidakakuratan dan perbedaan
informsi yang kita terima, membuat kita terkadang suka slah paham:)

Ada beberapa komentar anda yang mau saya tanggapi lagi ni:)

Ian Wrote:

--delete---
Mengenai beberapa orang etnis tionghoa/cina yang menindas golongan
pribumi.. bisakah anda menyebutkan siapa-siapa mereka itu ?
(karena anda cara anda menyebutkan masih vague dan ambiguous)
dan juga bisa tolong disebutkan bagaimana mereka-mereka ini
menindas golongan pribumi ?

Hal ini sudah saya jawab pada saat saya menanggapi tulisan saudara
pandu. Yang saya maksud dengan penindasan adalah PENINDASAN EKONOMI.
Sementara para pelakunya adalah BEBERAPA orang etnis tionghoa dari JENIS
KONGLOMERAT. jelas ya..?

Ian Wrote:
-delete-

Apabila terjadi suatu golongan minoritas, seperti misalnya etnis cina di
Indonesia, yang proporsi penguasaan ekonomi nya lebih besar daripada
proporsi atas jumlah penduduk, hal itu adalah wajar2 saja, sepanjang
praktek ekonominya menurut hukum yang berlaku. Apabila hal itu
terjadi,dan beberapa orang mayoritas masih menganggapnya tidak adil,
maka beberapa orang mayoritas inilah yang mempunyai inferiority complex
syndrome, dan selalu menempatkan diri sebagai 'loser' dan 'victim'.

Disinilah letak masalahnya.., seringkali para konglomerat ini menyalahi
hukum yang berlaku dalam praktek ekonominya. Memang banyak juga dari
konglomerat non keturunan yang melanggar hukum, tapi dalam diskusi kita
kali ini kita HANYA membatasi seputar konglomerat keturunan saja
bukan.., jadi untuk yang non keturunan kita bahas tersendiri saja nanti.

Ian Wrote:

Kalau misalnya, praktek2 ekonomi golongan minoritas itu secara
proporsional lebih banyak tidak mentaati hukum dibanding dengan
praktek2 ekonomi golongan pribumi, sesuai dengan premis anda, maka
bukankah ada penegak hukum yang menjeratnya ? dan menghukum dengan
adil ?
Sekarang siapakah penegak2 hukum ini ? apakah didominasi oleh
etnis cina ? TIDAK.
Jadi anda agak salah alamat bila anda menyatakan kebencian anda
terhadap 'beberapa orang etnis cina yang menindas golongan pribumi'.

Bung Ian.., rasanya sudah berulang kali saya katakan bahwa kita sedang
mendiskusikan tentang kasus bp.AS yang dianggap rasis karena ucapannya
kepada etnis Tionghoa(jenis konglomerat), jadi tolong hanya dibatsi
sampai disitu saja. Tentu saya sependapat dengan anda bahwa Pemerintah
ORBA lah yang harus bertanggung jawab PENUH atas segala macam KERUSAKAN
yang terjadi di Indonesia. Hanya saja kita saat ini kan hanya membahas
bagian "DOSA-DOSA" konglomerat keturunan..., tidak lebih
Oh ya.., perlu bung ketahui.., saya tidak membenci beberapa orang etnis
cina yang menindas golongan pribumi(penindasan ekonomi), tapi saya
membenci PRILAKU atau TINDAKAN mereka, BUKAN orangnya. Adapaun jika para
konglomerat keturunan ini berbuat baik dan membantu rakyat dan negara
Indonesia(yang juga tanah air mereka), saya akan mendukukng mereka 100
%..., pokoknya saya akan ancungin jempol deh...:)

Ian Wrote:

Tudingan dan tuntutan lebih tepat dilakukan ke pemerintah (fact is,
hukum dan penegakan hukum di Indonesia adalah dibawah wewenang
pemerintah) dan sistem pemerintahan yang tidak efektif, efisien, dan
corrupt.
Sebenarnya permasalahan yang lebih mendasar adalah hampir tidak adanya
hukum di Indonesia.



Untuk masalah hukum dan pemerintahan, rasanya kita akan lebih baik
didiskusikan diwaktu yang lain(bisa bung Ian yang memulainya..)

Ian Wrote:

nama 'cina' selalu dibawa2 apabila ada konglomerat yang membangkrutkan
negara, tetapi nama 'pribumi' kok tidak pernah dibawa2 padahal faktanya
yang lebih membangkrutkan negara adalah pribumi2 ini ???
(ini kalau saya menggunakan nalar logika anda).

