Re: Racist (Re: Nasib Kawin Dengan Peranakan)
Allo bung Ian..., Sebelumnya saya mohon maaf ni karena salah menduga orang.., saya pikir anda adalah Ian yang saya kenal. maafkan saya ya Oh ya.., terima kasih atas tanggapannya..., saya tau kok kita semua yang ada di Milis ini berusaha untuk mencari kebenaran dan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Hanya saja karena ketidakakuratan dan perbedaan informsi yang kita terima, membuat kita terkadang suka slah paham:) Ada beberapa komentar anda yang mau saya tanggapi lagi ni:) Ian Wrote: --delete--- Mengenai beberapa orang etnis tionghoa/cina yang menindas golongan pribumi.. bisakah anda menyebutkan siapa-siapa mereka itu ? (karena anda cara anda menyebutkan masih vague dan ambiguous) dan juga bisa tolong disebutkan bagaimana mereka-mereka ini menindas golongan pribumi ? Hal ini sudah saya jawab pada saat saya menanggapi tulisan saudara pandu. Yang saya maksud dengan penindasan adalah PENINDASAN EKONOMI. Sementara para pelakunya adalah BEBERAPA orang etnis tionghoa dari JENIS KONGLOMERAT. jelas ya..? Ian Wrote: -delete- Apabila terjadi suatu golongan minoritas, seperti misalnya etnis cina di Indonesia, yang proporsi penguasaan ekonomi nya lebih besar daripada proporsi atas jumlah penduduk, hal itu adalah wajar2 saja, sepanjang praktek ekonominya menurut hukum yang berlaku. Apabila hal itu terjadi,dan beberapa orang mayoritas masih menganggapnya tidak adil, maka beberapa orang mayoritas inilah yang mempunyai inferiority complex syndrome, dan selalu menempatkan diri sebagai 'loser' dan 'victim'. Disinilah letak masalahnya.., seringkali para konglomerat ini menyalahi hukum yang berlaku dalam praktek ekonominya. Memang banyak juga dari konglomerat non keturunan yang melanggar hukum, tapi dalam diskusi kita kali ini kita HANYA membatasi seputar konglomerat keturunan saja bukan.., jadi untuk yang non keturunan kita bahas tersendiri saja nanti. Ian Wrote: Kalau misalnya, praktek2 ekonomi golongan minoritas itu secara proporsional lebih banyak tidak mentaati hukum dibanding dengan praktek2 ekonomi golongan pribumi, sesuai dengan premis anda, maka bukankah ada penegak hukum yang menjeratnya ? dan menghukum dengan adil ? Sekarang siapakah penegak2 hukum ini ? apakah didominasi oleh etnis cina ? TIDAK. Jadi anda agak salah alamat bila anda menyatakan kebencian anda terhadap 'beberapa orang etnis cina yang menindas golongan pribumi'. Bung Ian.., rasanya sudah berulang kali saya katakan bahwa kita sedang mendiskusikan tentang kasus bp.AS yang dianggap rasis karena ucapannya kepada etnis Tionghoa(jenis konglomerat), jadi tolong hanya dibatsi sampai disitu saja. Tentu saya sependapat dengan anda bahwa Pemerintah ORBA lah yang harus bertanggung jawab PENUH atas segala macam KERUSAKAN yang terjadi di Indonesia. Hanya saja kita saat ini kan hanya membahas bagian "DOSA-DOSA" konglomerat keturunan..., tidak lebih Oh ya.., perlu bung ketahui.., saya tidak membenci beberapa orang etnis cina yang menindas golongan pribumi(penindasan ekonomi), tapi saya membenci PRILAKU atau TINDAKAN mereka, BUKAN orangnya. Adapaun jika para konglomerat keturunan ini berbuat baik dan membantu rakyat dan negara Indonesia(yang juga tanah air mereka), saya akan mendukukng mereka 100 %..., pokoknya saya akan ancungin jempol deh...:) Ian Wrote: Tudingan dan tuntutan lebih tepat dilakukan ke pemerintah (fact is, hukum dan penegakan hukum di Indonesia adalah dibawah wewenang pemerintah) dan sistem pemerintahan yang tidak efektif, efisien, dan corrupt. Sebenarnya permasalahan yang lebih mendasar adalah hampir tidak adanya hukum di Indonesia. Untuk masalah hukum dan pemerintahan, rasanya kita akan lebih baik didiskusikan diwaktu yang lain(bisa bung Ian yang memulainya..) Ian Wrote: nama 'cina' selalu dibawa2 apabila ada konglomerat yang membangkrutkan negara, tetapi nama 'pribumi' kok tidak pernah dibawa2 padahal faktanya yang lebih membangkrutkan negara adalah pribumi2 ini ??? (ini kalau saya menggunakan nalar logika anda). Anda tidak mengikuti dari awal sih diskusi tentang masalah ini. Kita hanya membahas soal racis dari pernyataan pak AS..,lalu saya mengatakan untuk melihat dulu tindakan pak AS berikutnya sebelum kita menuduh beliau racis. kemudian saya jelaskan bahwa kosa kata "cina" itu seudah sedemikian lazimnya digunakan di Indonesia(saya sendiri berusaha keras menggunakan kata "etnis tionghoa"..., anda sepertinya juga harus berusaha loh..:). kemudian banyak rekan yang protes pada saya, dan menganggap saya racis..:),setelah itu ada yang "menantang" saya untuk membuktikan peran para konglomerat keturunan dalam krisis ekonomi..., ya saya beberkan saja apa yang saya ketahui tentang sepak terjang kontribusi konglomerat keturunan ini terhadap krisi ekonomi yang terjadi saat ini. Hanya sebatas PERAN mereka.., saya tidak ingin memperluas masalah..., karena nanti tidak akan selesai-selesai diskusi kita. Saya juga tahu kok kalo banyak juga konglomerat non keturunan yang
Re: Racist (Re: Nasib Kawin Dengan Peranakan)
Allooo Ian..., gue mo nanggap balik ni. Kayaknya lo belum terima email diskusi gue ke bung patiwael seluruhnya. kalo udah, mestinya lo nggak salah tanggep(mispersepsi)seperti ini. OK..ini tanggapan gue,disimak baik-baik ya...:) Mohammad Rosadi wrote: Oh ya... soal Adi Sasono, saya rasa kita harus melihat perkembangan lebih lanjut. Untuk menyebut menteri kita yang satu sebagai rasis,saya kita perlu pembuktian lebih lanjut.Mengenai sikap dan komentarnya yang cenderung memojokkan etnis tionghoa, bisa jadi itu merupakan ungkapan kekecewaan dan kemarahan pak Adi Sasono atas keserakahan dan keangkuhan para konglomerat yang mayoritas etnis tionghoa,yang telah memporak-porandakan perekonomian Indonesia dan memiskinkan rakyat. Ian wrote : Adi Sasono telah mendefinisikan orang berdasarkan etnisnya (race/genetics), maka ia adalah RACIST. Sebagai sekjen ICMI, hal ini sangatlah ridiculuous. Bukankah Allah SWT (itu kalau Adi Sasono percaya adanya Tuhan) menciptakan orang berbeda2 berdasarkan geneticsnya ? Kalau misalkan seseorang itu adalah penjahat, kenapa yang dilihat adalah kulitnya ? kenapa bukan kejahatannya ? Aduh Ian..., sabar dong, jangan keburu nafsu. maksud gue,kita harus BERHATI-HATI menuduh orang rasis. Dalam masalah Pak Adi Sasono,saya rasa kita mesti liat dulu kelanjutannya. Kalo nanti ternyata dalam tindakannya memberdayakan ekonomi rakyat beliau MEMANG mendiskriminasikan atau menindas etnis tionghoa (seperti halnya yang dilakukan BEBERAPA orang etnis tionghoa dulu kepada golongan pibumi), barulah kita bisa sebut rasis. kita tunggu aja deh Mohamad Rosadi wrote : Terus terang saya sendiri juga sangat MUAK dengan kelakuan dan tindak-tanduk beberapa orang etnis tionghoa selama ini, suatu perasaan yang mungkin juga dirasakan oleh rekan-rekan yang lainnya(ngaku deh). Ian Wrote: Anda sangatlah racist tanpa anda sadari. (anda telah melihat keetnisan/kesukuan/genetics/race sebagai salah satu faktor. Kalau anda tidak racist, anda akan bilang : 'saya muak dengan penjahat2, saya muak dengan orang2 yang menghalalkan segala cara dalam berbisnis, saya muak dengan para koruptor, dll' tanpa harus menambahi dengan embel2 : cina, jawa, black, etc.. Anda telah melanggar kehendak Tuhan anda sendiri (banyak juga lho orang2 yang mengaku beragama fanatik padahal mereka sendiri itu adalah pelanggar nilai2 agama mereka sendiri yang palibng utama) Ya nggak gitu dong ian. lo musti INGAT dan TAU dong kalo tulisan gue diatas itu merupakan TANGGAPAN