Anda tidak mengikuti dari awal sih diskusi tentang masalah ini. Kita
hanya membahas soal racis dari pernyataan pak AS..,lalu saya mengatakan
untuk melihat dulu tindakan pak AS berikutnya sebelum kita menuduh
beliau racis. kemudian saya jelaskan bahwa kosa kata "cina" itu seudah
sedemikian lazimnya digunakan di Indonesia(saya sendiri berusaha keras
menggunakan kata "etnis tionghoa"..., anda sepertinya juga harus
berusaha loh..:). kemudian banyak rekan yang protes pada saya, dan
menganggap saya racis..:),setelah itu ada yang "menantang" saya untuk
membuktikan peran para konglomerat keturunan dalam krisis ekonomi..., ya
saya beberkan saja apa yang saya ketahui tentang sepak terjang
kontribusi konglomerat keturunan ini terhadap krisi ekonomi yang terjadi
saat ini. Hanya sebatas PERAN mereka.., saya tidak ingin memperluas
masalah..., karena nanti tidak akan selesai-selesai diskusi kita. Saya
juga tahu kok kalo banyak juga konglomerat non keturunan yang

Re: Racist (Re: Nasib Kawin Dengan Peranakan)

1999-01-04 Terurut Topik Mohammad Rosadi

Allooo Ian..., gue mo nanggap balik ni. Kayaknya lo belum terima email
diskusi gue ke bung patiwael seluruhnya. kalo udah, mestinya lo nggak
salah tanggep(mispersepsi)seperti ini.

OK..ini tanggapan gue,disimak baik-baik ya...:)


 Mohammad Rosadi wrote:

 Oh ya... soal Adi Sasono, saya rasa kita harus melihat perkembangan
 lebih lanjut. Untuk menyebut menteri kita yang satu sebagai
rasis,saya
 kita perlu pembuktian lebih lanjut.Mengenai sikap dan komentarnya
yang
 cenderung memojokkan etnis tionghoa, bisa jadi itu merupakan ungkapan
 kekecewaan dan kemarahan pak Adi Sasono atas keserakahan dan
keangkuhan
 para konglomerat yang mayoritas etnis tionghoa,yang telah
 memporak-porandakan perekonomian Indonesia dan memiskinkan rakyat.

Ian wrote :

Adi Sasono telah mendefinisikan orang berdasarkan etnisnya
(race/genetics), maka ia adalah RACIST.
Sebagai sekjen ICMI, hal ini sangatlah ridiculuous.
Bukankah Allah SWT (itu kalau Adi Sasono percaya adanya Tuhan)
menciptakan
orang berbeda2 berdasarkan geneticsnya ?
Kalau misalkan seseorang itu adalah penjahat, kenapa yang dilihat
adalah
kulitnya ? kenapa bukan kejahatannya ?

Aduh Ian..., sabar dong, jangan keburu nafsu. maksud gue,kita harus
BERHATI-HATI menuduh orang rasis. Dalam masalah Pak Adi Sasono,saya rasa
kita mesti liat dulu kelanjutannya. Kalo nanti ternyata dalam
tindakannya memberdayakan ekonomi rakyat beliau MEMANG
mendiskriminasikan atau menindas etnis tionghoa (seperti halnya yang
dilakukan BEBERAPA orang etnis tionghoa dulu kepada golongan pibumi),
barulah kita bisa sebut rasis. kita tunggu aja deh

Mohamad Rosadi wrote :

Terus terang saya sendiri juga sangat MUAK dengan kelakuan dan
tindak-tanduk
 beberapa orang etnis tionghoa selama ini, suatu perasaan yang mungkin
 juga dirasakan oleh rekan-rekan yang lainnya(ngaku deh).

Ian Wrote:

Anda sangatlah racist tanpa anda sadari.
(anda telah melihat keetnisan/kesukuan/genetics/race sebagai salah satu
faktor. Kalau anda tidak racist, anda akan bilang :
'saya muak dengan penjahat2, saya muak dengan orang2 yang menghalalkan
segala cara dalam berbisnis, saya muak dengan para koruptor, dll' tanpa
harus menambahi dengan embel2 : cina, jawa, black, etc..
Anda telah melanggar kehendak Tuhan anda sendiri
(banyak juga lho orang2 yang mengaku beragama fanatik padahal mereka
sendiri itu adalah pelanggar nilai2 agama mereka sendiri yang palibng
utama)