atas tulisan bung patiwael yang menyoroti Pak Adi Sasono yang dianggap menyebarkan rasa permusuhan rasial kepada ETNIS TIONGHOAingat Ian...ETNIS TIONGHOA yang dibicarakan oleh bung patiwael..lebih SPESIFIK dari hanya sekedar penjahat. Karena bung Patiwael menyoroti masalah Pak Adi Sasono dan ETNIS TIONGHOA, ya gue juga menanggapinya SEBATAS itu dong. Lagian gue kan cuma muak melihat kelakuan BEBERAPA orang etnis tionghoa...BUKAN semuanya. Dan sorry ya Ian.., gue nggak pernah bilang kalo gue FANATIK...,itu kan cuma persepsi lo sendiri. Gue cuma mau bersikap JUJUR saja, bahwa selama ini memang ADA perasaan MUAK pada sebagian besar masyarakat Indonesia,termasuk gue(gimana rekan-rekan lain..,mo ngakuin nggak..???) melihat kelakuan BEBERAPA etnis tionghoa, ITU SAJA!!! Gue nggak mau SOK menjadi pembela dan pahlawan hak asasi manusia KESIANGAN (Yang baru bersuara lantang..ketika banyak orang membicarakannya). Gue lebih suka menempatkan suatu persoalan pada proporsi yang sebenarnya. Bagi gue, siapa saja yang TERBUKTI salah HARUS dikatakan salah, Walaupun SELURUH DUNIA menganggapnya benar. INSYA ALLAH, guepun akan MEMBELA etnis tionghoa(CINA) di Indonesia jika mereka diperlakukan semena-mena, karena menurut ajaran agama gue(ISLAM),SANGAT DIWAJIBKAN membela hak-hak kaum yang tertindas dan HARAM hukumnya menyakiti orang yang lemah. Di dalam ajaran Islam, KEMULIAAN manusia terletak pada tingkat KETAKWAANNYA, BUKAN pada jenis kulit,suku bangsa,kecantikkan,status sosial,kecerdasan,dsb. Mohamad Rosadi Wrote: Jujur saja kadang dulu saya suka mengumpat mereka dengan kata-kata seperti "CINA BRENGSEK" atau "DASAR CINA", karena kelakuan oknum-oknum Tionghoa yang angkuh dan selalu menghalalkan berbagai cara dalam berbisnis. Ian Wrote: ini bukti lagi bahwa anda memang racist. We do not need people like you in Indonesia. Indonesia sudah fucked up already, tidak perlu ditambah dengan para racist yang hanya akan menghancurkan negeri ini. Ckkk..ckkk..Ian..Ian...,nggak bisakah lo sabar dikit, melihat suatu masalah dengan pikiran jernih..??? sabar dulu dong mas.Dalam tulisan diatas gue cuma mo bilang, bahwa kata-kata umpatan kepada etnis tionghoa diatas sudah MENDARAH DAGING dalam bahasa pergaulan di Indonesia sehari-hari(lo boleh tanya sama semua orang di Indonesia,khususnya Jakarta...,gue rasa sebagian besar dari mereka pernah mengatakan kata-kata yang mirip itu, bahkan lebih parah mungkin). Sering kali orang di Indonesia mengucapkan kata-kata itu TANPA BERMAKSUD
Re: Racist (Re: Nasib Kawin Dengan Peranakan)
Bung Mohammad Rosadi Yth: Saya kira pernyataan Anda: "...keserakahan dan keangkuhan para konglomerat yang mayoritas etnis tionghoa,yang telah memporak-porandakan perekonomian Indonesia dan memiskinkan rakyat" perlu dipikirkan keabsahannya. Apakah benar krisis ekonomi Indonesia ini disebabkan hanya oleh konglomerat keturunan cina. Ingat kalau konglomerat turunan Cina bisa kolusi tentu dengan pejabat pemerintah. Yang salah dua-duanya. Jangan gunakan kasihan atas kelemahan diri-sendiri sebagai alasan tidak bisa menolak tawaran suap. Lalu bagaimana dengan BUMN yang ternyata jadi sapi perahan putra-putri Soeharto dan para menteri. Juga jangan lupa bahwa kurs rupiah yang melemah gila-gilaan pertengahan tahun lalu mungkin disebabkan penarikan modal asing walaupun juga mungkin pelarian modal dari keturunan cina yang takut keluarganya diperkosa. Lalu korupsi yang sudah mengurat dan mengakar di Indonesia. Anda akan terheran-heran bila mendengar cerita tentang gaya hidup pejabat/keluarga pejabat yang mondar-mandir keluar negeri untuk belanja. Uang dari mana? Para menteri/pejabat tinggi yang menyekolahakan anak-anaknya di AS serta beli rumah di AS. Lagi-lagi tentang korupsi, ingat TKI dari Timur Tengah