Ya nggak gitu dong ian. lo musti INGAT dan TAU dong kalo tulisan gue
diatas itu merupakan TANGGAPAN atas tulisan bung patiwael yang menyoroti
Pak Adi Sasono yang dianggap menyebarkan rasa permusuhan rasial kepada
ETNIS TIONGHOAingat Ian...ETNIS TIONGHOA yang dibicarakan oleh bung
patiwael..lebih SPESIFIK dari hanya sekedar penjahat. Karena bung
Patiwael menyoroti masalah Pak Adi Sasono dan ETNIS TIONGHOA, ya gue
juga menanggapinya SEBATAS itu dong. Lagian gue kan cuma muak melihat
kelakuan BEBERAPA orang etnis tionghoa...BUKAN semuanya. Dan sorry ya
Ian.., gue nggak pernah bilang kalo gue FANATIK...,itu kan cuma persepsi
lo sendiri. Gue cuma mau bersikap JUJUR saja, bahwa selama  ini memang
ADA perasaan MUAK pada sebagian besar masyarakat Indonesia,termasuk
gue(gimana rekan-rekan lain..,mo ngakuin nggak..???) melihat kelakuan
BEBERAPA etnis tionghoa, ITU SAJA!!!
Gue nggak mau SOK menjadi pembela dan pahlawan hak asasi manusia
KESIANGAN (Yang baru bersuara lantang..ketika banyak orang
membicarakannya). Gue lebih suka menempatkan suatu persoalan pada
proporsi yang sebenarnya. Bagi gue, siapa saja yang TERBUKTI salah HARUS
dikatakan salah, Walaupun SELURUH DUNIA menganggapnya benar. INSYA
ALLAH, guepun akan MEMBELA etnis tionghoa(CINA) di Indonesia jika mereka
diperlakukan semena-mena, karena menurut ajaran agama gue(ISLAM),SANGAT
DIWAJIBKAN membela hak-hak kaum yang tertindas dan HARAM hukumnya
menyakiti orang yang lemah. Di dalam ajaran Islam, KEMULIAAN manusia
terletak pada tingkat KETAKWAANNYA, BUKAN pada jenis kulit,suku
bangsa,kecantikkan,status sosial,kecerdasan,dsb.


Mohamad Rosadi Wrote:

Jujur saja  kadang dulu  saya suka mengumpat mereka dengan kata-kata
seperti "CINA BRENGSEK" atau "DASAR CINA", karena kelakuan oknum-oknum
Tionghoa yang  angkuh dan selalu menghalalkan berbagai cara dalam
berbisnis.

Ian Wrote:

ini bukti lagi bahwa anda memang racist.
We do not need people like you in Indonesia. Indonesia sudah fucked up
already, tidak perlu ditambah dengan para racist yang hanya akan
menghancurkan negeri ini.

Ckkk..ckkk..Ian..Ian...,nggak bisakah lo sabar dikit, melihat suatu
masalah dengan pikiran jernih..??? sabar dulu dong mas.Dalam tulisan
diatas gue cuma mo bilang, bahwa kata-kata umpatan kepada etnis tionghoa
diatas sudah MENDARAH DAGING dalam bahasa pergaulan di Indonesia
sehari-hari(lo boleh tanya sama semua orang di Indonesia,khususnya
Jakarta...,gue rasa sebagian besar dari mereka pernah mengatakan
kata-kata yang mirip itu, bahkan lebih parah mungkin). Sering kali orang
di Indonesia mengucapkan kata-kata itu TANPA BERMAKSUD 

Re: Racist (Re: Nasib Kawin Dengan Peranakan)

1999-01-04 Terurut Topik Panut Wirata

Bung Mohammad Rosadi Yth:
 Saya kira pernyataan Anda: "...keserakahan dan keangkuhan
para konglomerat yang mayoritas etnis tionghoa,yang telah
memporak-porandakan perekonomian Indonesia dan memiskinkan rakyat"
perlu dipikirkan keabsahannya.  Apakah benar krisis ekonomi Indonesia
ini disebabkan hanya oleh konglomerat keturunan cina.  Ingat kalau
konglomerat turunan Cina bisa kolusi tentu dengan pejabat pemerintah.
Yang salah dua-duanya.  Jangan gunakan kasihan atas kelemahan
diri-sendiri sebagai alasan tidak bisa menolak tawaran suap.  Lalu
bagaimana dengan BUMN yang ternyata jadi sapi perahan putra-putri
Soeharto dan para menteri.  Juga jangan lupa bahwa kurs rupiah yang
melemah gila-gilaan pertengahan tahun lalu mungkin disebabkan
penarikan modal asing walaupun juga mungkin pelarian modal dari
keturunan cina yang takut keluarganya diperkosa.  Lalu korupsi yang
sudah mengurat dan mengakar di Indonesia.  Anda akan terheran-heran
bila mendengar cerita tentang gaya hidup pejabat/keluarga pejabat yang
mondar-mandir keluar negeri untuk belanja.  Uang dari mana?  Para
menteri/pejabat tinggi yang menyekolahakan anak-anaknya di AS serta
beli rumah di AS.  Lagi-lagi tentang korupsi, ingat TKI dari Timur
Tengah yang mengirim uang ke keluarganya di Jatim lewat Bank BUMN
hanya diberi nilai 4000 rp/dollar walaupun kurs sudah 8000 rp/dollar?
Mau tahu korupsi yang lebih menyedihkan?  Pembantu rumah tangga saja
mengambil untung bila disuruh belanja.  Lalu bangaimana dengan
preman-preman yang memajaki pedagang kaki lima?  Belum lagi
preman-preman yang menetapkan harga atau memaksa nelayan menjual
ikannya pada pembeli tertentu. Lalu segala macam penjarahan, perusakan
dan segala macam anarki belakangan ini, sehingga pabrik takut
berproduksi.  Lalu kalau bilang nepotism, ini tidak relevan untuk
keturunan cina sebab mereka tidak banyak duduk di pemerintahan.
 Anda katakan bahwa beberapa etnis tionghoa dulu menindas golongan
pribumi.  Anda bisa memberikan contohnya?  Kalau kasusnya adalah
antara majikan yang tidak adil terhadap pembantu, saya percaya ini
sering terjadi.  Tetapi etnis tionghoa menindas pribumi, sulit
terjadi.  Ingat kerusuhan Solo th 1980 yang kemudian menjalar ke
kota-kota sekitarnya termasuk kota-kota di Jawa Timur?  Ini mulanya
hanya perkelahian antara anak-muda keturunan Cina melawan Jawa.  Jadi
berbicara tentang tindas-menindas, dalam kenyataan sehari-hari, orang
keturunan cina itu sangat hati-hati dalam bergaul, sangat mengalah
karena tak berdaya.  Bahkan banyak hak asasinya yang dicabut.  Mau
contoh?  Tidak diijinkannya barang cetakan beraksara cina, peringatan
imlek di larang, segala atribut-atribut berbau cina dilarang, ngomong
bahasa cina di tempat umum bisa-bisa di bunuh masa, sering di pojokan
sebagai tidak sopan, tidak tahu adat dsb.  Padahal, orang keturunan
cina di Jawa misalnya di rumah berbahasa jawa ngoko, makannya soto dan
nasi pecel walaupun juga capcai, siomay, bakso.  Ibu-ibunya banyak
yang pakai sarung.  (Cinophobia di Indonesia kelewat batas, sampai
untuk urusan dengan Cina kita barus belajar dari bule, bukan dari
orang keturunan cinanya sendiri). Bandingkan dengan cina-cina Malaysia
yang masih fasih berbahasa CIna, punya partai Cina, punya sekolah
cina, dsb.  Bandingkan orang Batak yang tinggal di Jawa misalnya,
apakah mau menjadi njawani?  Atau orang Jawa yang transmigrasi di
Sumatra misalnya, apakah mau nyumatrani?  Bukankah kita begitu bangga
bercerita bahwa orang Jawa di Surinam masih bisa bahasa Jawa. Nah
kalau konsisten, harusnya kita juga bangga dan malah mendorong orang
keturunan cina yang masih memelihara kultur cina.  Ataukan masalahnya
adalah jawa-centrisme.  Keturunan cina tidak baik karena tidak mau
jadi jawa?  Saya kira kita perlu menerapkan satu standar yang sama
bagi semua orang dalam berkehidupan bernegara.
 Saya setuju dengan pendapat Gus Dur bahwa kita sebagai bangsa ini
masih anak-anak.  Masalahnya adalah bisakah kita tumbuh menjadi dewasa
dan tidak mandek pertumbuhan kita.  Mampukah kita selalu keluar dari
suatu permasalahan untuk mengatasi persoalan lain yang lebih tinggi
tingkatnya.  Mampukan kita membuat hukum kita berfungsi mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara.  Mungkin banyak hukum yang di buat
Belanda perlu dirombakapa saja kerjaan ahli hukum atau DPR yang
berwenang membuat hukum selama ini?  Dan saya rasa, kelemahan hukum
dan penegakannya inilah sumber dari segala KKN dan anarki yang membawa
Indonesia ke tingkat peradaban yang serendah/setinggi sekarang ini.
 Omong-omong tentang Adi Sasono rasis, saya kira definisi rasis
yang baik adalah yang hanya memakai ras, etnis, warna kulit, agama,
kepercayaan sebagai satu-satunya dasar pertimbangan dalam menilai,
memutuskan atau menentukan sesuatu yang tak ada kaitannya dengan ras,
agama kepercayaan tsb.  Jadi bila Adi Sasono dalam mengembangkan
ekonomi kerakyatan hanya memberi kredit pada pengusaha kecil dan
menengah keturunan pribumi, dan tidak memberi kredit pada pengusaha