yang mengirim uang ke keluarganya di Jatim lewat Bank BUMN hanya diberi nilai 4000 rp/dollar walaupun kurs sudah 8000 rp/dollar? Mau tahu korupsi yang lebih menyedihkan? Pembantu rumah tangga saja mengambil untung bila disuruh belanja. Lalu bangaimana dengan preman-preman yang memajaki pedagang kaki lima? Belum lagi preman-preman yang menetapkan harga atau memaksa nelayan menjual ikannya pada pembeli tertentu. Lalu segala macam penjarahan, perusakan dan segala macam anarki belakangan ini, sehingga pabrik takut berproduksi. Lalu kalau bilang nepotism, ini tidak relevan untuk keturunan cina sebab mereka tidak banyak duduk di pemerintahan. Anda katakan bahwa beberapa etnis tionghoa dulu menindas golongan pribumi. Anda bisa memberikan contohnya? Kalau kasusnya adalah antara majikan yang tidak adil terhadap pembantu, saya percaya ini sering terjadi. Tetapi etnis tionghoa menindas pribumi, sulit terjadi. Ingat kerusuhan Solo th 1980 yang kemudian menjalar ke kota-kota sekitarnya termasuk kota-kota di Jawa Timur? Ini mulanya hanya perkelahian antara anak-muda keturunan Cina melawan Jawa. Jadi berbicara tentang tindas-menindas, dalam kenyataan sehari-hari, orang keturunan cina itu sangat hati-hati dalam bergaul, sangat mengalah karena tak berdaya. Bahkan banyak hak asasinya yang dicabut. Mau contoh? Tidak diijinkannya barang cetakan beraksara cina, peringatan imlek di larang, segala atribut-atribut berbau cina dilarang, ngomong bahasa cina di tempat umum bisa-bisa di bunuh masa, sering di pojokan sebagai tidak sopan, tidak tahu adat dsb. Padahal, orang keturunan cina di Jawa misalnya di rumah berbahasa jawa ngoko, makannya soto dan nasi pecel walaupun juga capcai, siomay, bakso. Ibu-ibunya banyak yang pakai sarung. (Cinophobia di Indonesia kelewat batas, sampai untuk urusan dengan Cina kita barus belajar dari bule, bukan dari orang keturunan cinanya sendiri). Bandingkan dengan cina-cina Malaysia yang masih fasih berbahasa CIna, punya partai Cina, punya sekolah cina, dsb. Bandingkan orang Batak yang tinggal di Jawa misalnya, apakah mau menjadi njawani? Atau orang Jawa yang transmigrasi di Sumatra misalnya, apakah mau nyumatrani? Bukankah kita begitu bangga bercerita bahwa orang Jawa di Surinam masih bisa bahasa Jawa. Nah kalau konsisten, harusnya kita juga bangga dan malah mendorong orang keturunan cina yang masih memelihara kultur cina. Ataukan masalahnya adalah jawa-centrisme. Keturunan cina tidak baik karena tidak mau jadi jawa? Saya kira kita perlu menerapkan satu standar yang sama bagi semua orang dalam berkehidupan bernegara. Saya setuju dengan pendapat Gus Dur bahwa kita sebagai bangsa ini masih anak-anak. Masalahnya adalah bisakah kita tumbuh menjadi dewasa dan tidak mandek pertumbuhan kita. Mampukah kita selalu keluar dari suatu permasalahan untuk mengatasi persoalan lain yang lebih tinggi tingkatnya. Mampukan kita membuat hukum kita berfungsi mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Mungkin banyak hukum yang di buat Belanda perlu dirombakapa saja kerjaan ahli hukum atau DPR yang berwenang membuat hukum selama ini? Dan saya rasa, kelemahan hukum dan penegakannya inilah sumber dari segala KKN dan anarki yang membawa Indonesia ke tingkat peradaban yang serendah/setinggi sekarang ini. Omong-omong tentang Adi Sasono rasis, saya kira definisi rasis yang baik adalah yang hanya memakai ras, etnis, warna kulit, agama, kepercayaan sebagai satu-satunya dasar pertimbangan dalam menilai, memutuskan atau menentukan sesuatu yang tak ada kaitannya dengan ras, agama kepercayaan tsb. Jadi bila Adi Sasono dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan hanya memberi kredit pada pengusaha kecil dan menengah keturunan pribumi, dan tidak memberi kredit pada pengusaha